Seorang laki-laki berusia 20 tahun masuk RS akibat kecelakaan sepeda motor, tampak
darah keluar dari rongga mulut, hidung dan telinga. Pada saat pengkajian kesadaran
menggunakan GCS didapat data E: klien membuka mata saat dirangsang dengan nyeri , V: klien
mengerang, M: desebrasi. Adanya fraktur terbuka di daerah ⅓ tibia dekstra. Pengkajian mata :
pupil tampak anisofor. Pemeriksaan fisik : TD:195/110 mmHg, N: 58/i, RR: 29x/i, adanya
papiledema. Pemeriksaan penunjang : CT SCAN adanya subdural nematoma dengan jumlah
perdarahan 40 cc. AGD : PH: 7,31 sat, O2: 93%, PCO2 : 47 mmHg, PO2 : 90 mmHg, HCO3 :
23. Terapi : Kaluek,Ranitidin, Manitol 125 cc. k/u jelek, terdapat secret dimulut dan
tenggorokan,suara nafas gargling
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan cerebral b.d Edema serebral, peningkatan TIK,
penurunan O2 ke serebral
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Adanya penumpukan sekresi di tenggorokan dan
mulut
3. Ketidak efektifan pola nafas b.d Kerusakan pola pernafasan dimedula oblongata, cedera
cidera otak
4. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial b.d desak ruang sekunder dari kompresi
korteks cerebri
INTERVENSI KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak Dalam waktu 3x24 jam 1. Kaji keadaan jalan napas 1. Obstruksi mungkin dapat
efektif b.d Adanya terdapat perilaku disebabkan oleh akumulasi
penumpukan sekresi di peningkatan keefektifan sekret, sisa cairan mucus,
tenggorokan dan mulut jalan napas. perdarahan,
KH : bronkhospasme, dan/atau
Bunyi napas posisi dari
terdengar bersih, endotracheal/tracheostomy
tidak ada lagi tube yang berubah.
penumpukan 2. Evaluasi pergerakan dada dan 2. Pergerakan dada yang
sekret di saluran auskultasi suara napas pada kedua simetris dengan suara
pernapasan. paru (bilateral). napas yang keluar dari
paru-paru menandakan
jalan napas tidak
terganggu. Saluran napas
bagian bawah tersumbat
dapat terjadi pada
pneumonia/atelektasis akan
menimbulkan perubahan
suara napas seperti ronkhi
atau wheezing.
3. Lakukan penghisapan lender jika 3. Pengisapan lendir tidak
diperlukan, batasi durasi selamanya dilakukan terus-
pengisapan dengan 15 detik atau menerus, dan durasinya
lebih. Gunakan kateter pengisap pun dapat dikurangi untuk
yang sesuai, cairan fisiologis mencegah bahaya hipoksia.
steril.
4. Berikan oksigen 100% sebelum 4. Dengan membuat
dilakukan pengisapan dengan hiperventilasi melalui
ambu bag (hiperventilasi). pemberian oksigen 100%
dapat mencegah terjadinya
atelektasis dan mengurangi
terjadinya hipoksia.
Ketidak efektifan pola setelah dilakukan 1. Evaluasi nilai GCS klien 1. menentukan status
nafas b.d Kerusakan tindakan keperawatan neurologis
pola pernafasan selama 1x24 jam 2. Pantau TTV klien 2. perubahan TTV mendadak
dimedula oblongata, gangguan perfusi dapat menentukan
cedera cidera otak jaringan dapat teratasi peningkatan TIK dan
KH :
trauma batang otak
Nilai GCS
3. Pertahankan kepala dan leher tetap 3. kepala yang tidak posisi
meningkat yaitu 12
posisi datar (posisi supinasi) netral dapat menekan JVP
Kesadaran membaik
aliran darah keotak
yaitu compos mentis 4. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, 4. untukmenentukan apakah
TTV Normal ketajaman, kesamaan antara kiri batangotak masih baik dan
dan kanan dan reaksi terhadap masih ada respons terhadap
rangsangan cahaya cahaya atau tidak
5. Kolaborasi dalam pemberian obat 5. Untuk membantu proses
sesuai indikasi penyembuhan
6. Anjurkan pada keluarga untuk 6. memberikan lingkungan
batasi pengunjung nyaman untuk menghindari
ketegangan dapat
mempertahankan kita
terjadinya peningkatan TIK
7. Pemberian terapi O2 dan 7. Memberikan adekuat O2
penghisapan lender dalam darah dan aliran ke
otak
8. Lakukan pemasang NGT 8. Untuk mengurangi adanya
tekanan TIK
Resiko tinggi dalam waktu 2x24 jam 1. Kaji faktor penyebab dari 1. Deteksi dini untuk
peningkatan tekanan tidak terjadi peningkatan situasi/keadaan individu/penyebab memprioritaskan
intracranial b.d desak TIK pada klien. koma/penurunan perfusi jaringan intervensi, mengkaji status
ruang sekunder dari KH : dan kemungkinan penyebab neurologis/tanda-tanda
kompresi korteks cerebri GCS 4, 5, 6, peningkatan TIK kegagalan untuk
tidak terdapat menentukan perawatan
papiledema. kegawatan atau tindakan
TTV dalam batas pembedahan.
normal. 2. Memonitor tanda-tanda vital tiap 4 2. Suatu keadaan normal bila
Pupil Normal jam sirkulasi serebral
terpelihara dengan baik
atau fluktuasi ditandai
dengan tekanan darah
sistemik, penurunan dari
autoregulator kebanyakan
merupakan
tanda penurunan difusi
local vaskularisasi darah
serebral. Dengan
peningkatan tekanan darah
(diastolic) maka dibarengi
dengan peningkatan
tekanan darah intrakrinial.
Adanya peningkatan
tekanan darah, bradikardi,
disritmia, dispnea
merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK.
3. Evaluasi pupil, amati ukuran, 3. Reaksi pupil dan
ketajaman, dan reaksi terhadap pergerakan kembali dari
cahaya. bola mata merupakan tanda
dari gangguan nervus/saraf
jika batang otak terkoyak.
Reaksi pupil diatur oleh
saraf III cranial
(okulomotorik) yang
menunjukkan
keseimbangan antara
parasimpatis dan simpatis.
Respon terhadap cahaya
merupakan kombinasi
fungsi dari saraf cranial II
dan III.
4. Pertahankan kepala/leher pada 4. Perubahan kepala pada satu
posisi yang netral, usahakan sisi dapat menimbulkan
dengan sedikit bantal. Hindari penekanan pada vena
penggunaan bantal yang tinggi jugularis dan menghambat
pada kepala. aliran darah otak
(menghambat drainase
pada vena serebral), untuk
itu dapat meningkatkan
tekanan intracranial.
5. Kurangi rangsangan ekstra dan 5. Memberikan suasana yang
berikan rasa nyaman seperti tenang (colming effect)
masase punggung, lingkungan dapat mengurangi respons
yang tenang. Sentuhan yang psikologis dan memberikan
ramah, dan suasana / pembicaraan istirahat untuk
yang tidak gaduh. mempertahankan TIK yang
rendah.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan obat osmosis diuretic 1. Diuretic mungkin
contohnya : manitol, furoscide. digunakan pada fase akut
untuk mengalirkan air dari
sel otak dan mengurangi
edema serebral dan TIK.