HIDUP BERMASYARAKAT Disusun oleh: Fahmy Nurul Azizan Heidar Rafi
PROGAM STUDI S1 GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2019 Tantangan Tauhid dalam membangun masyarakat
• Di abad 20 an tantangan umat beriman adalah merebaknya
praktik-praktik bid’ah, takhayyul dan khurafat. Saat itu, kehidupan masyarakat masih kental diwarnai oleh sisa-sisa keyakinan terhadap animisme dan dinamisme. • Tantangan tauhid di abad 21 lebih komples. Era globalisasi yang dialami manusia modern menciptakan tuhan-tuhan modern yang lebih canggih dan menggoda. • Salah satu di antara tantangan globalisasi adalah materialisme. – Tidak dapat dipungkiri, materialisme kini menjadi salah satu “tuhan” yang disembah oleh manusia-manusia modern. Nilai-nilai spiritual terabaikan, sementara prestasi-prestasi material menjadi berhala-berhala baru. – Rapuhnya struktur sosial bangsa kita saat ini merupakan buah dari target- target materialisme itu. Sopan santun hilang, etika melayang, dan kekerasan merajalela di mana-mana.
• Di sisi lain sekularisme menjadi fenomena yang tak terbantahkan.
– Banyak manusia modern yang tanpa sadar memisahkan antara urusan agama dengan urusan dunia. Ibadah ditegakkan, namun kejahatan kemanusiaan juga dilestarikan. Allah SWT menyindir dalam QS. Jatsiyah: 23: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” Tauhid Sebagai Fondasi hidup bermasyarakat
• Tauhid sangat penting karena tauhid adalah pondasi dan inti
dari agama. Tauhid adalah pondasi dan rukun yang paling penting dalam agama Islam. – Rasulullah bersabda, “Islam didirikan di atas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16). • Orang yang bertauhid dan menghidari kesyirikan Allah akan memberi ampunan atas dosa-dosanya. Dalam sebuah hadits Qudsi Rasulullah bersabda, “Allah berfirman: “Hai anak Adam, jika engkau datang kepada- Ku dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula.” (HR. Tirmidzi)