Anda di halaman 1dari 14

FISIKA

DASAR I
Kode Kuliah : FI -113
Semester :1
Kelas : Gabungan
Beban kuliah : 3 SKS

Chapter – 4: Gerak 2-D

Dosen Pengampau : Aris Trimarjoko, S.T., M.T.

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 1


BAB 4
GERAK 2-D

Sekarang kita akan memperdalam pemahaman kita tentang gerak dan memfokuskan pada gerak
dalam ruang dimensi dua. Gerak dalam ruang dua dimensi dapat berupa gerak peluru, gerak
melingkar, gerak dalam lintasan elips, dan hiperbola. Namun, pada bab ini kita akan membatasi pada
gerak peluru dan derak melingkar. Ciri gerak dalam ruang dua dimensi adalah lintasan benda selalu
berada pada sebuah bidang datar.

Pada persoalan gerak dua dimensi, posisi benda terdefinisi secara lengkap apabila kita menggunakan
dua buah koordinat posisi. Di sini kita gunakan koordinat x dan y yang saling tegak lurus. Arah sumbu
x dan y dapat kita pilih secara sembarang asal tegak lurus. Pemilihan arah dilakukan untuk
mempermudah menyelesaikan persoalan. Contohnya pada gerak sepanjang bidang miring kita sering
memilih arah sumbu x searah kemiringan bidang dan sumbu y tegak lurus bidang. Pada persoalan lain
subu x sering dipilih berarah horisontal sedangkan sumnbu y berarah vertikal ke atas. Pada bab ini
kita akan mempelajari dua macam gerak dua dimensi yang sangat khas, yaitu gerak peluru dan gerak
melingkar.

4.1. Gerak Peluru

Salah satu gerak dua dimensi yang paling popular adalah gerak peluru. Disebut gerak peluru karena
gerak ini yang akan ditempuh oleh setiap peluru yang ditembakkan ke atas dengan membentuk sudut
tertentu terhadap arah horizontal (tidak vertikal ke atas) atau yang ditembakkan dengan sudut
sembarang dari ketinggian tertentu. Walaupun namanya gerak peluru, namun gerak tersebut tidak
hanya
digunakan untuk membahas peluru. Setiap benda yang dilempat ke atas dalam arah tidak vertikal atau
ditembakkan dengan sudut sembarang dari ketinggian tertentu melakukan gerak peluru. Apa
pentingnya memahami gerak peluru?

Gambar di bawah ini adalah contoh benda yang mengalami gerak peluru yang pernah kita lihat atau
kita tonton melalui televisi.

Gambar gerak peluru: (a) peluru kendali yang ditembakkan (the-tap.blogspot.com), (b) bola golf

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 2


yang dipukul (e2marino.wordpress.com), dan (c) roket yang diluncurkan (utexas.edu).
a) Gerak peluru kendali yang ditembakkan umumnya berbentuk gerak peluru. Dengan memahami
hukum-hukum gerak peluru maka sudut penembakan dapat diatur sehingga peluru mengenai
sasaran.
b) Peluncuran roket yang membawa satelit menempuh lintasan seperti lintasan peluru. Dengan
demikian arah peluncuran dapat ditentukan sehingga roket mencapai posisi yang diinginkan untuk
menempatkan satelit pada orbitnya.
c) Pemain golf dapat mengatur kekuatan pukulan serta sudut pukulan sehingga bola jatuh tepat atau
dekat lubang yang dikehendaki.
d) Pemain basket dapat mengatur kekuatan lemparan maupun sudut lemparan sehingga bola tepat
masuk ke keranjang dan menciptakan nilai.
e) Pemain bola dapat mengatur kekuatan serta sudut tendangan sehingga bola tepat masuk ke gawang
lawan.Atlit lempar cakram, lempar lembing, maupun tolak peluru dapat mengatur sudut lontaran
sehingga dicapai jarak terjauh. Meraka selalu berlatih agar setiap lemparan selalu memenuhi sudut
tersebut.

Sekarang kita mulai membahas gerak peluru secara detail. Peluru yang ditembakkan dengan
kecepatan awal membentuk sudut elevasi tertentu terhadap sumbu datar akan mengambil lintasan
seperti pada Gambar diatas Pada saat ditembakkan, peluru memiliki dua komponen kecepatan.
Komponen kecepatan arah horisontal dan arah vertikal adalah

vₒx = vₒ cos θ (4.1)


vₒy = vₒ sin θ (4.2)

Gambar Bentuk umum lintasan peluru yang ditembakkan dengan sudut elevasi θ terhadap sumbu datar.
Ketinggian lintasan maupun jarak tempuh (jarak dalam arah horisontal) sangat bergantung pada laju awal dan
sudut tembakan.

Lintasan gerak peluru selalu melengkung ke bawah akibat adanya percepatan gravitasi bumi. Salah
satu yang khas dari gerak peluru adalah komponen kecepatan arah horizontal selalu tetap selama
peluru bergerak. Tetapi komponen kecepatan arah vertikal selalu berubah-ubah (Gambar di bawah

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 3


ini). Mula-mula makin kecil dan saat di puncak lintasan, komponen kecepatan arah vertical nol.
Kemudian komponen kecepatan membesar kembali namun arahnya berlawanan (arah ke bawah).

Gambar Komponen horisontal kecepatan peluru selalu constan tetapi komponen vertikal selalu berubah-ubah.
Perubahan komponen vertikal disebabkan oleh adanya percepatan gravitasi bumi. Komponen kecepatan arah
horisontal tidak berubah karena tidak ada percepatan dalam arah horisontal.

Selama benda bergerak:


i) Benda mendapat percepatan gravitasi dalam arah vertikal ke bawah.
ii) Tidak ada percepatan dalam arah horisontal.
iii) Kecepatan awal benda membentuk sudut θ terhadap arah horisontal
Dari sifat-sifat tersebut kita dapat menulis

(4.3)

(4.4)

Kerana merupakan gerak dengan percepatan konstan maka


i) Kecepatan benda tiap saat adalah

(4.5)

ii) Posisi benda tiap saat adalah

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 4


(4.6)

Persamaan (4.5) dan (4.6) dapat pula diuraikan atas komponen-komponen kecepatan maupun
komponen-komponen posisi dalam arah sumbu x maupun y.
Dari persamaan (4.5) kita dapatkan komponen-komponen kecepatan sebagai berikut

(4.7 a)

(4.7 b)

Dari persamaan (4.6) kita dapatkan komponen-komponen posisi sebagai berikut


(4.8 a)

(4.8 b)

4.1.1. Ketinggian Maksimum

Tampak dari persamaan (4.7b) laju dalam arah vertikal yang mula-mula makin lama makin kecil,
kemudian menjadi nol pada puncak lintasan lalu membalik arah ke bawah. Berapa ketinggian
maksimum lintasan benda? Lihat Gambar di bawah ini untuk penjelasan tentang ketinggian
maksimum.

Gambar ketinggian maksium dan jangkauan maksimum peluru.

Pada puncak lintasan berlaku Vy = 0. Jika benda berada pada titik tertinggi lintasan terjadi saat tm,
maka waktu yang diperlukan benda sejak ditembakkan sampai mencapai ketinggian maksimum
adalah TM = tm-tо. Berdasarkan persamaan (4.7b) diperoleh waktu yang diperlukan untuk mencapai
ketinggian maksimum adalah

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 5


(4.9)

Kita simbolkan ketinggian maksimum sebagai hm = ym-yо Dengan menggunakan persamaan (4.8b)
dan (4.9) diperoleh ketinggian maksium benda adalah

(4.10)

4.1.2. Jangkauan Maksimum

Misalkan peluru di tembakkan pada bidang datar. Jangkauan maksimum adalah jarak arah horizontal
diukur dari tempat penembakan peluru ke tempat jatuhnya peluru Untuk menentukan jangkauan
maksium, terlebih dahulu kita tentukan waktu yang diperlukan sampai peluru kembali ke tanah.

Gambar ketinggian maksium (hm) dan jangkauan maksimum (R) peluru.

Jika ketinggian posisi pelemparan dan posisi peluru jatuh kembali ke tanah sama maka peluru akan
jatuh kembali setelah selang waktu

T = 2Tm (4-11)

Selajutnya, dengan menggunakan persamaan (4.8a) maka jangkauan maksimum peluru adalah

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 6


(4.12)

Pertanyaan selanjutnya adalah berapa sudut penembakan agar tercapai jangkauan maksimum di
bidang datar? Jawabannya dapat diperoleh dari persamaan (4.12). Dengan menggunakan hubungan
Vox = Vo cosθ dan Voy = Vo sinθ maka ooy persamaan (4.12) dapat ditulis

(4.13)

Nilai maksimum R dicapai jika ruas kanan mencapai harga maksimum. Karena harga maksimum
fungsi sinus adalah satu dan terjadi ketika sudut sama dengan 90º maka jangkauan maksimum
tercapai jika 2θ = 90º, atau θ = 45º.

Contoh soal

Peluru ditembakkan dengan laju awal 200 m/s dengan sudut elevasi 30º
Tentukan
a. Komponen kecepatan awal peluru
b. Komponen dan kecepatan dan posisi peluru 5s setelah penembakan
c. Waktu saat peluru mencapai ketinggian maksimum
d. Ketingian makasimum peluru
e. Waktu yang diperlukan peluru mencapai tanah kembali jika perlu di tembakkan pada bidang
datar (waktu jangkauan maksimum)
f. Jangkauan maksimum peluru

Jawab

Karena tidak dijelaskan kapan peluru ditembakkan maka tо = 0, sehingga


a. Komponen kecepatan awal peluru
Vxо = Vо cosθ = 200 x cos30º = 200 x ½ √3 = 100√3 m/s
Vyо = Vо sinθ = 200 x sin30º = 200 x ½ = 100 m/s
b. Komponen kecepatan peluru saat t = 5s
Vx = Vxо = 100√3 m/s
Vy = Vyо – gt = 100 – (10 x5) = 50 m/s
Komponen poisisi peluru saat t – 5s, karena tidak ada penjelasan tentang di mana peluru di
tembakkan maka Xо = 0 dan Yо = 0
X = Xо + Vxо t = 0 + 100√3 x 5 = 500√3 m
Y = Yо + Vyо t – ½ gt² = 0 + (100 x 5) -1/2 x (10 x 5²) = 375 m

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 7


c. Waktu yang diperlukan peluru mencapai ketinggian maksimum
tm = Vyо/g = 100/10 = 10 s
d. Ketinggian maksimum peluru
hm = ½ Vyо²/g = ½ x (100)²/10 = 500 m
e. Waktu yang diperlukan peluru mencapai jangkauan maksimum
T = 2tm = 2 × 10 = 20 s.
f. Jangkauan maksimum
R = Vyо T = 10√3 x 20 = 200√3 m

4.2. Gerak Melingkar

Secara sederhana gerak melingkar didefinisikan sebagai gerak benda pada lintasan berupa keliling
lingkaran, baik lingkaran penuh atau tidak penuh. Ciri khas dari gerak melingkar adalah jarak benda
ke suatu titik acuan, yang merupakan titik pusat lingkaran selalu tetap.

Sifat lain yang menonjol pada gerak melingkar adalah arah kecepatan selalu menyinggung lintasan.
Ini artinya pada gerak melingkar kecepatan selalu tegak lurus jari-jari lingkaran. Banyak gerak
melingkar yang kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Gerak roda kendaraan, gerak CD, VCD dan
DVD,gerak jarum jam dll.

4.2.1. Gerak Melingkar Beraturan

Pada gerak ini, untuk selang waktu Δt yang sama, panjang lintasan yang ditempuh benda selalu sama.
Laju benda sepanjang lintasan selalu tetap. Ingat, hanya laju yang konstan, tetapi kecepatan tidak
konstan, karena arahnya selalu berubah-ubah.

Gambar Gerak melingkar beraturan. Pada selang waktu Δt yang sama, panjang lintasan yang
ditempuh benda selalu sama.

Jika R adalah jari-jari lintasan maka panjang satu lintasan penuh (yaitu keliling lingkaran) adalah

s = 2πR (4.14)

Jika waktu yang diperlukan benda melakukan satu putaran penuh adalah T, maka laju benda
memenuhi

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 8


s 2 πR
v= = (4.15)
T T

Satu lingkaran penuh membentuk sudut 360º. Bila dinyatakan dalam radian maka satu lingkaran
penuh membentuk sudut θ = 2π radian. Sehingga kecepatan sudut benda yang melakukan gerak
melingkar beraturan

θ 2π
ω= = (4.16)
T T

Berdasarkan persamaan (4.15) dan (4.16) diperoleh hubungan antara laju benda dengan kecepatan
sudut

v = ωR
(4.17)

Contoh
Sebuah benda yang diikat pada tali yang panjangnya 0,5 meter diputar dengan waktu satu putaran
penuh adalah 0,2 sekon. Tentukan (a) laju putaran benda (b) kecepatan sudut benda

Jawab

Keliling lintasan s = 2 πR = 2 × 3,14 × 0,5 = 3,14 m


Laju benda v = s/T = 3,14/0,2 = 15,7 m/s
Kecepatan sudut benda ω = 2π/T = 2 × 3,14/0,2 = 31,4 rad/s.

4.2.2. Percepatan Sentripetal

Untuk gerak melingkar beraturan laju benda selalu tetap. Tetapi tidak demikian dengan kecepatan.
Arah kecepatan selalu menyinggung lintasan sehingga selalu berubah-ubah setiap kali terjadi
perubahan posisi benda. Perubahan kecepatan hanya mungkin terjadi jika ada percepatan. Jadi,
selama benda bergerak melingkar beraturan, pada benda selalu ada percepatan. Percepatan
tersebut hanya mengubah arah benda, tanpa mengubah lajunya. Perubahan kecepatan yang demikian
hanya mungkin jika arah percepatan selalu tegak lurus arah kecepatan benda. Yang berarti arah
percepatan selalu searah jari-jari ke arah pusat lingkaran. Dari mana percepatan ini muncul? Tentu
dari gaya yang berarah ke pusat lingkaran. Jika gaya yang bekerja pada benda bermassa m adalah Fc,
maka percepatan ke pusat memenuhi

Fc
ac = m (4.18)

Dari persamaan (4.18) tampak bahwa besarnya percepatan ke pusat dapat ditentukan dari informasi
tentang gaya. Tetapi kita tidak selalu bisa mengukur gaya tersebut secara langsung. Adakah cara lain
menentukan besarnya percpatan ke pusat tanpa perlu mengetahui gaya? Jawabannya ada. Ternyata
nilai percepatan ke pusat dapat dihitung pula dari laju benda yang bererak melingkar. Untuk
menunjukkan hubungan tersebut, mari kita lihat Gambar berikut

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 9


Gambar Menentukan percepatan sentripetal

i. Jari jari lintasan benda adalah R


ii. Pada titik A benda memiliki kecepatan ⃗
v1
iii. Pada titik B benda memiliki kecepatan ⃗
v2
iv. Untuk gerak melingkar beraturan, besar ⃗
v1 = besar ⃗
v2 = v
v. Lama waktu benda bergerak dari A ke B adalah ∆t
vi. Perubahan kecepatan benda adalah ∆ ⃗v = ⃗
v2 - ⃗
v1
vii. Dengan demikian, percepatan benda adalah a⃗ = ∆ ⃗v/∆ t⃗

Selama bergerak dari A ke B, panjang lintasan yang ditempuh benda adalah s. Laju benda memenuhi

s
v= (4.19)
∆t

Hubungan antara s, R dan θ adalah

s
θ= (4.20)
R

di mana θ dinyatakan dalam radian. Sudut θ juga merupakan sudut yang dibentuk oleh vector ⃗
v1 dan

v 2 (lihat Gambar di atas(b).) sehingga dapat ditulis pula

u u
θ= = (4.21)
besarnvya ⃗v v

Akhirnya kita dapatkan

u s v
= atau u=s (4.22)
v R R

Jika Δt sangat kecil, maka nilai u sangat dekat dengan Δv, dan Δv mengarah ke pusat lingkaran. Kita
selanjutnya dapat menulis

v
∆v = s R (4.23)

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 10


Percepatan benda menjadi

∆v sv v v²
a= = =v =
∆t ∆t R R R

Jadi percepatan ke pusat yang dialami benda dapat dihitung berdasarkan laju benda, yang di kenal
dengan percepatan sentrimpetal, yaitu


a= R (4.24)

Contoh

Lintasan bulan mengelilingi bumi hampir menyerupai lingkaran dengan jari-jari 384.000 km. Periode
revolusi bulan mengelilingi bumi adalah 27,3 hari. Berapa percepatan sentripetal bulan ke arah bumi?

Jawab

Dari informasi di soal kita dapatkan


R = 384.000 km = 384.000.000 m = 3,84 × 108 m.
Periode T = 27,3 hari = 27,3 hari × 24 (jam/hari) × 3600 (s/jam) = 2,36 × 106 s.
Keliling lintasan bulan s = 2πR = 2 × π ×3,84 × 108 m = 2,4 × 109 m.

Laju gerak melingkar bulan


s 2.4 x 109
v= = 6 = 1.2 x 10 m/s
3
t 2.36 x 10

Percepatan sentripetal bulan


a = R = ¿ ¿ ¿ = 2.71 x 10−3 m/s²

4.2.3. Gerak Melingkar Berubah Beraturan

Berbeda dengan gerak melingkar beraturan, suatu bendan bergerak melingkar yang memiliki laju
yang berubah-ubah terhadap waktu yang disebut Gerak Melingkar Berubah Beraturan. Dalam gerak
melingkar berubah beraturan memiliki 2 macam percepatan
i. Percepatan ke pusat lintasan a s
ii. Percepatan tangensial yang arahnya menyinggung lintasan benda (sejajar dengan arah
kecepatan), a t

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 11


Gambar Gerak melingkar berubah beraturan

Jika percepatan benda arah tangensial selalu konstan maka gerak melingkar semacam itu di sebut
gerak melingkar berubah beraturan.
Untuk gerak melingkar berubah beraturan, kebergantungan laju tarhadap waktu dapat di tulis sebagai

v = v0 + at t (4.25)

dimana t = waktu, v 0 = laju benda saat t = 0, v = laju benda saat t dan a t = percepatan tangensial
( menyinggung lintasan).

Makin besar laju benda, makin besar pula percepatan sentripetalnya. Jadi, meskipun besar percepatan
tangensial tetap, tetapi percepatan sentripetal selalu berubah menurut persamaan

2 2
at = v =
( v 0+ at t)
(4.26)
R R

Dari rumus laju, kita dapat menentukan kecepatan sudut benda sebagai fungsi waktu sebagai berikut

v v +a t v0 at
ω=
R
= 0 t = + t dan bisa di sederhanakan menjadi
R R R

ω = ω 0at (4.27)

dengan ω 0= v 0 / R adalah kecepatan sudut benda saat t = 0, ω adalah kecepatan sudut benda saat t
sembarang a = a t / R adalah percepatan sudut benda. Tampak kecepatan sudut merupakan fungsi
linear waktu.

Sudut yang ditempuh benda yang melakukan gerak melingkar berubah beraturan antara selang waktu
t = 0 sampai sembarang waktu t sembarang adalah

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 12


Jika saat t = 0 posisi sudut benda adalah θo dan pada saat t sembarang posisi sudut benda adalah θ
maka Δθ = θ - θo. Dengan demikian kita peroleh

θ - θ0 = ω 0t + ½ at 2

θ = θ0 + ω 0t + ½ at 2 (4.28)

Contoh

Sebuah tabung pengering berputar dalam keadaan diam hingga mencapai kecepatan sudut 800
rpm (rotation per minute) dalam 40 s, hitunglah sudut yang telah di putari oleh tabung tersebut
dan jumlah putaran yang telah dilakukan selama waktu tersebut.

Jawab

Kecepatan sudut akhir ω = 800 rpm = 800 × 2π rad/min = 800 × 2π rad/60 s = 83,7 rad/s
Percepatan sudut α = (ω - ωo)/t = (83,7-0)/40 = 2,1 rad/s2.
2
at
Sudut yang diputari tabung ∆θ = ω 0 t + = 0 x 40 + (2.1 x 40 2 ¿ /2 = 1680 rad
2
Sudut yang dibentuk selama satu putaran penuh adalah 2π rad. Jadi, jumlah putaran yang
dilakukan tabung adalah 1680/2π = 267,5 putaran.

Referance:
1. Giancoli, Douglas C, Physics for Scintists and Engineer, 2nd Ed, Prentice Hall, 1988, New
Jersey.

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 13


2. Halliday, Resnick dan Jearl Walker, The Fundamental of Physics 10 th edition, Wiley, New
York 2007.
3. Mikrajuddin Abdullah, Fisika Dasar 1, Institut Teknologi Bandung, 2016
4. Riani Lubis, Diktat Kuliah Fisika Dasar I, FakultasTeknik & ilmu Komputer, Unikom 2008.

Selamat
Belajar

UNIVERSITAS YUPENTEK INDONESIA, TANGERANG 14

Anda mungkin juga menyukai