Anda di halaman 1dari 25

FISIKA

DASAR I
Kode Kuliah : FI -113
Semester :1
Kelas : Gabungan
Beban kuliah : 3 SKS

Chapter – 10: Suhu dan Kalor

Dosen Pengampau : Aris Trimarjoko, S.T., M.T.

BAB 10

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


SUHAU DAN KALOR

Dalam bab ini kita akan pelajari salah besaran fisika yang sangat penting, yaitu suhu. Kita
akan membahas bagaimana mendefinisikan suhu, apa satuan-satuan suhu yang umum
digunakan di dunia, dan apa peranan suhu dalam kehidupan kita sehari-hari. Konversi antar
satuan-satuan suhu juga akan kita pelajari.

10.1. Suhu

Suhu adalah besaran fisika yang hanya dapat dirasakan. Tubuh kita dapat merasakan suhu
dalam bentuk rasa panas atau dingin. Ketika menyentuh es, otak memberikan informasi rasa
dingin. Ketika berada di terik matahari, otak memberikan informasi rasa panas. Tampak di sini
bahwa suhu adalah ukuran derajat panas suatu benda.
Kenapa pada suhu lebih tinggi benda menjadi lebih panas? Pada suhu lebih tinggi atom-
atom atau molekul-molekul penyusun benda bergetar lebih kencang. Akibatnya, energi yang
dimiliki partikel menjadi lebih tinggi. Ketika kita menyentuh benda tersebut maka akan terjadi
perpindahan energi dari partikel benda ke tangan kita. Akibatnya tangan merasakan lebih panas.
Pada saat udara panas, molekul-molekul udara bergerak lebih kencang. Molekul-molekul
ini menumbuk kulit kita lebih kencang sehingga kita merasakan lebih panas. Sebaliknya, pada
saat udara dingin, molekul-molekul di udara bergerak lebih lambat. Molekul-molekul di kulit
kita justru bergetar lebih kencang. Ketika udara dingin bersentuhan dengan kulit maka sebagian
energi yang dimiliki atom-atom di kulit berpindah ke atom-atom di udara. Getaran atom kulit
menjadi lebih lambat sehingga kulit merasakan dingin.

10.2. Skala Suhu


10.2.1. Skala Reamur
Pada saat menetapkan skala suhu, maka orang perlu menentukan dua peristiwa di mana
suhunya ditetapkan terlebih dahulu. Dua peristiwa tersebut harus dapat dihasilkan ulang secara
mudah dan teliti. Dua peristiwa yang sering digunakan sebagai acuan penetapan adalah
peleburan es pada tekanan satu atmosfer dan air mendidih pada tekanan satu atmosfer
(Gambar 11.1). Suhu peleburan es pada tekanan satu atmosfer sering disebut titik acuan
bawah dan suhu didih air pada tekanan satu atmosfer sering disebut titik acuan atas.
Skala suhu Reamur ditetapkan sebagai berikut.
Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan sebagai suhu 0
derajat. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer diterapkan sebagai
suhu 80. Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga menjadi air yang
sedang mendidih pada tekanan 1 atmosfer (udara terbuka) maka kita menaikkan suhu sebesar
80 derajat skala Reamur, atau 80ºR.
10.2.2. Skala Celcius

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Cara penetapan skala suhu Celcius tidak beda jauh dengan cara penetuan skala suhu
Reamur. Skala suhu Celcius ditetapkan sebagai berikut.
Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan sebagai suhu 0
derajat. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer diterapkan sebagai
suhu 100. Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga menjadi air yang
sedang mendidih pada tekanan 1 atmosfer kita menaikkan suhu sebesar 100 derajat skala
Celcius, atau 100ºC.

10.2.3. Skala Fahrenheit


Penetapan skala suhu Fahrenheit sedikit berbeda dengan penetapan skala Celcius dan
Reamur. Skala suhu Fahrenheit ditetapkan sebagai berikut:
Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan sebagai suhu 32
derajat. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer diterapkan sebagai
suhu 212. Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga menjadi air yang
sedang mendidih pada tekanan 1 atmosfer maka kita menaikkan suhu sebesar (212 – 32) = 180
derajat skala Fahrenheit, atau 180ºF.

10.2.4. Skala Kelvin


Jika suhu zat terus didinginkan maka zat tersebut akan berubah wujud dari gas menjadi
cair, lalu berubah menjadi padat. Jika diturunkan terus-menerus maka getaran atom-atom dalam
zat makin lambat. Ketika diturunkan lagi maka atom-atom zat tidak bergerak lagi. Untuk semua
zat yang ada di alam semesta didapatkan bahwa suhu ketika semua partikel tidak bergerak lagi
sama dengan -273ºC.
Skala suhu Kelvin ditetapkan sebagai berikut.
Suhu ketika partikel-partikel zat di alam semesta tidak bergerak lagi dipilih sebagai titik acuan
bawah. Suhu titik acuan bawah ini diambil sebagai nol derajat mutlak atau nol kelvin. Besar
kenaikan suhu untuk tiap kenaikan skala kelvin sama dengan besar kenaikan suhu untuk tiap
kenaikan skala celcius.
Dengan demikian, hubungan antara skala kelvin dan celius adalah
Skala kelvin = skala celcius + 273
Suhu es murni melebur pada tekanan satu atmosfer adalah 0ºC dan sama dengan 0 + 273 = 273
K
Suhu air murni mendidih pada tekanan satu atmosfer adalah 100ºC dan sama dengan 100 + 273
= 373 K
Skala kelvin ditetapkan sebagai skala suhu dalam satuan SI.

10.3. Konversi Antar Skala Suhu


Berapa kelvinkah sepuluh fahrenheit? Berapa reamurkah negatif 100 celcius? Pertanyaan
semacam ini akan sering kita jumpai. Beberapa negara menggunakan skala fehrenheit

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


sedangkan kita di Indonesia umumnya menggunakan skala celcius. Pada bagian ini kita akan
belajar cara mengonversi suhu dalam berbagai skala tersebut.
10.3.1. Konversi antara skala celcius dan reamur
Jika skala reamur, nilainya tr, dan skala celcius, nilainya tc, dan seterusnya. Kita gunakan
aturan perbandingan matematika yang sederhana berikut ini

tr  0 tc  0
 ,
800 1000
atau
4
t r= t c (10.1)
5

10.3.2. Konversi celcius dan fahrenheit


Kita gunakan aturan perbandingan matematika yang sederhana berikut:
tc  0 t f  32
1000  212  32
atau
9
t f = t c + 32 (10.2)
5

10.3.3. Konversi reamur dan fahrenheit


Kita gunakan aturan perbandingan matematika yang sederhana berikut:
tr  0 t f  32
800  212  32

9
t f = t r + 32 (10.3)
4

10.3.4. Konversi celcius dan kelvin


Kita gunakan aturan perbandingan matematika yang sederhana berikut:

tr  0  tk  273
800 373273
atau

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


tc  tk  273 (10.4)

Berikut adalah Ilustrasi untuk memudahkan konversi suhu dalam berbagai skala.

Gambar 10.1 Ilustrasi konversi suhu dalam berbagai skala.


Contoh soal
Nyatakan suhu (36.6º C) dalam dalam satuan reamur, fahrenheit, dan kevlin?
Pembahasan
tc = 36.6º C.
Sehingga
4 4
t r= t c = 36.6 = 29.3ºR
5 5
9 9
t f = t c + 32 = 36.6 + 32 = 97.9ºF
5 5
tc  tk  273 = tk  tc + 273 = 36.6 + 273 = 309.6ºK

10.4. Kalor
Kalor merupakan panas yang bisa berpindah dari benda yang memiliki kelebihan kalor
menuju benda yang kekurangan kalor. Dalam satuan internasional, kalor dinyatakan dengan
Joule. Satuan lainnya dinyatakan dengan kalori. Nah, kamu juga perlu tahu pernyataan ini:

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


1 kalori didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan sebanyak 1
kg air sebesar 1⁰C.

1 kalori = 4.2 joule dan 1 joule = 0.24 kalori

10.4.1. Efek Kalor pada Benda

Selanjutnya kita akan membahas tentang konsep energi kalor dan perubahan sifat zat
ketika menyerap atau melepas kalor. Kita akan mempelajari mengapa suhu benda meningkat
jika dipanaskan dan mengapa suhu menurun jika didinginkan. Apa yang terjadi pada zat
tersebut sehingga muncul sifat demikian? Mengapa justru tidak sebaliknya? Mengapa zat
mengalami perubahan wujut dari padat ke cair dan dari cair ke gas ketika menyerap kalor yang
cukup banyak? Sebaliknya, mengapa terjadi perubahan wujud dari gas ke cair dan dari cair ke
padat ketika zat melepas kalor dalam jumlah yang cukup banyak?.

Jika panas mengalami perpindahan dari yang memiliki kelebihan kalor terhadap benda
yang kekurangan kalor dan juga sebaliknya (contoh air mendidih atau membeku) maka
terjadilah energi yang dinamakan kalor. Energi kalor tersebutlah yang mempengaruhi suhu
benda. Energi kalor dapat berpindah dari satu benda ke benda lain. Hubungan kalor dengan
suhu benda adalah:
a) Makin besar energi kalor yang dimiliki benda maka makin tinggi suhu benda.
b) Energi kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah.

10.4.2. Satuan Energi Kalor

Bagaimana kita mendefinisikan energi kalor? Misalkan air satu liter mengalami kenaikan
suhu 10ºC. Berapakan energi kalor yang diserap air tersebut? Jika batang besi 1 kg mengalami
penurunan suhu 2ºC, berapa besar energi kalor yang dilepas batang besi tersebut? Untuk
maksud ini kita perlu definisikan satuan energi kalor. Para ahli telah sepakat bahwa satuan
energi kalor adalah kalori (kita singkat kal). Bahasa Inggrisnya adalah calorie yang disingkat
cal. Definisi yang telah disepakati untuk satu kalori adalah

1 kalori = energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air murni sebesar 1ºC.

Satuan energi dalam sistem SI adalah joule. Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana
hubungan antara kalori dan joule? Berapa joule kah satu kalori tersebut? Orang yang pertama
kali menentukan relasi antara satuan kalori dan joule adalah Joule itu sendiri. Dan ditemukan
konversi kalori terhadap joule adalah:
1 kalori = 4,184 joule
Contoh soal

Air dalam botol mineral sebanyak 600 ml memiliki suhu 27 oC. Air tersebut dimasukkan dalam
kulkas sehingga beberapa jam berselang suhunya turun menjadi 5ºC. Berapa joule kalor yang
dilepas air?

Jawab

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Pertama kita hitung massa air. Karena massa jenis air = 1 g/ml maka massa 660 ml
air = 660 ml 1 g/ml = 660 g.

Penurunan suhu air T = 27 – 5 = 22ºC.

Kalor yang dilepas air = 660 22 = 14.520 kalori = 14,52 kkal.

= 14,52 x 4,184
= 60,75 joule

10.4.3. Kapasitas Kalor

Pada bagian ini kita simbolkan energi kalor dengan huruf Q. Energi kalor 5,5 kalori
ditulis Q = 5,5 kalori. Kalau kalian panaskan berbagai macam benda di atas kompor yang sama
selama selang waktu yang sama maka kalian akan amati bahwa kenaikan suhu benda tersebut
secara umum tidak sama. Ada benda yang mengalami kenaikan suhu sangat cepat. Contoh
benda ini adalah aluminium, besi, atau logam lainnya. Ada benda yang mengalami kenaikan
suhu lambat. Contoh benda ini adalah air. Karena dipanaskan selama selang waktu yang sama
maka semua benda tersebut sebenarnya menyerap energi kalor dalam jumlah yang sama. Tetapi
mengapa kenaikan suhu dapat berbeda?
Untuk membedakan benda satu dengan benda lain berdasarkan berapa besar perubahan
suhu apabila diberikan energi kalor maka kita definisikan suatu besaran yang dinamakan
kapasitas kalor. Besaran tersebut memiliki rumus

Q
C= (10.5)
∆T

Dimana:
C adalah kapasitas kalor (kal/ºC atau kal/ºK atau Joule/ºC atau Joule/ºK)
Q adalah jumlah kalor yang diberikan atau ditarik dari benda tersebut (kalori atau Joule)
∆T adalah perumabahn suhu benda (ºC atau ºK)

Persamaan (10.5) jelas mengatakan bahwa:


a) Jika kapasitas kalor sebuah benda bernilai besar maka diperlukan kalor yang banyak
untuk mengubah suhu benda.
b) Sebaliknya, jika kapasitas kalor sebuah benda bernilai kecil maka cukup diperlukan
kalor sedikit untuk mengubah suhu benda.
Contoh soal
Misalkan kalian memiliki sejumlah benda: potongan besi, potongan aluminium, dan potongan
tembaga. Suhu awal semua potongan logam diukur. Potongan tersebut dimasukkan ke dalam
2.000 g air secara bergantian. Setelah suhu air turun 5ºC, potongan dikeluarkan dari air dan
suhu potongan logam diukur. Tabel berikut adalah data yang diperoleh. Hitunglah kapasitas
kalor masing masing potongan

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Jawab
Dari semua proses di atas, penurunan suhu air disebabkan oleh perpindahan kalor dari air ke
potongan logam. Jadi besar pengurangan energi kalor air sama dengan besar kalor yang diserap
potongan logam. Karena air mengalami penurunan suhu yang sama maka kalor yang diserap
semua potongan logam dari air sama besar, yaitu
Q = massa air x 1 kalori x perubahan suhu air
= 2.000 x 1 x 5 = 10.000 kalori.
Dari data table di atas, kita dapatkan data kapasitas kalor seperti ditunjukkan pada Tabel
berikut:

Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 oC


merupakan definisi kapasitas kalor. Jadi kita simpulkan:
a) Kapasitas kalor suatu zat makin besar jika massa zat makin besar.
b) Kapasaitas kalor suatu zat bukan merupakan besaran yang khas.
c) Zat yang sama memiliki kapasitas kalor yang berbeda jika massanya berbeda
d) d) Zat yang berbeda dapat memiliki kapasitas kalor yang sama jika memiliki
perbandingan massa tertentu. Contohnya, kapasitas kalor 1 kg tembaga sama dengan
kapasitas kalor 3 kg emas sama dengan kapasitas kalor 0,43 kg aluminium = kapasitas
kalor 0,83 kg baja

10.4.4. Kalor Jenis

Kapasitas kalor dibagi massa selalu sama nilainya untuk zat yang sama. Berapa pun massa zat
maka perbandingan kapasitas kalor dengan massa selalu tetap. Kita simpulkan bahwa
perbandingan kapasitas kalor dan massa merupakan sifat khas suatuzat. Besaran ini kita namai
kalor jenis, dan dihitung dengan persamaan:

C
c= m (10.6)

dimana:
c : Kalor jenis (kal/kgºC atau J/kgºC, atau kal/kg K, atau J/kg K)
C : Kapasitas kalor (kal/ºC atau kal/ºK atau Joule/ºC atau Joule/ºK)

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


m : massa benda (kg)

Ketika benda menyerap atau melepas kalor maka besar kalor dapat dihitung dengan rumus:

Q CT = mc∆T (10.7)

Dimana:
Q : Jumlah kalor yang diberikan atau ditarik dari benda tersebut (kalori atau Joule)
C : Kapasitas kalor (kal/ºC atau kal/ºK atau Joule/ºC atau Joule/ºK)
m : Massa benda (kg)
c : Kalor jenis (kal/kgºC atau J/kgºC, atau kal/kg K, atau J/kg K)
∆T: Perumabahn suhu benda (ºC atau ºK)

Berikut tabel tabel,kalor jenis berbagai zat


Tabel. Kalor jenis sejumlah zat (dari berbagai sumber).

Contoh soal

Sebanyak 0,4 kg besi di tempat pandai besi dibakar sehingga suhunya naik dari 30ºC menjadi
450ºC. Berapa jumlah kalor yang diserap besi untuk menaikkan suhu tersebut jika dimketahui
kalor jenis besi adalah 0,108 kal/ºC ?

Jawab

Karena tidak ada informasi kapasitas kalor, maka kita hitung dulu kapasitas kalor.
Untuk itu perlu informasi tentang kalor jenis besi kalor jenis besi
kalor jenis besi adalah c = 0,108 kal/gºC.

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Massa besi di soal adalah m = 0,4 kg = 400 g.
Maka kapasitas kalor besi adalah
C mc
= 400 0,108
= 43,2 kal/∆C
Kenaikan suhu besi, T = 450 – 30 = 420ºC
Kalor yang diserap besi adalah:
Q CT
= 43,2420
= 1814,4 kal
= 1,8144 kkal.

10.4.4.1. Kalor Jenis Kuantum

Pada pembahasan di atas kalor jenis benda dianggap konstan, berapa pun suhu benda.
Hasil ini selalu benar selama suhu benda masih tinggi. Namun, jika suhu benda diturunkan
mendekati nol kelvin maka sifat ini tidak lagi dipenuhi. Kalor jenis benda tidak lagi konstan
tetapi menuju nol jika suhu menuju nol. Gejala ini baru diamati ketika para ahli sudah bisa
menurunkan suhu mendekati nol kelvin yang dimulai oleh ilmuwan belanda Heike Kamerling
Onnes.
Awalnya tidak ada teori yang dapat menjelaskan pengamatan ini. Orang yang pertama
yang berhasil menjelaskan sifat kalor jenis benda yang menuju nol ketika suhu mendekati nol
kelvin adalah Albert Einstein berdasarkan teori kuantum energi getaran atom. Namun, teori
yang dirumuskan Einstein kurang tepat menjelaskan data pengamatan. Teori Einstein kemudian
disempurnakan oleh fisikawan Belanda, Debeye. Teori Debeye benar-benar cocok dengan data
pengamatan. Teori yang dibangun Debeye juga didasarkan pada fisika kuantum. Menurut teori
Debeye, pada suhu sangat rendah kalor jenis zat padat bukan logam merupakan fungsi pangkat
3 suhu (suhu dinyatakan dalam satuan kelvin), atau

(10.8)
c  AT 3
dengan A adalah konstan.

Teori kalor jenis sebelumnya (teori klasik) yang melahirkan ketidakbergantungan kalor jenis
pada suhu didasarkan pada fisika klasik. Gambar di bawah adalah kurva kalor jenis molar argon
pada suhu antara 0 K sampai 10 K. Sumbu datar merupakan suhu pangkat 3. Digambar juga
kurva yang merupakan fungsi pangkat 3 suhu (menjadi garis lurus kalau sumbu datar
merupakan pangkat 3 suhu). Tampak kesesuaian antara teori kuantum dengan data eksperimen.

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Gambar Kalor jenis molar argon (kapasitas kalor per satuan mol) pada suhu rendah. Kurva diperoleh dari
persamaan (10.8) Sumbu datar adalah pangkat 3 suhu sehingga persamaan (11.9) menjadi fungsi linier. Data
diekstrak dari C. Kittel, Introduction to Solid State Physics, New York: John Wiley (1996).
Untuk material logam, persamaan kalor jenis sedikit berbeda. Pada logam terdapat banyak
elektron bebas yang juga memberi sumbangan pada kalor jenis. Kalor jenis pada persamaan
(10.8) hanya disumbang oleh getaranatom zat padat di sekitar posisi setimbangnya. Pada logam,
disamping getaran atom, juga ada gerakan elektron bebas. Untuk material logam ini, kalor jenis
sebagai fungsi suhu memenuhi persamaan:

c T AT 3 (10.9)

dengan adalah konstanta. Suku pertama merupakan sumbangan elektron bebas, dan suku
kedua merupakan sumbangan getaran atom.

10.4.5. Kalor Lebur

Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk melebur zat padat menjadi zat cair? Jumlah kalor
tersebut bergantung pada mass zat yang akan dilebur serta jenis zat. Besar kalor yang
diperlukan memenuhi persamaan:

Q mL (10.10)

dengan
m adalah massa zat yang dilebur (kg)
L disebut kalor lebur zat (kal/kg atau J/kg).

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Gambar Kekuatan ikatan antar atom dalam wujud padat menentukan kalor lebur. Makin kuat gaya antar atom
maka makin besar kalor lebur.

Zat yang berbeda memiliki nilai L yang berbeda. Nilai L ditentukan oleh kekuatan gaya tarik
antar atom penyusun zat padat tersebut (Gambar). Pada dasarnya peleburan adalah pelepasan
ikatan antar atom-atom penyusun zat padat menjadi ikatan atom-atom dalam wujud cair. Makin
kuat ikatan antar atom dalam zat padat maka makin tinggi kalor yang diperlukan untuk
meleburkan zat tersebut. Kalor yang diperlukan untuk meleburkan lilin atau mentega sangat
kecil. Sebaliknya kalor yang diperlukan untuk meleburkan besi atau baja sangat besar. Tabel di
bawah ini adalah kalor lebur sejumlah zat padat dan suhu peleburan (titik lebur).

Tabel Kalor lebur zat padat dan suhu peleburan (dari berbagai sumber).

Contoh Soal

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Tentukan kalor total yang diperlukan untuk mengubah 500 g es yang bersuhu -5ºC sehingga menjadi air
yang bersuhu 25 oC.

Jawab

Berdasarkan Tabel 11.4 kalor jenis es, c es = 2,108 J/g dan kalor jenis air c air = 4,184 J/g. Berdasarkan
Tebel , kalor lebur es adalah Les = 334 J/g.
Di sini ada tiga proses yang berlangsung, yaitu:
i. Memanaskan es dari suhu -5 oC menjadi es bersuhu 0 oC dengan kalor Q1.
ii. Meleburkan es pada suhu 0 oC menjadi air yang bersuhu 0 oC dengan kalor Q2.
iii. Memanaskan air dari suhu 0 oC menjadi air bersuhu 25 oC dengan kalor Q3.

Kita hitung masing-masing kalor tersebut.

Q  m c T
1 es es 1 = 500  2,108  [0 – (-5)]

= 5.465 J

Q m L
2 es e = 500  334
= 167.000 J

Q  m c T
2 air air 2 = 500  4,184  [25 - 0]

= 52.300 J

Total kalor yang dibutuhkan = Q1 + Q2 + Q3


= 5.464 + 167.000 + 52.300
= 224.765 J

10.4.6. Kalor Uap


Jika air yang bersuhu 100 oC diberi kalor terus maka suhunya tidak berubah, yaitu tetap
100ºC. Yang terjadi adalah volume air makin sedikit. Ini berarti air mengalami penguapan.
Molekul-molukul air mulai lepas dari air dan menjadi molekul bebas (uap air). Proses ini

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


disebut penguapan dan suhu 100ºC untuk air disebut titik uap. Pertanyaan selanjutnya adalah,
berapa kalor yang diperlukan untuk menguapkan satu kilogram air pada titik uapnya? Kalor
yang diperlukan untuk mengubah zar cair menjadi gas seluruhnya (menguapkan) memenuhi
persamaan:

Q mU (10.11)

dimana:
m adalah massa zat (kg)
U disebut kalor uap (J/kg)

Tampak bahwa rumus untuk kalor uap sama dengan rumus untuk kalor lebur. Nilai kalor
uap sangat ditentukan oleh kekuatan ikatan antar atom-atom atau molekul-molekul dalam
wujud cair (Gambar dibawah). Makin kuat ikatan antar atom-atom tersebut maka makin sulit
atom-atom dilepas dari zati cair sehingga makin sulit zat diuapkan. Zat seperti ini memiliki
kalor uap yang tinggi. Tabel dibawah adalah kalor uap sejumlah zat cair dan suhu penguapan
(titik uap).

Gambar. Kekuatan ikatan antar atom dalam wujud cair menentukan kalor uap. Makin kuat gaya antar
atom maka makin besar kalor uap,

Tabel. Kalor uap zat padat dan suhu penguapan atau titik uap (dari berbagai sumber)

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


.
Contoh soal

Berapa kalor yang dibutuhkan untuk mengubah 50 g air yang bersuhu 50ºC sehingga
seluruhnya menjadi uap?

Jawab

Di sini ada dua tahapan: menaikkan suhu air dari 50ºC menjadi 100ºC dan mengubah air yang
bersuhu 100ºC menjadi uap yang bersuhu 100ºC (lihat skema berikut ini).
Kalor untuk memanaskan air
Q1 = mc∆T
= 50 g x 1 kal/g ºC x (100ºC – 50ºC)
= 2.500 kal
Q2 = mLuap
= 0,05 kg x 2.260 kJ/kg
= 113 kJ
= 113.000 J
= 27.000 kal

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Kalor total yang dibutuhkan
Q = Q1 + Q2
= 2.500 + 27.000
= 29.500 kal
= 29,5 kkal

10.4.7. Perpindahan Kalor


Kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Perpindahan kalor
berhenti ketika suhu kedua benda sudah sama. Kondisi ketika dua benda memiliki suhu sama
disebut kesetimbangan panas atau kesetimbangan termal. Selama ada perbedaan suhu maka
kalor selalu berpindah hingga tercapai kesetimbangan panas.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara kalor berpindah dari satu benda ke benda
lainnya? Para ahli akhirnya menyimpulkan bahwa hanya ada tiga cara perpindahan kalor antara
benda, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi (Gambar di bawah).

Gambar Tiga cara perpindahan kalor: konduksi, konveksi, dan radiasi (beodom.com).

10.4.7.1. Konduksi

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Konduksi adalah perpindahan kalor dari satu tempat ke tempat lain melalui benda. Tetapi
selama kalor berpindah tidak ada bagian benda maupun atom atau molekul penyusun benda
yang ikut berpindah.
Ketika ujung zat dipanaskan maka electron-elektron pada bagian tersebut bergerak lebih
kencang (memiliki energy kinetic lebih besar). Akibatnya electron bermigrasi ke lokasi yang
memiliki energy kinetic lebih rendah (bagian zat yang lebih dingin). Migrasi tersebut
menyebabkan tumbukan electron yang berenergi tinggi dengann electron yang berenergi rendah
sehingga electron yang berenergi rendah menjadi berenergi tinggi yang direpresentasikan oleh
kenaikan suhu. Begitu seterusnya sehingga electron yang berenergi tinggi tersebar makin jauh
dari lokasi pemanasan. Peristiwa ini merepresentasikan perambatan kalor secara konduksi.
Penyebab lain peristiwa konduksi adalah getaran atom zat padat di sekitar posisi
setimbangnya. Ketika atom-atom di lokasi pemanasan bergetar lebih kencang maka atom-atom
yang bertetangga ikut bergetar lebih kencang dari sebelumnya. Getaran kencang atom tetangga
ini diikuti oleh tetangga yang lebih jauh. Begitu seterusnya sehingga terjadi perpindahan
getaran atom. Pada akhirnya semua atom dalam zat bergetar lebh kencang. Ini
merepresentasikan fenomena perambatan kalor. Karena tidak ada atom yang berpindah (hanya
getaran yang lebh kencang saja yang berpindah) maka ini pun merupakan peristiwa konduksi.
Perpindahan kalor secarakondusksi akibat migrasi electron hanya terjadi pada material
logam (material yang mengandung lektron bebas). Perpindahan kalor secara konduksi akibat
getaran aom –atom dapat terjadi pada semua zat padat. Namun, perpindahan kalor secara
konduksi akibat migrasi electron jauh lebih mudah daripada akibat perpindahan getaran atom.
Oleh karena itulah peristiwa konduksi pada logam jauh lebih mudah daripada peristiwa
konduksi pada material bukan logam (isolator). Pada material isolasor juga terjadi peristiwa
konduksi (akibat perpindahan getaran atom) namun angat lambat sehingga kita kataka material
tersebut merupakan penghambat aliran kalor. Jika ujung kaca d panaskan maka ujung lain akan
ikut panas walaupun setelah berselang cukup lama. Ini adalah bukti peristiwa konduksi pada
bahan bukan logam.
Zat yang mudah memindahkan kalor contohnya besi, tembaga, aluminium. Semua logam
termasuk zat yang mudah memindahkan kalor. Zat semacam ini disebut juga konduktor kalor.
Umumnya konduktor kalor juga merupakan konduktor listrik. Artinya jika zat mudah
menghantar kalor maka zat tersebut juga mudah menghantar listrik. Zat yang sulit
menghantarkan kalor juga disebut isolator kalor. Zat padat yang sulit menghantarkan kalor
umumnya juga sulit menghantarkan listrik.
Ukuran kemampuan zat menghantar kalor dikenal dengan konduktivitas panas. Laju konduksi
kalor dalam bahan memenuhi persamaan:

T t −T r
q = kA L
(10.12)

dimana:
q adalah kalor yang dirambatkan per detik (J/s)
Tt adalah suhu satu ujung benda (suhu tinggi)

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Tr adalah suhu ujung benda yang lain (suhu rendah)
L adalah panjang benda (m)
A adalah luas penampang benda (m2)
k disebut konduktivitas panas (J/m sºC).

Sebagai ilustrasi lihat Gambar dibawah ini untuk menjelaskan peristiwa konduksi kalor.
Konduktivitas panas sejumlah zat tampak pada Tabel selanjutnya.

.
Gambar Parameter untuk menentukan perpindahan panas dalam bahan secara konduksi

Tabel Konduktivitas panas sejumlah zat (dari berbagai sumber).

Contoh soal

Sebuah silinder tembaga memiliki panjang 10 cm dan jari-jari 5 cm. Satu ujung silinder
disentuhkan ke air yang sedang mendidih dan ujung lainnya disentuhkan pada es yang sedang
mencair. Tentukan
a) Laju perambatan kalor dalam batang.
b) Jumlah kalor yang dipindahkan selama 5 menit.
Jawab

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Dari informasi di atas kita peroleh Tt = 100ºC (air mendidih) dan Tr = 0ºC (es melebur). Luas
penampang silinder adalah A = πR² = 3,14 x (0,05)² = 0,00785 m3. Berdasarkan Tabel peroleh k
= 385 J/m sºC
a) Laju perambatan kalor adalah

T t −T r
q = kA
L
100−0
= 385 x 0.00785 x ( ¿
0.1
= 3022,25 J/s
b) Selama selang waktu 5 menit = 300 s, jumlah kalor yang berpindah adalah 3022,25 x
300
= 906675 j
= 9,06675 x 105 J.
= 9,1 x 105J

10.4.7.2. Konveksi
Cara kedua perambatan kalor adalah konveksi. Pada cara ini kalor merambat karena
perpindahan molekul atau atom penyusun benda. Ketika satu bagian benda menerima kalor
maka atom-atom penyusunnya bergerak lebih cepat. Akibatnya, atom-atom tersebut terdorong
(berpindah) ke lokasi di mana atom-atom masih bergetar lambat. Perpindahan atom yang telah
bergerak cepat membawa energi kalor. Dengan demikian terjadi perpindahan kalor dari lokasi
yang bersuhu tinggi ke lokasi yang bersuhu rendah.
Konveksi hanya terjadi di dalam benda yang memiliki atom atau molekul yang dapat
bergerak bebas. Benda seperti ini adalah fluida yang terdiri dari zat cair dan gas. Jadi, konveksi
terjadi dalam zat cair atau gas. Ketika air di dalam panci dipanaskan maka bagian air yang
menerima panas adalah bagian yang bersentuhan dengan panci, khususnya bagian dasar panci.
Namun, lama-lama seluruh bagian air menjadi panas karena adanya aliran molekul air dari
bawah ke atas. Aliran tersebut mendesak air yang dingin yang berada di atas untuk turun
sehingga mengalami pemanasan.
Ketika yang dipanaskan. Fluida yang dipanaskan akan memuai. Karena massa tidak
berubah maka massa jenis fluida mengecil. Akibatnya fluida tersebut akan bergerak ke atas.
Benda yang massa jenis lebih kecil akan berada di lapisan atas dan yang massa jenis besar akan
berada di lapisan bawah. Jika air dan minyak dicampur maka minyak pada akhirnya berada di
lapisan atas karena massa jenisnya lebih kecil daripada air. Fluida yang berada di atas dan
bersuhu lebih rendah (memiliki massa jenis lebih besar) akan bergerak turun mengisi tempat
kosong yang ditinggalkan fluida panas. Akibatya terjadi pergantian posisi fluida. Yang panas di
atas dan yang dingin di bawah. Fluida dingin yang baru sampai di bawah mengalami
pemanasan sehingga massa jenisnya mengecil dan selanjutnya bergerak ke atas. Fluida yang
berada di atas dan memiliki suhu lebih rendah turun mengisi ruang yang ditinggalkan di dasar
panci. Begitu seterusnya sehingga terjadi aliran terus menerus fluida dari dasar panci ke atas.
Dan pada akhirnya semua bagian fluida menacapai suhu yang sama.

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Fenomena konveksi berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Aliran udara atau
angin adalah peristiwa konveksi. Udara di tempat yang bersuhu tinggi mengalami penurunan
massa jenis akibat pemuaian volum sehingga mengalir ke atas. Tempat kosong yang
ditinggalkan akan diisi oleh udara dingin yang memiliki massa lebih kecil dari atas samping
yang memiliki massa jenis lebih besar sehingga terjadi angin arah mendatar.
Tiap kali terjadi kebakaran, petugas pemadam kebakaran sering kesulitan memadamkan
api karena angin cukup kencang. Harap diketahui bahwa jika terjadi kebakaran pasti timbul
angin kencang. Udara di tempat kebakaran mengalami pemanasan sehingga terjadi aliran
konveksi ke atas secara cepat. Lokasi tempat kebakaran mengalami kekosongan udara. Udara
dingin dari sekeliling cepat mengalir mengisi kekosongan tersebut sehingga timbul angin cukup
kencang.
Keluarnya magma dari dalam bumi menuju ke permukaan melalui gunung api juga adalah
proses konveksi. Inti bumi memiliki suhu yang tinggi. Suhu yang tinggi tersebut mencairkan
material batuan di dalam bumi sehingga dapat mengalir. Bagian bawah cairan memiliki suhu
lebih tinggi sehingga massa jenisnya lebih kecil. Massa jenis yang kecil menyebabkan cairan
tersebut bergerak ke atas dan bisa keluar ke permukaan bumi melalui lubang gunung api.

10.4.7.3. Radiasi
Bentuk ketiga perpindahan kalor adalah radiasi. Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa
melalui medium. Ruang antara matahari dan bumi kebanyakan hampa. Tetapi panas matahari
dapat mencapai bumi. Ini salah satu bukti bahwa kalor dapat merambat tanpa perlu medium.
Udara adalah penghantar panas yang tidak baik. Ketika kita menyalakan api unggun maka
dalam sekejap kita yang duduk sekitar setengah meter dari api unggun merasakan panas. Ini
bukan karena panas merambat melalui udara, tetapi panas merambat melalui radiasi. Kalau
menunggu panas merambat melalui udara maka diperlukan waktu yang lama bagi kita yang
duduk setengah meter dari api unggun untuk merasakan panas.

Pertanyaan berikutnya adalah, mengapa panas bisa merambat secara radiasi? Jawabannya
adalah panas tersebut dibawa oleh gelombang elektromagnetik. Setiap benda memancarkan
gelombang elektromagnetik. Energi gelombang yang dipancarkan makin besar jika suhu benda
masing tinggi. Salah satu komponen gelombang yang dipancarkan tersebut adalah gelombang
inframerah yang membawa sifat panas. Makin tinggi suhu benda maka makin banyak pula
energi gelombang inframerah yang dipancarkan sehingga makin panas benda tersebut terasa
pada jarak tertentu.

10.5. Pemuaian

Fenomena lain yang berkaitan langsung dengan suhu adalah pemuaian. Tiap benda yang
dipanaskan selalu memuai. Setelah kita mengetahui peristiwa pemuaian adalah bagaimana kita
mengukur besarnya pemuaian tersebut? Ini menjadi penting karena dengan mengetahui nilai
pemuaian secara detail maka kita dapat memikirkan aplikasi sifat pemuaian tersebut untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia.

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


10.5.1. Persamaan Pemuaian
10.5.1.1. Pemuaian panjang

Melihat fenomena sebagaimana dalam gambar diatas maka pemuaian panjang dapat di tuliskan
dalam persamaan:

l l 0 T (10.13)

∆l adalah perubahan panjang (m)


l0 adalah panjang mula-mula (m)
∆T adalah perubahan suhu, ∆T = T – T0 (ºC)
T0 adalah suhu awal (ºC)
T adalah suhu akhir (ºC).

10.5.1.2. Pemuaian luas

Disamping mengalami perubahan panjang, benda juga mengalami perubahan luas jika
mengalami perubahan suhu Pengukuran yang sangat teliti juga menunjukkan bahwa perubahan
luas sebanding dengan luas mula-mula dikali perubahan suhu. Secara matematika dapat ditulis:

A A0 T
(10.14)
∆A adalah perubahan luas (m2)
A0 adalah luas mula-mula (m2)
∆T adalah perubahan suhu (oC)

10.5.1.3. Pemuaian Volum

Benda juga mengalami perubahan volum jika mengalami perubahan suhu. Pengukuran
yang sangat teliti juga menunjukkan bahwa perubahan volum sebanding dengan volum mula-
mula dikali perubahan suhu. Secara matematika dapat ditulis

V  V 0 T (10.16)
3
∆V adalah perubahan volum (m )
V0 adalah volum mula-mula (m3)
∆T adalah perubahan suhu (oC).

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Jika kita mengganti tanda sebanding () pada persamaan sebelumnya dengan tanda sama
dengan maka kita perkenalkan konstanta pembanding. Dari tiga persamaan pemuaian di atas
kita peroleh tiga persamaan berikut ini:

 Persamaan pemuaian panjang:


l l 0 T
 Persamaan pemuaian luas:
A  A T
 Persamaan ppemuaian volum:
V γV0 T

Dengan
 disebut koefisien muai panjang (ºC−1), disebut koefisien muai luas (ºC−1), dan γ disebut
koefisien muai volum ((ºC−1),). Satuan ketiga konstanta tersebut sama, yaitu kebalikan dari
satuan suhu. Disamping dinyatakan dalam ºC−1, dapat pula kita nyatakan dalam (º K −1 ).
Dengan adanya pemuaian tersebut maka panjang, luas, dan volum benda akibat perubahan suhu
adalah:

l l0 l (10.17)

A A 0 A (10.18)

V V 0 V (10.19)

Contoh soal

Pada suhu 50ºC batang aluminium memiliki panjang 120 cm dan batang besi memiliki panjang
120,2 cm. Koefisien muai panjang aluminium dan besi masing-masing 23,1 x 10−6 ºC−1dan 11,8
x10−6 ºC−1. Jika suhu kedua benda diubah, pada suhu berapakah panjang kedua batang menjadi
sama?

Jawab

Misalkan
Suhu diubah menjadi T. Panjang batang aluminium menjadi

Panjang batang baja menjadi

Kedua batang menjadi sama panjang pada suhu yang menghasilkan

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


Akhirnya kita dapatkan

Masukkan data yang diberikan maka diperoleh

Referance:
1. Giancoli, Douglas C, Physics for Scintists and Engineer, 2nd Ed, Prentice Hall, 1988, New Jersey.

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG


2. Halliday, Resnick dan Jearl Walker, The Fundamental of Physics 10 th edition, Wiley, New York
2007.
3. Mikrajuddin Abdullah, Fisika Dasar 1, Institut Teknologi Bandung, 2016
4. Riani Lubis, Diktat Kuliah Fisika Dasar I, FakultasTeknik & ilmu Komputer, Unikom 2008.

SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI YUPPENTEK, TANGERANG

Anda mungkin juga menyukai