Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi Penalaran
Penalaran adalah proses berfikir yang didasarkan atas pengamatan secara
empiris yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian yang logis. Penalaran
adalah suatu proses berfikir yang logis dengan berusaha menghubung – hubungkan
fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan.
B. Metode Penalaran
1. Penalaran Induktif
Proses berfikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena / gejala
individual untuk menurunkan suatu kesimpulan ( inferensi ) yang berlaku umum.

Proses berfikir induktif dibedakan menjadi atas :

a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses berfikir berdasarlan pengamatan atas
sejumlah gejala dengan sifat – sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum
mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Untuk membuat generalisasi
harus memenuhi ketentuan berikut :
a) Cukup memadai
Artinya gejala – gejala khusus / sampel yang diamati sebagai dasar
penarikan kesimpulan mencukupi jumlahnya. Apabila jumlah tidak
memadai , maka generalisasi itu akan menjadi terlalu luas. Gejala yang
diamati perlu dilihat jenisnya, apakah homogeny atau heterogen.
b) Cukup mewakili
Artinya sampel meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai generalisasi
atau sampelnya mewakili populasi.
c) Kekecualian
Jika disimpulkan umum terlalu banyak kekecualian, maka tidak dapat
diambil generalisasi. Dalam hal ini, hindari kata – kata setiap, semua,
gunakan kata cenderung, pada umumnya, rata – rata pada mayoritas yang
diteliti , dan sebagainya. Jika menggunakan bahasa kuantitatif langsung
saja menyatakan presentase data yang diteliti.

Berikut syarat – syarat generalisasi ilmiah yang lebih mementingkan


keabsahan metode yang digunakan yaitu :
o Data dikumpulkan melalui observasi yang cermat, pencatatan
dilakukan dengan tepat, teliti, menyeluruh dan terbuka terhadap
pengujian lain.
o Menggunakan instrument yang tepat untuk mengukur dan
mendapatkan data.
o Melaksanakan pengujian, perbandingan dan klasifikasi data.
o Pernyataan generalisasi jenis, sederhana, menyeluruh , padat dan
sistematis
o Hasil observasi dirumuskan dengan mempertimbangkan variasi waktu,
tempat dan keadaan lainnua
o Dipublikasikan untuk dapat diuji, dikritik dan dites.
b. Analogi
Analogi induktif adalah proses berfikir untuk menarik kesimpulan/inferensi
tentang kebenaran suatu gejala khusu berdasarkan beberapa gejala khusus lain
yang memiliki sifat – sifat / cirri – cirri esensial penting yang bersamaan.
Yang diperhatikan dalam analogi adalah persamaan yang dipakai dasar
kesimpulan benar – benar memiliki kesamaan dan ciri esensial yang penting
yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang di kemukakan.
Contoh :
Kesimpulan beberapa ilmuan menyatakan bahwa anak kera dapat diberi
makan seperti anak manusia berdasarkan kesamaan yang terdapat pada sistem
pencernaan anak kera dan anak manusia. Kesimpulan ini sah, karena dasar
kesimpulannya ( sistem pencernaan ) merupakan ciri esensial yang
berhubungan dengan kesimpulan ( cara memberi makan ).
Selain analogi induktif dalam tulis menulis dikenal juga analogi deklaratif
yaitu teknik menjelaskan dalam tulisan dengan mendahulukan hal yang telah
diketahui sebelum memperkenalkan hal yang baru, yang mempunyai
kesamaan dengan hal di atas.
Contoh :
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun
oleh batu – batu, tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu,
sebagaimana tidak semua kumpulan batu itu rumah.
c. Sebab akibat
Prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa
harus ada penyebabnya. Terdapat 3 pola hubungan sebab akibat :
1. Penalaran dari sebab akibat
Dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui, untuk
menarik kesimpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.
Contoh :
Anda seorang diri tinggal di sebuah kamar sewa dengan penerangan lampu
listrik. Pada libur akhir semester, anda tinggal di rumah orang tua selama
satu bulan. Sepulang liburan, anda baru sadar bahwa sebelum berangkat
liburan anda tidak mematikan lampu kamar. Dari kenyataan ini, anda
menarik kesimpulan bahwa anda akan membayar uang langganan listrik
lebih tinggi dari pada bulan – bulan sebelumnya.
2. Penalaran dari akibat ke sebab
Dimulai dari suatu akibat yang diketahui, kemudian dipikirkan apa yang
mungkin menjadi penyebabnya. Penalaran ini bersifat exspost facto ( hal
yang sudah terjadi ), misalnya menentukan penyebab kematian,
kecelakaan, proses peradilan dan cerita detektif.
Contoh :
Anda pergi kedokter dengan keluhan sakit kepala. Gejala sakit kepala ini
akibat dari sesuatu. Pekerjaan dokter akan menemukan penyebab dan
memberikan pengobatan yang tepat.
3. Penularan dari akibat ke akibat
Berpangkal dari suatu akibat dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa
memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.
Contoh :
Ketika pulang kuliah, anda melihat jalan – jalan basah dan becek. Anda
segera menarik kesimpulan bahwa pakaian anda dijemur diluar tentu
basah. Pakaian basah bukan disebabkan oleh tanah yang basah dan becek.
Kedua gejala tersebut disebabkan oleh hal yang tidak anda pikirkan yaitu
hujan.
Untuk mendapatkan kesimpulan sebab – akibat yang benar, perlu diperhatikan
hal hal berikut :

 Tidak adakah sesuatu yang dapat mencegah timbulnya gejala yang


diakibatkan oleh sesuatu penyebab yang diamati ? dalam penalaran sebab –
akibat, harus diyakini bahwa garis penalaran, langsung tidak diputus oleh
faktor – faktor eksternal. Misalnya, seorang anak akan tertular cacar bila
dicampurkan dengan anak yang kena cacar, kecuali anak itu sudah divaksin
cacar.
 Tidak adakah faktor lain yang menyebabkan terjadinya akibat? Dalam
penalaran akibat ke sebab, sering dilupakan penyebab lain yang berperan
menimbulkan sebab. Misalnya , prestasi mahasiswa turun karena jam
pelajaran diberikan pada siang hari. Apakah betul demikian? Tidakkah ada
faktor lain ?
 Adakah penyebab umum yang menimbulkan akibat – akibat. Apakah
penyebab itu adalah satu – satunya yang menimbulkan kedua akibat
tersebut ?

Penalaran sebab akibat kelihatannya sederhana, tetapi ada juga penalaran


sebab akibat yang cukup rumit. Anda perlu memperlajari proses berfikir /
bernalar dengan benar sehingga anda dapat bernalar dengan logis dan tidak
dipengaruhi oleh sikap pribadi. Kepercayaan / takhayul, pandangan politik,
atau prasangka.

2. Penalaran deduktif
penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang bersifat umum kepada yang
khusus. Jika kita mengetahui S, sedangkan P adalah bagian dari S, maka dapat
ditarik kesimpulan tentang P. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak
menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada
premisnya. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimem.
a. Silogisme
Silogisme adalah cara berfikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan
sehari – hari, kita menemukan polanya saja, misalnya ia dihukum karena
melanggar peraturan X, sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau
silogisme, yaitu :
d) Semua yang melanggar peraturan X akan dihukum
e) Ia melanggar peraturan X
f) Ia dihukum

Sebuah silogisme terdiri atas tiga term ( mayor, tengah, dan minor ) dan tiga
proposisi ( premis mayor, premis minor, dan kesimpulan ).

Contoh :

1. Premis mayor : semua cendekiawan adalah manusia pemikir


S P ( term mayor )
2. Premis minor : semua ahli filsafat adalah cendekiawan
S ( term minor ) P ( term tengah )
3. Kesimpulan : semua ahli filsafat adalah manusia pemikir

S P

a) Penjelasan
Proposisi 1 dan 2 merupakan premis , yaitu pernyataan dasar untuk
menarik kesimpulan pada proposisi 3
Proposisi 1 merupakan premis mayor , yaitu premis yang mengandung
pernyataan dasar umum yang dianggap benar di kelasnya. Di dalamnya
terdapat term mayor ( manusia pemikir ) yang akan muncul pada
kesimpulan sebagai predikat.
Proposisi 2 merupakan premis minor yang mengemukakan pernyataan
tentang gejala khusus yang merupakan bagian kelas premis mayor. Di
dalamnya term minor ( ahli filsafat ) yang akan menjadi subjek dalam
kesimpulan .
Term mayor dihubungkan oleh term tengah ( cendekiawan ) yang tidak
boleh diulang dalam kesimpulan. Yang memungkinkan kita menarik
kesimpulan ialah adanya term tengah.

Dari penjelasan tersebut dapat diringkas sebagai berikut :

Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal


Proses penalaran dimulai dari premis mayor, melalui premis minor
sampai pada kesimpulan
Strukturya tetap ; premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
Premis mayor berisi pernyataan umum
Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus merupakan bagian
premis mayor ( term mayor )
Kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya
b) Persyaratan silogisme
Didalam silogisme hanya mungkin terdapat tiga term
Contoh : semua manusia berakal budi
Semua mahasiswa adalah manusia
Semua mahasiswa berakal budi
Dari premis mayor partikular dan premis minor negatif tidak dapat
ditarik kesimpulan
Premis mayor dalam silogisme mungkin berasal dari teori ilmiah.
Penarikan kesimpulan dari teori ini mudah diuji. Tidak jarang premis
mayor berasal dari pendapat umum yang belum dibuktikan
kebenarannya.
b. Entinem
Dalam kehidupan sehari – hari, silogisme yang kita temukan berbentuk
entinem yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak
diucapkan karena sudah sama – sama diketahui.
Contoh :
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain
Kalimat diatas dapat dipenggal menjadi dua
a) Menipu adalah dosa
b) Karena ( menipu ) merugikan orang lain

Kalimat a) merupakan kesimpulan , kalimat b) adalah premis minor ( bersifat


khusus ) maka silogisme dapat disusun :
Premis mayor :?
Premis minor : menipu merugikan orang lain
Kesimpulan : menipu adalah dosa
Dalam kalimat itu, yang dihilangkan adalah premis mayor. Perlu
diingat bahwa premis mayor bersifat umum, jadi tidak mungkin sebyeknya
menipu. Kita dapat berpikir kembali dan menentukan premis mayornya, yaitu
perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.
Entinem juga dapat dibuat dengan menghilangkan premis minornya.
Misalnya, perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa, jadi menipu
adalah dosa.
Untuk mengubah entinem menjadi silogisme , mula – mula kita cari
kesimpulannya. Kata – kata yang menandakan kesimpulan ialah jadi, maka,
karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, cari/tentukan
premis yang dihilangkan.
Contoh :
Pada malam hari tidak ada matahari, jadi tidak mungkin terjadi proses
fotosintesis.
Bentuk silogismenya adalah
Premis mayor : fotosintesis memerlukan sinar matahari
Premis minor : pada malam hari tidak ada matahari
Kesimpulan : jadi, pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis
Sebalinya , untuk mengubah silogisme menjadi entinem, cukup dengan
menghilangkan salah satu premisnya.
Contoh :
Premis mayor : anak – anak berusia di atas sebelah tahun telah mampu
berfikir formal
Premis minor : siswa kelas 6 di indonesia telah berusia lebih dari
sebelas tahun
Kesimpulan : siswa kelas 6 di indonesia telah mampu berfikir formal

Entinem dengan penghilangan premis mayor


Siswa kelas 6 di indonesia telah berumur di atas sebelas tahun, jadi
mereka mampu berfikir formal.
Entinem dengan penghilangan premis minor
Anak – anak yang berusia di atas sebelas tahun telah mampu berfikir
formal, karena itu siswa kelas 6 di indonesia mampu berfikir formal
C. KESALAHAN BERNALAR
Dalam ucapan atau tulisan, sering kita jumpai pernyataan yang mengandung
kesalahan. Kesalaha ini terjadi secara tidak sadar karena kondisi mental yang tertekan
atau tidak menyenangkan, misalnya salah tulis atau salah ucap. Ada juga kesalahan
karena ketidaktahuan dan sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalah yang
diuraikan disini adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses bernalar/berfikir,
yairu kesalahan dalam berbahasa atau kesalahan informal dan kesalahan formal.
1. Kesalah informal
Sebagai sarana berfikir , bahasa mengandung kelemahan karena kata – kata sering
kabur/ tidak tegas maknanya, demikian halnya dengan kalimat. Perhatikan kalimat
berikut :
 Anak dosen yang cantik itu adalah mahasiswi UI ( siapa yang cantik :
dosennya atau anaknya ? )
 Mukti berkata kepada temannya ardi bahwa ia harus berangkat sekarang juga
( menunjukan siapa ia, mukti atau ardi ?
Kesalahan informal dikelompokkan dalam kesalahan relevansi karena premisnya
tidak mempunyai hubungan dengan kesimpulan. Yang termasuk kesalahan jenis
ini adalah sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai