Anda di halaman 1dari 10

Suhu dan Kalor

BAB
VII

7.1 Kalorimeter
7.2 Kalor dan Wujud Suatu Benda
7.3 Pemuaian Benda Padat dan Benda Cair karena Perubahan Suhu
7.4 Pemuaian Panjang

7.1 Kalorimeter
7.1.1 Skala Suhu Termometer
Dalam pengalaman hidup sehari-hari maka cara yang paling sederhana untuk
mengetahui apakah sesuatu itu panas atau dingin adalah dengan menyentuhnya, akan
tetapi dengan cara ini kita tidak dapat memberikan ukuran bagi sesuatu benda akan
AL
panasnya. Sebagai gambaran sederhana bayangkanlah kita mempunyai tiga bejana yang
masing-masing berisi air yang bercampur dengan es yang sedang mencair, yang berikut
N

berisi air biasa dan yang terakhir berisi air panas. Bila tangan kiri kita masuk kedalam
FI

air berisi es dan tangan kanan masuk kedalam air panas, kemudian kedua tangan kita
itudicelupkan kedalam bejana yang berisi air biasa, maka kita akan terasa bahwa tangan
kiri menjadi lebih panas sedang tangan kanan terasa lebih dingin. Dari sini kiranya dapat
disimpulkan bahwa rasa melalui sentuhan tak dapat dijadikan sebagai alat ukur panas
yang menghasilkan hasil yang universal, untuk itu diperlukan alat ukur suhu.Hal lain
yang patut kita catat mengenai gejala panas, bahwa suatu benda yang panas sedang
bersinggungan dengan benda lain yang kurang panas (lebih dingin) akan ternyata benda
yang lebih panas itu, panasnya turun sedang benda yang lebih dingin panasnya akan
naik., sampai pada akhirnya terjadi kesetimbangan antara keduanya dan panas mereka
menjadi suatu besaran fisis skalar yang menjadi ukuran panas itu, yang selanjutnya kita
namakan “suhu” (temperatur): dimana suatu sistem yang telah mencapai kesetimbangan
panasnya makan haruslah mempunyai suhu yang sama diseluruh bagiannya. Asas ini
dinamakan “Hukum kenol Termodinamika” (zeroth low of thermodynamics).

Fisika Dasar VII-1


Suhu dan Kalor

Selanjutnya untuk memberi ukuran pada suhu itu maka terlebih dahulu harus ditetapkan
skala alat pengukur yang kita namakan “skal termometer”.Dalam hubungan ini dari
pengamatan gejala pemanasan terhadap benda menunjukkan bahwa pada umumnya
setiap benda mengalami perubahan akibat pemanasan. Dengan demik,ian setiap benda
dapt dijadikan sebagai alat pengukur suhu dengan mengalami kaitan antara perubahan
keadaan benda dengan kepanasan benda.Akan tetapi dengan demikian setiap pilihan
benda yang beda akan memberikan skala suhu yang berbeda-beda.Ini berakibat
penunjukkan termometer dengan termometer yang lain memakai skala suhu lain atas
suhu bahan tertentu akan memberikan hasil pengukuran suhu yang berbeda-beda
terhadap suatu benda dengan panas yang sama. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka
harus diperjanjikan adanya bahan tertentu yang dijadikan sebagai standar penetapan
skala suhu terhadap semua termometer ditera.

Dalam hubungan tersebut sebagai skala suhu yang pertama oleh Celcius mendefinisikan
skala suhu berdasarkan perubahan wujud air murni dimana pada tekanan I atmosfer
angka nol termometer diletakkan pada titik beku air dan pada titik didihnya diletakkan
AL
angka 100 dengan skala suhu 1/100 bagian antara titik beku dan titik didih
air.Selanjutnya Reamur mendefinisikan skala suhu termometer pada tekanan 1 atmosfer
N

titik beku air pada angka 0 sedang pada titik didih air pada angka 80, dimana antara titik
FI

beku dan titik didih air dibagi atas 80 skala yang sama.Skala termometer reamur ini
jarang dipakai. Skala termometer lain yang banyak dipakai pula ialah skala farenheit
.Dalam hal ini titik beku air diletakkan pada angka 32 sedang titik didih pada angka 212
dimana skala suhunya merupakan 1/180 bagian antara kedua titik tersebut. Berdasarkan
pembagian skala ketiga macam skala termometer yang disebutkan diatas maka apabila
penunjukan suhu Celcius kita tandai dengan tc, suhu Reamur dengan tR, dan suhu
farenheit dengan tF, maka dinyatakan dalam suhu Celcius kita dapat menulis
sangkutannya dengan kedua skala suhu yang disebut terakhir sebagai :
tR = 4tC/5 (7.1)
o
tF = 32 F + 9tC/5 (7.2)
Berikutnya, dari banyak fakta penelitian dibidang termodinamika menunjukan bahwa
dialam ini terdapat adanya “suhu mutlak” terkecil. Atas dasar itu suatu skala yang
berdasarkan skala suhu yang berdasarkan skala suhu Celcius ialah yang dinamakan
“skala suhu kelvin” yang biasa juga disebut “skala suhu mutlak”.Dalam hal ini suhu

Fisika Dasar VII-2


Suhu dan Kalor

terkecil itu diambil sebagai titik 0 mutlak yang terletak pada angka – 273,16oC (dalam
perhitungan praktis dibulatkan menjadi – 273,16oC). Jadi antara suhu Celcius dengan
suhu Kelvin terdapat sangkutan :
T = t + 273,16oC (7.3)
Dimana T menyatakan suhu Kelvin dan t sebagai celcius. Akhirnya patut dicatat disini
bahwa dalam fisika skala suhu yang lazim digunakan adalah skala suhu Celcius
dinyatakan dalam suhu Kelvin. Dalam uraian-uraian kita, selanjutnya kita hanya
menggunakan suhu Celcius dan suhu Kelvin.
Contoh 1 :
Temperatur tubuh n normal adalah 98,6oF. Berapakah temperatur normal tubuh jika
dinyatakan dalam Celcius ?
Jawab :
T (oC) = (5/9){T(oF)-32}
= (5/9)(98,6-32) = 37,0oC

7.2 Kalor dan Wujud Suatu Benda


AL
Sebagaimana kita mengetahui bahwa suatu benda bisa berada dalam wujud pada, cair
dan gas, malah sekarang telah diketahui pula bahwa suatu benda bisa berada dalam
N

wujud ‘plasma” yaitu suatu keadaan dimana benda gas atom-atomnya sudah terionisasi
FI

semua dalam keadaan bebas.Dalam uraian kita ini wujud plasma itu tidak akan diuraikan
disini karena seluk-beluknya cukup luas dan merupakan salah satu cabang ilmu fisika
tersendiri yang cukup berkembang dan menarik disini.

Selanjutnya kita mendefinisikan suatu besaran yang kita namakan “kalor” yang
merupakan suatu kuantitas panas dinyatakan dalam satuan kalori. Dalam hal ini satu
kalori didefinisikan sebagai kuantitas panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu
gram air murni (H2o) dari 19,5oC.Selanjutnya menurut penyelidikan yang dilakukan oleh
Joule bila tenaga mekanik yang diberikan pada suatu sistem dapat diisolir sedemikian
rupa sehingga tak ada tenaga yng hilang, maka dari hasil eksperimen itu tenaga mekanik
4,2 joule setara dengan 1 kalori.Jadi kalau kita mengubah satuan tenaga kedalam satuan
kalori maka perbandingannya adalah 4,2 joule = 1 kalori.
Setelah definisi satuan panas kita definisikan maka segera kita dapat merumuskan
sangkkutan antara kuantitas kalor dengan perubahan suhu.Dalam hal ini andaikan kalor

Fisika Dasar VII-3


Suhu dan Kalor

yang diperlukan untuk menaikan suhu m gram suatu benda dari t o ke t1 = to + Δt, kita
lambangkan dengan ΔQ, maka
ΔQ ∞ m (t1 – to) = c m Δt
Dengan demikian kita dapat mendefinisikan
lim 1 Q 1 dQ
c 
t  0 m t m dt

Sebagai “ kalor jenis “ suatu benda.Jadi nyatalah bahwa besarnya klor yang diserap
suatu benda jika suhunya dinaikan sebesar Δt adalah
ΔQ = m c Δt ………………………………….. (7.4)
Perlu kita catat disini bahwa besaran mc pada persamaan (7.4) sering dinamakan “ harga
air kalorimeter” yang mempunyai satuan.

mc   kalori 
 derajat

Suhu (oC)
AL
100
Fase uap
N

C D
FI

0 Fase transisi es ke air


A
Q
-25

Gambar 7.1 Grafik Perubahan Wujud Air

Sekarang kalau kita tinjau grafik perubahan wujud air (H2O) dalam bidang ( t , Q ) maka
diagramnya akan tampak seperti Gambar 7.1. Pada diagram tersebut tampak dengan
jelas bahwa pada daerah penelitian antara dua wujud maka tampak bahwa suhu benda
tidak berubah namun terjadi perubahan kalor. Pada peralihan tersebut Q sebanding
dengan massa benda (Q ∞ m) dengan demikian menurut grafik diatas.
Qo – Qc = Q ( penguapan air )= u m (7.5)
Dimana u = panas penguapan / pengembunan air, dan
Q1 – Qo = Q ( peleburan es ) = L m

Fisika Dasar VII-4


Suhu dan Kalor

Dimana L = panas peleburan / pembekuan air.


Perlu dicatat disini bahwa dalam praktek untuk keperluan perhitungan yang tidak teliti
biasanya diambil u = 540 kalori/gram dan L = 80 kalori/gram. Patut dicatat disini bahwa
dalam proses perubahan benda dari fasa yang satu kefasa lain ditandai dengan jumlah
kalor tertentu. Hal ini perlu diperingatkan bahwa dalam suatu proses yang berlangsung
secara sinambung (seperti pada proses pembuatan garam) perubahan wujud itu
sebenarnya tidak mesti dikaitkan dengan suhu tertentu. Yang penting jumlah kalor yang
telah diserap dalam proses yang bersangkutan sesuai dengan keperluan perubahan wujud
tersebut.

Selain itu seperti telah disinggung pada uraian lalu bahwa dua buah sistem yang
mempunyai kalor yang berbeda, maka apabila kedua sistem dalam keadaan berkontakan
satu sama lain akan ternyata bahwa keadaan setimbang kedua sistem tersebut akan
mempunyai kalori yang sama. Menurut pernyataan ini suatu sistem yang kalornya besar
akan memberikan kalornya kepada sistem yang lain yang lebih rendah kalornya bila
keduanya berkontakan. Perpindahan kalor tersebut akan berlangsung terus kepihak yang
AL
rendah kalornya sampai pada akhirnya kedua sistem sudah sama kalornya. Azaz ini
penting sekali artinya dalam kalorimetri. Tentu saja dalam proses kontakan antara kedua
N

sistem yang berkontakan itu haruslah terisolir terhadap sistem lainnya sedemikian tidak
FI

ada proses perpindahan kalor kecuali antara kedua sistem yang bersangkutan.
Contoh 2 :
Sepotong aluminium ( C = 0,21 kal/groC) dengan massa 20 gram bersuhu 90oC
dijatuhkan pada balok es besar bersuhu 0oC. Berapakah es dapat dilebur oleh potongan
aluminium itu?
Jawab :
Kalor lebur es = 80 kal/gr
Kalor yang dilepaskan aluminium :
ΔQ1 = (m C Δt)Al
= ( 20 gr )(0,21 kal/groC)(90oC) = 378 kalori
Kalor yang diterima es :
ΔQ2 = L m = ( 80 kal/gr)(m)
Azaz Black :
ΔQ1 = ΔQ2

Fisika Dasar VII-5


Suhu dan Kalor

378 kal = 80 m kal


m = 378/80 ≈ 4,7 gram

7.3 Pemuaian Benda Padat dan Benda Cair karena Perubahan Suhu
Kita telah mengetahui dari pengamatan bahwa suatu benda ternyata pada umumnya akan
mengalami pemuaian karena pemanasan.sifat ini hampir berlaku umum untuk semua
benda dengan pengecualian untuk beberapa zat, misalnya air adalah merupakan zat yang
beranomali (menyimpang) dari sifat tersebut untuk daerah suhu tertentu. Dalam hal ini
bila air membeku maka volumenya akan bertambah besar, akibatnya massa jenisnya
menjadi kecil (ρcs ≈ 0,5 gram/cm3), sehingga apabila dipanaskan maka ia akan menyusut
sampai suatu suhu tertentu. Selanjutnya bila dipanaskan terus barulah ia memuai.
Tentang cara pemuaian suatu benda kita dapat bagi atas pemuaian panjang, luas dan
volume.

7.4 Pemuaian Panjang


Dari hasil pengamatan ternyata bahwa perubahan panjang akibat pemanasan sebanding
AL
dengan panjang sebelum diberi tambahan panas dan sebanding pula dengan perubahan
suhu sebagai akibat pemanasan . Jadi menurut uraian kita ini perubahan panjang itu.
N

Δl ∞ lo Δt atau Δl = α lo Δt
FI

dimana : lo = panjang mula-mula, Δt = perubahan suhu


Δl = perubahan panjang akibat pemanasan, α = koefisien muai panjang
Dengan demikian panjang l setelah pemanasan akan diberikan oleh :
l = lo + Δl
= lo + lo α Δt
= lo ( lo + α Δt ) (7.6a)

Misalkan suhu mula-mula to dan suhu akhir t maka Δt = t – to. Jadi akhirnya rumus 7.6a
dapat ditulis menjadi :
L = lo {l + α ( t-to) } (7.6b)
Contoh 3 :
Sebuah skala meter terbuat dari baja diusahakan agar pada jelajah tertentu memiliki
akurasi 5 x 10-5 mm. Hitunglah perubahan / variasi maksimum temperatur selama
pengukuran berlangsung.

Fisika Dasar VII-6


Suhu dan Kalor

Jawab :
Δl = α L ΔT
5 x 10-5 mm = (11 x 10-6/oC)(1,0 mm) ΔT
ΔT≈ 5oC
Contoh 4 :
Sebuah balok baja mempunyai panjang 200 meter pada temperatur 20 oC. kalau
temperatur ekstrimnya (temperatur yang dimungkinkan berekspansi ) adalah – 30oC
hingga +40oC, berapakah panjang ekspansi maupun kontraksinya.
Jawab :
Berdasarkan tabel 7.1, koefisien muai panjang baja adalah 12 x 10-6/oC.
Panjang ekspansi :
ΔL = (12 x 10-6/oC)(200m)(40oC – 20oC) = 4,8 x 10-2 m
( bertambah sepanjang 4,8 cm)
Panjang Kontraksi ;
ΔL = (12 x 10-6/oC)(200m)(-30oC – 20oC) = -12,0 x 10-2 m
( bertambah panjang 12 cm)
AL
7.4.1 Pemuaian Luas
N

Sekarang tinjaulah suatu keping empat persegi panjang (misalnya dari suatu bahan
FI

logam),pada suhu to, sisi-sisinya adalah ao. selanjutnya kita panaskan hingga suhunya
menjai t, maka panjang sisi-sisinya sekarang akan menjadi a dan b.

Gambar 7.3 Pemuaian Luas


Menurut sifat muai panjang maka :
a = ao (l + α (t-to) ) dan b = bo (l + α (t-to))
Sehingga luasnya sekarang menjadi :
a = ao bo { l + α (t-to)}{ l + α (t-to)} = Ao{l+2α(t-to)+α2(t-to)2}
berhubungan karena α kecil sekali, maka α2<<α sehingga kita dapat mendekati
A = Ao {l +2α(t-to)} = Ao {l + β (t-to)} (7.7)
Dimana β = 2α merupakan koefisien muai luasan

Fisika Dasar VII-7


Suhu dan Kalor

7.4.2 Pemuaian Volume


Untuk mudahnya analisa disini kita tinjau pararel epipedium siku-siku, yang pada suhu
to misalkan panjang rusuk-rusuknya adalah ao,bo dan co. Berikutnya kita panaskan
hingga suhu t, maka rusuk-rusuknya sekarang menjadi a,b dan c.

c0 c

b
a0 a
Gambar 7.4 Pemuaian Volume
Akibatnya volumenya akan menjadi
V = aoboco { l + α (t – to)}
= Vo { l + 3α (t – to)}+3α2 (t – to)2 +α3 (t – to)3}
Yang karena α maka kita dapat dekati menjadi
V = Vo { l + 3α (t – to)} = Vo {l + γ (t-to)} (7.8)
Dimana γ = 3α menyatakan koefisien muai volume
AL
Selanjutnya dengan mudah dapat kita pahami bahwa akibat pemanasan tersebut massa
N

benda dapat dianggap tidak berubah. Jadi disini dipenuhi sifat invariansi massa benda
terhadap pemanasan. Dengan demikian dipenuhi
FI

ρo Vo = ρ V = ρ Vo (l + γ Δt)
Sehingga diperoleh
o o
  (7.9)
1  t  1   t  t o 
Dimana ρo = massa jenis benda pada suhu to dan ρ = massa jenis benda pada suhu t.
Dari rumus (7.9) dengan jelas tampak bahwa massa jenis benda akan makin kecil bila
suhunya dinaikkan.

Fisika Dasar VII-8


Suhu dan Kalor

Tabel 7.1 koefisien Muai Beberapa Material pada 20oC


Material Koefisien Muai Panjang Koefisien Muai Volume
α (oC)-1 x 10-6 Γ (oC)-1 x 10-6
Padat
Aluminium 25 75
Kuningan 19 56
Besi atau Baja 12 35
Timah 29 87
Gelas (pirex) 3 9
Gelas (biasa) 9 27
quarts 0,4 1
Beton atau batu bata ≈ 12 ≈ 36
Marmer 1,4-3,5 4-10
Cair
Bensin 950
Mercuri 180
Etil Alkohol 1100
Glycerin 500
Air 210
Gas
Udara (dan gas-gas lain 3400
pada tekanan atmosfer)
AL
Contoh 5 :
Suatu kubus metal dipanaskan hingga volumenya bertambah sebesar 0,1 volume mula-
N

mula. Bila suhu mula-mula To dan koefisien muai panjang metal adalah a, maka
FI

hitunglah suhu akhirnya.


Jawab :
VT = Vo ( l + γ ΔT)
Misalkan suhu akhir T, γ = 3a dan ΔV = 0,1Vo
VT – Vo = Vo (3a)(T-To),
Atau ΔV = Vo (3a)(T-To)
0,1Vo = Vo (3a)(T-To)
T – To = 1/ 30 a atau T = To + 1/30a

Fisika Dasar VII-9


Suhu dan Kalor

SOAL-SOAL LATIHAN
1. Sekeping aluminium bermassa 10 gram dipanaskan hingga bersuhu 80oC. Keping ini
lalu dibenamkan ke dalam air bermassa 100 gram bersuhu 20 oC, jika tak ada kalor
yang masuk dan keluar dari sistem ini (Cair = 0,21 Kal/groC) maka tentukan suhu
akhir sistem?( Kunci : 21,23 oC).
2. Bejana terbuat dari aluminium dengan massa 500 gram berisi 100 gram air yang
suhunya 50oC ke dalam bejana itu dimasukkan 200 gram zat padat yang suhunya
200C. Bila suhu akhir campuran itu menjadi 40oC maka tentukanlah kalor jenis zat
padat?. ( Cal = 0,21 kal/groC), (Kunci : Ccp = 0,5125 kal/groC).

AL
N
FI

Fisika Dasar VII-10

Anda mungkin juga menyukai