Anda di halaman 1dari 20

Penalaran Ilmiah

A. Pengertian Penalaran

Penalaran ialah prosesberpikir dengan menghubung-hubungkanobjek/berita secara
sistematis dan logis untuk menuju suatu konklusi. Penalaran merupakan proses
pemikiran untuk memeroleh kesimpulan logis sesuai berita yg relevan.. Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga
akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar, dalam penalaran, proposisi
yang dijadikan dasar penyimpulandisebut dengan premis dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi

Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

B. Unsur-unsur Penalaran

1. Topik
ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang –
kurangnya dua variabel.

2. Dasar pemikirsm, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu
kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
Proposisi mempunyai beberapa jenis, yaitu :
a. Proposisi empirik, proposisi berdasar fakta.
Contoh : Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak, pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk
menyatakan benar dan salah. Contoh : Gadis yaitu wanita mudah yang belum
pernah menikah.
c. Proposisi hipotetik, persyaratan hubungan subjek dan predikatyang harus
dipenuhi.
Contoh : Jika di jemput, Rudi akan ke rumah Andi.
d. Proposisi positif universal, pernyataan positif yang mempunyai kebenaran
mutlak.
Contoh : Semua manusia akan meninggal.
e. Proposisi kategoris, tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Contoh : Jono akan menikahi Sari.
f. Proposisi positif parsial, pernyataan bahwa sebagian unsure pernyataan tersebut
berdifa positif.
Contoh : Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi negative universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
Contoh : Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi negative parsial, kebalikan dari proposisi positif parsial.
Contoh : Sebagian orang hidup menderita.
3. Proses berpikir ilmiah kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah
menuju suatu kesimpulan.
4. Logika, metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argument (alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
5. Sistematika, seperangkat proses atas bagian – bagian atau unsur – unsur proses
berpikir ke dalam suatu kesatuan.
6. Permasalahan, pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
7. Variable, unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
8. Analisis (pembahasan, pernguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dll.
9. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti
kebenarannya atau kesalahannya.
10. Hasil, akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
11. Kesimpulan, penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau
inferensi.

C. Metode Penalaran Ilmiah


 Argumentasi teoritik yg benar,valid dan relevan
 Dukungan warta empiric
 Kajian da analisis mempertautkan antara argmentasi teoritik dengan berita empiric
terhadap permasalahan yg dihadapi

D. Jenis Penalaran

Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya,
penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Perbedaan dasar diantara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan
progesi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus
sementara dengan induktif, dinamika logisnya justru sebaliknya dari bukti-bukti khusus
kepada kebenaran atau kesimpulan yang umum.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Penalaran induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa
prinsip atau sifat yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat
khusus, prosesnya disebut induksi.
Contoh:
Suatu lembaga kanker di Amerika melakukan studi tentang hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kematian. Antara tanggal 1 Januari dan 31 Mei 1952
terdaftar 187.783 laki-laki yang berumur antara 50 sampai dengan 69 tahun. Kepada
mereka dikemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan merokok mereka pada
masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya keadaan mereka diikuti ters menerus selama
44 bulan. Berdasarkan surat kematian dan keterangan medis tentang penyebab
kematiannya, diperoleh data bahwa diantara 11.870 kematian yang dilaporkan 2.249
disebabkan kanker.
Dari seluruh jumlah kematian yang terjadi (baik yang merokok maupun yang tidak)
ternyata angka kematian dikalangan pengisap rokok tetap jauh lebih tinggi daripada
yang tidak pernah merokok, sedangkn jumlah kematian penghisap pipa dan cerutu tidak
banyak berbeda dengan jumlah kematian yang tidak pernah merokok.
Dari bukti-bukti yang terkumpul dapatlah dikemukakan bahwa asap tembakau
memberikan pengaruh yang buruk dan memperpendek umur manusia. Cara yang paling
sederhana untuk menghindari kemungkinan itu ialah dengan tidak merokok sama
sekali.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena
sejenis yang belum diteliti.

Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut :


a) Generalisasi artinya proses berpikir sesuai pengamatan atas
sejumlah gejala menggunakan sifat-sifat tertentu buat menarik konklusi umum t
entang semua atau sebagian dari tanda-tanda serupa.
b) Analogi adalah suatu proses berpikir buat menarik kesimpulan atau
inferensi tentang kebenaran suatu tanda-
tanda khusus sesuai beberapa gejala spesifik lain yg memiliki sifat-sifat atau
ciri-ciri esensial krusial yang bersamaan.
c) Generalisasi tidak sempurna

Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian


fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis
yang belum diselidiki.

Contohnya, setelah kita menyelidiki sebagian bangsa indonesia, ternyata mereka


adalah manusia yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah
generalisasi tidak sempurna.
 
Sah atau tidaknya sebuah simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal
berikut :
 Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang didapat atau
dikumpulkan, makin sah pula simpulan yang diperoleh
 Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan
simpulan yang sah.
 Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat
khusus tidak dapat dijadikan data.

d) Hubungan Klausal
Hubungan klausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-
peristiwa yang memiliki pola hubungan atau saling berhubungan satu sama lain.
Yaitu salah satu variable (independen) mempengaruhi variable yang lain
(dependen). Dalam kaitannya dengan hubungan klausal ini, ada tiga hubungan
antarmasalah, yaitu sebagai berikut:
 Hubungan sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Namun juga bisa
berpola A menyebabkan C atau menyebabkan D, dan seterusnya.
Contohnya :
Kemarin Budi tidak dapat mengerjakan soal ujian. Hari ini pengumuman nilai
ujian dan Budi mendapatkan nilai yang jelek. Karena itu, Budi pasti tidak
belajar.
Contohnya :
Kemarau panjang menyebabkan sungai kering.
(A)                                 (B)
Kemarau panjang menyebabkan sawah menjadi kekurangan air.
(A)                                                  (C)

Dalam proses penalaran, “akibat-akibat”, peristiwa “sungai kering (B)”


merupakan data, dan “sawah menjadi kering (C)” merupakan simpulan. Jadi,
karena sungai kering sawah menjadi kekurangan air.

e) Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis dari pada sejumlah obyek,
gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu
berdasarkan ciri-ciri yang sama 
Macam – macam klasifikasi :
 Klasifikasi Artifisial 
mengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat lainnya,
misal pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri fisiknya,
misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya. 
 Klasifikasi Utility 
Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan
jenisnya. Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku
pegangan siswa di sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi
referens dibedakan dengan koleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya). 
 Klasifikasi fundamental 
Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok
persoalan yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokan bahan pustaka
berdasarkan sistem ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya: 
 Bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya
berdekatan. 
 Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang
dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat. 
 Memudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya. 
 Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah. 
 Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.
Kasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun
kecil. Dalam sistem tersebut buku dikelompokan berdasarkan subyek, sehingga
memudahkan pemakai dalam menelusur suatu informasi.
2. Penalaran deduktif

Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Metode ini diawali dari pembentukan


 Teori, hipotesis,
 Definisi operasional,
 Instrumen dan
 Operasionalisasi.
Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki
konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakankata
kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, teori atau putusan lain yang
berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut
ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan abgian dari hal atau
gejala diatas. Dengan kata lain, penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum
kepada yang khusus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.

Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
 Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor artinya
pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme. Silogisme
merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik
suatu proposisi baru (berupa konklusi).

Misalnya :
"Semua orang akhirnya akan mati" (premis mayor).
“Hasan adalah orang” (premis minor).
  Oleh karena itu, "Hasan akhirnya juga akan mati" (kesimpulan).
Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus. Dari yang
abstrak ke yang konkrit. Dari teori ke fakta-fakta.
 Jenis Penalaran Deduktif
Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1. Silogisme Kategorial :
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun
berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional
hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga
menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut
premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan
disebut premis minor.

Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
Premis Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan : Socrates tidak abadi

 Hukum-hukum Silogisme Katagorial


Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).

 Kaidah- kaidah dalam silogisme kategorial adalah :


o Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term
penengah.
o Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan
o Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
o Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
o Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
o Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
o Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
o Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.

2. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis
minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau
pengadaian dengan jikakonklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan
menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak
terjadi.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis:
1. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya,
seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan
timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan
tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya,
seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa
tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

 Kaidah- kaidah Silogisme Hipotesis


Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding
dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah menentukan
kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang
benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal
hukum silogisme hipotetis adalah:
 Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
 Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
 Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
 Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana

Contoh :
a. Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor: Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.
b. Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Konklusi : Manusia akan kehausan.
3. Silogisme Akternatif :
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya
adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
Konklusi tergantung dari premis minornya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan
silogisme disyungtif dalam arti luas.
o Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan tidak lulus
o Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif
bukan kontradiktif, seperti:
Isa di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar

 Kaidah-kaidah silogisme alternatif :


1) Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu
benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
2) Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar)
Contoh :Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut.
Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif konklusinya tidak
sah (salah)
Contoh :Penjahat itu lari ke Surabaya atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Rifki menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)

Contoh :
Premis Mayor : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Sumi berada di Bandung.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
4. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
tulisan maupun tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam
dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak
untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan
dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan
dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan
untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme"
adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan
berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya,
entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
Beberapa ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
1) Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
2) Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara
implisit, dalam premis.

E. Ciri-ciri Penalaran Ilmiah

Penalaran ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Logis.
Ditimbang secara objektif serta berdasarkan dari data.
2. Analisis
Ditelaah, dilihat, didekati, didalami dan dikaitkan secara relevan sebagai
akibatnya membuat suatu pola piker eksklusif.
3. Rasional
kabar atau fenomena yang bisa diamati dan dipikirkan secara mendalam

F. Salah Nalar
Salah nalar ialah gagasan, pikiran atau simpulan yang keliru atau sesat. Salah nalar terjadi
karena kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat.
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi
karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan
karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
Salah nalar ada dua macam:
1. Salah nalar induktif, berupa :
1. kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
2. kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
3. kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
1. kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;
2. kesalahan karena adanya term keempat;
3. kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan
4. kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
Pengertian dan contoh salah nalar :
1. Gagasan,
2. pikiran,
3. kepercayaan,
4. simpulan yang salah, keliru, atau cacat.

Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang sengaja
dibuat untuk tujuan tertentu. Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut
penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal
dan karena materi dan proses penalarannya yang merupan kesalahan formal Berikut ini
salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :
o Generalisasi terlalu luas
Contoh : perekonomian Indonesia sangat berkembang
o Analogi yang salah
Contoh : ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga terjangkau.
Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualya dengan harga
terjangkau.
Penybab nalar, yaitu
a) Deduksi yang salah
Hal ini terjadi akibat simpulan simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah
atau yang premisnya tidak 
Misalnya : Pengiriman manusia ke bulan hanyalah penghamburan. (premisnya : semua
eksperimen ke angkasa luar hanyalah penghamburan)

b) Generalisasi yang terlalu luas


Salah nalar ini terjadi karena jumlah premis yang terbatas tidak memadai. Harus dicatat
bahwa kadang-kadang premis yang terbatas mengizinkan generalisasi yang sahih.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. ( Orang Indonesia ada yang malas ada
juga yang ramah).

c) Pemikiran “atau ini, atau itu”


Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil. (Apakah untuk menjadi terampil kita
selalu harus bersekolah? )

d) Salah nalar atas penyebabnya


Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan sebab dan akibat, tetapi kita
kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab suatu peristiwa atau hasil kejadian.
Khususnya dalam hal yang menyangkut manusia, penentuan sebab dan akibat sifatnya sulit.
Salah nalar atas penyebab yang lazim terjadi ialah salah nalar yang disebut post hoc dan
ergo propter hoc (sesudah itu dan maka karena itu).
Misalnya : Swie King menjadi juara karena doa kita. (Lawan Swie King tentu juga
didoakan oleh para pendukungnya).

e) Analogi yang salah


Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk
mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apadan analogi yang
salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.
Misalnya : Rektor harus memimpin unuversitas seperti jendral memimpin divisi.
(Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).

f) Penyimpangan masalah
Salah nalar disini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok, atau jika kita menukar
pokok masalah dengan pokok masalah yang lain, ataupun jika kita menyimpang dari garis
masalah.
Misalnya : Program kelurga berencana tidak perlu karena tanah di Kalimantan masih
kosong. (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya memilikitanah).

g) Pembenaran masalah lewat pokok sampingan


Salah nalar disini muncul jika argumentasi menggunakan pokok yang tidak langsung
berkaitan, untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya orang merasa kesalahannya dapat
dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah.
Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga. (Korupsi
dihalalkan karena banyaknay korupsi dimana-mana).

h) Argumentasi ad hominem
Salah nalar ini terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya dan bukan
persoalannya. Khususnya dibidang politik, argumentasi jenis ini banyak dipakai.
Misalnya : Ia tidak mungkin seorang pemimpin yang baik karena kekayaannya berlimpah.
(Yang dipersoalkan bukanlah kepemimpinannya).

i) Imbauan pada keahlian yang disangsikan


Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa kalangan ahli untuk
memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli sangat berguna walaupun
kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak kebenaran pokok masalah. Misalnya,
kita mengutip pendapat bintang film tentang pengembangan demokrasi.

j) Non sequitur
Dalam argumentasi, salah nalar ini mengambil simpulan berdasarkan premis yang tidak,
atau hampir tidak ada sangkut pautnya sama sekali.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu usul-
usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendekiaan dan kepandaian
merumuskan usul).

F. Unsur Penalaran Penulisan Ilmiah

Dari Widjono, unsur penalaran penulisan ilmiah adalah menjadi berikut:

1. Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian eksklusif yang khusus serta berisi


sekurang-kurangnya 2 variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau kabar dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu
kalimat pernyataan yg dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.\
3. Proposisi, mempunyai beberapa jenis, diantaranya:
 Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
 Proposisi absolut yaitu pembenaran yg tidak memerlukan
pengujian buat menyatakan sahih atau salahnya.
 Proposisi hipotetik yaitu persyaratan huungan
subjek serta predikat yg harus dipenuhi.
 Proposisi kategoris yaitu tidak adanya
persyaratan hubungan subjek serta predikat.
 Proposisi positif universal yiatu pernyataan
positif yg memiliki kebenaran absolut.
 Proposisi positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur
pernyataan tadi bersifat positif.
 Proposisi negatif universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
 Proposisi negatif parsial, kebalikan asal proposisi negatif parsial.
4. Proses berpikir ilmiah yaitu aktivitas yg dilakukan secara sadar, teliti, serta terarah
menuju suatu kesimpulan.
5. nalar yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan),
argumentasi (verifikasi), kenyataan, dan justifikasi (pembenaran).
6. Sistematika yaitu seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses
berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7.  pertarungan yaitu pertanyaan yg harus dijawab (dibahas) pada karangan.
8. Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yg akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan menggunakan mengidentifikasi,
mengklasifikasi, mencari korelasi (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. verifikasi (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti
kebenarannya atau kesalahannya. verifikasi ini wajib disertai dukungan yg berupa:
metode analisis baik yang bersifat manual juga yg berupa aplikasi. Selain
itu, pembuktian didukung juga dengan data yg mencukupi, fakta, model, serta yang
akan terjadi analisis yang akurat.
11. akibat yaitu akibat yg disebabkan berasal sebuah analisis induktif atau deduktif.
12. konklusi (simpulan) yaitu penafsiran atas yang akan
terjadi pembahasan, dapat berupa akibat atau inferensi.

G. Karakteristik Penulisan Penalaran Ilmiah

Penulisan penalaran ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut:


 Goresan pena menggunakan metode ilmiah
 Tulisan didukung dengan data realitas
 Data dikumpulkan engan menggunakan teknik observas
 Ada pengukuran hasil yang ditemukan memakai perhitungan statistic
 Memakai teknoogi khusus yg hanya diketahui sesame gerombolan keahlia
 Yang akan terjadi temuan dipaparkan dengan menggunakan grafik, tabel, atau
gambar
 Tulisan disusun dengan memakai gaya penulisan ilmiah eksklusif

 Hasilnya artinya dokumentasi teknis.

Anda mungkin juga menyukai