Anda di halaman 1dari 5

A.

    PENGERTIAN ILMU MANTIQ/LOGIKA


Sebelum kita memehami lebih dalam tentang ilmu mantiq hendaknya kita kupas satu persatu
secara tuntas definisi ilmu dan definisi mantiq.
Ilmu merupakan satu kata yang memiliki banyak arti. Ilmu dapat diartikan sebagai sesuatu
yang diketahui dan yang dipercayai secara pasti dan sesuai dengan kenyataan yang muncul dari
satu alasan argumentasi dalil. Selain itu ilmu juga berarti gambaran yang ada pada akal tentang
sesuatu. Seperti kambing, kuda dan lain-lain. Jika kambing disebut maka muncullah gambaran
pada akal dengan sendirinya. Ilmu seperti ini disebut ilmu tashawwur. Diantara fungsi ilmu ialah
untuk menelusuri segala sesuatu itu sesuai dengan kenyataannya atau tidak.
Ilmu mantiq secara etimologis atau bahasa berasal dari dua bahasa, yaitu bahasa arab nataqa
yang berarti berkata atau berucap dan bahasa latin logos yang berartiperkataan atau sabda.
Sedangkan Pengertian mantiq menurut istilah ialah Alat atau dasar yang gunanya untuk
menjaga dari kesalahan berpikir, atau sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula
berfikir sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari berfikir yang salah.
Ilmu mantiq sering disebut bapak segala ilmu ataudikatakan ilmu daari segala yang benar
karena ilmu mantiq ialah sebagai alat untuk menuju ilmu yang benar, atau karena ilmu yang
benar perlu pengarahan mantiq.
Jadi logika tidak terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode. Ada pula yang
mengatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan
penalaran yang sahih (valid).
William Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of inference, more
precisely the attempt to devise criteria for separating valid from invalid inferencesw (logika
adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran
guna memisahkan penyimpulan  yang sah dan yang tidak sah).
Sheldon Lachman, mengemukakan: Logic is the systematic discipline concerned with
the organization and development of the formal rules, the normative prosedures and the criteria
of valid inference (logika adalah cabang ilmu yang sistematis mengenai penyusunan dan
pengemebangan dari aturan formal, prosedur normatif, dan ukuran-ukuran bagi penyimpulan
yang sah).
Jan Hendrik Rapar, (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat  yang mempelajari,
menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur
serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan  demi mencapai kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional”.
Ir. Poedjawijatna, logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik
berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.
Hasbullah Bakry, logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hokum-
hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa logika
merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-
asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan
penyimpulan demi pencapaian kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
B.     OBJEK ILMU MANTIQ/LOGIKA
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan.
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek
material dan objek formal. Objek material dari sesuatu adalah hal yang diselidiki dari sesuatu itu,
mencakup yang konkret dan yang abstrak. Objek formal adalah sudut pandang dari objek itu
disorot sebagai pembeda dengan objek lainnya.
Objek material sesuatu ilmu pengetahuan mungkin saja dapat sama untuk beberapa ilmu
pengetahuan, namun ilmu-ilmu itu berbeda karena objek formalnya. Sebagai contoh: psikologi,
sosiologi, dan pedagogik memiliki objek material yang sama, yaitu manusia. Akan tetapi, ketiga
ilmu itu berbeda karena objek formalnya yang berbeda. Objek formal psikologi ialah aktivitas
jiwa  dan kepribadian manusia secara individual yang dipelajari lewat  tingkah laku, objek
formal sosiologi ialah hubungan antar manusia  dalam kelompok dan antar kelompok  dalam
masyarakat, sedangkan objek formal pedagogik ialah keegiatan manusia untuk menuntun
perkembangan manusia lainnya ke tujuan tertentu.
Perlu dicatat di sini bahwa yang pantas menjadi objek material suatu ilmu ialah suatu
lapangan, bidang, atau materi yang benar-benar konkret dan dan dapat diamati. Hal itu perlu
ditegaskan karena kebenaran  ilmiah adalah kesesuaian antara apa yang diketahui dengan objek
materialnya. Jika objek material itu abstrak dan tidak dapat diamati, tentu saja apa yang
diketahui  (pengetahuan) tidak mungkin dapat dicocokkan dengan objeknya. Dengan demikian,
tidak mungkin dapat dicapai kebenaran  yang merupakan kesesuaian pengetahuan dengan
objeknya itu.
Surajiyo, dkk. (2009:11) mengatakan lapangan dalam logika adalah asas-asas yang
menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur,
logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksudkan  berpikir di sini adalah kegiatan
pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah dan mengerjakannya ini terjadi
dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian
yang satu dengan pengertian yang lainnya. Dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan
dan ketepatannya. Oleh karena itu, berpikir lurus dan tepat merupakan objek formal logika.
C.    PEMBAGIAN ILMU MANTIQ/LOGIKA
1.      Logika makna luas dan logika makna sempit
Menurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang luas  dan dalam arti
yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud dipakai searti dengan logika deduktif atau
logika formal, sedangkan arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari
berbagai bukti dan bagaimana system-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi
pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang filsafat sekaligus,
seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.
a. Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan (logika formal
atau logika simbolis)
b. Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yang
diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian (epistemology).
c. Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan ilmiah (metodologi)
2.      Logika deduktif dan logika induktif
Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat
deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal
pikirnya sehiingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini yang terutama
ditelaah yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya dengan langkah-
langkah san aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah tepat dan sah.
Logika induktif merpakan suagam atu ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang
betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat
boleh jadi.penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi. Induksi adalah bentuk
penalaran atau enyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah hal kecil, atau
anggota suatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang diharapkan berlaku umum
untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu, tetapi yang kesimpulan sesungguhnya
hanya bersifat boleh jadi saja.
3.      Logika formal dan logika material
Mellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika formal, sedangkan logika
induktif kadang-kadang disebut logika material. Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat karena
menurut Fisk, logika formal hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagian yang
bertalian dengan perbincangan-perbincangan yang sah menurut bentuknya bukan menurut isinya.
(The Liang Gie, 1980).
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hokum-hukum yang berpikir yang harus ditaati,
agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari
langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan
kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya
pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan
metode ilmu pengetahua itu.
Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika material dinamakan
orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika formal adalah ilmu yang mengandung
kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk mencapai kebenaran.
4.      Logika murni dan logika terapan
Menurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek terhadap arti dari
pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang semua bagian dan
segi dari pernyataan dan pembuktian kecuali arti-arti tertentu dari istilah yang termuat di
dalamnya. (The Liang Gie,1980)
Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yan berlaku
umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam
sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terpaan adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap cabang ilmu, bidang
filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari. Apabila sesuatu
ilmu menggunakan asas dan aturan logika bagi istilahdan ungkapannya yang mempunyai
pengertian khusus dalam bidangnaya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah mempergunakan
sesuatu logika terapan dan ilmu yang bersangkutan, seperti logika ilmu hayat bagi biologi, dan
logika sosiologi bagi sosiologi.
5.      Logika filsafati dan logika matematik
Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih
berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat,  misalnya logika kewajiban dengan
etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik merupakan suatu ragam
logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta
bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan
yang terdapat dalam bahasa biasa. (The Liang Gie dan Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang
Daruni Asdi, 1980, hlm. 35-46)
D.    MANFAAT ILMU MANTIQ/LOGIKA
Setidaknya ada empat kegunaan dengan belajar logika, yaitu:
1.      Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,
tertib, metodis, dan koheren;
2.      Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
3.      Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
4.      Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.
Selanjutnya dikatakan bahwa bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan suatu keharusan.
Tidak ada ilmu pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuan tanpa logika
tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles,
bapak logika, yaitu  logika benar-benar merupakan alat bagi seluruh ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu pula, barang siapa mempelajari logika, sesungguhnya ia telah menggenggam master
key untuk membuka semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Di samping kegunaan di atas, Surajiyo, dkk. (2009:15) mengemukakan bahwa logika juga
dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Dari segi kemanfaatan teoritis, logika
mengajarkan tentang berpikir sebagaimana yang seharusnya (normatif) bukan berpikir
sebagaimana adanya seperti dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi, dsb.). Dari segi
kemanfaatan praktis, akal semakin tajam/kritis dalam mengambil putusan yang benar dan runtut
(consisten).

B. SEJARAH KEMUNCULAN ILMU MANTIQ/LOGIKA


Logika (mantiq) sebagai ilmu di Yunani pada abad ke 5 SM oleh para ahli filsafat kuno.
Dalam sejarah, telah tercataat bahwa pencetus logika ialah Socrates yang kemudian dilanjutkan
oleh Plato dan sdisusun dengan rapisebagai dasar falsafat oleh Aristoteles. Oleh sebab itu beliau
dinyatakan sebagai guru pertama dari ilmu pengetahuan.
Pada masa selanjutnya, terdapat perubahan-perubahan seperti yang dilakukan oleh Al-
Farabi, salah satu filsuf mislim yang sering dinyatakan sebagai maha guru keua dalam ilmu
pengetahuan. Pada masa Al-Farabi ilmu mantik dipelajari lebih rinci dan dipraktekkan, termasuk
dalam pentasdiqan qadhiyah.
Tokoh-tokoh lagika/ilmu mantiq kaum muslim yang tercatat oleh para pakar-pakar
diantaranya: Abdullah Ibn Al-Muqaffa, Ya’kub Ibnu Ishak Al-Kindi, Ibnu Sina, Abu Hamid Al-
Ghazali, Ibnu Rusyd Al-Qurtubi, Abu Ali Al-Haitsam, Abu Abdillah Al-Khawarizmi, Al-Tibrisi,
Ibnu Bajah, Al-Asmawi, As-Samarqandi, dan lain sebagainya.
Ilmu mantiq banyak membantu dalam perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.
Seperti yang dilakukan Immanuel kant, Descartes, dan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai