Anda di halaman 1dari 7

NAMA : DIPAL WANANDA

NIM : 2002025181
PRODI/KELAS : MANAJEMEN(1-E)
PELAJARAN : FILSAFAT
PENGAJAR : PAK MASUD HMN. H.

1.
a. Aksiologi filsafat berdasarkan nilai menurut menurut Immanuel Kant
Immanuel Kant mengkritik empirisme, bahwa empirisme harus dilandasi dengan teori – teori
dari rasionalisme sebelum dianggap sah melalui proses epistomologi. Anggapan Kant tentang
empirisme, bahwa empirisme ( pengalaman ) bersifat relatif tanpa adanya landasan teori.
b. Filsafat idealisme menuruT Bung Hatta
Bung Hatta menyerahkan mahar nikahnya berupa bingkisan buku. Buku yang berjudul “ Alam
Pikiran Junani” yang ditulisnya sendiri pada masa ia sekolah di Belanda. Buku itu menjelaskan
perjalanan filsafat ilmu pengetahuan terutama mengenai idealisme kemanusiaan klasik yang
tuntas.
Secara garis besar, alur idealisme bersifat serba cita, yang seiring selaras dengan spiritulisme
serba ruh, hadir dalam jiwa
Dengan kata lain hakikat materi adalah ruhani yang dikaitkan dengan :
 Nilai ruh lebih tinggi dari fisik.
 Alam fisik bukanlah sesuatu yang hakiki, meskipun objek nyata.
Bung hatta berpendapat bahwa idiealisme dijawantahkan dalam dua bentuk :
Pertama sebagi motor pengerak, menerobos serta meringsek.Mengibarkan,melaksanakan nilai
idealesme itu.
Kedua, berfungsi sebagai pengendali, kontrol pada keadaan yang berlansung tak terkendali liar.
Dengan demikian berpikir filsafat sebagai ditunjukkan bung Hatta adalah keperluan intelektual
kita kini.Dalam persefektif ini kita berkayuh, bekerja dengan panduan idealisme filsafat. Aliran
idealisme yang penuh spiirit berisi ruh. Filsafat yang menyeingkirkan materialisme. Karena
materilisme bukan hakiki.
2. PENDEKATAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF BESERTA CONTOH
1. Pendekatan deduktif kerap dikontraskan dengan pendekatan induktif. Pendekatan
Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Dari segi bahasa, deduktif atau deduksi
berasal dari Bahasa Inggris, yaitu deduction yang artinya penarikan kesimpulan-
kesimpulan dari keadaan-keadaan umum atau menemukan yang khusus dari yang umum.
Pendekatan deduktif juga diartikan sebagai cara berpikir dimana pernyataan yang bersifat
umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan dalam
pendekatan deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana
digambarkan dalam penyusunan dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor)
dan sebuah kesimpulan.
Contoh pendekatan deduktif :
Semua makhluk hidup memerlukan udara (Premis mayor)
Dipal adalah makhluk hidup (Premis minor)
Jadi Dipal memerlukan udara (Kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil bahwa si Dipal memerlukan udara adalah sah menurut
penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditasrik secara logis dari dua permis yang
mendukungnnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka dapat dipastikan bahwa
kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah,
meskipun kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya adalah tidak
sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni
kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan
kesimpulan.
2. Pendekatan Induktif merupakan pendekatan yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Hukum yang disimpulkan pada fenomena
yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Berpikir induktif
adalah bentuk dari apa yang disebut generalisasi. Induksi (induction) adalah cara
mempelajarai sesuatu yang bertolak dari hal-hal khusus untuk menentukan hukum atau
hal yang bersifat umum. Metode berpikir induktif merupakan cara berpikir yang
dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual. Oleh karena itu, penalaran induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang khusus dan terbatas
dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Contoh induktif :
Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-
pertanyaan yang telah diajukan. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat
umum. Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah
mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya.
Dari kenyataan –kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni
semua.

3. LANGKAH-LANGKAH METODE ILMIAH SEBAGAI BERIKUT :


• Merumuskan masalah
• Merumuskan hipotesis
• Mengumpulkan data
• Menguji hipotesis
• Merumuskan kesimpulan

Merumuskan Masalah
Langkah-langkah metode ilmiah dimulai dengan sebuah kesadaran akan adanya masalah.
Permasalahan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
Kenapa? Sebab dengan menggunakan kalimat tanya, orang yang melakukan metode ilmiah akan
dimudahkan dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, untuk kemudian menganalisis
data tersebut, hingga terakhir … menyimpulkannya.
Merumuskan Hipotesis
Menurut KBBI, hipotesis /hi.po.te.sis/ adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau
pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus
dibuktikan.
Jadi hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya
untuk kemudian dibuktikan dengan penelitian / eksperimen terhadap data-data yang telah
dikumpulkan. Dalam langkah-langkah metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, merumuskan
hipotesis sangatlah penting. Rumusan hipotesis yang jelas bisa membantu mengarahkan peneliti
melanjutkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan
eksperimen, seorang saintis / peneliti merasa semua data yang menunjang pada hipotesis sangat
penting. (Sehingga tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data –sbh). Oleh sebab itu, melalui
rumusan hipotesis yang baik dan benar akan memudahkan saintis / peneliti untuk mengumpulkan
data-data yang dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan proses berpikir ilmiah dilaksanakan untuk
menguji hipotesis yang telah dirumuskan saja.
Mengumpulkan Data
Dalam langkah-langkah metode ilmiah, pengumpulan data merupakan tahapan yang sedikit
berbeda dari tahapan-tahapan lain sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan di lapangan.
Seorang saintis / peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah harus mengumpulkan data
dengan mendasarkannya pada hipotesis yang telah dirumuskan. Pengumpulan data sangat
berperan penting dalam langkah-langkah metode ilmiah, sebab akan berkaitan dengan pengujian
hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis, bergantung pada data yang dikumpulkan.
Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan di atas sebelumnya, bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu
rumusan masalah yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakikatnya adalah sebuah proses
pengujian hipotesis.Dalam tahapan atau langkah menguji hipotesis, saintis / peneliti tidak
menyalahkan atau membenarkan hipotesis, namun menolak atau menerima hipotesis tersebut.
Oleh karena itu, sebelum proses pengujian hipotesis dilakukan, seorang saintis / peneliti harus
terlebih dahulu menentukan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang
ditentukan, maka akan semakin tinggi juga derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian /
eksperimen. Hal ini dimaklumi sebab taraf signifikansi berkaitan dengan parameter / ambang
batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
Merumuskan Kesimpulan
Langkah terakhir dalam langkah-langkah metode ilmiah dan berpikir ilmiah pada sebuah metode
ilmiah adalah kegiatan merumuskan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan
rumusan masalah yang telah diajukan di awal. Simpulan atau kesimpulan ditulis dalam bentuk
kalimat deklaratif secara singkat dan jelas. Hindari untuk menulis data-data yang tidak relevan
dengan rumusan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Hal ini perlu
ditekankan sebab banyak peneliti terkelabui dengan temuan yang dianggapnya penting,
walaupun pada hakikatnya tidak bersesuaian dengan rumusan masalah yang diajukannya.

4. Hubungan Ilmu dan Agama


• Pandangan sains
agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang kajian agama adalah
metafisik, sedangkan bidang kajian sains / ilmu pengetahuan adalah alam empiris.
Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari alam.
• Dalam segi tujuan
agama berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia didunia
dan di akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana mempermudah
aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama, ilmu pengetahuan adalah
persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.
• Agama dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena
masing-masing berbeda fungsinya. Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan
makna pengalaman secara lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan
pengalaman yang bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan kesadaran dan pengertian
keagamaan yang mendalam.

• hubungan antara agama dan ilmun pengetahuan dalam pandangan ian G.Barbour
dalam bukunya W Ben Sains meets religion, terdapat 4 tipologi pandangan dalam melihat
hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama, :
A. Pendekatan konflik yang memandang agama sebagai musuh ilmu pengetahuan.
B. Pendekatan independensi yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan dan agama
tidak bisa saling memberikan penilaian ( judgement). Perbedaan ini di latar belakangi
oleh adanya perbedaan metodologi dan adanya upaya menghindari konflik antara
keduanya.
C. Pendekatan dialog yang berupaya melihat adanya kesamaan dan perbedaan antara
ilmu pengetahuan dan agama. Bagi barbour, pendekatan dialog bersifat lebih
kontruktrif dari pada idependensi karna keduanya sama sama menjadi sarana
memahami realitas sebgai sumber pengetahuan manusia.
D. Pendekatan integrasi yang merupakan kelanjutan dari tuntutan alamiyah dari
pendekatan dialog karna pendekatan integrasi akan memberi penjelesan yang lebih
sistematis dan konstruktif tentang hubungan ilmu pengetahuan dan agama.

5. HUBUNGAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DENGAN WABAH PENYAKIT DALAM


AJARAN ISLAM
kerusakan lingkungan terjadi ratarata oleh ulah perbuatan manusia, dengan perbuatan manusia
yang sewenang²nya saja merusak lingkungan, dari situ pasti akan ada bencana atau wabah yang
didapat/ terjadi.
Maka dari itu kerusakan lingkungan dengan wabah penyakit memiliki hubungan ikatan, sehingga
enbromen etik tanggung jawab lingkungan penting, untuk membatasi perilaku, tingkah laku, dan
upaya untuk mengendalokan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kewajaran
lingkungan. Karena alam yang diberikan oleh Allah harus dijaga bukan dirusak.

6.ESSAY PERILAKU EKONOMI DAN MORAL HAZARD


Sudah banyak penelitian empiris yang menunjukkan kontribusi positif sector perbankanterhadap
pertumbuhan ekonomi. Industri perbankan mempunyai peran strategis untukmenunjang
pembangunan nasional melalui peran intermediasi antara pihak kelebihan dana(surplus fund) dan
yang membutuhkan dana (deficit fund). Rasa kenyamanan dan keamananbagi pemilik dana
adalah salah satu faktor penting yang harus dijaga oleh pelaku perbankanagar supaya tidak
terjadi penarikan dana nasabah yang bisa berakibat terhadapkeberlangsungan suatu bank.
Akhir-akhir ini, perbankan nasional kita lagi diterpa berbagai ujian yang mencorengintegritasnya
yang jika tidak diantisipasi secara cepat akan berakibat pada hilangnya rasakenyamanan dan
keamanan para pemilik modal.Berita terakhir yang cukup memukul citra industri perbankan
nasional adalah kasuspembobolan deposito PT. El Nusa di Bank Mega yang diduga melibatkan
pihak internal bankMega dan Manager keuangan El Nusa sendiri. Akibat kejahatan perbankan
ini, El Nusadiperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp 111 miliar atas deposito yang disimpan
di bankMega.
Kasus sebelumnya yang tidak kalah mencoreng citra perbankan adalah kasus
penggelapannasabah bank asing, Citibank Indonesia, hingga Rp 17 miliar yang lagi-lagi
melibatkanmantan pegawainya sendiri, Malinda Dee. Sebelum kasus ini terkuak, bank asing ini
telahditerpa kasus penggunaan kekerasan yang melibatkan debt collector dalam
penanganannasabah kartu kredit yang berujung pada meninggalnya Irzen Octa setelah
diinterogasi dikantor Citibank.
Kejahatan perbankan yang silih berganti, mulai kasus letter of credit (LC) fiktif,
pembobolanATM dan rekening nasabah tentunya akan menggerogoti integritas lembaga
perbankansebagai lembaga intermediasi yang bisa menghadirkan kenyamanan dan kemanana
pagi parapemilik modal.Jika jumlah modal yang digelapkan jumlahnya signifikan dan
menciptakan efek psikologisterhadap investor lain maka bisa berujung pada risiko sistemik
lantara efek domino yangditimbulkannya. Tapi jika sebaliknya, maka tidak akan berpengaruh
tehadap perbankannasional.
Jika dilihat lebih dalam, kejahatan perbankan yang didalangi oleh pihak internal sendiri
tidakhanya disebabkan oleh lemahnya sistem pengawasan tapi lantaran lemahnya moral
danakhlak para pemegang amanah dana masyarakat tersebut yang berujung pada perilaku moral
hazard. Sebaik apapun sebuah system, jika tidak didukung dan dioperasikan oleh SDM
yangberintegritas kuat maka akan berujung pada penyalahgunaan system. Orang dibalik
sistemlahyang paling menentukan, the man behind the system.
Perilaku Ekonomi Islam
Dalam pandangan ekonomi dan keuangan Islam, pelaku ekonomi harus dituntun dandikontrol
agar berjalan seirama dengan ajaran Islam secara keseluruhan. Menurut Prof. Dr.Arif Zakaullah,
Ekonomi Islam merupakan representasi perilaku ekonomi umat Muslimuntuk menjalankan
ajaran Islam secara menyeluruh.
Kolom Opini, Koran Fajar Makassar, 29 April 2011Kehadiran ekonomi Islam bukan hanya
sekedar untuk menjustifikasi hukum terhadapfenomena ekonomi yang terjadi tetapi lebih
menekankan padapentingnya implementasi spiritIslam dalam aktivitas ekonomi.
Mengimplementasikan sistem etika ekonomi Islam dalamkegiatan ekonomi yang bertujuan untuk
mengembangkan moral individu dan masyarakat.
Dr. Yusuf al-Qardawi lebih spesifik menjelaskan nilai dan akhlak dalam ekonomi Islam
danmu’amalat Islam yang didasarkan pada empat nilai utama, yaitu: rabbaniyyah
(ketuhanan),akhlak, kemanusiaan dan pertengahan.
Ekonomi ilahiah titik berangkatnya dari Allah,tujuannya mencari ridho Allah dan cara-caranya
tidak bertentangan dengan syariat-Nya.Kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, pertukaran
dan distribusi diikat oleh prinsipIlahiah dan tujuan Ilahi.
Sebagai respon terhadap beberapa kasus moral hazard yang terjadi di lembaga perbankanyang
notabene memiliki reputasi operating procedure yang baik, perlu ditekankan padapembangunan
karakter perilaku ekonomi yang berbasiskan nilai-nilai agama yang kuat. Jikaprinsip ajaran
ilahiah dan akhlak mulia telah terinternalisasi pada perilaku individu baikdalam aktivitas
ekonomi maupun perbankan, akan dengan sendirinya menjadi self controluntuk tidak terjerumus
pada moral hazard seperti penyalahgunaan amanah dana nasabah.
Perbankan syariah adalah salah satu bentuk konkrit nyata, usaha integrasi nilai dan prinsipagama
Islam, SDM dan sistem perbankan. Ajaran agama Islam menjelma kedalam karakterpara pelaku
dan sistem perbankan.
Sistem yang kuat yang diikuti oleh SDM yang berintegritas yang berbasiskan pada prinsip-
prinsip ajaran agama akan menciptakan kondisi perbankan yang minim potensi moral hazard

Anda mungkin juga menyukai