Anda di halaman 1dari 7

PENALARAN DALAM BAHASA INDONESIA

A. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan kesimpulan yang dapat diterima akal sehat. Penalaran adalah
suatu proses berfikir manusia untuk menghung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga
sampai pada suatu kesimpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh
tidak benar disinilah letak kerjanya penalaran orang akan menerima data dan fakta yang benar
dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya.
Penalaran Menurut Para Ahli:
a. Keraf berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-
hubungkan bukti, fakta, petunjuk, yang menuju kepada suatu kesimpulan.
b. Bakry menyatakan bahwa penalaran atau reasoning merupakan suatu konsep yang paling
umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan
sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
c. Suria Sumantri mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas
berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.

Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data disebut proposisi. Proposisi
berbentuk kalimat berita netral. Artinya, proposisi itu tidak berbentuk kalimat tanya, kalimat
perintah, dan kalimat harapan.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan
premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence).Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi (sebab-akibat).
Proposisi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Berdasarkan Bentuk: proposisi tunggal dan proposisi majemuk;
Contoh proposisi tunggal: Semua petani harus bekerja keras.
Contoh proposisi majemuk: Semua petani harus bekerja keras dan hemat.

1
2) Berdasarkan Sifatnya: kategorial dan kondisional
Contoh proposisi kategorial: Sebagian binatang tidak berekor.
Contoh proposisi kondisional: Jika air tidak ada, manusia akan kehausan.
3) Berdasarkan Kualitas: positif dan negative
Contoh proposisi positif: Semua dokter adalah orang pintar.
Contoh proposisi negative: Semua Harimau bukan Singa.
4) Berdasarkan Kuantitas: umum dan khusus
Contoh proposisi umum: Semua Gajah bukanlah Kera.
Contoh proposisi khusus: Sebagian pulau Jawa adalah Jawa Tengah.

B. Jenis dan macam-macam Penalaran


Ada dua jenis penalaran, yaitu:
1. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah penalaran yang bertolak dari sebuah kesimpulan yang
didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Dalam penalaran deduktif
terdapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan.
Adapun macam-macam penalaran deduktif, yaitu:
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk penalaran dalam menarik kesimpulan yang terdiri
atas premis umum, premis khusus, dan kesimpulan. Dengan fakta lain bahwa silogisme
adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan
dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas
beberapa unsur yaitu:
1) Dasar pemikiran utama (premis mayor)
2) Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3) Kesimpulan

Contoh:

1) Premis mayor(My) : Semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran


Sosiologi.
2) Premis minor(Mn) : Bob adalah siswa kelas X SMA

2
3) Kesimpulan(K) : Bob wajib mengikuti jam pelajaran Sosiologi.

Penalaran silogisme ada tiga macam, yaitu:


a) Silogisme Kategorial
Contoh:
My: semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA
Mn: Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K:Amir bukan mahasiswa
b) Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional
hipotesis. Kondisional hipotesis yaitu bila premis minornya membenarkan
anteseden (konteks yang ditunjukan dalam suatu ungkapan), simpulanya
membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juda
menolak konsekuen.
Contoh:
My: Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn: Air tidak ada
K: Jadi, manusia akan kehausan

My: Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.


Mn: Makhluk hidup itu mati.
K: Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
c) Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif lain.
Contoh:
My: Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn: Nenek Sumi berada di Bandung.
K: Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
b. Entimen

3
Entimen adalah penalaran deduktif secara langsung dan dapat dikatakan pula
silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama
diketahui.
Contoh:
Siswa teladan ialah siswa yang selalu mematuhi peraturan di sekolah.

2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang
khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
Macam-macam penalaran induktif:
a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan
yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh:

Jika ada udara, manusia akan hidup.


Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
b. Analogi
Analogi adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang
kebenaran suatu gejala khusus dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
yang sama.
Jenis-jenis analogi, yaitu:
1) Analogi induktif
Analogi induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang
ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.
Contoh:
 Nina adalah lulusan Akademi Amanah. Nina dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.

4
2) Analogi deklaratif
Analogi deklaratif adalah metode untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima
apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh:
Untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas
(hubungan) antara kepala negara dengan warga negaranya.Sebagaimana
manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas
antara akal dan hati.
c. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan.
Macam-macam hubungan kausal, yaitu:
1) Sebab-akibat
Contoh: “Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir”.
2) Akibat-sebab
Contoh: “Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar
dengan baik”.
3) Akibat-akibat
Contoh: “Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu
beranggapan jemuran di rumah basah”.
C. Konsep dan Simbol dalam Penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya
diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk
bahasa, sehingga wujud penalaran akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah
pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk
proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran
menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran
konklusi dari premis.

5
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah
aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak
akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian
perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai
premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi
sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
D. Syarat-syarat Kebenaran dalam Penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan
kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
1. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu
yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi
semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara
formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat,
diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau
bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

E. Salah Nalar
Salah nalar meliputi: Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah,
keliru, atau cacat.
Jenis-jenis salah nalar, yaitu:
1. Deduksi yang salah : Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah
atau tidak memenuhi persyaratan.
Contoh:
 Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
2. Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak
seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi
salah.
Contoh:
Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.

6
3. Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan
jawaban yang ada.
Contoh: “Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak
diketahui orang lain”.
4. Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:
 Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi
makam leluhurnya.
5. Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain.
Contoh: “Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik”.
6. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan
tugas yang diembannya.
Contoh: “Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena
petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak”.
7. Meniru-niru yang sudah ada
Salah nalar jenis ini berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita
lakukan kalau orang lain melakukan hal itu.
Contoh:
 Kita bisa melakukan korupsi karena pejabat pemerintah melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai