Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Penalaran
Selama kita sadar maka kita selalu berfikir. Pada waktu kita berfikir, dalam
benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata.
Kegiatan ini dapat tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran penuh,
misalnya saat kita melamun. Kegiatan berfikir yang lebih tinggi dilakukan secara
sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan dan bertujuan untuk sampai
kepada kesimpulan atau disebut dengan bernalar.
Proses penalaran/bernalar merupakan proses berfikir yang sistematis untuk
memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran merupakan proses berpikir
secara logis dengan menghubungkan fakta untuk memperoleh kesimpulan. Term
adalah kata atau kelompok kata yang dapat menjadi subjek atau predikat dalam
kalimat proposisi. Misalnya, semua tebu manis. Semua tebu adalah term, manis juga
term karena unsur-unsur tersebut menjadi subjek atau predikat kalimat bersangkutan.
Proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau
kesatuan term-term yang membentuk kalimat. Kalimat yang tergolong proposisi
hanyalah kalimat berita yang netral, sedangkan kalinat lain, seperti kalimat perintah
atau kalimat inversi tidak dapat digolongkan sebagai proposisi karena kalimat-kalimat
tersebut umumnya tidak lengkap. Contoh proposisi, antara lain sebagai berikut.
a. Ayam adalah kelas burung.
b. Adik tidak sakit.
c. Dia berdiri di pinggir pantai.
B. Jenis Penalaran Induktif dan Deduktif
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni
penalaran induktif dan deduktif.
1. Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu
yang khusus menuju sesuatu yang umum. Penalaran Induktif dapat dilakukan
dengan tiga cara:
a) Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah
gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai
semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunka
dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi,
wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen,
statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial
ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang
membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah
sebagai berikut:
 Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau
menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar
atau haus, sakit atau tidak nyaman.
 Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa
kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera
adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan
turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat
generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi
turunannya melalui kelahiran.
b) Analogi
Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala
khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah
kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik
di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang
berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan
demikian, dasar kesimpula yang digunakan merupakan ciri pokok atau
esensial dari dua hal yang dianalogikan.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah
sebagai berikut:
 Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari
bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan
kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter
anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan
bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang
juga akan terjadi pada manusia.
 Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of
California tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap
pertumbuha cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang
mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina
dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya
tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah
dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu.
Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil
kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.
Dalam contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan
anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus,
akan terjadi pula pada manusia.

c) Hubungan Kausal (Sebab Akibat)


Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat)
merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua
peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat.
Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab. Cara
berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-
hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.
Contoh:
 Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera
memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu
terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab)
adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
 Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya,
tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk.
Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu
bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata
akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu,
petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya
tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).
2. Penalaran Induktif dan Coraknya
Bernalar secara Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik suatu
kesimpulan dari suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum untuk kemudian
ditarik kesimpulan yang khusus. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara
deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus
atau hal-hal yang lebih rendah. Contoh: Al- musaddadiyah adalah sebuah yayasan
yang menyediakan berbagai jenjang pendidikan, seperti SD, SMP, MTS, SMA,
MA, SMK, Perguruan Tinggi dan Pesantren.
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara
langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.
1. Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung atau entimen, adalah suatu proses
penarikan kesimpulan yang ditarik dari satu premis.
Misalnya:
1) Semua S adalah P. (premis)
Sebagian  P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2) Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
3) Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
4) Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)
Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
5) Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh: 
Semua gajah adalah berbelalai. (premis)
Tak satu pun gajah adalah takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pu yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)
2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Penarikan simpulan secara tidak langsung atau silogisme, adalah suatu
proses penarikan kesimpulan yang memerlukan dua data sebagai data utamanya.
Dari dua data ini, akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah
premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat
khusus. Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu
premis (pernyataan dasar) yang bersifat umum (PU) dan premis yang kedua
bersifat khusus (PK). Sebagai umpama:
PU             : Setiap manusia akan mati
PK             : Pak ujang adalah manusia
K               : Pak ujang akan mati
Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu silogisme
adalah sebagai berikut:
1. Silogisme terdiri dari tiga pernyataan.
2. Pernyataan (premis) pertama disebut premis umum.
3. Pernyataan (premis) kedua disebut premis khusus
4. Pernyataan ketiga disebut kesimpulan.
5. Apabila salah satu premisnya negatif, maka kesimpuulannya pasti negatif.
6. Dua premis negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
7. Dari dua premis khusus tidak dapat ditarik kesimpulan
Pola penarikan kesimpulan tidak langsung atau silogisme, dapat dikelompokan
kedalam beberapa jenis:
a. Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme kategorial adalah, silogisme yang
terjadi dari tiga proposisi (pernyataan). Dua proposisi merupakan premis dan
satu proposisi, merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum,
disebut premis mayor. Dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor.
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term
minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh :
PU       : Semua manusia bijaksana.
PK       : Semua polisi adalah bijaksana.
K         : Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai
penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah
silogisme diatas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis,
tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak
dapat diambil.
Contoh:
PU       : Semua manusia tidak bijaksana.
PK       : Semua kera bukan manusia.
K         : Jadi, (tidak ada kesimpulan).
          Aturan umum mengenai silogisme kategorial adalah sebsgai berikut:
a. Silogisme harus terdiri atas tiga term. Yaitu term mayor, term minor dan term
penengah.
Contoh:
PU       : Semua atlet harus giat berlatih.
PK       : Xantipe adalah seorang atlet.
K         : Xantipe harus giat berlatih.
Term mayor = Xantipe.
Term minor = harus giat berlatih.
Term penengah = atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh: Gambar itu menempel di dinding.
   Dinding itu menempel di tiang.
Dalam premis ini terdapat empat term, yaitu gambar yang menempel di
dinding dan dinding menempel ditiang. Oleh sebab itu, disini tidak dapat ditarik
kesimpulan.
b. Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan
simpulan.
c. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh: Semua semut bukan ulat.
   Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d. Bilah salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh: PU     :Tidak seekor gajah pun adalah singa.
   PK     : Semua gajah berbelalai.
  K       : Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
e. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
Contoh: PU     ; Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
               PK     : Ujang adalah mahasiswa
  K       : Ujang adalah lulusan SMA
f. Dari dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh: PU     : Sebagian orang jujur adalah petani.
   PK     : Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
   K       : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g. Bila salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh: PU     : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
   PK     : Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
   K       : Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
h. Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik
satu simpulan
Contoh: PU     : Beberapa manusia adalah bijaksana.
   PK     : Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
   K       : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
b. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas pernyataan
umum, pernyataan khusus, dan kesimpulan. Akan tetapi, premis umumnya
bersifat pengandaian. Hal ini ditandai adanya penggunaan
konjungsi jika dalam pernyataannya. Dengan demikian, pernyataan umumnya
dibentuk oleh dua bagian. Bagian pertama disebut anteseden dan bagian
keduanya disebut konsekuensi. Sementara itu, pernyataan khususnya
menyatakan kenyataan yang terjadi, yang kemungkinannya hanya dua: sesuai
atau tidak sesuai dengan yang diandaikannya itu.
Contoh :
PU   : jika saya lulus ujian, saya akan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi.
(anteseden)                        (konsekuensi)
c. Silogisme Alternatif
Silogisme ini menggunakan pernyataan umum yang memiliki dua
alternatif. Jika alternative satu itu benar menurut pernyaataan khususnya,
alternatif yang lain itu salah.
       Contoh:
PU ; Lampu temple ini akan mati apabila minyaknya habis atau
sumbunya                                               pendek. 
      PK  ;   Lampu ini mati, tetapi minyaknya tidak habis.
       K    :   Lampu ini mati karena sumbunya pendek.
d. Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk
silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah
diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.
Contoh:
PU ; Semua sarjana adalah orang cerdas.
PK ; Ali adalah seorang sarjana.
K   : Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang
cerdas karena dia adalah seorang sarjana”. Beberapa contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
 Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya,
sebuah entimen juga dapat diubah menjadi silogisme
C. Penalaran dalam Karangan
Dalam praktiknya proses induktif dan deduktif ini diwujudkan dalam satuan-
satuan tulisan yang merupakan paragraf. Proses induktif dan deduktif juga diterapkan
dalam mengembangkan seluruh karangan. Karya ilmiah merupakan sintesis antara
proses induktif dan deduktif. Yang diuraikan diatas adalah arah atau alur penalaran
dan bagaimana perwujudannya di dalam tulisan atau karangan.
a) Urutan Logis
Suatu karangan harus merupakan suatu kesatuan, sehingga harus
dikembangkan dalam urutan yang sistematis, jelas, dan tegas. Urutan dapat
disusun berdasarkan waktu, ruang, alur nalar, kepentingan dan sebagainya.
b) Urutan Waktu (kronologis)
Perhatikan paragraf berikut :
Dahulu sebelum cara immunisasi ditemukan selama puluhan abad,
puluhan ribu penduduk dunia mati akibat berbagai penyakit. Di Inggris saja
sebelum ditemukan vaksin cacar, kurang lebih 80.000 ribu orang mati karena
penyakit itu. Penemuan vaksin sejak abad ke-18 sangat memperkecil angka
kematian tersebut.
Tulisan di atas dikembangkan secara kronologis, artinya berdasarkan
urutan waktu. Perhatikan kata-kata yang menunjukkan hubungan kronologis
tersebut. Urutan kronologis di dalam tulisan secara eksplisit dinyatakan dengan
kata-kata atau ungkapan-ungkapan seperti : dewasa ini, sekarang, bila, sebelum,
sementara, selanjutnya dan sebagainya. Pengembangan tulisan dengan urutan
kronologis biasanya dipergunakan dalam memaparkan sejarah, proses, asal-usul,
dan riwayat hidup (biografi).

c) Urutan Ruang (Spasial)


Urutan ini dipergunakan untuk menyatakan tempat atau hubungan dengan
ruang.
Contoh :
Jika anda memasuki pekarangan bangunan kuno itu, setelah anda melalui
pintu gerbang kayu penuh ukiran indah, Anda akan berada pada jalan berlantai
batu hitam yang membelah suatu lapangan rumput yang dihiasi petak bunga-
bungaan dan pohon-pohonan peneduh. Di kiri kanan jalan itu agak ke tengah
terdapat lumbung padi, puncaknya berbentuk seperti tanduk dan beratap ijuk.
Ungkapan yang tercetak miring adalah menyatakan urutan ruang.

d) Urutan Alur Penalaran


Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam
urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf
deduktif dan induktif. Urutan umum – khusus banyak dipergunakan dalam karya
ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara
menyeluruh lebih mudah dipahami isinya. Dengan membaca kalimat-kalimat
pertama pada paragraf, maka pembaca dapat mengetahui garis besar isi seluruh
karangan.
Contoh :
Semua mahasiswa selalu memperingati HUT Proklamasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus sebagai wujud dari nasionalisme.
Beberapa hal yang bisa mereka tunjukkan adalah dengan mengadakan berbagai
acara seperti lomba pidato, mengarang, debat dll.

e) Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan
kepentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah
dari yang paling penting sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.
D. Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran
Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan
atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok
tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian
penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah
penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen
kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan
yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak
dapat ditinggalkan. Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empiric
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta
empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
1. Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik suatu kesimpulan dari suatu
prinsip atau sikap yang berlaku umum untuk kemudian ditarik kesimpulan
yang khusus.
Contoh: Al- musaddadiyah adalah sebuah yayasan yang menyediakan
berbagai jenjang pendidikan, seperti SD, SMP, MTS, SMA, MA, SMK,
Perguruan Tinggi dan Pesantren.
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara
langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.
1. Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung atau entimen, adalah suatu proses
penarikan kesimpulan yang ditarik dari satu premis.
Misalnya:
Semua S adalah P. (premis)
Sebagian  P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Penarikan simpulan secara tidak langsung atau silogisme, adalah suatu
proses penarikan kesimpulan yang memerlukan dua data sebagai data
utamanya. Dari dua data ini, akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis
yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua
adalah premis yang bersifat khusus.
Pola penarikan kesimpulan tidak langsung atau silogisme, dapat
dikelompokan kedalam beberapa jenis:
1. Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme kategorial adalah, silogisme yang
terjadi dari tiga proposisi (pernyataan). Dua proposisi merupakan premis
dan satu proposisi, merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum,
disebut premis mayor. Dan premis yang bersifat khusus disebut premis
minor.
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas
pernyataan umum, pernyataan khusus, dan kesimpulan. Akan tetapi,
premis umumnya bersifat pengandaian. Hal ini ditandai adanya
penggunaan konjungsi jika dalam pernyataannya
3. Silogisme Alternatif
` Silogisme ini menggunakan pernyataan umum yang memiliki
dua alternatif. Jika alternative satu itu benar menurut pernyaataan
khususnya, alternatif yang lain itu salah.
4. Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk
silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah
diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.

Anda mungkin juga menyukai