Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENALARAN ILMIAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Yang Dibina Oleh Eko
Cahyo Prawoto, S.Pd., M.Pd. 

Nama Anggota :

1. Ainy
2. Maya
3. Reza
4. Sholihah
5. Risma

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


FAKULTAS PEDAGOGIK DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang membahas penalaran ilmiah
dalam bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dosen Eko Cahyo Prawoto, S.Pd., M.Pd. yang telah memberi tugas,
petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas
ini.
2. Teman-teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membentuk, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Amiin.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau
kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut
dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan
ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran,
yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan
prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi
operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu
gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan
selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran
deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai
hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari
penalaran deduktif. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua
penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan
dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah
dan taat pada hukum-hukum logika.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Apa yang dimaksud penalaran ilmiah?
2. Apakah yang dimaksud dengan Penalaran Deduktif?
3. Apakah yang dimaksud dengan Penalaran Induktif?
4. Apa saja jenis-jenis penalaran ilmiah?
5. Apakah macam-macam kesalahan dalam penalaran?
1.3 Tujuan penelitian
Mengingat pentingnya mengetahui tentang penalaran ilmiah dalam
penggunaannya di kehidupan sehari-hari, maka makalah ini dibuat dengan tujuan
sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.


2. Memahami arti Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
3. Mampu menjelaskan Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penalaran Ilmiah


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi masalah, kejadian
dan pilihan yang menuntut kita untuk memahami, menghadapi dan mencari
solusi. Untuk mencari jalan keluar. Di sini, kita membutuhkan peran penalaran.
Karena penalaran, kita dapat mengetahui jalan atau tahapan dalam proses
memahami dan menarik kesimpulan, sehingga menghasilkan informasi yang
sebelumnya tidak kita ketahui. Dalam proses penalaran, kita juga melalui proses
berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang menarik kesimpulan, dari kesimpulan
umum hingga kesimpulan individu dalam berbagai situasi. Pada saat yang sama,
berpikir deduktif adalah cara berpikir yang dapat dimulai dengan pernyataan
tunggal untuk menarik kesimpulan, kemudian dilanjutkan dengan menarik
kesimpulan dari pernyataan umum. Jika kita sampai pada suatu kesimpulan,
fungsi dari proses tersebut sangat dibutuhkan.

2.1.1 Pengertian Penalaran Ilmiah


Adalah suatu proses berfikir dengan menghubung-hubungkan bukti,
fakta, atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata alur dari
pernyataanlain, penalaran adalah proses berfikir yang sistematis dalam logis
untuk memperoleh sebuah kesimpulan atau informasi yang sebelumnya tidak
diketahui. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi,
pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Penalaran menjadi bagian
penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Mengesampingkan unsur
emosi, sentiment pribadi atau sentiment kelompok. Dan tetap berdasarkan pada
keilmuan.

Ciri-ciri Penalaran :

• Adanya suatu pola piker yang secara luas disebutkan logika.


• Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu
• Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap
yang baru.
• Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah
diperoleh.

2.1.2. Tujuan Penalaran Ilmiah

Tujuan dari penalaran adalah untuk menentukan secara logis atau


objektif, apakah yang kita lakukan itu benar atau tidak sehingga dapat
dilaksanakan.

2.2 Jenis-Jenis Penalaran Ilmiah


2.2.1 Penalaran Deduktif

Metode berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan


hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-
bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah
diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Dalam
penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut
silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:

1. Dasar pemikiran utama (premis mayor )

2. Dasar pemikiran kedua (premis minor )

3. Kesimpulan

Jenis penalaran deduktif yaitu:

1) Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.


2) Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis.
3) Silogisme Akternatif = Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif.
4) Entimen = Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.

Contoh:

Premis mayor : Semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.

Premis minor : Bob adalah siswa kelas X SMA

Kesimpulan : Bob wajib mengikuti jam pelajaran Sosiologi

2.2.2 Penarikan simpulan secara langsung

Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari


satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan.

Simpulan secara langsung :

1. Semua S adalah P. (premis )

Sebagian P adalah S. (simpulan)


Contoh: Semua manusia mempunyai rambut. (premis)

Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia. (simpulan)

2. Semua S adalah P. (premis )

Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh: Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)

Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)

3. Tidak satu pun S adalah P. (premis )

Semua S adalah tak-P. (simpulan)


Contoh: Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)

Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)

4. Semua S adalah P. (premis )

Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)

Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)

Contoh: Semua kucing adalah berbulu. (premis)

Tidak satu pun kucing adalah tak berbulu. (simpulan)

Tidak satu pun yang tak berbulu adalah kucing. (simpulan)

2.2.3 Penarikan kesimpulan secara tidak langsung

Untuk penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua premis


sebagai data. Dari dua premis tersebut akan menghasilkan sebuah simpulan.
Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua
adalah premis yang bersifat khusus.

Jenis penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:

1 . Silogisme

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.


Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan).

Contohnya:

- Semua manusia akan mati

- Ani adalah manusia


Jadi, Ani akan mati. (simpulan)
- Semua manusia bijaksana

- Semua dosen adalah manusia

Jadi, semua dosen bijaksana. (simpulan)

2 . Entimen

Entimen adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Dan dapat


dikatakan silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah
sama-sama diketahui.

Contohnya :

- Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari

- Pada malam hari tidak ada sinar matahari

- Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.

- Semua ilmuwan adalah orang cerdas

- Anto adalah seorang ilmuwan.

Jadi, Anto adalah orang cerdas.

Jadi, dengan demikian silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen


juga dapat dijadikan silogisme.

2.2.4 Contoh Paragraf Deduktif


Chairil Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang
membawa pembaharuan dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang
individualis. Ada yang menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan
plagiat karena ada sebagian kecil dalam gubahannya merupakan jiplakan dari
puisi asing. Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam "Deru Campur
Debu" memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi.
Tanggapan orang terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap
seorang penyair besar yang membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada
1945.
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan
langsung dan tidak langsung.

2.2.5 Penalaran Induktif


Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan
yang bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari
sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Contoh:
Bukti 1 : logam 1 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 2 : logam 2 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 3 : logam 3 apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.

2.2.6 Ciri-ciri Paragraf Induktif

1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus


2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraph
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraph
6. Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
7. Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang
mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
8. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama

2.2.7 Jenis Paragraf Induktif


• Generalisasi
• Analogi
• Sebab akibat (terbagi menjadi tiga jenis)
• Sebab akibat
• Akibat sebab
• Sebab akibat 1 akibat 2

A. Pengertian Paragraf Generalisasi


Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan
secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus
yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili Contoh Paragraf Induktif
Generalisasi.
Setelah karangan anak-anak kelas 3 diperiksa, ternyata Ali, toto, Alex,
dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat 7. Hanya Maman
yang 6, dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Boleh dikatakan, anak
kelas 3 cukup pandai mengarang. A.S. Broto (ed.)

B. Pengertian Paragraf Analogi


Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang
banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat
menarik kesimpulan.
Contoh Paragraf Induktif Analogi
Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu
meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati
dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin
merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.

C. Pengertian Paragraf Sebab Akibat


Paragraf hubungan sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan
yang menjadi akibat.
Contoh Paragraf Induktif Sebab Akibat
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi
penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak
lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya
pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu,
tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.

D. Pengertian Paragraf Sebab Akibat 1 Akibat 2


Dalam paragraf hubungan sebab akibat 1 akibat 2, suatu penyebab dapat
menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul beberapa akibat.
Contoh Paragraf Induktif Sebab Akibat 1 Akibat 2
Baru-baru ini petani Cimanuk gagal panen karena tanaman padi mereka diserang
hama wereng. Peristiwa ini menelan kerugian ratusan juta rupiah. Selain itu,
distribusi beras ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung terganggu.

2.2.8 Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)


Metode berpikir pendekatan ilmiah adalah penalaran yang
menggabungkan cara berpikir deduktif dengan cara berpikir induktif. Dalam
pendekatan ilmiah, penalaran disertai dengan suatu hipotesis.
Misalkan seorang siswa yang apabila sebelum berangkat sekolah telah sarapan
terlebih dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan kelaparan hingga jam
pelajaran berakhir. Secara deduktif, akan disimpulkan bahwa setiap anak yang
makan banyak tidak akan cepat lapar. Untuk menjawab kasus seperti ini, kita
ajukan pertanyaan mengapa seorang siswa cepat lapar? Untuk itu, kita ajukan
hipotesis bahwa siswa akan cepat lapar jika makanan yang dimakan kurang
memenuhi standar gizi dan energi yang dihasilkan oleh makanan tersebut
sedikit. Kemudian secara induktif kita uji untuk mengetahui apakah hasil
pengujian mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang diajukan tersebut.

2.3 Kesalahan Penalaran

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-


hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir untuk mengambil keputusan.
Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar
lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan
emosi. Salah nalar ada dua macam:

1. Salah nalar induktif, berupa :


a. kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,

b. kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,

c. kesalahan analogi.

2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :


a. kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;

b. kesalahan karena adanya term keempat;

c. kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan

d. kesalahan karena adanya 2 premis negatif.

Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.

2.3.1 Pengertian dan contoh salah nalar :

1. Gagasan,
2. pikiran,

3. kepercayaan,

4. simpulan yang salah, keliru, atau cacat.

Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang
mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena
kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap
atau salah tulis misalnya.

Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan


yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini
adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut
salah nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut
penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan
informal dan karena materi dan proses penalarannya yang merupan kesalahan
formal. Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah, keliru, atau
cacat disebut sebagai salah nalar.

Berikut ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :


A. Generelisasi terlalu luas

Contoh : perekonomian Indonesia sangat berkembang

B. Analogi yang salah

Contoh : ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga
terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualya
dengan harga terjangkau.

2.3.2 Jenis-Jenis salah nalar


A. Deduksi yang salah
Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak
memenuhi persyaratan.
contoh : -Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas. -
Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.

B. Generalisasi terlalu luas


Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi
tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang
diambil menjadi salah.
Contoh : -Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi
manusia Pancasilais sejati.
-Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu
cepat pecah.
C. Pemilihan terbatas pada dua alternatif

Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan
pemilihan jawaban yang ada.
Contoh : Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak
diketahui orang lain.

D. Penyebab Salah Nalar


Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:- Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan
mengurusi makam leluhurnya.
- Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.

E. Argumentasi Bidik Orang

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang
dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena
petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.

F. Analogi salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang
lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain.
Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan
tugasnya dengan baik.

2.3.3 Konsep dan simbol dalam penalaran


Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk
mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam
penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa
argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan
simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah
kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen.
Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah
aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian
dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan
terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi
penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi
sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam melakukan penulisan, penalaran dibutuhkan agar penulis maupun
pembaca dapat berfikir logis. Logis yang mencakup fakta, data dan informasi
sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. Aspek penalaran sangat diperhatikan
dalam setiap penulisan karangan ataupun jenis tulisan lainnya. Penulis harus
mengenal setiap kriteria dan mengetahui prinsip proses penarikan kesimpulan.
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan
fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa
pengetahuan. Terdapat dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan
induktif.
Metode induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa
khusus sebagai hasi pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat umum.
Metode deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum yang kesimpulannya berupa pengetahuan baru yang bersifat
lebih khusus.
Bentuk bentuk penalaran antara lain silogisme, entinem, generalisasi dan
analogi. Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal, entinem
merupakan kesimpulan dari silogisme, generalisasi adalah proses penalaran yang
bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum dan analogi adalah
membandingkan dua hal yang memiliki sifat yang sama.
Pada intinya penalaran berguna untuk menambah daya berpikir logika
sehingga menimbulkan disiplin intelektual untuk memperoleh kebenaran dan
menghindari kesesatan. untuk menemukan kebenaran dapat dicapai jika syarat –
syarat dalam menalar dapat dipenuhi :
• Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang
akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
• Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah
premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi
sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti
penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan
berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang
dijadikan sebagai premis tepat.
5.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan di
dalamnya. Oleh karena itu, kami menyarankan pembaca untuk mebaca literatur
yang lebih resmi seperti literatur yang dikeluarkan oleh KEMENDIKBUD dan
membaca pedoman mengenai Penalaran Ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. 2015. Pedoman Penalaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan

Kemendikbud. 2011.Penalaran Induktif Bahasa Indonesia. Jakarta : Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan

Kemendikbud. 2007. Pedoman Umum Penalaran induktif dan Salah Nalar. Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai