Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT ILMU

LOGIKA ILMU DAN BERPIKIR ILMIAH

Disusun Oleh:

Group 5/Semester I A
Suprapto Gunawan (20186012010)
Meggie Ullyah Mirianda (20186012019)

PROGRAM PASCA SARJANA


PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2
A. Pengertian Logika Ilmu..............................................................................2
B. Macam-macam Logika..............................................................................2
C. Pengertian Berpikir Ilmiah.........................................................................4
D. Kelemahan Berpikir Ilmiah........................................................................5

BAB III PENUTUP............................................................................................7


A. Kesimpulan................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan berfikir dilakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berfikir
merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Akal manusia pada hakikatnya
memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai masalah yang ada, karena ilmu logika
merupakan ilmu yang mengatur cara berfikir manusia, maka keperluan kita kepada ilmu
logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada suatu cara berpikir yang benar.
Sedangkan berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti
perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literartur dan menarik kesimpulan yang
kesemua langkah tersebut harus didukung dengan alat atau sarana ilmiah yang baik.

Harus disadari bahwa setiap orang  mempunyai kebutuhan untuk berpikir


serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir,
berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan   yang penuh
kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam
dan arti keberadaan dirinya di dunia.

B. Rumusan Masalah
1. 1. Apa pengertian logika ilmu?
2. Apa saja macam-macam logika ilmu?
3. Apa pengertian dari berpikir ilmiah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari logika ilmu.
2. Mengetahui macam-macam logika ilmu.
3. Mengetahui pengertian dari berpikir ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Logika Ilmu


Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Nama logika
untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi
dalam arti “seni berdebat”, Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3
sesudah Masehi adalah orang pertama yang mempergunakan kata “logika” dalam arti
ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika adalah salah satu
cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk
berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan
rasional untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal
budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika secara luas
dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid.
Menurut Hakim dan Saebani (2008) bahwa logika merupakan ilmu tentang
pedoman (peraturan) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukannya kebenaran
dalam lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya. Yang bermaksud untuk
digunakan agar kita dapat membetulkan pemikiran orang lain atau agar orang lain
dapat membenarkan pemikiran kita, atau kita dapat membetulkan pemikiran kita
sendiri.
Menurut Kattsoff (2004), Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai
penyimpulan yang lurus. Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan
serta cara untuk mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh suatu perangkat
premis.

B. Macam-macam Logika
Macam-macam Logika menurut Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-104)
Yaitu logika deduktif dan logika induktif ;

a) Logika Deduktif

Logika deduktif, kadang disebut penalaran deduktif adalah penalaran yang


membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika
kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-
premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau
salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya
merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus, yang
disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.

Contoh argumen deduktif:

Ø Semua karyawan baru Astra mendapatkan pelatihan

Ø Ariel adalah Karyawan baru Astra

Ø ∴ Ariel mendapatkan pelatihan

b) Logika Induktif

Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif—adalah penalaran yang


berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif
dimualai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.

Contoh argumen induktif:

Ø Kuda Sumba punya sebuah jantung

Ø Kuda Australia punya sebuah jantung

Ø Kuda Amerika punya sebuah jantung

Ø Kuda Inggris punya sebuah jantung

Ø ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

C. Pengertian Berpikir Ilmiah


Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk
akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah
proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada
sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal
yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau
kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum.

Menurut Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam, yaitu
Metode analitiko sintesa dan metode non deduksi.
1) Metode analitiko sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode
sintesi.
a) Metode analisis
Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu
dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang
lainnya. Misalnya, seorang filusuf memahami kata atau istilah “keberanian”. Dari
segi ekstensi, dia mengungkapkan makna kata ini berdasarkan bagaimana kata ini
digunakan, dan mengetahui sejauh mana kata “keberanian” menggambarkan realitas
tertentu. Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam babak terakhir kita
memperoleh pengetahuan analitis.
b) Metode sintesis
Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan
cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga
menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas,
(2) Ilmu adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil sintetisnya yaitu Ilmu
adalah aktifitas, metode, dan produk.

2) Metode non deduksi


Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode
deduksi.
a) Metode induksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
umum. Contohnya: Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing
mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa,
kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang
mempunyai mata.
b) Metode deduksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Contohnya: setiap manusia yang ada didunia pasti suatu ketika pasti
akan mati, si Ahmad adalah manusia; atas dasar ketentuan yang bersifat
umum tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati
juga.

D. Kelemahan Berpikir Ilmiah


Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara
penalaran secara deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat
dengan rasionalisme atau empirisme. Memang terdapat beberapa kelemahan berpikir
secara rasionalisme dan empirisme, karena kebenaran dengan cara berpikir ini
bersifat relatif  atau tidak mutlak. Menurut Salam (2003) menyatakan ada beberapa
kelemahan yang dapat lihat yaitu sebagai berikut :
1. Metode berpikir ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-
objek material yang dapat di indera. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu
eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek)
dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor
yang asli. Dan melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai
kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun yang telah
mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu
kesimpulan berupa fakta material yang dapat diindera. 
2. Metode berpikir ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh
informasi sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan
keberadaannya. Kemudian memulai pengamatan dan percobaan atas materi.
Ini dikarenakan metode ini mengharuskan kita untuk menghapuskan diri dari
setiap opini dan keyakinan si peneliti mengenai subjek kajian. Setelah
melakukan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan
komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan
kesimpulan bersarkan sejumlah premis-premis ilmiah. 
3. Metode berpikir ilmiah bersifat tentatif, yaitu sebelum ada kebenaran ilmu
yang dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi
kesimpulan ilmiah bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan 
4. Metode berpikir ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk
sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan estetika 
5. Metode berpikir ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak
termasuk ke dalam kelompok ilmu. Demikian juga   halnya   dengan bidang
sastra yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan
metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuaannya. 
6. Pengetahuan yang berupa wahyu Ilahi merupakan kebenaran dari
pengetahuan yang bersifat mutlak, artinya tidak berubah sepanjang masa.
Metode berpikir ilmiah tidak bisa menjangkau untuk menguji adanya Tuhan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang
dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran.
Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran. Penalaran
sebagai salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Pengetahuan inilah yang
disebut dengan ilmu, dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir.
Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara umum induksi dan induksi
suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar didasarkan
pada pengetahuan yang dimiliki. Berpikir ilmiah berkaitan dengan gabungan dari
metode deduksi dan metode induksi. Jadi suatu proses pemikiran dapat dituangkan
dalam pembuatan metode ilmiah dan juga membuktikan tentang penalaran yang
melahirkan logika dibantu dengan metode deduksi dan induksi maka akan
menghasilkan pengetahuan yang baru. Dengan metode ilmiah pengetahuan akan
dianggap sah adanya.

DAFTAR PUSTAKA

Adib ,M (2010). Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.


Hakim,A&Saebani,A. (2008). Filsafat Umum. Pustaka Setia. Bandung.

Kattsoff, L. O. (2004). Pengantar Filsafat. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta

Salam, B. (2003). Pengantar Filsafat. Bumi Aksara. Jakarta.

Soemargono.S. (1983) Filsafat Pengetahuan. Bumi Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai