Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 1

Dasar Pembentukan
Keluarga dalam Agama Islam
- Ruly Hardiansyah
- Agil Abdul Basir
- Aria Zhafar Mehaz
- Rizky Mauladan
- Dewina Rahmawati
- Esa Satria
- Fadli Ramdhan Isa
Proses Pembentukan Keluarga
Untuk membentuk dan mewujudkan keluarga muslim yang sakinah, mawadah, dan
warohmah perlu melalui proses yang panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:
1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah SWT
dan sunnah Rasulullah.
2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada
kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.
3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya.
4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari
hubungan yang dilarang Allah SWT.
5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan
iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan
didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang, pangan, dan papan yang
halal, menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluarganya
menuju ridha Allah dan surga-Nya serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya
dari siksa api neraka.
Proses Pembentukan Keluarga
6. Istri berusaha menjalankan kewajibannya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan
berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya
tentang agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang
mulia, menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan
membahagiakan suaminya.
7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling
menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai,
saling mempercayai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut
komunikasi yang intens.
8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam
mengarungi badai dan gelombang kehidupan.
9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-
sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan
tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar lebih
banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri
membaca Al-Qur’an, berziarah kubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk
melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain.
Proses Pembentukan Keluarga
10. Suami istri selalu memohon kepada Allah agar dijadikan keluarga yang sakinah
mawaddah wa rohmah.
11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri
untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan
anak-anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari
kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi
harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk
menjaga kesetiaan masing-masing anggota keluarga.
12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah
keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat
memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya.
Rasulullah SAW bersabda “Apabila Allah menghendaki, maka rumah tangga yang
bahagia itu akan diberikan kecenderungan senang mempelajari ilmu-ilmu agama,
yang muda-muda menghormayi yang tua, harmonis dalam kehidupan, hemat dan
hidup sederhana, menyadari cacat-cacat mereka dan melakukan taubat” (HR
Dailami dari Abas ra).
Hukum Pernikahan Wanita Hamil
Pergaulan bebas dan perilaku zina (baca zina dalam islam) dapat menyebabkan seorang wanita hamil
diluar nikah. Wanita yang hamil diluar nikah dianggap membawa aib bagi keluarganya dan ia
biasanya kan segera dinikahkan untuk menutupi aib tersebut oleh keluarganya dan menghindari
konflik dalam keluarga. Berdasarkan beberapa dasar hukum islam, hukum menikah saat hamil
dianggap sah dan wanita yang melakukan zina baik dalam keadaan hamil maupun tidak, bisa
menikah dengan pria yang menzinainya ataupun pria lain yang tidak menzinainya. Untuk lebih
jelasnya perhatikan dasar pertimbangan wanita yang menikah disaat hamil.
 Al qur’an
Ayat tersebut menyatakan bahwa seorang wanita penzina bisa menikah dengan laki-laki yang
menzinainya maupun yang tidak menzinainya.
‫ين فَ َما ا ْستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِ ِه ِم ْنه َُّن‬
َ ‫ين َغ ْي َر ُم َسافِ ِح‬
َ ِ‫صن‬ ِ ْ‫َاب هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َوأُ ِح َّل لَ ُك ْم َما َو َرا َء َذلِ ُك ْم أَ ْن تَ ْبتَ ُغوا بِأَ ْم َوالِ ُك ْم ُمح‬
َ ‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم ِكت‬
ْ ‫َات ِم َن النِّ َسا ِء إِال َما َملَ َك‬
ُ ‫صن‬َ ْ‫َو ْال ُمح‬
‫يض ِة إِ َّن هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬ َ ‫اض ْيتُ ْم بِ ِه ِم ْن بَ ْع ِد ْالفَ ِر‬ َ َ‫يضةً َوال ُجن‬
َ ‫اح َعلَ ْي ُك ْم ِفي َما تَ َر‬ َ ‫فَآتُوهُ َّن أُجُو َرهُ َّن فَ ِر‬
“Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami, kecuali budak-budak perempuan
(tawanan perang) yang kamu miliki sebagai ketetapan Allah atas kamu. Dan dihalalkan bagimu selain
(perempuan-perempuan) yang demikian itu jika kamu berusaha dengan hartamu untuk menikahinya
bukan untuk berzina. Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah
maskawinnya kepada mereka, sebagai suatu kewajiban. Tetapi tidak mengapa jika ternyata di
antara kamu telah saling merelakannya, setelah ditetapkan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Mahabijaksana” (An Nisa ayat 24)
Hukum Pernikahan Wanita Hamil
 Hadits rasulullah SAW
Berdasarkan hadits rasul, wanita yang hamil boleh menikah dengan laki-laki yang
menzinahinya maupun yang tidak menzinahinya sebagaimana hadits berikut ini :
“Seorang laki-laki yang dihukum jilid (cambuk) tidak akan menikah kecuali
dengan yang serupa (wanita pelaku zina)”. (HR Abu Dawud)
Hadist yang lain juga menyebutkan bahwa hukum wanita yang menikah saat
hamil adalah sah karena perbuatan zina yang haram hukumnya tidak menghalangi
perbuatan yang halal yakni menikah.
Perbuatan yang haram (zina) itu tidak menyebabkan haramnya perbuatan
yang halal (HR Ibn Majah).
Hukum Pernikahan Wanita Hamil
 Menurut KHI (Kompilasi Hukum Islam)
Pernikahan wanita saat hamil juga disebutkan dalam kompilasi hukum islam dan
hukumnya diperbolehkan dengan menimbang segala manfaat dan mudharatnya.
Berikut adalah bunyi pasal 53 yang mengatur pernikahan wanita yang hamil
akibat zina
1. Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang
menghamilinya
2. Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat
dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya
3. Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil,tidak
diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.
Pernikahan Yang Dilarang Dalam
Syari’at Islam
1. Nikah Syighar
Jika seorang laki-laki menyerahkan anak atau saudara perempuannya untuk dinikahi
oleh lelaki lain dengan syarat lelaki itu juga menyerahkan anak atau saudara
perempuannya untuk ia nikahi, baik dengan mahar maupun tidak, maka praktik
pernikahan itu disebut nikah syighar.
Nikah syighar hukumnya haram. Adanya syarat pertukaran membuat pernikahan itu
batal. Nikah tersebut menimbulkan bahaya besar karena pihak perempuan cenderung
dipaksa untuk menikah dengan laki-laki yang tidak disukainya demi kepentingan wali.
Bahakn terkadang perempuan mendapatkan mahar yang tidak layak.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam melarang
nikah syighar. Nikah syighar terjadi apabila seseorang mengucapkan:
“Nikahlah anak perempuanmu dengnku dan akan kunikahkan anak perempuanku
denganmu,” atau, “Nikahkah saudara perempuanmu deganku, maka aku akan
menikahkah saudara perempuanku denganmu.”
Pernikahan Yang Dilarang Dalam
Syari’at Islam
2. Nikah Muhallil
Jika seseorang lelaki menikahi perempuan yang sudah ditalak tiga selesai masa
idahnya, kemudian ia menceraikannya agar perempuan tersebut bisa dinikahi
kembali oleh suami pertamanya, maka itulah yang disebut dengan nikah muhallil.
Perbuatan ini haram hukumnya dan termasuk dalam dosa besar. Pelakunya akan
dilaknat oleh Allah. Demikian pula suami pertama yang meminta orang lain
menikahi istrinya dengan cara muhallil.
Hal tersebut sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud,
“Rasulullah melaknat orang yang melakukan nikah muhallil serta suami yang
menyuruh orang itu melakukan nikah muhallil.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Pernikahan Yang Dilarang Dalam
Syari’at Islam
3. Nikah Mut’ah
Nikah mut’ah terjadi apabila seorang laki-laki menikahi seorang perempuan
dengan batas waktu tertentu, baik satu hari, dua hari atau lebih dan dengan
menyerahkan imbalan berupa uang maupun sesuatu yang lain.
Pada awalnya nikah mut’ah dihalalkan oleh Rasulullah, namun hal itu kemudian
diharamkan selamanya sampai hari kiamat nanti. Hadist tersebut diriwayatkan
oleh Muslim dan Baihaqi.
Sabrah al Juhani meriwayatkan hadist berikut, membahas tentang nikah mut’ah,
“Ketika kami memasuki kota Mekah dalam peristiwa fat-hu-Makkah, Rasulullah
memerintahkan kami untuk melakukan nikah mut’ah. Dan sebelum kami keluar
dari Mekah, beliau sudah melarang kamu melakukannya.” (HR. Muslim).
Pernikahan Yang Dilarang Dalam
Syari’at Islam
4. Nikah Urfi’
Nikah urfi’ ini mungkin banyak terjadi di kalang anak muda. Semisal, ada seorang pemuda
menjalin hubungan dengan pemudi tanpa diketahui orang lain. Mungkin hanya teman-
teman dekatnya yang mengetahui hal ini. Akhirnya mereka melangsungkan akad nikah di
apartemen hanya untuk menghalalkan hubungan seksual.
Saat itu hanya ada mereka berdua dan teman-temannya sebagai saksi, dan akad nikahnya
hanya berupa perjanjian di atas kertas. Setelah itu, sang pemudi pulang ke rumah orang
tuanya seperti tak terjadi apa-apa.
Praktik pernikahan ini tidak sah. Bahkan termasuk perbuatan zina, karena sudah jelas
tidak memenuhi syarat penting dari pernikahan. Yaitu adanya wali dari pihak perempuan.
Al-Quran dan sunnah sudah beberapa kali mengingatkan bahwa dalam pernikahan harus
ada wali.
“...Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang
beriman) sebelum merek beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih
baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu...” (Qs. Al-Baqarah:221).
Penyebab Perceraian
 Gagal berkomunikasi
Ketidak cocokan akibat kegagalan berkomunikasi antara suami dan istri sering
menjadi pemicu perceraian. Kurangnya komunikasi membuat kurangnya rasa
saling mengerti dan membuat sering terjadinya pertengkaran. Hal ini akan
berujung pada perceraian jika kedua pihak tidak mau atau gagal berkomunikasi.
 Ketidaksetiaan
Penyebab perceraian lainnya adalah salah satu pasangan berselingkuh. Pasangan
yang disakiti tidak dapat memaafkan dan memilih bercerai. Atau sebaliknya,
pasangan yang berselingkuh memilih bercerai demi pacar barunya.
 Kekerasan dalam rumah tangga
Perceraian karena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga menjadi salah satu
penyebab utama perceraian. Banyak pasangan memilih menyelamatkan
kehidupannya dengan bercerai karena sering mendapat aniaya baik secara fisik
maupun verbal.
Penyebab Perceraian
 Masalah ekonomi
Ada juga perceraian karena masalah ekonomi. Menganggap pasangan tidak
mampu memenuhi kebutuhan materi keluarga, sehingga meninggalkan
pasangannya dengan bercerai.
 Pernikahan dini
Menikah belum cukup umur membuat pasangan muda tersebut belum siap
menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan perkawinan. Sehingga seringkali
keputusan yang dibuat adalah bercerai saat menghadapi banyak tekanan hidup.
 Perubahan budaya
Dulu perceraian adalah sesuatu yang tabu. Sekarang telah menjadi tren dan gaya
hidup banyak pasangan.

Anda mungkin juga menyukai