Anda di halaman 1dari 4

Logika

1. Definisi Logika
Menurut Bahasa (Etimologi)
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa (Amsal, 2004).
“Logika” diturunkan dari kata sifat “Logike” (Bahasa Yunani) yang berhubungan dengan
kata benda “Logos” yang artinya fikiran. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara
fikiran dan kata yang merupakan pernyataannya dalam bahasa. Berfikir adalah suatu
kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan. Logika adalah pengetahuan dari bidang filsafat
yang mempelajari tentang teknik, aturan, dan hukum – hukum penalaran/berfikir dengan
semestinya/seharusnya agar dapat memperoleh kesimpulan yang benar (Afraniati, 2002)
Menurut para ahli
a. Irving M.Copy > Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum – hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dan penalaran yang salah.).
b. M.Sommer > Logika adalah ilmu pengetahuan tentang karya – karya akal budi untuk
membimbing menuju yang benar > Ilmu Pengetahuan : dasar dari logika, Karya Akal Budi :
sasaran logika, Membimbing menuju yang benar : tujuan logika.
c. c.The Liang Gie > Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang
mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul.
2. Tipe Tipe Logika

Logika dalam arti sempit adalah searti dengan logika deduktif atau logika formal,
sedangkan dalam arti luas pemakaian logika terkait tentang sistem-sistem. Yaitu mencakup
asas-asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi dan tatanan (logika
formal atau logika simbolik).
a. Sifat dasar dan syarat pengetahuan dengan objek yang diketahui, ukuran kebenaran,
kaidah-kaidah pembuktian (epistemologi).
b. Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan-penyelidikan
ilmiah (metodologi).
Logika Deduktif dan Logika Induktif

Logika deduktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas


penalaran yang bersifat deduktif, yaitu penalaran yang merumuskan suatu kesimpulan
sebagai kemestian dari pangkal pikiran sehingga bersifat betul menurut bentuk dan
bekerjanya akal, yakni runtutannya serta kesesuaiannya dengan langkah-langkah dan
aturan-aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah tepat.
Sedangkan logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari
asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah kesimpulan umum.
Logika Formal dan Logika Material

Logika formal adalah mempelajari asas aturan atau hukum-hukum berfikir yang
harus ditaati agar orang dapat berfikir dengan benar mencapai kebenaran.
Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil
logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis sesungguhnya. Logika material
mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan
dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu
Logika Murni dan Logika Terapan

Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas-asas dan aturan- aturan
logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan- pernyataan
tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai
dalam pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan.
Logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang
ilmu, bidang-bidang filsafat dan juga dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa
sehari-hari.

Logika Filsafat dan Matematik


Logika filsafat dipertentangkan dengan logika matematik. Logika filsafat
(Philosophical Logic) merupakan ragam logika yang masih berhubungan erat dengan
pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban (Deontic Logic) dengan
etika atau logika arti (Intentional Logic) dengan metafisika.
Logika Matematika merupakan ragam logika yang menelaah penalaran yang benar
dengan menggunakan metode-metode matematik serta bentuk-bentuk, lambang-
lambang yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan
yang terdapat dalam bahasa biasa. Logika jenis ini sangat teknis dan dan ilmiah. Logika
matematika yang juga dianggap searti dengan logika simbolik disebut dengan Technical
Logic Scientific Logic. (Afraniati. 2009)
3. Tujuan Belajar Logika
Tujuan logika adalah sebagai studi ilmiah untuk memberikan prinsip – prinsip dan hukum –
hukum berpikir yang benar, antara lain (Afraniati, 2002) :
a. Logika menyatakan, menjelaskan dan mempergunakan prinsip – prinsip abstrak yang
dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan.
b. Pelajaran logika menambah daya berpikir abstrak dengan demikian melatih dan
menggembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
c. Logika mencegah kita tersesat dalam berfikir.
d. Menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan kondisi yang tepat.

e. Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan

4. Logika dan Penalaran Ilmiah


Penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Logika mempelajari masalah penalaran dan tidak semua kegiatan berpikir itu adalah sebuah
penalaran. Kegiatan penalaran dalam logika disebut juga dengan penalaran logis. Penalaran adalah proses
dari akal manusia yang berusaha untuk menimbulkan suatu keterangan baru dari beberapa keterangan
yang sebelumnya sudah ada. Dalam logika, keterangan yang mendahului disebut premis, sedangkan
keterangan yang diturunkannya disebut kesimpulan. Penalaran dianggap sebagai konsep kunci yang
menjadi pembahasan dalam logika. Penalaran adalah suatu corak pemikiran khas yang dimiliki manusia
untuk memecahkan suatu masalah.
 

Penalaran merupakan proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan. Supaya pengetahuan yang
didapat benar maka penarikan kesimpulan harus dilakukan dengan benar atau mengikuti pola tertentu.
Cara penarikan kesimpulan disebut logika. Ada dua cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan
logika deduktif.
Induksi merupakan cara berpikir dengan melakukan penarikan kesimpulan yang bersifat
umum/general berdasarkan kasus-kasus individu/spesifik. Kentungan kesimpulan yang bersifat umum ini
yang pertama adalah ekonomis. Dan yang ke 2 bahwa kesimpulan umum ini memungkinkan proses
penalaran berikutnya baik induktif maupun deduktif. Dengan demikian memungkinkan untuk
mendapatkan pengetahuan secara sistematis
Deduksi merupakan cara berpikir untuk melakukan penarikan kesimpulan dari peryataan umum
menjadi pernyataan khusus. Penalaran deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Dari premis mayor
dan premis minor kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Contoh :
Semua mahluk memiliki mata - premis mayor
Si A adalah makhluk - premis minor
Jadi Si A memiliki mata – kesimpulan
Ketepatan penarikan kesimpulan bergantung pada kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor
dan cara/keabsahan penarikan kesimpulan. Baik logika deduktif maupun induktif menggunakan
pengetahuan sebagai premis-premisnya berupa pengatahuan yang dianggapnya benar. Kaum rasionalis
menggunakan metode deduktif untuk menyusun pengetahuannya. Premis yang digunakannya berasal dari
ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. (Akhadiah, 2011)

Referensi
Akhadiah Sabarti. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Amsal Bakhtiar. 2004. Ilmu Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Afraniati Affan. 2002. Filsafat Logika. Padang : Azka Padang
Afraniati Affan. 2009. Logika Dasar. Padang : Hayfa Press

Anda mungkin juga menyukai