Anda di halaman 1dari 7

I.

 Latar Belakang

Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam yang saling berhubungan,
dan bertujuan untuk mencapai suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang
disebut kegiatan bernalar.

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan
konklusi disebut konsekuensi.

II. Masalah

Perbedaan penggunaan penalaran deduktif dan induktif!

III. Pembahasan Masalah

1. Penalaran Deduktif

deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de dan
ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum
atau universal. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka,
deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau individual.

Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik
kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi
pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam
premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan
pernyataan atau kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.

Contoh klasik dari penalaran deduktif:

 Semua manusia pasti mati (premis mayor)

 Sokrates adalah manusia. (premis minor)

 Sokrates pasti mati. (kesimpulan)

Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa
kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang
tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif.

2. Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.

Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi
adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-
sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik
kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan.
Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola
sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.

Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:


Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat,
semuanya bergerak.)

untuk membedakan preposisi umum seperti:

Semua es dingin.
Semua bola biliar bergerak ketika didorong tongkat.

Induksi kuat:

Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.

Induksi lemah:

Aku selalu menggantung gambar dengan paku.


Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.

Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang
menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.

Perbedaan dari penalaran deduktif dan induktif adalah, penalaran deduktif memberlakukan prinsip-
prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif
menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik,
untuk menarik suatu kesimpulan umum.

Ada tiga jenis penalaran induktif :

A. GENERALISASI
Penalaran generalisasi dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan
umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala
yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan
karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.

Contoh penakaran Generalisasi;

Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatak seragam.
Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan
persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah
terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa
Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia
perlu ditingkatkan.

B. ANALOGI
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Kita dapat menarik kesimpulan
bahwa jika sudah adapersamman dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang lain.

Contoh penalaran Analogi:

Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dsan
Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atmosfer seperti bumi. Temperaturnya
hampir sama dengan temperatur Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada juga. Caranya beredar
mengelilingi matahari meyebabkan pula timbulnya musim seperti di Bumi. Jika di bumi ada makhluk
hidup, tidakkah mungkin ada makhluk hidup di planet Mars.

C. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT


Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan m,enghubungkan fakta
yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari
fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu.

Contoh penalaran hubungan akibat sebab:


Dewasa ini kenakalan remaja sudah menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam
perkelahian-perkelahian biasa, tetapi sudah berani menggunakan senjata tajam. Remaja yang telah
kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan merampok bahkan membunuh. Hal ini selain
disebabkan kurangnya oerhatian dari orang tua dan pengaruh masyarakat, pengaruh televisi dan film
cukup besar.

Salah Nalar

Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan
sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar
bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang
valid. Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen,
menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan
urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan.

A. Secara umum penalaran ilmiah ada 2 macam, yaitu:


A.1 Penalaran Induktif
Penalaran induktif (prosesnya disebut induksi) mrpkn proses penalaran untuk menarik suatu prinsip
atau sikap yang berlaku untuk umum maupun suatu kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan
atas fakta-fakta khusus.

Contoh:
Kambing mempunyai mata; gajah mempunyai mata, demikian pula dengan kucing, anjing, dan
berbagai binatang lainnya. Jadi, semua binatang mempunyai mata.

Ada 2 keuntungan dengan penalaran induktif, yaitu:

a. pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis

b. dari pernyataan yang bersifat umum dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara
induktif maupun deduktif.

Jenis-jenis penalaran induktif:

a. Generalisasi, yaitu proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-
sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
Contoh:
Orang Indonesia peramah; Bangsa Jepang adalah pekerja yang ulet; Orang Batak pandai menyanyi.
Sahkah kesimpulan tersebut? Generalisasi sering kali mendahului observasi, maka perlu diadakan
pengetesan atau pengujian, meliputi:
Harus diketahui, apakah sudah banyak gejala khusus yang dijadikan dasar generalisasi tersebut (ciri
kuantitatif). Bagian yang dikenai generalisasi tersebut:
homogen atau heterogenkah?
Apakah gejala yang diamati cukup mewakili (sampel yang baik, ciri kualitatif) keseluruhan atau bagian
yang dikenai generalisasi? Oleh karena itu, harus dipilih sampel yang tepat dan tidak menyesatkan.
Tidak adakah kekecualian dalam kesimpulan umum yang ditarik? Jika kekecualian terlalu banyak,
maka tidak mungkin diambil generalisasi. Jika kekecualian sedikit, kita harus membuat perumusan
dengan hati-hati. Hindari kata-kata: setiap, semua, selalu, tidak pernah. Gunakanlah kata-kata:
cenderung, rata-rata, atau pada umumnya.

Bandingkan dengan contoh berikut!

Besi jika dimasukkan dalam api volumenya membesar; Selanjutnya: tembaga, kuningan, emas,
perak, dan aluminium juga sama apabila dipanaskan. Jadi, dapat digeneralisasikan bahwa semua
logam akan memuai bila dipanaskan.

b. Analogi (Analogi Induktif), yaitu proses penalaran untuk menarik suatu kesimpulan/inferensi
tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang memiliki sifat-
sifat esensial yang bersamaan.
Contoh:
Siswa di Medan berseragam; siswa di Jakarta berseragam; siswa di Papua juga berseragam. Jadi,
dapat dianalogikan bahwa siswa di Semarang juga berseragam.

c. Hubungan Sebab-Akibat

Menurut prinsip umum, semua peristiwa ada penyebabnya. Jangan menarik kesimpulan (sebab-
akibat) yang tidak sah. Misalnya, orang menghubungkan suatu wabah atau penyakit dengan kutukan
dewa atau tempat tertentu yang dianggap keramat.
Hubungan sebab-akibat antarperistiwa dapat berupa: hubungan sebab ke akibat, akibat ke sebab,
atau akibat ke akibat.
A.2 Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif (prosesnya disebut deduksi), yaitu cara berpikir yang didasarkan atas prinsip,
hukum, teori atau keputusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala. Kesimpulannya
bersifat khusus. Jadi, penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.
Proses berpikirnya dinamakan silogisme, yaitu bentuk prose penalaran yang berusaha
menghubungkan dua proposisi (pernyataan: premis mayor dan premis minor) yang berlainan untuk
menurunkan suatu kesimpulan.

Contoh:
Semua makhluk mempunyai mata. (p. mayor)

Si Polan adalah seorang makhluk. (p. minor)

Jadi, si Polan mempunyai mata. (kesimpulan)

Bentuk di atas mempunyai 3 term, yaitu (1) term mayor adlh predikat di dalam premis mayor
(mempunyai mata); (2) term minor adlh subjek di dalam kesimpulan (si Polan); dan term tengah adlh
penghubung kedua term atau predikat di dalam premis minor (makhluk).

Perhatikan contoh lain di bawah ini!

Mahasiswa yang mengikuti kuliah kurang dari 75% tidak boleh mengikuti ujian. (p. mayor) Santi
hanya mengikuti kuliah 40%. (p. minor)
Jadi, Santi tidak boleh mengikuti ujian.
(kesimpulan)
Silogisme di atas bisa diubah menjadi entimem (semacam silogisme, tetapi muncul hanya dengan 2
proposisi krn salah satu bagian dihilangkan).
Contoh:
1. Santi tidak boleh mengikuti ujian karena mengikuti kuliah kurang dari 75%.
ATAU
2. Santi hanya mengikuti kuliah 40%, sehingga ia tidak boleh mengikuti ujian.

B. Kesalahan Penalaran
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada
kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur
kalimat, dan karena dorongan emosi.

Salah nalar ada dua macam:

1. Salah nalar induktif, berupa (1) kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas, (2) kesalahan
penilaian hubungan sebab-akibat, (3) kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena: (1) kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;
(2) kesalahan karena adanya term keempat; (3) kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak
dibatasi; dan (4) kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
C. Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol.
Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran
akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan
untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan
simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir
yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa
proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula
proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan
untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

D. Ciri- Ciri Penalaran :

1. dilakukan dengan sadar

2. didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui

3. Sistematis

4. terarah, bertujuan

5. menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru

6. sadar tujuan

7. premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh

8. pola pemikiran tertentu

9. sifat empiris rasional

IV. KESIMPULAN

Jadi, maksud dari penalaran adalah untuk menemukan kebenaran. Dan Kebenaran dapat dicapai jika
syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
• Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang
memang benar atau sesuatu yang memang salah.
• Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis
harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal
berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat
sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut


dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi(consequence).

Berikut ini adalah ciri-ciri dari Paragraf deduktif yaitu :


1.Ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh
kalimat-kalimat penjelas sebagai pendukung kalimat utama.

Faktor-faktor penalaran deduktif :


1.Terdapat pada kalimat utama
2.Penjelasannya berupa hal-hal yang umum
3.Kebenarannya jelas dan nyata

Konsep dan simbol dalam penalaran

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol.


Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran
akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata,
sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat dan penalaran menggunakan
simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah
aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada
penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan
terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau
dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari
rangkaian pengertian.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk


menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat
dipenuhi.

 Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan


sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.

 Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi
semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar
secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat,
diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi
atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Kelebihan Penaralan Deduktif

Pada proses induksi atau penalaran induktif akan didapatkan suatu pernyataan baru yang
bersifat umum (general) yang melebihi kasus-kasus khususnya (knowledge expanding),
dan inilah yang diidentifikasi sebagai suatu kelebihan dari induksi jika dibandingkan
dengan deduksi.

Hal ini pulalah yang menjadi kelemahan deduksi. Pada penalaran deduktif, kesimpulannya
tidak pernah melebihi premisnya. Inilah yang ditengarai menjadi kekurangan deduksi.

Perhatikan sekali lagi contoh induksi berikut:

Mangga manalagi yang masih muda kecut rasanya.

Mangga harum manis yang masih muda kecut rasanya.

Mangga udang yang masih muda kecut rasanya.

Mangga …. yang masih muda kecut rasanya.

————————————————————————

Jadi, semua mangga yang masih muda kecut rasanya. Kesimpulan di atas bernilai benar
karena sampai saat ini belum ada mangga yang masih muda yang tidak kecut rasanya.
Pernyataan itu akan bernilai salah jika sudah ada ilmuwan yang menghasilkan mangga
yang tidak kecut rasanya meskipun masih muda. Dengan demikian, hasil yang didapat dari
induksi tersebut masih berpeluang untuk menjadi salah. Sedangkan pada deduksi yang
valid atau sahih, kesimpulan yang didapat diklaim tidak akan pernah salah jika premis-
premisnya bernilai benar (truth preserving), sebagaimana ditunjukkan tadi. Inilah yang
diidentifikasi sebagai kelebihan dari deduksi jika dibandingkan dengan hasil pada proses
induksi. Sampai saat ini, para filsuf sedang memimpikan suatu bentuk argument atau
penalaran yang dapat menghasilkan pernyataan baru yang bersifat umum yang melebihi
kasus-kasus khususnya (knowledge expanding); dan hasilnya tidak akan salah jika premis-
premisnya bernilai benar (truth preserving). Menurut Giere (1984:45), impian para filsuf
tersebut tidak akan terlaksana dan manusia dituntut untuk memilih salah satu sesuai
dengan kebutuhannya sebagaimana pernyataannya: “The philosophers’ dream of finding a
form of argument that would be both truth preserving and knowledge expanding is an
impossible dream. You must choose one or the other. You cannot both.”  Pernyataan Giere
ini telah menunjukkan bahwa kedua penalaran itu memiliki kelemahan dan kekuatannya
sendiri-sendiri. Sebagai penutup dapat disimpulkan bahwa pada penalaran deduktif yang
valid, jika premisnya bernilai benar maka kesimpulannya tidak akan pernah bernilai salah.
Namun jika premisnya bernilai salah maka kesimpulannya bisa bernilai salah dan bisa juga
bernilai salah.
• Contoh Kalimat Penalaran Deduktif
a. Menarik Simpulan Secara Langsung
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh kalimat :
– Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
– Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )
b. Menarik Simpulan Secara Tidak Langsung
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum,
sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus. Contoh : Silogisme Kategorial.
Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi, yaitu :
– Premis umum : premis mayor ( My )
– Premis khusus : premis minor ( Mn )
– Premis simpulan : premis kesimpulan ( K )
Contoh silogisme kategorial :
– My : Semua mahasiswa Universitas Gunadarma memiliki KTM.
– Mn : Aini Fatimah adalah mahasiswa Universitas Gunadarma.
– K : Aini Fatimah memiliki KTM.

Anda mungkin juga menyukai