Anda di halaman 1dari 26

1

GERAK PARABOLA






DI SUSUN OLEH:
ANDI MUH. AKHYAR









JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012





2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam kehidipun sehari - hari di lingkungan sering kali kita dapatkan
penomena yang sering kita anggap biasa - biasa saja. Namun sebagai orang fisika
kita selalu berpikir bahwa hal itu tidaklah terjadi begitu saja dan hal itu terjadi karena
adanya faktor-faktor yang mengganggu keseimbangan dari sebuah benda atau zat,
salah satu contoh fenomena yang dapat dengan mudah kita dapatkan adalah peristiwa
gerak parabola.
Gerak parabola yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah
merupakan perpaduan gerak lurus beraturan dalam arah horizontal dengan gerak
lurus berubah beraturan dalam arah vertikal dengan besar percepatan sama dengan
percepatan gravitasi bumi. Gerak parabola dalam bidang vertikal ini secara umum di
sebut gerak peluru, sedangkan gerak parabola lain sebenarnya adalah bagian dari
gerak peluru. Kita sering kali mendapati peristiwa gerak parabola dalam kehidupan
sehari-hari yang tanpa kita sadari bahwa pada peristiwa tersebut terdapat tinjauan
fisika yang cukup menarik untuk dicermati dan dipelajari, misalnya bila sebuah
benda dilemparkan maka benda tersebut akan membentuk sebuah lintasan di udara
hingga sampai di tanah seperti lintasan parabola, begitupula bila seorang prajurit
militer ingin menembakkan sebuah mortir ke sebuah sasaran yang letaknya berada
jauh dari tempat penembakan itu. Agar peluru tersebut mengenai sasarannya maka
pasukan tersebut harus mampu memperhitungkan kecepatan peluru, besarnya sudut
yang dibentuk senjata tersebut terhadap bidang horizontal dan waktu yang
dibutuhkan peluru itu dalam menempuh lintasannya.
Dari asumsi tersebut diatas, untuk membuktikan bagaimana bentuk lintasan
sebuah peluru yang sebenaranya dan faktor- faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap benda yang mengalami gerak parabola, maka penulis merancang sebuah
eksperimen dengan judul GERAK PARABOLA.

3

2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh besar sudut elevasi terhadap jarak tempuh ?
2. Apakah besar kecepatan awal peluru berbeda untuk tiap-tiap sudut elevasi
yang berbeda?

3. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menyelidiki pengaruh besar sudut elevasi terhadap jarak tempuh
2. Untuk menghitung besar kecepatan awal peluru untuk setiap sudut elevasi
yang berbeda

4. MANFAAT PERCOBAAN
1. Dapat memudahkan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar tentang
gerak parabola
2. Dapat menambah kreativitas dan referensi bagi mahasiswa dalam merancang
percobaan selanjutnya
3. Dapat digunakan untuk percobaan gerak parabola untuk praktikum Fisika
dasar.
4. Dapat Menyelidiki pengaruh besar sudut elevasi terhadap jarak tempuh dan
waktu tempuh .
5. Dapat menghitung besar kecepatan awal peluru untuk setiap sudut elevasi
yang berbeda.





4
BAB II
LANDASAN TEORI

Terapan yang menarik dari gerakan dalam dua dimensi adalah gerak
proyektil, yaitu sebuah benda yang diluncurkan ke udara dan kemudian dibiarkan
bergerak secara bebas. Gerakan proyektil dipersulit oleh hambatan udara, gerak
bumi, dan variasi percepatan karena gravitasi. Untuk mudahnya kita akan abaikan
kerumitan ini. Maka, proyektil kita anggap saja mempunyai percepatan konstan yang
berarah vertikal ke bawah dengan besar g = 9,81 m/s
2
= 32,2 ft/s
2
. Dalam gerakan
proyektil, komponen horizontal dan vertikal gerakan ini adalah saling bebas. Sebagai
contoh, perhatikan bola yang dilempar dari kereta yang sedang bergerak secara
horizontal dengan kecepatan konstan. Jika bola dilempar lurus ke atas relatif
terhadap terhadap kereta, maka bola bergerak ke titik yang paling tinggi, yang
bergantung pada kecepatan vertikal awalnya, dan kemudian kembali. Gerak ini tak
ada sangkut pautnya dengan horizontal bola relatif terhadap tanah. Gerak ini adalah
gerak dengan kecepatan konstan, kecepatan kereta. Gerak ini tak punya sangkut paut
dengan gerak vertikal bola. Relatif terhadap tanah, bola mengikuti jejak parabola.
Yang merupakan karakteristik gerak proyektil.







Perhatikan sebuah partikel yang diluncurkan dengan suatu kecepatan awal
yang mempunyai komponen vertikal dan horizontal relatif terhadap titik asal yang
tetap. Jika kita ambil sumbu vertikal y dengan arah positif ke atas dan sumbu
V
0y
V
0x
V
0
x
y
x
5
horizontal x dengan arah positif searah komponen horizontal awal kecepatan
proyektil, maka kecepatan proyektil :
a
y = -
g
dan
a
x =
0
Misalkan kita luncurkan sebuah proyektil dari titik asal dengan kelajuan awal v
0
dengan sudut

terhadap sumbu horizontal (gambar a). Jadi, kecepatan awal
mempunyai komponen
v
0x
= v
0
cos
v
0x
= v
0
sin

Karena tidak ada percepatan horizontal, komponen x kecepatan adalah konstan:

x x
v v
0
=



Komponen y berubah dengan waktu sesuai dengan
gt v v
y y
=
0

Komponen perpindahan proyektil adalah
t v x
x 0
= A

2
0
2
1
gt v y
y
= A
Gerakan proyektil
Gerakan proyektil
6
Persamaan umum untuk lintasan y(x) dapat diperoleh dari persamaan di atas
dengan mengeliminasi variable t antara kedua persamaan ini. Dengan memilih x
0
=
y
0
= 0 dan dengan menggunakan t = x/v
0x
pada y. kita dapat :
y = v
0y
(x/v
0x
) (x/v
0x
)
atau
y = (v
0y/
v
0x
)x (g/v
2
0x
)x
2
persamaan ini berbentuk y = ax + bx
2
, yang merupakan persamaan parabola yang
melalui titik asal. Gambar berikut (gambar b) menunjukkan lintasan sebuah proyektil
dengan vector kecepatan dan komponen- komponennya yang ditunjukkan pada
beberapa titik.









Gambar. b.
Lintasan sebuah proyek dengan vector dengan vector kecepatan dan
komponen- komponen tegaknya ditunjukkan pada beberapa titik. Jarak horizontal
yang ditempuh adalah jangkauan R.
Untuk kasus istimewa dimana ketinggian awal dan akhir sama, kita dapat
menurunkan rumus umum untuk jangkauan proyektil dinyatakan dalam kelajuan
awal dan sudut lemparan. Waktu yang dibutuhkan proyektil untuk mencapai
ketinggian maksimumnya didapat dengan mengambil komponen vertikal
kecepatannya sama dengan nol :
v
y
= -gt = 0
V




V


V
0y
j
V
0y
i
V
0

V
0y
j
V


V
y
j
V
y
i
V
y
i
V
y
j
R


y


x



j


i


7
atau
t = v
0y
/g
Maka, jangkauan R adalah jarak yang ditempuh dalam dua kali waktu ini :
R = ( ) g v v
y x
/ 2
0 0
= g v v
y x
/ ) 2 (
0 0


0 = = gt v
y

Atau

g
v
y
t
0
=
Maka, jangkauan R adalah jarak yang ditempuh dalam dua kali waktu ini :

g
v v
g
v
v R
y x y
x
0 0 0
0
2
2 =
(

=
Rumus ini dapat disederhanakan lebih lanjut dengan menggunakan kesamaan
trigonometri untuk sinus dua kali sudut :
u u u cos sin 2 2 sin =
Karena itu didapatkan
u 2 sin
2
0
g
v
R=
Karena nilai maksimum u 2 sin adalah 1 ketika
o
90 2 = u atau
o
45 = u , jankauan
maksimum sama dengan
g
v
2
0
ketika
o
45 = u .
Persamaan jarak diatas berguna untuk soal proyektil bila ketinggiaan awal
dan akhir sama. Yang lebih penting dari persamaan ini dapat kita dapat mempelajari
tentang kebergantungan jangkauan pada sudut lemparan awal, sebagai contoh bahwa
jangkaun adalah maksimum jika sudut lemparan adalah 45
o
.
Kita lihat bahwa jarak horizontal yang ditempuh adalah hasil kali komponen
horizontal kecepatan awal
x
v
0
dengan proyektil berada di udara, yang selanjutnya
akan sebanding dengan
y
v
0
. Jangkauan maksimum terjadi bila horizontal dan
vertikal sama, yang berarti bahwa sudut lemparan adalah 45
o
. Dalam beberapa
8
terapan praktis, pertimbangan lain juga penting. Sabgai contoh, pada tolak peluru,
ketinggian awal dan akhir tidak sama karena karena bola dilemparkan dari ketinggian
sekita 2 m dari tanah., dimana bola mendarat. Ketinggian awal ekstra bertambah
waktu peluru berada di udara. Dalam hal ini jangkauan adalah maksimum ketika
x
v
0

lebih besar sedikit daripada
y
v
0
, artinya bila sidut lemparan agak lebih kecil dari 45
o
.
Gambar berikut menunjukkan studi tentang hasil terbaik pelemparan peluru
menunjukkan bahwa jangkauan maksimum terjadiu dengan sudut lemparan sekitaar
42
o
. Dengan peluru arteleri, hambatan udara harus ikut diperhitungkan untuk
memperkirakanjangkauan secara tepat. Hambatan udara mengurangi jangkauan
untuk suatu sudut lemparan tertentu. Hambatan ini menurunkansudut lemparan
optimum.









Menurut analisis kita tentang gerakan proyektil,sebuah benda yang dijatuhkan
dari ketinggian h diatas tanah akan menumbuk tanah dalam waktu yang sama seperti
benda yang dilemparkan secara horizontal dari ketinggian yang sama. Dalam tiap
kasus, jarak tiap jatuh benda diberikan oleh gt y 2 / 1 =
2
(dengan mengukur y ke
bawah dari ketinggian awal). Kenyataan yang luar biasa ini dapat ditunjukkan
dengan mudah . Hal ini pertama kali diulas selama zaman kebangunan kembali oleh
Renaisance Gaalileo Galilei (1564-1642), orang pertama yang memberikan
gambaran gerakan proyektil secara modern dan kuantitatif seperti yang telah kita
bahas.
Lintasan 45
o
Ketinggian awal

Lintasan parabola
yang lebih data

Jika ketinggian awal
dan akhir sama,
lintasan 45
o
akanmempunyai
jangkauan yang lebih
besar
Ketinggian akhir

9
BAB III
METODE EKSPERIMEN
1. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel Manipulasi : sudut elevasi
Varibel Respon : Jarak Tempuh, Kecepatan Awal
Variabel Kontrol : Massa Peluru, Konstanta Pegas, Percepatan gravitasi
Bumi
2. ALAT DAN BAHAN
- Papan dudukan
- Busur penyangga
- Penarik pegas
- Pegas
- Peluru
- Sekrup
- Mistar 100 cm
3. PROSEDUR PEMBUATAN ALAT DAN DESAIN EKSPERIMEN
a) Prosedur Pembuatan Alat
Alat dan Bahan
- Papan ukuran 35 x 10 cm 2 lembar
- Engsel kecil 2 buah
- Papan Lingkaran 1 buah
- Besi pengait 3 buah
- Sekrup 2 buah
- Gergaji 1 buah
- Amplas 2 lembar
- Spoit kecil 1 buah
- Pegas 1 buah
- Peluru 1 buah
10
Prosedur Pembuatan
- Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Meratakan dan menghaluskan papan yang akan digunakan
- Memasang engsel pada salah satu ujung papan sehingga papan
saling bertindisan dan dapat terlipat
- Membuat lubang melengkung pada bagian dalam papan busur
sepanjang busur yang besarnya sama dengan sekrup pengait busur
yang terpasang pada sisi papan dudukan.
- Membuat skala pada papan busur dengan skala 0 90
o
.
- Memasang busur pada bagian sisi papan dan menyesuaikan antara
lubang busur dengan sekrup pengait busur sehingga papan dapat
digerakkan naik turun sesuai besarnya sudut yang diinginkan.
- Memasang besi pengait pada bagian atas papan untuk mengikat spoit.
- Memasukkan pegas ke dalam spoit dan membuat lubang peniti pada
pertengahan spoit untuk menahan pegas pada saat diorong sampai
maksimum pendeknya.

b) Desain eksperimen











11
4. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memasang alat dan bahan sesuai dengan desain eksperimen..
3. Memasang pelontar peluru pada papan dudukan.
4. Menekan pegas masuk hingga maksimum dan memasang peniti sebagai
penahan pegas. Selanjutnya memasukkan peluru pada pelontar tersebut.
5. Mengatur besar sudut elevasi pada busur penyangga dengan posisi 25
o.

6. Melepaskan peniti penahan pegas dan bersamaan dengan itu mengukur
waktu dengan stopwatch hingga peluru sampai di lantai.
7. Mengukur jarak yang ditempuh peluru.
8. Mengulangi langkah ke 4 sampai 7 dengan besar sudut yang berbeda.
9. Mencatat semua data pengukuran pada tabel hasil pengukuran.
No Sudut (u )
(
o
)
Xh (m)
1 25
2 30
3 35
4 40
5 45
6 50
7 55
8 60
9 65
10 70





12
5. PRISIP KERJA ALAT
Dalam melakukan percobaan ini, untuk pengambilan data hendaknya
setiap sudut elevasi, pegas didiamkan untuk sementara sehingga kekuatan
pegasnya normal kembali, besar sudut yang digunakan sehingga alat dapat
bekerja maksimal adalah sudut 25- 70
O
. Dengan melepaskan peniti penahan
pegas maka peluru akan terlontar membentuk lintasan parabola. Bersamaan
dengan itu waktu dan jarak tempuh peluru dapat diukur.




















13
BAB IV
TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam percobaan ini ada 2 tekhnik analisis data yang dapat digunakan yaitu :
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah menganalisis data hasil percobaan dengan
membandingkan data hasil percobaan dengan teori yang terkait dengan konsep
percobaan. Dalam hal ini akan dibandingkan pengaruh besar sudut elevasi
terhadap jarak dan waktu yang dibutuhkan oleh peluru dalam menempuh
lintasan paraboliknya.
2. Analisis Kuantitatif
Analasis kuantitatif adalah menganalisis data hasil percobaan dengan
menghitung besarnya variabel yang tidak diperoleh dari pengukuran pada saat
dilakukan percobaan. Biasanya variabel yang dihitung tersebut adalah
variabel yang dipertanyakan berdasarkan rumusan masalah. Dalam hal ini
akan dihitung besarnya kecepatan awal peluru dan tinggi maksimum untuk
setiap sudut elevasi, dengan menggunakan persamaan :
u 2 sin
0
g x
v
h
=
Dimana :
0
v = kecepatan awal peluru (m/s)

h
x = jarak terjauh (m)
g = perceptan gravitasi bumi (m/s
2
)
u = sudut elevasi (
o
)







14
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan
No u (
o
) Xh (m)
1 25 2,76
2 30 3,20
3 35 3,30
4 40 3,50
5 45 3,60
6 50 3,20
7 55 3,02
8 60 2,76
9 65 2,50
10 70 1,84

2. ANALISA HASIL PENGAMATAN
Analisis Perhitungan
Menghitung besarnya kecepatan awal peluru :
u 2 sin
0
g x
v
h
=
1.
) 25 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 76 , 2 (
0
= v

766 , 0
048 , 27
0
= v
31 , 35
0
= v
942 , 5
0
= v m/s
2.
) 30 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 20 , 3 (
0
= v
866 , 0
36 , 31
0
= v
21 , 36
0
= v
018 , 6
0
= v m/s
15
3.
) 35 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 30 , 3 (
0
= v
939 , 0
34 ,. 32
0
= v
44 , 34
0
= v
87 , 5
0
= v m/s
4.
) 40 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 50 , 3 (
0
= v
984 , 0
30 , 34
0
= v
86 , 34
0
= v
90 , 5
0
= v m/s

5.
) 45 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 60 , 3 (
0
= v
1
28 , 35
0
= v
28 , 35
0
= v
94 , 5
0
= v m/s

6.
) 50 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 20 , 3 (
0
= v
985 , 0
36 , 31
0
= v
84 , 31
0
= v
64 , 5
0
= v m/s
7.
) 55 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 02 , 3 (
0
= v
939 , 0
59 , 29
0
= v
52 , 31
0
= v
61 , 5
0
= v m/s
8.
) 60 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 76 , 2 (
0
= v
866 , 0
05 , 27
0
= v
24 , 31
0
= v
59 , 5
0
= v m/s

9.
) 65 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 50 , 2 (
0
= v
766 , 0
50 , 24
0
= v
98 , 31
0
= v
66 , 5
0
= v m/s

10.
) 70 ( 2 sin
) 8 , 9 )( 84 , 1 (
0
= v
643 , 0
03 , 18
0
= v
04 , 28
0
= v
29 , 5
0
= v m/s
16
Tabel Hasil Analisis Perhitungan
No Sudut (u )
(
o
)
Xh (m) u 2 sin

Vo (m/s)
1 25 2,76 0,766 5,94
2 30 3,20 0,866 6,02
3 35 3,30 0,939 5,87
4 40 3,50 0,985 5,90
5 45 3,60 1 5,94
6 50 3,20 0,985 5,64
7 55 3,02 0,939 5,61
8 60 2,76 0,866 5,59
9 65 2,50 0,766 5,66
10 70 1,84 0,643 5,29

10
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 o o o o o o o o o o
o
v v v v v v v v v v
v
+ + + + + + + + +
=
10
29 , 5 59 , 5 61 , 5 64 , 5 94 , 5 90 , 5 87 , 5 02 , 6 96 , 5 + + + + + + + +
=
s m/ 746 , 5
10
46 , 57
=
=









17
Analisis Kesalahan

Kesalahan Mutlak

|
(

|
(

| |
(

= x Nst Alat ukur


= x 0.1 cm

= 0.05 cm

= 0.0005 m
= 0.5
0

| |

| |

|
Kesalahan Relatif (KR)


Derajat Kebenaran


Dengan menggunakan penurunan rumus di atas maka diperoleh lah
1. Untuk v
0
= 5,94 m/s

|


| |

|
= 0.000151+0.459285714
=0.459437 m/s
KR = 7.74 %
DK = 92.27 %
2. Untuk v
0
= 6,02 m/s

|


| |

|
= 0.00014 +0.309789343
18
= 0.309929m/s
KR = 5.15 %
DK = 94.85 %

3. Untuk v
0
= 5,87 m/s

|


| |

|

= 0.000137+0.187912088
= 0.188049m/s
KR = 3.20 %
DK = 96,80 %

4. Untuk v
0
= 5,90 m/s

|


| |

|
= 0.000134+0.08886619
= 0.089m/s
KR = 1.51 %
DK = 98.49 %
5. Untuk v
0
= 5,94 m/s

|


| |

|
= 0.000132 m/s
KR = 0.002
DK = 1- KR
= 0.99998
6. Untuk v
0
= 5,64 m/s

|


| |

|

= 0.00014 +0.087525151
= 0.087665 m/s
KR = 1.55 %
DK = 98.45 %

7. Untuk v
0
= 5,61 m/s
19

|


| |

|

= 0.000144+0.187912088
= 0.188056m/s
KR = 3.35 %
DK = 96.65 %


8. Untuk v
0
= 5,59 m/s

|


| |

|
= 0.000151+0.309789343
= 0.30994 m/s
KR = 5.55 %
DK = 94,45 %

9. Untuk v
0
= 5,66 m/s

|


| |

|
= 0.000158 + 0.479850746
= 0.480009 m/s
KR = 8.48 %
DK = 91.52 %

10. Untuk v
0
= 5,29 m/s

|


| |

|

= 0.000182+0.745136187
= 0.745318m/s
KR = 14.09 %
DK = 85.91 %







20
Pelaporan Fisika (PF)
(























21
Analisis Grafik





Grafik hubungan antara sudut elevasi terhadap
terhadap jarak jangkauan peluru
y = 3,3394x + 0,2292
R
2
= 0,9708
y = 4,2695x - 0,8795
R
2
= 0,9527
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
X
h

(

m

)
Grafik hubungan antara sudut elevasi
terhadap waktu tempuh
y = 0,9628x - 0,0157
R
2
= 0,9859
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
t

(
s
)
Sin
Sin 2
Sin
2
u
22
3. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil pengamatan maka dapat diketahui bahwa dalam gerak
peluru (parabola) besar sudut elevasi sangat berpengaruh, hal ini ditunjukkan pada
tabel hasil pengamatan dimana terlihat pengaruh besar sudut elevasi terhadap jarak
jangkauan, pada sudut 25- 45
o
besar sudut elevasi berbanding lurus terhadap jarak
jangkauan peluru dimana besarnya jarak jangkauan peluru semakin bertambah
seiring semakin besarnya sudut elevasi dan pada sudut 45- 70
o
besarnya nilai sudut
dalm bentuk sinus semakin kecil, jarak jangkauan peluru semakin kecil seiring
semakin kecilnya nilai sudut elevasi . Hal ini merupakan karakteristik dari gerak
parabola,Jadi jarak terjauh pada sumbu horizontal yang ditempuh oleh peluru pada
saat besar sudut 45
o
sejauh 360 cm. Hasil tersebut sesuai dengan teori garak peluru
(parabola). Selain itu pada tabel hasil pengamatan terlihat pula pengaruh besar sudut
elevasi terhadap waktu tempuh peluru, dimana besar sudut elevasi berbanding lurus
terhadap waktu tempuh, artinya semakin besar sudut elevasi maka semakin besar
pula waktu yang dibutuhkan oleh peluru dalam menempuh lintasannya.
Berdasarkan analisis perhitungan data hasil pengamatan maka dapat
diperoleh besarnya kecepatan awal untuk setiap sudut elevasi berturut- turut 5,94
m/s, 6,02m/s, 5,87 m/s, 5,90 m/s, 5,94 m/s, 5,64 m/s, 5,61 m/s, 5,59 m/s, 5,66 m/s,
5,29 m/s. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kecepatan awal berbeda untuk setiap
sudut elevasi, sedangkan berdasarkan teori besarnya kecepatan awal adalah tetap.
Besarnya nilai yang diperoleh sedikit bervariasi, ini berarti dalam melakukan
percobaan ini terjadi ketidakpastian pada pengukuran dan pada pegas yang
digunakan. Dari perhitungan tersebut diperoleh pula besarnya tinggi maksimum yang
dicapai oleh peluru pada setiap sudut sudut elevasi yang berbeda, dalam hal ini
besarnya sudut elevasi berbanding lurus terhadap tinggi maksimum .
Berdasarkan analisis grafik maka dapat dengan mudah diketahui pengaruh
besar sudut elevasi terhadap jarak jangkauan dan waktu yang di bnutuhkan peluru
dalam menempuh lintasannya. Dari grafik hubungan besar sudut elevasi terhadap
jarak yang ditempuh peluru diketahui bahwa antara besar sudut elevasi dan jarak
23
tempuh peluru sebanding, terlihat dari hubungan linear pada grafik tersebut.
Besaranya nilai koefisien restitusi R = 0.97087 pada saat linear positif dan R =
0.9527 pada saat linear negatif. begitu pula pada grafik hubungan besar sudut elevasi
terhadap waktu terlihat hubungan linear dimana besarnya sudut elevasi sebanding
dengan waktu., besarnya koefisien restitusinya R = 0,9859.
























24
BAB VI
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1) Semakin besar sudut elevasi (u ) maka semakin besar pula jarak
jangkauan (Xh). Pada sudut 25- 45
o
besar sudut elevasi berbanding
lurus dengan jarak jangkauan ke arah positif. Dan berbanding lurus ke
arah negatif pada sudut 45- 70
o
.
2) Besar kecepatan awal peluru relatif sama untuk setiap sudut yang
berbeda.

2. SARAN
1. Diharapkan kepada setiap mahasiswa yang memprogramkan mata
kuliah Eksperimen Fisika 2 khususnya yang merancang percobaan gerak
parabola agar dapat lebih mengembangkan percobaan ini dengan
rancangan yang lebih menarik sehingga dapat lebih baik dan tentunya
diperoleh hasil yang sesuai dengan konsep yang ada.
2. Penulis menyarankan agar kiranya alat ini digunakan untuk percobaan
gerak parabola di laboratorium fisika dasar.











25
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli C. Douglas, 1998, FISIKA Jilid 1, Erlangga, Jakarta
Marcelo A & J. Finn Edwar, 1994, DASAR-DASAR FISIKA UNIVERSITAS
jilid 1, Erlangga, Jakarta

Tipler A. Paul, 1998, FISIKA UNTUK SAINS DAN TEKNIK, Erlangga,
Jakarta

Young & Hugh F, 2002, FISIKA UNIVERSITAS, Eralngga, Jakarta
26
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai