Anda di halaman 1dari 27

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR FUNGSI PENGARAHAN ( SUPERVISI )


1. Pengertian Supervisi
Supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segalam bantuan
dari pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan
para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Kegiatan supervisi semacam ini adalah merupakan dorongan, bimbingan dan
kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan para perawat. Supervisi
diartikan sebagai pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin. ( Prajudi Atmosudiro 1982 )
Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara
terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga
setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil,
aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan dari perawat.Supervisi mengandung pengertian yang lebih
demokratis. ( Thora Kron 1987),
Supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk
penyelesaian tugas-tugasnya. Dalam pelaksanaannya supervisi bukan hanya
mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang telah digariskan,
tetapi juga bersama para perawat bagaimanan memperbaiki proses keperawatan
yang sedang berlangsung. ( Swansburg 1999)
Jadi dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksanan
pasif, melainkan diperlukan sebagai patner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat
dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan diikutsertakan dalam usaha-
usaha perbaikan proses keperawatan. Dengan demikian supervisi diartikan sebagai
suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para tenaga
keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

3
2. Tujuan Supervisi
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini tidak hanya
meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya , juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan
perawatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervisi
adalah :
a. Mengorganisasikan staf dan pelaksanan keperawatan
b. Melatih staf dan pelaksana keperawatan
c. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan.
d. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
3. Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat.
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :
a) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja
ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara atasan dan bawahan.
b) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan
bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang
sia-sia akan dapat dicegah. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan,
sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok
dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
4. Prinsip – Prinsip Supervisi
Ada beberapa prinsip yang dilakukan di bidang keperawatan ( Nursalam,2007 )
antara lain :
a) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi

4
b) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepimpinan
c) Fungsi supervsi diuraikan dengan jelas,terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk,peraturan,tugas dan standart.
d) Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
e) Supervisi merupakan visi,misi,falsafah,tujuan dan rencana yang spesifik.
f) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,komunikasi
efektif,kreatifitas,dan motivasi.
Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdayaguna dalam pelayanan
keperawatan yang memberikan kepuasan klien,perawat dan manajer.

Menurut keliat (1993 ) prinsip supervisi keperawatan adalah sebagai berikut:


Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi rumah sakit

a) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,keterampilan hubungan


antar manusia,kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan
b) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisasi dan dinyatakan
melalui petunjuk,peraturan kebijakan dan uraian tugas standart.
c) Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antar supervisor dan
perawat pelaksana.
d) Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan
misi,falsafah,tujuan,dan rencananya yang spesifik untuk mencapai tujuan.
e) Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi
efektif,merangsang kreativitas dan motivasi.
5. Cara Supervisi
a. Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada
supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar
pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Cara
memberikan pengarahan yang efektif adalah :
1) Pengarahan harus lengkap
2) Mudah dipahami
3) Menggunakan kata-kata yang tepat

5
4) Berbicara dengan jelas dan lambat
5) Berikan arahan yang logika
6) Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
7) Pastikan bahwa arahan dipahami
8) Yakinkan bahwa arahan anda dilaksanakan atau perlu tindak lanjut
b. Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan,. Supervisor
tidak melihat langsung kejadian di lapangan, sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
c. Kegiatan rutin supervisor
Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya
(bittel,a987) adalah sebagai berikut:
1. Sebelum pertukaran shift (15-30 menit)
 Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
 Mengecek jadwal kerja
2. Pada waktu mulai shift (15-30 menit)
 Mengecek personil yang ada
 Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
 Mengatur pekerjaan
 Mengidentifikasi kendala yang muncul
 Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan.
3. Sepanjang hari dinas (6-7 jam)
 Mengecek pekerjaan setiap personil
 dapat mengarahkan, instruksi, mengoreksi atau memberikan
latihan sesuai kebutuhannya.
 Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera
membantu apabila diperlukan
 Mengecek pekerjaan rumah tangga
 Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja,
terutama untuk personil baru
 Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan
bantuan atau hal – hal yang terkait
 Mengatur jam istirahat personil

6
 Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu
dan mencari cara memudahkannya
 Mengecek kembali kecukupan alat / fasilitas/ sarana sesuai kondisi
operasional
 Mencatat fasilitas / sarana yang rusak kemudian melaporkannya
 Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
 Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.

4. Sekali dalam sehari (15-30 menit)


 Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk
15 menit
 Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti :
Keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan
pekerjaan dan lain sebagainya.
5. Sebelum pulang
 Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha
untuk memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya.
 Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan
mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya.
 Lengkapi laporan harian sebelum pulang
Membuat daftar pekerjaan untuk hariny
 membawa pulang memperlajari di rumah sebelum pergi bekerja
kembali.
d. Supervisor Keperawatan
Yang termasuk supervisor keperawatan adalah:
1) Kepala ruangan
kepala ruangan bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan diunit kerjanya. Kepala rungan merupakan ujung tombak
penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan dan pendokumentasian di unit kerjanya.
2) Pengawas Keperawatan
beberapa ruangan atau unit pelayanan berada di bawah satu instalasi,
pengawas perawatan bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pada

7
areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang berada dalam satu instalasi
tertentu, misalnya instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan dan lain-lain.
3) Kepala seksi
beberapa instansi digabung dibawah satu pengawasan kepala seksi.
Kepala seksi mengawasi pengawas keperawatan dalam melaksanakan
tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung. Kepala
Bidang keperawatan, Kabid Keperawatan bertanggung jawab untuk
melakukan supervisi kepada kepala seksi secara langsung dan semua
perawat secara tidak langsung.
e. Cara Supervisi menurut , (suyanto, 2009)
Supervisi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, penerapannya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tujuan supervisi.
1. Supervisi Langsung :
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Cara
supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah dan
memperbaiki kesalahan yang terjadi. Cara supervisi terdiri dari :
a) Merencanakan
Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus membuat
perencanaan tentang apa yang akan disupervisi, siapa yang akan
disupervisi, bagaimana tekniknya, kapan waktunya dan alasan dilakukan
supervisi (Kron, 1987). Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-
unsur : Objektif / tujuan dari perencanaan, Uraian Kegiatan, Prosedur,
Target waktu pelaksanaan, penanggung jawab dan anggaran (Suarli,
2009).
b) Mengarahkan
Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi pengarahan
tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai. Dalam memberikan pengarahan diperlukan
kemampuan komunikasi dari supervisor dan hubungan kerjasama yang
demokratis antara supervisor dan staf. Cara pengarahan yang efektif
adalah : Pengarahan harus lengkap, Menggunakan kata-kata yang tepat,
Bebicara dengan jelas dan lambat, Berikan arahan yang logis. Hindari
memberikan banyak arahan pada satu waktu, Pastikan bahwa arahan

8
dipahami. Yakinkan bahwa arahan supervisor dilaksanakan sehingga
perlu kegiatan tindak lanjut.
c) Membimbing
Agar staf dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dalam
melakukan suatu pekerjaan, staf perlu bimbingan dari seorang
supervisor. Supervisor harus memberikan bimbingan pada staf yang
mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, bimbingan harus
diberikan dengan terencana dan berkala. Staf dibimbing bagaimana cara
untuk melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Bimbingan yang
diberikan diantaranya dapat berupa : pemberian penjelasan, pengarahan
dan pengajaran, bantuan, serta pemberian contoh langsung.
d) Memotivasi
Supervisor mempunyai peranan penting dalam memotivasi staf untuk
mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang perlu dilaksanakan
supervisor dalam memotivasi antara lain adalah (Nursalam, 2007) :
Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan mengkomunikasikan
harapan tersebut kepada para staf, Memberikan dukungan positif pada
staf untuk menyelesaikan pekerjaan, Memberikan kesempatan pada staf
untuk menyelesaikan tugasnya dan memberikan tantangan-tantangan
yang akan memberikan pengalaman yang bermakna, Memberikan
kesempatan pada staf untuk mengambil keputusan sesuai tugas limpah
yang diberikan, Menciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan
dengan staf, Menjadi role model bagi staf.
e) Mengobservasi (Nursalam, 2007)
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi staf dalam melaksanakan
tugasnya sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang
diharapkan, maka supervisor harus melakukan observasi terhadap
kemampuan dan perilaku staf dalam menyelesaikan pekerjaan dan hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh staf.
f) Mengevaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan, apabila suatu
pekerjaan sudah selesai dikerjakan oleh staf, maka diperlukan suatu
evaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana yang
telah disusun sebelumnya. Evaluasi juga digunakan untuk menilai
9
apakah pekerjaan tersebut sudah dikerjakan sesuai dengan ketentuan
untuk mencapai tujuan organisasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara
menilai langsung kegiatan, memantau kegiatan melalui objek kegiatan.
Apabila suatu kegiatan sudah di evaluasi, maka diperlukan umpan balik
terhadap kegiatan tersebut.
2. Supervisi Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien dan
catatan asuhan keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan
laporan lisan seperti saat timbang terima dan ronde keperawatan. Pada
supervisi tidak langsung dapat terjadi kesenjangan fakta, karena supervisor
tidak melihat langsung kejadian dilapangan. Oleh karena itu agar masalah
dapat diselesaikan , perlu klarifikasi dan umpan balik dari supevisor dan
staf.
f. Ciri-ciri Supervisi Efektif
Menurut R. Keith Mobley dalam artikelnya "The Keys to Effective
Supervision," supervisi efektif memiliki ciri-ciri yang dijadikan panduan
dalam mengembangkan keterampilan supervisi dan dalam pengambilan
keputusan sehubungan dengan tugas-tugas supervisi seorang pemimpin.
Ciri-ciri yang dimaksud adalah:
1) Pendelegasian
Dapat membawa timnya ke arah target yang telah ditetapkan. Dengan
keterbatasan waktu dan tenaga, akan lebih efektif jika seorang supervisor
mendelegasikan tugas-tugasnya, terutama yang bersifat teknis lapangan
kepada bawahannya
2) Keseimbangan
Seorang pimpinan diberikan otoritas untuk mengambil keputusan dan
memberikan tugas kepada orang-orang di bawah tanggung jawabnya.
Otoritas ini harus digunakan dengan tepat, artinya manajer atau supervisor
harus menyeimbangkan penggunaan otoritas tersebut. Ia perlu tahu kapan
harus menggunakan otoritas ini, dan kapan membiarkan bawahannya
bekerja dengan mengoptimalkan kreativitas mereka. Keseimbangan
mengacu pada sikap yang diambil oleh seorang pemimpin, kapan harus
bersikap tegas, dan kapan harus memberi kesempatan pada bawahannya
untuk menyampaikan pendapat.
10
3) Jembatan
Supervisor atau manajer merupakan jembatan antara staf yang mereka
pimpin dan manajemen puncak. Jadi seorang supervisor harus dapat
menyampaikan keinginan atau usulan karyawan kepada pihak manajemen.
Sebaliknya, ia juga harus mampu menyampaikan visi dan misi yang telah
ditetapkan serta keputusan-keputusan lain yang telah dibuat oleh
manajemen puncak untuk diketahui oleh para karyawan yang menjadi
anggota timnya.

4) Komunikasi
Ciri sukses lain yang sangat penting dalam melakukan supervisi efektif
adalah kemampuan berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud bukan
komunikasi satu arah (memberikan tugas-tugas saja), tetapi yang lebih
utama adalah komunikasi multiarah, yang juga mencangkup kemampuan
mendengarkan keluhan, masukan, dan pertanyaan dari karyawan. Dalam
mengkomunikasikan tugas-tugas, supervisor perlu menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti oleh orang yang harus melaksanakan tugas
tersebut, yakni bahasa yang sejajar dengan kemampuan, dan cara berpikir
bawahannya.
g. Alur Supervisi Keperawatan

11
B. TUJUAN PENGARAHAN
Dengan adanya fungsi pengarahan dalam suatu organisasi dapat bertujuan sebagai
berikut:
1) Menjamin kontiunitas perencanaan,
2) Membudayakan prosedur standar,
3) Membina disiplin kerja,
4) Membina motivasi yang terarah.
Selain itu tujuan pokok pengarahan agar kegiatan-kegiatan dan orang-orang yang
melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan
tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang membuat kemungkinan tidak akan
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Pengarahan dikatakan sebgai jantung dari proses manajemen. Oleh karena itu,
pengarahan merupakan poin sentral dimana pencapaian tujuan merupakan hal
yang penting. Sebagai karakter sentral, pengarahan menyediakan beberapa manfaat,
meliputi :
a. Memprakarsai aksi (Initiatos Action)
Pengarahan merupakan suatu titik awal dari pelaksanaan kerja dari karyawan.
Apabila pengarahan dijalankan, karyawan dapat mengerti pekerjaannya dan
melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi.
b. Mengintegrasikan upaya (Integrates Efforts)
Selama mengarahkan, atasan dapat memberi petunjuk atau tuntunan,
menginspirasi, dan memberi instruksi bawahan untuk bekerja. Untuk itu, usaha
dari setiap individu harus sesuai dengan pencapaian tujuan yang diinginkan. Hal
ini dimaksudkan agar upaya pengarahan dari setiap departemen yang ada dapat
berhubungan dan berintegrasi dengan yang lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan
melalui “persuasive leadership” dan komunikasi yang efektif agar upaya integrasi
dapat berjalan efektif dan stabil.
c. Alat memotivasi (Means of Motivation)
Manajer menggunakan elemen motivasi untuk meningkatkan pelaksanaan dari
para karyawan.
d. Menyediakan stabilitas (Provides Stability)
Stabilitas dan keseimbangan menjadi sangat penting karena merupakan indeks
pertumbuhan dari suatu perusahaan. Manajer harus dapat memiliki empat

12
karakter yang dibutuhkan, yaitu persuasive leadership, komunikasi yang efektif,
supervise yang tegas, dan koefisien motivasi.
e. Menaikan koping dengan perubahan (coping up with the change)
Perilaku manusia menunjukkan suatu tahanan untuk berubah. Adaptasi dengan
perubahan lingkungan membantu dalam mendukung rencana pertumbuhan
perusahaan. Pengarahan digunakan beradaptasi dengan adanya perubahan
lingkungan baik internal maupun eksternal. Komunikasi yang efektif dapat
membantu meningkatkan koping dengan adanya perubahan. Manajer berperan
untuk mengkomunikasikan sifat dan isi dari perubahan secara jelas kepada
bawahan.
e. Penggunaan sumber daya secara efisien (Efficient Utilization of Resources
Pengarahan financial membantu dalam mengklarifikasi peran dari setiap
karyawan pada pekerjaannya.
f. Melalui pengarahan, peranan karyawan menjadi jelas karena manajer melakukan
pengawasan, memberikan petunjuk, instruksi, dan kemampuan motivasi untuk
menginspirasi bawahan Hal ini dapat membantu dalam kemungkinan penggunaan
sumber daya maksimum, baik itu pria, wanita, mesin, dan uang guna
memperkecil biaya dan menambah profit
C. LANGKAH – LANGKAH SUPERVISI
Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam,
2014)
1. Prasupervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
3. Pascasupervisi-3F
a. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder.
b. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
13
c. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
d. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
e. Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
f. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
g. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervisi).
h. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.

Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward diberikan pada
yang melakukan perilaku positif atau diinginkan mendapatkan penghargaan sehingga
dapat meningkatkan kekuatan respon atau merangsang pengulangan perilakunya. Ke
dua reinforcement negative atau hukuman adalah situasi yang terjadi ketika perilaku
yang diinginkan terjadi untuk menghindari konsekuensi negative dari hukuman
(Roussel et al, 2003)

Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follo-up adalah intervensi jangka
pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah episode dari penyakit akut dan long-
term follow-up diberikan pada pasien mendapatkan intervensi jangka panjang atau
tindak lanjut, rencana individual lebih formal dapat dilakukan bersama dengan orang-
orang di sekitarnya untuk memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku positif.
(Cohen and Toni, 2005).

D. KEGIATAN MANAJER KEPERAWATAN DALAM FUNGSI PENGARAHAN


1. BESIDE TEACHING DALAM KEPERAWATAN
a. Pengertian Bedside Teaching
Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di depan
pasien. Dengan metode bedside teachingmahasiswa dapat menerapkan ilmu
pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi, keterampilan klinik dan
profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana
tingkah laku dan pendekatan dokter kepada pasien.
Bedside teaching merupakan pembelajaran kontekstual dan interaktif yang
mendekatkan pembelajaran pada real clinical setting. Bedside teaching
merupakan metode pembelajaran yang peserta didiknya mengaplikasikan
kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif secara terintegrasi. Sementara itu,
dosen bertindak sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran yang siap untuk

14
memberikan bimbingan dan umpan balik kepada peserta didik. Di dalam
proses bedside teaching diperlukan kearifan fasilitator tentang kemungkinan
timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan sebagai akibat dari interaksi antara
peserta didik (mahasiswa kesehatan) dan pasien.
b. Tujuan Bedside Teaching
1) Peserta didik mampu menguasai keterampilan prosedural.
2) Menumbuhkan sikap profesional.
3) Mempelajari perkembangan biologis/fisik.
4) Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung.
c. Prinsip Dasar Bedside Teaching
1) Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta
didik dan klien.
2) Jumlah peserta didik dibatasi idealnya5-6 orang.
3) Diskusi di awal dan akhir demonstrasidi depan klien dilakukan
seminimalmungkin.
4) Lanjutkan dengan redemonstrasi.
5) Kaji permasalahan peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang
dilakukan.
6) Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah
diperoleh peserta didik sebelumnya,atau apabila peserta didik menghadapi
kesulitan penerapannya.
d. Keuntungan Bedside Teaching
Dalam penelitian Williams K (Tufts Univ, Maret 2008) dihasilkan kesimpulan
bahwa bedside teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari
keterampilan klinik.
Beberapa keuntungan bedside teaching antara lain :
1) Observasi langsung.
2) Menggunakan seluruh pikiran.
3) Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
4) Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa.
5) Memperagakan fungsi : Perawatan dan Keterampilan interaktif

15
Bedside teaching tidak hanya dapatditerapkan di rumah sakit,
keterampilan bedside teaching juga dapat diterapkan di beberapa situasi
di mana ada pasien.

e. Kerugian Bedside Teaching


1) Gangguan (misalnya ada panggilan telepon/HP berdering).
2) Waktu rawat inap yang singkat.
3) Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak.
4) Tidak ada papan tulis.
5) Tidak dapat mengacu pada buku.
6) Pelajar lelah.
f. Pelaksanaan Bedside Teaching
Keterampilan bedside teaching dapat kita laksanakan namun sulit mencapai
kesempurnaan. Oleh karena itu perlu perencanaan yang matang agar berhasil
dan efektif.
1) Persiapan sebelum pelaksanaan bedside teaching :
- Persiapan
 Tentukan tujuan dari setiap sesi pembelajaran.
 Baca teori sebelum pelaksanaan.
- Ingatkan mahasiswa akan tujuan pembelajaran :
 Mendemonstrasikan pemeriksaan klinik.
 Komunikasi dengan pasien.
 Tingkah laku yang profesional.
- Persiapan Pasien
 Keadaan umum pasien baik.
 Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan.
- Lingkungan/Keadaan
Pastikan keadaan ruangan nyaman untuk belajar :
 Tarik gorden.
 Tutup pintu.
 Mintalah pasien untuk mematikan televisinya.
2) Pelaksanaan bedside teaching antara lain:
- Membuat peraturan dasar
 Pastikan setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka.

16
 Mencakup etika.
 Batasi interupsi jika mungkin.
 Batasi penggunaan istilah kedokteran saat di depan pasien.
- Perkenalan
 Perkenalkan seluruh anggota tim.
 Jelaskan maksud kunjungan.
 Biarkan pasien menolak dengan sopan.
 Anggota keluarga diperkenankan boleh berada dalam ruangan jika
pasien mengizinkan.
 Jelaskan pada pasien atau keluarga bahwa banyak yang akan
didiskusikan, mungkin tidak diterapkan langsung pada pasien.
 Undang partisipasi pasien dan keluarga.
 Posisikan pasien sewajarnya posisi tim di sekitar tempat tidur.
- Anamnesa
 Hindari pertanyaan tentang jenis kelamin atau ras.
 Hindari duduk di atas tempat tidur pasien.
 Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti hal
penting atau untuk memperjelas
 Jangan mempermalukan dokter yang merawat pasien.
- Pemeriksaan fisik
 Minta pelajar untuk memeriksa pasien.
 Izinkan pasien untuk berpartisipasi(mendengarkan bising, meraba
hepar, dll).
 Minta tim untuk mendemonstrasikan teknik yang tepat.
 Berikan beberapa waktu agar pelajar dapat menilai hasil
pemeriksaan yang baru pertama kali ditemukan.
- Pemeriksaan Penunjang
 Jika mungkin tetap berada disamping tempat tidur.
 Rongent, ECG bila mungkin.
 Izinkan pasien untuk meninjau ulang dan berpartisipasi.
- Diskusi
 Ingatkan pasien bahwa tidak semua yang didiskusikan akan
dilaksanakan, biarkan pasien tahu kapan itu biasa dilaksanakan.

17
 Hati-hati memberikan pertanyaan yang tidak dapat dijawab kepada
mahasiswa yang merawat pasien
 Berikan pertanyaan pertama kali pada tim yang paling junior.
 “Saya tidak tahu” adalah jawaban yang tepat, setelah itu gunakan
kesempatan untuk mencari jawaban.
 Hindari bicara yang tidak perlu.
 Izinkan pasien untuk bertanya sebelum meninggalkan tempat tidur.
 Minta pasien untuk menanggapi bedside teaching yang telah
dilakukan.
 Ucapkan terima kasih pada pasien.
3) Hambatan Bedside Teaching
Dalam pelaksanaan bedside teaching, ada beberapa hambatan yang
mungkin timbul dalam pelaksanaan bedside teaching :
 Gangguan (misalnya panggilan telepon).
 Waktu rawat inap yang singkat.
 Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak.
 Tidak ada papan tulis.
 Tidak dapat mengacu pada buku.
 Pelajar lelah.
- Adapun beberapa hambatan dari pasien :
 Pasien merasa tidak nyaman.
 Menyakiti pasien, terutama pada pasien yang kondisi fisiknya tidak
stabil.
 Pasien tidak ada di tempat.
 Pasien salah pengertian dalam diskusi.
 Pasien tidak terbuka.
 Pasien tidak kooperatif atau marah.
2. DISCHARGE PLANNING
a. Pengertian Discharge planning
Discharge planning adalah suatu proses yang digunakan untuk memutuskan
apa yang perlu pasien lakukan untuk dapat meningkatkan kesehatannya.
Dahulu, disharge planning sebagai suatu layanan untuk membantu pasien
dalam mengatur perawatan yang diperlukan setelah tinggal di rumah sakit. Ini
termasuk layanan untuk perawatan di rumah, perawatan rehabilitatif,
18
perawatan medis rawat jalan, dan bantuan lainnya. Sekarang discharge
planning dianggap sebagai proses yang dimulai saat pasien masuk dan tidak
berakhir sampai pasien dipulangkan. Keluar dari rumah sakit tidak berarti
bahwa pasien telah sembuh total. Ini hanya berarti bahwa dokter telah
menetapkan bahwa kondisi pasien cukup stabil untuk melakukan perawatan
dirumah. (Ali Birjandi, 2008)

Kozier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses


mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit
yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan
umum. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang
kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan,
perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang
dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan.
Sedangkan definisi discharge planning menurut Bull (2000) merupakan suatu
proses interdisiplin yang menilai perlunya sebuah perawatan tindak lanjut dan
seseorang untuk mengatur perawatan tindak lanjut tersebut kepada pasien,
baik perawatan diri yang diberikan oleh anggota keluarga, perawatan dari tim
profesional kesehatan atau kombinasi dari keduanya untuk meningkatkan dan
mempercepat kesembuhan pasien.
b. Tujuan Discharge planning
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk kesembuhan
dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut Nursalam
(2011) tujuan discharge planning/perencanaan pulang antara lain sebagai
berikut:
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial.

19
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien
6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.

Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau discharge


teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins (2009) discharge
teaching harus melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya untuk
memastikan bahwa pasien mendapatkan home care yang tepat. Discharge
teaching bertujuan agar pasien :
1) Memahami mengenai penyakitnya
2) Melakukan terapi obat secara efektif
3) Mengikuti aturan diet secara hati-hati
4) Mengatur level aktivitasnya
5) Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
6) Mengenali kebutuhan istirahatnya
7) Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
8) Mengetahui kapan mencari follow up care
c. Manfaat Discharge planning
Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut
(Nursalam, 2011) :
1) Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat panjaran selama di
rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.
2) Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinutas
keperawatan pasien.
3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan
rumah.

Sedangkan menurut Doengoes, Moorhouse & Murr (2007) banyak sekali


manfaat yang didapatkan dari discharge planning, diantaranya adalah:

20
1) Menurunkan jumlah kekambuhan
2) Penurunan perawatan kembali ke rumah sakit dan kunjungan ke ruangan
kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa
3) Membantu pasien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya
pengobatan
4) Setelah pasien dipulangkan, pasien dan keluarga dapat mengetahui apa
yang telah dilaksanakan, apa yang harus dan tidak boleh dilakukan dan
bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan
pasien

Ringkasan pulang dapat disampaikan oleh perawat praktisi atau perawat home
care dan mungkin dapat dikirim ke dokter yang terlibat untuk dimasukkan
dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan
kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan.

d. Prinsip Discharge planning


Tingkat keberhasilan dari discharge planning serta penyembuhan pasien harus
didukung terhadap adanya prinsi-prinsip yang mendasari, yang juga
merupakan tahapan dari proses yang nantinya akan mengarah terhadap hasil
yang diinginkan. Menurut Department of health (2004) dalam buku karya Liz
Lees (2012) disebutkan ada beberapa prinsip dalam discharge
planning, diantaranya adalah:
1) Mempunyai pengetahuan yang spesifik terhadap suatu proses penyakit
dan kondisinya
2) Dapat memperkirakan berapa lama recovery pasien, serta perbaikan
kondisi yang muncul dari proses penyembuhan tersebut
3) Melibatkan serta selalu berkomunikasi dengan pasien, keluarga atau
pengasuh dalam proses discharge planning
4) Turut serta dalam menangani masalah dan kesulitan yang mungkin akan
muncul terhadap pasien
5) Melibatkan suatu proses dalam tim multidisiplin
6) Selalu mengkomunikasikan rencana yang akan dilakukan dengan tim
multidisiplin untuk menghindari adanya kesalahan
7) Membuat suatu arahan yang tepat dan tindak lanjut yang sesuai dengan
hasil

21
8) Memiliki suatu koordinasi tim untuk tindak lanjut rencana perawatan
berkelanjutan dan memiliki informasi tentang nama tim kesehatan yang
bertanggung jawab untuk setiap tindakan, serta dalam kasusu yang
kompleks dilakukan identifikasi satu pemimpin kasus
9) Disiplin, tegas serta selalu melaksanakan aktivitas dari discharge planning
10) Meninjau dan selalu memperbarui rencana untuk progress yang lebih baik
11) Selalu memberikan informasi yang akurat terhadap semua yang terlibat.

Sedangkan beberapa prinsip pada pelaksanaan discharge planning menurut


Nursalam (2011), yaitu:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang mungkin timbul di rumah dapat segera
diantisipasi.
3) Perencanaa pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja
sama.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang
ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas
yang tersedia di masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan.
Setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus
dilakukan.
e. Jenis Discharge planning
Chesca (1982) dalam Nursalam (2011) mengklasifikasikan jenis pemulangan
pasien sebagai berikut:
1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti)
keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak
terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun
harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)

22
cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit.
Namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan
dapat dilakukan kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa)
kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak
memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan
melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.
f. Komponen Discharge planning
Ada beberapa komponen spesifik dari discharge planning yang harus
didokumentasikan menurut Kowalski (2008), meliputi:
1) Peralatan atau barang yang diperlukan dirumah; pastikan bahwa keluarga
dapat memperoleh atau mengetahuinya dimana keluarga dapat
mendapatkan segala peralatan atau barang yang dibutuhkan pasien
2) Perkenalkan cara penggunaan peralatan atau barang yang diperlukan
pasien, termasuk ajarkan dan demonstrasikan cara perawatan pasien
kepada keluarga
3) Untuk diet, sarankan pada ahli nutrisi untuk mengajarkan pasien dan
keluarga agar memahami makanan yang seharusnya dikonsumsi maupun
tidak.
4) Obat-obatan selalu dipastikan selalu tersedia di rumah
5) Untuk prosedur tertentu, seperti penggantian dresssing, dapat dilakukan
dirumah. Pada kondisi awal, prosedur harus didampingi oleh perawat
supervisi dan klien atau keluarga dapat mengikuti untuk mempraktekkan
dibawah pengawasan perawat supervise
6) Pada setiap kunjungan, perawat selalu mendokumentasikan apakah pasien
dan keluarga mendapatkan atau menyediakan obat atau alat yang
dibutuhkan pasien dirumah
7) Membuat janji untuk kunjungan rumah selanjutnya
8) Ajarkan mengenai aktivitas yang dianjurkan dan boleh dilakukan serta
yang tidak diperbolehkan
9) Dokumentasikan setiap edukasi yang telah diajarkan pada pasien dan
keluarga

23
Menurut CADPACC (1995) dalam Gielen (2015) ada beberapa komponen
sebelum dilakukannya discharge planning, yaitu:
1) Identifikasi dan kaji apa yang kebutuhan pasien yang harus dibantu
pada discharge planning
2) Kolaborasikan bersama pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk
memfasilitasi dilakukannya discharge planning
3) Mengajarkan kepada pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan agar
tidak terjadi kekambuhan atau komplikasi
4) Rekomendasikan beberapa pelayanan rawat jalan atau rehabilitasi pada
pasien dengan penyakit kronis
5) Komunikasi dan koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya tentang
langkah atau rencana daridischarge planning yang akan dilakukan
g. Mekanisme Discharge planning
Discharge planning mencakup kebutuhan seluruh pasien, mulai dari
fisik, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Proses ini tiga fase, yaitu akut,
transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, diutamakan upaya
medis untuk segera melaksanakan discharge planning. Pada fase transisional,
ditahap ini semua cangkupan pada fase akut dilaksankan tetapi urgensinya
berkurang. Dan pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk
berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan
berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. (Perry & Potter, 2005).
Perry dan Potter (2005), menyusun format discharge planning sebagai berikut:
1) Pengkajian
- Sejak pasien masuk kaji kebutuhkan discharge planning pasien, focus
pada terhadap kesehatan fisik, status fungsional, sistem pendukung
sosial, finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis,
pendidikan, serta tintangam terhadap keperawatan.
- Kaji pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubunga
dengan kondisi yang akan diciptakan di rumah tempat tinggal pasien
setelah keluar dari rumah sakit sehingga terhindar dari komplikasi
- Kaji cara pembelajaran yang disukai oleh pasien agar pendidikan
kesehatan yang diberikan bermanfaat dan dapat ditangkap oleh pasien
maupun keluarga. Tipe materi pendidikan yang berbeda- beda dapat
mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda pada pasien.
24
- Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam
perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu,
lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna
(seorang perawat perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu
dalam pengkajian).
- Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengkaji
kebutuhan untuk rujukan pelayanan kesehatan rumah maupun fasilitas
lain.
- Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan
kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap
kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan
perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil
keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan
keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-
raguan diantara keduanya.
- Kaji penerimaan pasien terhadap penyakit yang sedang diderita
berhubungan dengan pembatasan.
- Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain
tentang kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja
sosial, perawat klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan
di rumah). Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda.
2) Diagnosa Keperawatan
Perry dan Potter (2005) adapun diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan antara lain:
- Kecemasan, hal ini dapat menginterupsi proses keluarga.
- Tekanan terhadap care giver, hal yang menyebabkannya adalah
ketakutan.
- Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah, pasien
mengalami defisit perawatan diri
- Stres sindrom akibat perpindahan, hal ini berhubungan dengan upaya
meningkatkan pertahanan/pemeliharaan di rumah.

25
3) Perencanaan
Perry dan Potter (2005) hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
- Pasien atau keluarga sebagai caregiver mengerti akan keberlangsungan
pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain), penatalaksanaan atau
pengobatan apa yang dibutuhkan, dan .
- Pasien dan keluarga mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan
diri.
- Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam
setting rumah.
4) Penatalaksanaan
Perry dan Potter (2005) penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua
bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan,
dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan.
a. Persiapan Sebelum Hari Pemulangan Pasien
- Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi
memenuhi kebutuhan pasien.
- Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan
informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas.
Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah.
- Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan
untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan
keluarga secepat mungkin selama dirawat di rumah sakit. Pamflet,
buku-buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien
muapun sumber yang yang dapat diakses di internet.
- Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan
dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain
yang terlibat dalam perawatan pasien.
b. Penatalaksanaan pada Hari Pemulangan
Perry dan Potter (2005) berpendapat apabila beberapa aktivitas
berikut ini dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, maka
perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun aktivitas
yang dilakukan yaitu:

26
- Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang
berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir
untuk mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat.
- Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau
kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus
dituliskan sedini mungkin). Persiapkan kebutuhan yang mungkin
diperlukan pasien selama perjalanan pulang (seperti tempat tidur
rumah sakit, oksigen, feeding pump).
- Pastikan pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan
transportasi menuju ke rumah.
- Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan semua
barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.
- Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang
pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang
telah ditandatangani oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau
administrator yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang
berharga kepada pasien.
- Persiapkan pasien dengan prescription atau resep
pengobatan pasien sesuai dengan yang diinstruksikan oleh
dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi
atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri.
- Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow
up ke kantor dokter.
- Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah
pasien membutuhkan daftar pengeluaran untuk
kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien dan keluarga
mengunjungi kantornya.
- Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi
roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien
yang pulang dengan menggunakan ambulans diantarkan oleh
usungan ambulans.
- Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap
tubuh dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien
memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan sedang
27
menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien pindah ke
mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga
menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan.
- Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada
departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan
untuk membersihkan ruangan pasien.
c. Evaluasi
- Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang
penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau
gejala yang harus dilaporkan kepada dokter.
- Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan
setiap pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.
- Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan
keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang
dapat membahayakan bagi pasien, dan menganjurkan perbaikan.
h. Alur Discharge Planning
Alur Discharge Planning

Sumber : Nursalam, 2011

28
Keterangan :
 Tugas Keperawatan Primer
- Membuat rencana discharge planning.
- Membuat leaflet.
- Memberikan konseling.
- Memberikan pendidikan kesehatan.
- Menyediakan format discharge planning.
- Mendokumentasikan discharge planning.
 Tugas Keperawatan Associate
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan
diakhiri ners).

29

Anda mungkin juga menyukai

  • Leaflet Nyeri
    Leaflet Nyeri
    Dokumen5 halaman
    Leaflet Nyeri
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Definisi Penalaran
    Definisi Penalaran
    Dokumen8 halaman
    Definisi Penalaran
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Mencuci Tangan Yang Baik Dan Benar
    Mencuci Tangan Yang Baik Dan Benar
    Dokumen20 halaman
    Mencuci Tangan Yang Baik Dan Benar
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Kasus Pemicu Thalasemia
    Kasus Pemicu Thalasemia
    Dokumen5 halaman
    Kasus Pemicu Thalasemia
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • TGS Kel 3
    TGS Kel 3
    Dokumen20 halaman
    TGS Kel 3
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Askep Kegawat Daruratan Pada Klien Trauma Abdomen
    Askep Kegawat Daruratan Pada Klien Trauma Abdomen
    Dokumen13 halaman
    Askep Kegawat Daruratan Pada Klien Trauma Abdomen
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Keperawatan Gerontik
    Pengertian Keperawatan Gerontik
    Dokumen77 halaman
    Pengertian Keperawatan Gerontik
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Askep Cidera Kepala Berat
    Askep Cidera Kepala Berat
    Dokumen7 halaman
    Askep Cidera Kepala Berat
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Satuan
    Satuan
    Dokumen10 halaman
    Satuan
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • BAB I App Kronis
    BAB I App Kronis
    Dokumen15 halaman
    BAB I App Kronis
    Oktaria Lutfiani
    Belum ada peringkat
  • Askep Apendik Benar
    Askep Apendik Benar
    Dokumen22 halaman
    Askep Apendik Benar
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Cairan Dan Elektrolit
    Cairan Dan Elektrolit
    Dokumen24 halaman
    Cairan Dan Elektrolit
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Nyeri
    Manajemen Nyeri
    Dokumen2 halaman
    Manajemen Nyeri
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Nyeri
    Manajemen Nyeri
    Dokumen2 halaman
    Manajemen Nyeri
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Askep Hipertensi
    Askep Hipertensi
    Dokumen15 halaman
    Askep Hipertensi
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen27 halaman
    Bab Ii
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen12 halaman
    Bab Ii
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen12 halaman
    Bab Ii
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Satuan
    Satuan
    Dokumen10 halaman
    Satuan
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Satuan
    Satuan
    Dokumen10 halaman
    Satuan
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Nyeri
    Manajemen Nyeri
    Dokumen2 halaman
    Manajemen Nyeri
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Sap Kanker Tulang
    Sap Kanker Tulang
    Dokumen15 halaman
    Sap Kanker Tulang
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Manajemen Nyeri
    Satuan Acara Penyuluhan Manajemen Nyeri
    Dokumen15 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Manajemen Nyeri
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • KEPEMIMPINAN
    KEPEMIMPINAN
    Dokumen26 halaman
    KEPEMIMPINAN
    Yggdrasil Pohon Dunia
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen22 halaman
    Presentation 1
    Yuristya Eka Putri
    Belum ada peringkat
  • KEPEMIMPINAN
    KEPEMIMPINAN
    Dokumen26 halaman
    KEPEMIMPINAN
    Yggdrasil Pohon Dunia
    Belum ada peringkat
  • KEPEMIMPINAN
    KEPEMIMPINAN
    Dokumen26 halaman
    KEPEMIMPINAN
    Yggdrasil Pohon Dunia
    Belum ada peringkat
  • KEPEMIMPINAN
    KEPEMIMPINAN
    Dokumen26 halaman
    KEPEMIMPINAN
    Yggdrasil Pohon Dunia
    Belum ada peringkat