DASAR I
Kode Kuliah : FI -113
Semester :1
Kelas : Gabungan
Beban kuliah : 3 SKS
BAB 10
Dalam bab ini kita akan pelajari salah besaran fisika yang sangat penting, yaitu suhu. Kita
akan membahas bagaimana mendefinisikan suhu, apa satuan-satuan suhu yang umum
digunakan di dunia, dan apa peranan suhu dalam kehidupan kita sehari-hari. Konversi antar
satuan-satuan suhu juga akan kita pelajari.
10.1. Suhu
Suhu adalah besaran fisika yang hanya dapat dirasakan. Tubuh kita dapat merasakan suhu
dalam bentuk rasa panas atau dingin. Ketika menyentuh es, otak memberikan informasi rasa
dingin. Ketika berada di terik matahari, otak memberikan informasi rasa panas. Tampak di sini
bahwa suhu adalah ukuran derajat panas suatu benda.
Kenapa pada suhu lebih tinggi benda menjadi lebih panas? Pada suhu lebih tinggi atom-
atom atau molekul-molekul penyusun benda bergetar lebih kencang. Akibatnya, energi yang
dimiliki partikel menjadi lebih tinggi. Ketika kita menyentuh benda tersebut maka akan terjadi
perpindahan energi dari partikel benda ke tangan kita. Akibatnya tangan merasakan lebih panas.
Pada saat udara panas, molekul-molekul udara bergerak lebih kencang. Molekul-molekul
ini menumbuk kulit kita lebih kencang sehingga kita merasakan lebih panas. Sebaliknya, pada
saat udara dingin, molekul-molekul di udara bergerak lebih lambat. Molekul-molekul di kulit
kita justru bergetar lebih kencang. Ketika udara dingin bersentuhan dengan kulit maka sebagian
energi yang dimiliki atom-atom di kulit berpindah ke atom-atom di udara. Getaran atom kulit
menjadi lebih lambat sehingga kulit merasakan dingin.
tr 0 tc 0
,
800 1000
atau
4
t r= t c (10.1)
5
9
t f = t r + 32 (10.3)
4
tr 0 tk 273
800 373273
atau
Berikut adalah Ilustrasi untuk memudahkan konversi suhu dalam berbagai skala.
10.4. Kalor
Kalor merupakan panas yang bisa berpindah dari benda yang memiliki kelebihan kalor
menuju benda yang kekurangan kalor. Dalam satuan internasional, kalor dinyatakan dengan
Joule. Satuan lainnya dinyatakan dengan kalori. Nah, kamu juga perlu tahu pernyataan ini:
Selanjutnya kita akan membahas tentang konsep energi kalor dan perubahan sifat zat
ketika menyerap atau melepas kalor. Kita akan mempelajari mengapa suhu benda meningkat
jika dipanaskan dan mengapa suhu menurun jika didinginkan. Apa yang terjadi pada zat
tersebut sehingga muncul sifat demikian? Mengapa justru tidak sebaliknya? Mengapa zat
mengalami perubahan wujut dari padat ke cair dan dari cair ke gas ketika menyerap kalor yang
cukup banyak? Sebaliknya, mengapa terjadi perubahan wujud dari gas ke cair dan dari cair ke
padat ketika zat melepas kalor dalam jumlah yang cukup banyak?.
Jika panas mengalami perpindahan dari yang memiliki kelebihan kalor terhadap benda
yang kekurangan kalor dan juga sebaliknya (contoh air mendidih atau membeku) maka
terjadilah energi yang dinamakan kalor. Energi kalor tersebutlah yang mempengaruhi suhu
benda. Energi kalor dapat berpindah dari satu benda ke benda lain. Hubungan kalor dengan
suhu benda adalah:
a) Makin besar energi kalor yang dimiliki benda maka makin tinggi suhu benda.
b) Energi kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah.
Bagaimana kita mendefinisikan energi kalor? Misalkan air satu liter mengalami kenaikan
suhu 10ºC. Berapakan energi kalor yang diserap air tersebut? Jika batang besi 1 kg mengalami
penurunan suhu 2ºC, berapa besar energi kalor yang dilepas batang besi tersebut? Untuk
maksud ini kita perlu definisikan satuan energi kalor. Para ahli telah sepakat bahwa satuan
energi kalor adalah kalori (kita singkat kal). Bahasa Inggrisnya adalah calorie yang disingkat
cal. Definisi yang telah disepakati untuk satu kalori adalah
1 kalori = energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air murni sebesar 1ºC.
Satuan energi dalam sistem SI adalah joule. Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana
hubungan antara kalori dan joule? Berapa joule kah satu kalori tersebut? Orang yang pertama
kali menentukan relasi antara satuan kalori dan joule adalah Joule itu sendiri. Dan ditemukan
konversi kalori terhadap joule adalah:
1 kalori = 4,184 joule
Contoh soal
Air dalam botol mineral sebanyak 600 ml memiliki suhu 27 oC. Air tersebut dimasukkan dalam
kulkas sehingga beberapa jam berselang suhunya turun menjadi 5ºC. Berapa joule kalor yang
dilepas air?
Jawab
Kalor yang dilepas air = 660 22 = 14.520 kalori = 14,52 kkal.
= 14,52 x 4,184
= 60,75 joule
Pada bagian ini kita simbolkan energi kalor dengan huruf Q. Energi kalor 5,5 kalori
ditulis Q = 5,5 kalori. Kalau kalian panaskan berbagai macam benda di atas kompor yang sama
selama selang waktu yang sama maka kalian akan amati bahwa kenaikan suhu benda tersebut
secara umum tidak sama. Ada benda yang mengalami kenaikan suhu sangat cepat. Contoh
benda ini adalah aluminium, besi, atau logam lainnya. Ada benda yang mengalami kenaikan
suhu lambat. Contoh benda ini adalah air. Karena dipanaskan selama selang waktu yang sama
maka semua benda tersebut sebenarnya menyerap energi kalor dalam jumlah yang sama. Tetapi
mengapa kenaikan suhu dapat berbeda?
Untuk membedakan benda satu dengan benda lain berdasarkan berapa besar perubahan
suhu apabila diberikan energi kalor maka kita definisikan suatu besaran yang dinamakan
kapasitas kalor. Besaran tersebut memiliki rumus
Q
C= (10.5)
∆T
Dimana:
C adalah kapasitas kalor (kal/ºC atau kal/ºK atau Joule/ºC atau Joule/ºK)
Q adalah jumlah kalor yang diberikan atau ditarik dari benda tersebut (kalori atau Joule)
∆T adalah perumabahn suhu benda (ºC atau ºK)
Kapasitas kalor dibagi massa selalu sama nilainya untuk zat yang sama. Berapa pun massa zat
maka perbandingan kapasitas kalor dengan massa selalu tetap. Kita simpulkan bahwa
perbandingan kapasitas kalor dan massa merupakan sifat khas suatuzat. Besaran ini kita namai
kalor jenis, dan dihitung dengan persamaan:
C
c= m (10.6)
dimana:
c : Kalor jenis (kal/kgºC atau J/kgºC, atau kal/kg K, atau J/kg K)
C : Kapasitas kalor (kal/ºC atau kal/ºK atau Joule/ºC atau Joule/ºK)
Ketika benda menyerap atau melepas kalor maka besar kalor dapat dihitung dengan rumus:
Dimana:
Q : Jumlah kalor yang diberikan atau ditarik dari benda tersebut (kalori atau Joule)
C : Kapasitas kalor (kal/ºC atau kal/ºK atau Joule/ºC atau Joule/ºK)
m : Massa benda (kg)
c : Kalor jenis (kal/kgºC atau J/kgºC, atau kal/kg K, atau J/kg K)
∆T: Perumabahn suhu benda (ºC atau ºK)
Contoh soal
Sebanyak 0,4 kg besi di tempat pandai besi dibakar sehingga suhunya naik dari 30ºC menjadi
450ºC. Berapa jumlah kalor yang diserap besi untuk menaikkan suhu tersebut jika dimketahui
kalor jenis besi adalah 0,108 kal/ºC ?
Jawab
Karena tidak ada informasi kapasitas kalor, maka kita hitung dulu kapasitas kalor.
Untuk itu perlu informasi tentang kalor jenis besi kalor jenis besi
kalor jenis besi adalah c = 0,108 kal/gºC.
Pada pembahasan di atas kalor jenis benda dianggap konstan, berapa pun suhu benda.
Hasil ini selalu benar selama suhu benda masih tinggi. Namun, jika suhu benda diturunkan
mendekati nol kelvin maka sifat ini tidak lagi dipenuhi. Kalor jenis benda tidak lagi konstan
tetapi menuju nol jika suhu menuju nol. Gejala ini baru diamati ketika para ahli sudah bisa
menurunkan suhu mendekati nol kelvin yang dimulai oleh ilmuwan belanda Heike Kamerling
Onnes.
Awalnya tidak ada teori yang dapat menjelaskan pengamatan ini. Orang yang pertama
yang berhasil menjelaskan sifat kalor jenis benda yang menuju nol ketika suhu mendekati nol
kelvin adalah Albert Einstein berdasarkan teori kuantum energi getaran atom. Namun, teori
yang dirumuskan Einstein kurang tepat menjelaskan data pengamatan. Teori Einstein kemudian
disempurnakan oleh fisikawan Belanda, Debeye. Teori Debeye benar-benar cocok dengan data
pengamatan. Teori yang dibangun Debeye juga didasarkan pada fisika kuantum. Menurut teori
Debeye, pada suhu sangat rendah kalor jenis zat padat bukan logam merupakan fungsi pangkat
3 suhu (suhu dinyatakan dalam satuan kelvin), atau
(10.8)
c AT 3
dengan A adalah konstan.
Teori kalor jenis sebelumnya (teori klasik) yang melahirkan ketidakbergantungan kalor jenis
pada suhu didasarkan pada fisika klasik. Gambar di bawah adalah kurva kalor jenis molar argon
pada suhu antara 0 K sampai 10 K. Sumbu datar merupakan suhu pangkat 3. Digambar juga
kurva yang merupakan fungsi pangkat 3 suhu (menjadi garis lurus kalau sumbu datar
merupakan pangkat 3 suhu). Tampak kesesuaian antara teori kuantum dengan data eksperimen.
dengan adalah konstanta. Suku pertama merupakan sumbangan elektron bebas, dan suku
kedua merupakan sumbangan getaran atom.
Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk melebur zat padat menjadi zat cair? Jumlah kalor
tersebut bergantung pada mass zat yang akan dilebur serta jenis zat. Besar kalor yang
diperlukan memenuhi persamaan:
Q mL (10.10)
dengan
m adalah massa zat yang dilebur (kg)
L disebut kalor lebur zat (kal/kg atau J/kg).
Zat yang berbeda memiliki nilai L yang berbeda. Nilai L ditentukan oleh kekuatan gaya tarik
antar atom penyusun zat padat tersebut (Gambar). Pada dasarnya peleburan adalah pelepasan
ikatan antar atom-atom penyusun zat padat menjadi ikatan atom-atom dalam wujud cair. Makin
kuat ikatan antar atom dalam zat padat maka makin tinggi kalor yang diperlukan untuk
meleburkan zat tersebut. Kalor yang diperlukan untuk meleburkan lilin atau mentega sangat
kecil. Sebaliknya kalor yang diperlukan untuk meleburkan besi atau baja sangat besar. Tabel di
bawah ini adalah kalor lebur sejumlah zat padat dan suhu peleburan (titik lebur).
Tabel Kalor lebur zat padat dan suhu peleburan (dari berbagai sumber).
Contoh Soal
Jawab
Berdasarkan Tabel 11.4 kalor jenis es, c es = 2,108 J/g dan kalor jenis air c air = 4,184 J/g. Berdasarkan
Tebel , kalor lebur es adalah Les = 334 J/g.
Di sini ada tiga proses yang berlangsung, yaitu:
i. Memanaskan es dari suhu -5 oC menjadi es bersuhu 0 oC dengan kalor Q1.
ii. Meleburkan es pada suhu 0 oC menjadi air yang bersuhu 0 oC dengan kalor Q2.
iii. Memanaskan air dari suhu 0 oC menjadi air bersuhu 25 oC dengan kalor Q3.
Q m c T
1 es es 1 = 500 2,108 [0 – (-5)]
= 5.465 J
Q m L
2 es e = 500 334
= 167.000 J
Q m c T
2 air air 2 = 500 4,184 [25 - 0]
= 52.300 J
Q mU (10.11)
dimana:
m adalah massa zat (kg)
U disebut kalor uap (J/kg)
Tampak bahwa rumus untuk kalor uap sama dengan rumus untuk kalor lebur. Nilai kalor
uap sangat ditentukan oleh kekuatan ikatan antar atom-atom atau molekul-molekul dalam
wujud cair (Gambar dibawah). Makin kuat ikatan antar atom-atom tersebut maka makin sulit
atom-atom dilepas dari zati cair sehingga makin sulit zat diuapkan. Zat seperti ini memiliki
kalor uap yang tinggi. Tabel dibawah adalah kalor uap sejumlah zat cair dan suhu penguapan
(titik uap).
Gambar. Kekuatan ikatan antar atom dalam wujud cair menentukan kalor uap. Makin kuat gaya antar
atom maka makin besar kalor uap,
Tabel. Kalor uap zat padat dan suhu penguapan atau titik uap (dari berbagai sumber)
Berapa kalor yang dibutuhkan untuk mengubah 50 g air yang bersuhu 50ºC sehingga
seluruhnya menjadi uap?
Jawab
Di sini ada dua tahapan: menaikkan suhu air dari 50ºC menjadi 100ºC dan mengubah air yang
bersuhu 100ºC menjadi uap yang bersuhu 100ºC (lihat skema berikut ini).
Kalor untuk memanaskan air
Q1 = mc∆T
= 50 g x 1 kal/g ºC x (100ºC – 50ºC)
= 2.500 kal
Q2 = mLuap
= 0,05 kg x 2.260 kJ/kg
= 113 kJ
= 113.000 J
= 27.000 kal
Gambar Tiga cara perpindahan kalor: konduksi, konveksi, dan radiasi (beodom.com).
10.4.7.1. Konduksi
T t −T r
q = kA L
(10.12)
dimana:
q adalah kalor yang dirambatkan per detik (J/s)
Tt adalah suhu satu ujung benda (suhu tinggi)
Sebagai ilustrasi lihat Gambar dibawah ini untuk menjelaskan peristiwa konduksi kalor.
Konduktivitas panas sejumlah zat tampak pada Tabel selanjutnya.
.
Gambar Parameter untuk menentukan perpindahan panas dalam bahan secara konduksi
Contoh soal
Sebuah silinder tembaga memiliki panjang 10 cm dan jari-jari 5 cm. Satu ujung silinder
disentuhkan ke air yang sedang mendidih dan ujung lainnya disentuhkan pada es yang sedang
mencair. Tentukan
a) Laju perambatan kalor dalam batang.
b) Jumlah kalor yang dipindahkan selama 5 menit.
Jawab
T t −T r
q = kA
L
100−0
= 385 x 0.00785 x ( ¿
0.1
= 3022,25 J/s
b) Selama selang waktu 5 menit = 300 s, jumlah kalor yang berpindah adalah 3022,25 x
300
= 906675 j
= 9,06675 x 105 J.
= 9,1 x 105J
10.4.7.2. Konveksi
Cara kedua perambatan kalor adalah konveksi. Pada cara ini kalor merambat karena
perpindahan molekul atau atom penyusun benda. Ketika satu bagian benda menerima kalor
maka atom-atom penyusunnya bergerak lebih cepat. Akibatnya, atom-atom tersebut terdorong
(berpindah) ke lokasi di mana atom-atom masih bergetar lambat. Perpindahan atom yang telah
bergerak cepat membawa energi kalor. Dengan demikian terjadi perpindahan kalor dari lokasi
yang bersuhu tinggi ke lokasi yang bersuhu rendah.
Konveksi hanya terjadi di dalam benda yang memiliki atom atau molekul yang dapat
bergerak bebas. Benda seperti ini adalah fluida yang terdiri dari zat cair dan gas. Jadi, konveksi
terjadi dalam zat cair atau gas. Ketika air di dalam panci dipanaskan maka bagian air yang
menerima panas adalah bagian yang bersentuhan dengan panci, khususnya bagian dasar panci.
Namun, lama-lama seluruh bagian air menjadi panas karena adanya aliran molekul air dari
bawah ke atas. Aliran tersebut mendesak air yang dingin yang berada di atas untuk turun
sehingga mengalami pemanasan.
Ketika yang dipanaskan. Fluida yang dipanaskan akan memuai. Karena massa tidak
berubah maka massa jenis fluida mengecil. Akibatnya fluida tersebut akan bergerak ke atas.
Benda yang massa jenis lebih kecil akan berada di lapisan atas dan yang massa jenis besar akan
berada di lapisan bawah. Jika air dan minyak dicampur maka minyak pada akhirnya berada di
lapisan atas karena massa jenisnya lebih kecil daripada air. Fluida yang berada di atas dan
bersuhu lebih rendah (memiliki massa jenis lebih besar) akan bergerak turun mengisi tempat
kosong yang ditinggalkan fluida panas. Akibatya terjadi pergantian posisi fluida. Yang panas di
atas dan yang dingin di bawah. Fluida dingin yang baru sampai di bawah mengalami
pemanasan sehingga massa jenisnya mengecil dan selanjutnya bergerak ke atas. Fluida yang
berada di atas dan memiliki suhu lebih rendah turun mengisi ruang yang ditinggalkan di dasar
panci. Begitu seterusnya sehingga terjadi aliran terus menerus fluida dari dasar panci ke atas.
Dan pada akhirnya semua bagian fluida menacapai suhu yang sama.
10.4.7.3. Radiasi
Bentuk ketiga perpindahan kalor adalah radiasi. Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa
melalui medium. Ruang antara matahari dan bumi kebanyakan hampa. Tetapi panas matahari
dapat mencapai bumi. Ini salah satu bukti bahwa kalor dapat merambat tanpa perlu medium.
Udara adalah penghantar panas yang tidak baik. Ketika kita menyalakan api unggun maka
dalam sekejap kita yang duduk sekitar setengah meter dari api unggun merasakan panas. Ini
bukan karena panas merambat melalui udara, tetapi panas merambat melalui radiasi. Kalau
menunggu panas merambat melalui udara maka diperlukan waktu yang lama bagi kita yang
duduk setengah meter dari api unggun untuk merasakan panas.
Pertanyaan berikutnya adalah, mengapa panas bisa merambat secara radiasi? Jawabannya
adalah panas tersebut dibawa oleh gelombang elektromagnetik. Setiap benda memancarkan
gelombang elektromagnetik. Energi gelombang yang dipancarkan makin besar jika suhu benda
masing tinggi. Salah satu komponen gelombang yang dipancarkan tersebut adalah gelombang
inframerah yang membawa sifat panas. Makin tinggi suhu benda maka makin banyak pula
energi gelombang inframerah yang dipancarkan sehingga makin panas benda tersebut terasa
pada jarak tertentu.
10.5. Pemuaian
Fenomena lain yang berkaitan langsung dengan suhu adalah pemuaian. Tiap benda yang
dipanaskan selalu memuai. Setelah kita mengetahui peristiwa pemuaian adalah bagaimana kita
mengukur besarnya pemuaian tersebut? Ini menjadi penting karena dengan mengetahui nilai
pemuaian secara detail maka kita dapat memikirkan aplikasi sifat pemuaian tersebut untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia.
Melihat fenomena sebagaimana dalam gambar diatas maka pemuaian panjang dapat di tuliskan
dalam persamaan:
l l 0 T (10.13)
Disamping mengalami perubahan panjang, benda juga mengalami perubahan luas jika
mengalami perubahan suhu Pengukuran yang sangat teliti juga menunjukkan bahwa perubahan
luas sebanding dengan luas mula-mula dikali perubahan suhu. Secara matematika dapat ditulis:
A A0 T
(10.14)
∆A adalah perubahan luas (m2)
A0 adalah luas mula-mula (m2)
∆T adalah perubahan suhu (oC)
Benda juga mengalami perubahan volum jika mengalami perubahan suhu. Pengukuran
yang sangat teliti juga menunjukkan bahwa perubahan volum sebanding dengan volum mula-
mula dikali perubahan suhu. Secara matematika dapat ditulis
V V 0 T (10.16)
3
∆V adalah perubahan volum (m )
V0 adalah volum mula-mula (m3)
∆T adalah perubahan suhu (oC).
Dengan
disebut koefisien muai panjang (ºC−1), disebut koefisien muai luas (ºC−1), dan γ disebut
koefisien muai volum ((ºC−1),). Satuan ketiga konstanta tersebut sama, yaitu kebalikan dari
satuan suhu. Disamping dinyatakan dalam ºC−1, dapat pula kita nyatakan dalam (º K −1 ).
Dengan adanya pemuaian tersebut maka panjang, luas, dan volum benda akibat perubahan suhu
adalah:
V V 0 V (10.19)
Contoh soal
Pada suhu 50ºC batang aluminium memiliki panjang 120 cm dan batang besi memiliki panjang
120,2 cm. Koefisien muai panjang aluminium dan besi masing-masing 23,1 x 10−6 ºC−1dan 11,8
x10−6 ºC−1. Jika suhu kedua benda diubah, pada suhu berapakah panjang kedua batang menjadi
sama?
Jawab
Misalkan
Suhu diubah menjadi T. Panjang batang aluminium menjadi
Referance:
1. Giancoli, Douglas C, Physics for Scintists and Engineer, 2nd Ed, Prentice Hall, 1988, New Jersey.