ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Pada praktikum gerak peluru (M6) ini akan mempelajari gerak benda
dalam satu dimensi dengan membahas terlebih dahuli gerak dua dimensi yang
kemudian akan beralih ke hal yang lebih khusus dengan hanya melibatkan satu
dimensi saja yang biasa ditinjau dari kecepatan, percepatan, dan perpindahan,
serta gerak vertikal murni dari benda jatuh yang mendapat percepatan karena
adanya gaya gravitasi. Dapat dilihat pula gerak yang lebih umum dari benda-
benda yang bergerak di udara dalam hal dua dimensi di permukaan bumi seperti
bola yang dipukul atau dilemparkan pada permainan baseball. Peluru yang
ditembakkan, bola yang ditendang dan para atlit lompat jauh yang melakukan
suatu lompat jauh. Peristiwa-peristiwa seperti diatas merupakan beberapa aplikasi
dari prinsip gerak peluru.
1.4 Tujuan
Tujuan dari praktikum gerak peluru (M6) ini adalah untuk mempelajari
gerak peluru dari suatu benda.
1.5 Manfaat
Manfaat dari percobaan gerak peluru (M6) ini ialah mahasiswa dapat
mempelajari dan memahami mengenai gerak peluru dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Laporan resmi ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang
mencakup latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat,
dan sistematika penulisan laporan resmi. Bab II berisi dasar teori dan uraian yang
mendukung percobaan gerak peluru ini. Bab III meliputi metodologi percobaan
yang menjelaskan mengenai peralatan dan bahan, langkah-langkah kerja, dan set
up alat. Bab IV berisi analisa data, perhitungan, grafik dan pembahasan mengenai
percobaan yang telah dilakukan. Bab V berisi kesimpulan dan saran dari apa yang
telah dikerjakan dalam laporan resmi ini. Pada bagian akhir disertakan daftar
pustaka yang berisi referensi dari jurnal dan buku yang digunakan.
4
BAB II
DASAR TEORI
Karena satu – satunya gaya yang bekerja terhadap peluru dalam suatu
kondisi yang diidealkan ini hanyalah beratnya sendiri, yang besar dan arahnya
dianggap konstan, maka geraknya diproyeksikan saja pada sepasang sumbu
koordinat tegak lurus. Sumbu yang horisontal kita sebut sumbu x dan yang
vertikal sumbu y, dan titik pangkal peluru mulai meluncur bebas. Maka komponen
x gaya terhadap peluru adalah nol dan komponen y ialah berat peluru itu sendiri,
-mg. Jadi, berdasarkan hukum Newton kedua :
Fy mg
Fx ay g
ax 0 m m
m
Gambar 2.1 Trayektori sebuah peluru dengan kecepatan awal vo dan sudut o
(http://www.mediabali.net/fisika_hypermedia/gerak_peluru.html)
Karena komponen kecepatan horisontal konstan, maka pada tiap saat t kita
dapatkan :
Vx = Vo Cos o ............................................................(2.5)
Vy = Vo Sin o – gt ......................................................(2.6)
7
V Vx V y
2 2
..............................................................(2.7)
Vy
Tan
V x ...................................................................(2.8)
X = Vo Cos 𝜃0 t ..........................................................(2.9)
Vo.Sino
t
g
...............................................................(2.11)
dimana t adalah waktu yang dibutuhkan peluru mencapai titik maksimum. Nilai t
diperoleh dari persamaan di atas dan dapat disubstitusikan pada persamaan X dan
Y sehingga diperoleh persamaan :
Vo 2 Sin 2
Y ..........................................................(2.13.)
2g
Dan nilai Y = Jarak vertikal maksimum yang dapat ditempuh peluru (Sears dan
Zemansky, 1982 hal 127-128).
Bukti dari suatu trayektori suatu gerak peluru berbentuk parabola dapat
dilihat dari persamaan:
g
Y = Tan o x – X ..........................(2.14)
2Vo 2 .Sin 2
Bentuk ini sesuai dengan persamaan Y = BX – AX2, dimana persamaan ini adalah
persamaan parabola yang terbuka ke bawah karena koefisien dari X2 bernilai
negatif (Resnick dan Halliday, 1986 hal 80)
Gerak lurus berubah tidak beraturan adalah gerak benda titik yang
membuat lintasaan garis lurus dengan percepatan tidak tetap, baik besar atau arah
atau juga kedua-duanya tidak tetap (Ganijanti Aby Sarojo,2002 hal 42).
Gerak melingkar beraturan adalah gerak sebuah benda atau titik yang
membuat lintasan berbentuk lingkaran yang jari-jarinya R dengan sifat bahwa
panjang busur yang ditempuh tiap satu satuan waktu tetap (Ganijanti Aby Sarojo,
2002 hal 37).
∑𝐹
𝑎= .........................................................................(2.15)
𝑚
9
BAB III
3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan pasa percobaan Gerak Peluru (M6) ini adalah
contact stop switch satu buah, digital stop clock satu buah, ballistic missile satu
buah, bola logam dan kabel penghubung dua pasang.
Cara kerja pada percobaan Gerak Peluru (M6) ini adalah pertama rangkaian
alat diatur seperti gambar 3.3. Kedua, diatur sudut elevasi ballistic missile (o).
Ketiga, peluru ditembakkan dengan jalan pelatuk tembak ditarik. Kempat, ketika
peluru ditembakkan, jarum stop clock mulai berjalan dan pada saat landasan
dikenai oleh peluru, saklar dimatikan. Dicatat waktu (t) dan jarak horizontal (s)
yang ditempuh peluru. Kelima, diulangi empat langkah sebelumnya sebanyak
lima kali. Keenam, percobaan pada lima langkah sebelumnya diulangi dengan V o
yang berbeda dengan jalan pelatuk penembak ditarik pada jarak yang berbeda.
Terakhir, percobaan pada langkah-langkah sebelumnya dilakukan dengan o yang
berbe
Stop clock
Ballistic missile
Switch on/off
BAB IV
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan nilai kecepatan awal 𝒗𝟎
Tabel 4.2.1.1 Nilai 𝒕̅ dan 𝒙
̅ Bola Kecil, sekat 2
θ=25° 𝑥̅
No Bola 𝑉0 =
𝑡̅ cos 𝜃
t (s) x (cm)
38,18
= 0,132 cos 25°
1 0,05 39,4
38,18
2 0,18 38,9 = (0,132)(0,906)
Bola
3 0,17 35,9 = 319,146 𝑐𝑚⁄𝑠
Kecil
4 0,15 42,4 = 3,19 𝑚⁄𝑠
5 0,11 34,3
𝑡̅= 0,132 𝑥̅ = 38,18
Jadi ̅̅̅
𝒗𝟎 pada bola sedang dengan sekat 2 adalah
2,25+2,17+2,00+2,02+1,40
= =1,97𝑚⁄𝑠
5
Sehingga didapat :
̅̅̅ ̅̅̅𝑏𝑜𝑙𝑎
𝑣0 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙+𝑣 0 ̅̅̅𝑏𝑜𝑙𝑎
𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔+𝑣 0 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 2,18+1,97+2,11
𝑣02 = = = 2,09 𝑚⁄𝑠
3 3
Jadi ̅̅̅
𝑣0 pada bola kecil dengan sekat 3 adalah =
2,87+2,98+2,91+2,81+3,53
=3,53𝑚⁄𝑠
5
Sehingga didapat :
̅̅̅ ̅̅̅𝑏𝑜𝑙𝑎
𝑣0 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙+𝑣 0 ̅̅̅𝑏𝑜𝑙𝑎
𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔+𝑣 0 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 3,02+2,92+2,87
𝑣03 = = = 2,94 𝑚⁄𝑠
3 3
Contoh perhitungan:
pada bola kecil dengan sekat 2
𝑦0 = 8 𝑐𝑚 = 0.08𝑚
𝑣02 = 2.09 𝑚/𝑠
𝜃 = 25
2
g = 9.8 𝑚⁄𝑠
𝑣02 2 . sin2 𝜃
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑦0 +
2𝑔
(2.09)2 sin2 25°
= 0.08 + 2(9.8)
= 0.12 𝑚
Dengan perhitungan yang sama, maka didapat data sebagai berikut:
Tabel 4.2.2.1 Perhitungan Nilai 𝒚𝒎𝒂𝒌𝒔 dengan 𝒗𝟎𝟐 pada sekat 2, Bola Kecil
𝑣02 𝑣02 2 2g 𝑦0 𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠
Sudut sin 𝜃 2
sin 𝜃
No Bola 2
(θ) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠 ) (m) (m)
1 25° 0.423 0.179 2.09 4.368 19.6 0.08 0.120
2 35° 0.574 0.329 2.09 4.368 19.6 0.081 0.154
Bola
3 45° 0.707 0.500 2.09 4.368 19.6 0.082 0.193
Kecil
4 55° 0.819 0.671 2.09 4.368 19.6 0.082 0.231
5 65° 0.906 0.821 2.09 4.368 19.6 0.08 0.263
23
Tabel 4.2.2.2 Perhitungan Nilai 𝐲𝐦𝐚𝐤𝐬 dengan 𝐯𝟎𝟐 pada sekat 2, Bola Sedang
𝑣02 𝑣02 2 2g 𝑦0 𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠
Sudut sin 𝜃 2
sin 𝜃
No Bola 2
(θ) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠 ) (m) (m)
1 25° 0.423 0.179 2.09 4.368 19.6 0.085 0.125
2 35° 0.574 0.329 2.09 4.368 19.6 0.087 0.160
Bola
3 45° 0.707 0.500 2.09 4.368 19.6 0.09 0.201
Sedang
4 55° 0.819 0.671 2.09 4.368 19.6 0.086 0.235
5 65° 0.906 0.821 2.09 4.368 19.6 0.084 0.267
Tabel 4.2.2.3 Perhitungan Nilai 𝐲𝐦𝐚𝐤𝐬 dengan 𝐯𝟎𝟐 pada sekat 2, Bola Besar
𝑣02 𝑣02 2 2g
𝑦0 𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠𝑆
N Sudut sin 𝜃 sin2 𝜃 ( ( (
Bola
o (θ) 2
(m) (m)
𝑚⁄𝑠) 𝑚⁄𝑠) 𝑚⁄𝑠 )
0,42
1 25° 3 0,179 2,09 4,368 19,6 0,09 0,130
0,57 0,09
2 35° 4 0,329 2,09 4,368 19,6 3 0,166
Bola
0,70 0,09
Besa
3 45° 7 0,500 2,09 4,368 19,6 5 0,206
r
0,81 0,09
4 55° 9 0,671 2,09 4,368 19,6 4 0,243
0,90 0,09
5 65° 6 0,821 2,09 4,368 19,6 2 0,275
Tabel 4.2.2.4 Perhitungan Nilai 𝐲𝐦𝐚𝐤𝐬 dengan 𝐯𝟎𝟑 pada sekat 3, Bola Kecil
𝑣03 𝑣02 2 2g 𝑦0 𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠
Sudut sin 𝜃 2
sin 𝜃
No Bola 2
(θ) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠 ) (m) (m)
1 25° 0,423 0,179 2,94 8,644 19,6 0,08 0,159
2 35° 0,574 0,329 2,94 8,644 19,6 0,081 0,226
Bola
3 45° 0,707 0,500 2,94 8,644 19,6 0,082 0,302
Kecil
4 55° 0,819 0,671 2,94 8,644 19,6 0,082 0,378
5 65° 0,906 0,821 2,94 8,644 19,6 0,08 0,442
Tabel 4.2.2.5 Perhitungan Nilai 𝐲𝐦𝐚𝐤𝐬 dengan 𝐯𝟎𝟑 pada sekat 3, Bola Sedang
𝑣03 𝑣02 2 2g 𝑦0 𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠
Sudut sin 𝜃 sin 𝜃 2
No Bola 2
(θ) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠 ) (m) (m)
1 Bola 25° 0,423 0,179 2,94 8,644 19,6 0,085 0,164
24
Tabel 4.2.2.6 Perhitungan Nilai 𝐲𝐦𝐚𝐤𝐬 dengan 𝐯𝟎𝟑 pada sekat 3, Bola Besar
𝑣0 𝑣02 2 2g 𝑦0 𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠
Sudut sin 𝜃 2
sin 𝜃
No Bola 2
(θ) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠) (𝑚⁄𝑠 ) (m) (m)
1 25° 0,423 0,179 2,94 8,644 19,6 0,09 0,169
2 35° 0,574 0,329 2,94 8,644 19,6 0,093 0,238
Bola
3 45° 0,707 0,500 2,94 8,644 19,6 0,095 0,315
Besar
4 55° 0,819 0,671 2,94 8,644 19,6 0,094 0,390
5 65° 0,906 0,821 2,94 8,644 19,6 0,092 0,454
Dengan 𝑣03 :
0,159+0,164+0,169
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 pada sudut 25° =
̅̅̅̅̅̅̅̅ = 0,164 𝑚
3
0,226+0,232+0,238
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 pada sudut 35° =
̅̅̅̅̅̅̅̅ = 0,232 𝑚
3
0,302+0,310+0,315
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 pada sudut 45° =
̅̅̅̅̅̅̅̅ = 0,309 𝑚
3
0,378+0,382+0,390
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 pada sudut 55° =
̅̅̅̅̅̅̅̅ = 0,383 𝑚
3
0,442+0,446+0,454
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 pada sudut 65° =
̅̅̅̅̅̅̅̅ = 0,447 m
3
25
4.3 Grafik
Berdasarkan data yang diperoleh dalam perhitungan, maka didapat grafik
sebagai berikut:
0.3
0.25
0.2
y maks (m)
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Sudut (θ)
Gambar 4.3.1 Hubungan antara Sudut (θ) dan 𝒚𝒎𝒂𝒌𝒔 dengan sekat 2
0.500
0.450
0.400
0.350
0.300
y mak (m)
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
0 10 20 30 40 50 60 70
Sudut (θ)
Gambar 4.3.2 Hubungan antara Sudut (θ) dan 𝒚𝒎𝒂𝒌𝒔 dengan sekat 3
26
𝑣0 (𝑚⁄𝑠)
̅̅̅
2.15
2.1
2.05
2
1.95
1.9
1.85
1.8
1.75
0 20 40 60 80
Sudut (θ)
3.2
3.1
2.9
2.8
2.7
2.6
0 20 40 60 80
sudut ()
50
45
40
jarak tempuh
35
30
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70
sudut (θ)
100
jarak tempuh
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70
sudut (θ)
4.4 Pembahasan
Cara kerja pada percobaan Gerak Peluru (M6) ini adalah pertama
rangkaian alat diatur seperti gambar 3.1. Kedua, diatur sudut elevasi ballistic
missile (o). Ketiga, peluru ditembakkan dengan jalan pelatuk tembak ditarik.
Kempat, ketika peluru ditembakkan, jarum stop clock mulai berjalan dan pada
saat landasan dikenai oleh peluru, saklar dimatikan. Dicatat waktu (t) dan jarak
horizontal (x) yang ditempuh peluru. Kelima, diulangi empat langkah sebelumnya
sebanyak lima kali dan diulang dengan bola yang berbeda. Keenam, percobaan
pada lima langkah sebelumnya diulangi dengan vo yang berbeda dengan jalan
pelatuk penembak ditarik pada jarak yang berbeda. Terakhir, percobaan pada
langkah-langkah sebelumnya dilakukan dengan yang berbeda. Data yang
didapat berupa nilai jarak (x) dan waktu (t). Kemudian dari data tersebut dihitung
nilai 𝑣0 pada sekat 2 dan 3 sehingga didapat 𝑣02 sebesar 2,09 𝑚/𝑠 dan 𝑣03
sebesar 2,94 𝑚/𝑠, serta dihitung pula nilai 𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 saat peluru ditembakkan
dengan 𝑣02 dan 𝑣03 sehingga didapat 𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 dengan 𝑣02 pada sudut 25 sebesar
0,125m, pada sudut 35 sebesar 0,160m, pada sudut 45 sebesar 0,200m, pada
sudut 55 sebesar 0,236m dan pada sudut 65 sebesar 0,268m. Sedangkan nilai
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 saat peluru ditembakkan dengan 𝑣03 pada sudut 25 sebesar 0,164m, pada
sudut 35 sebesar 0,232m, pada sudut 45 sebesar 0,309m, pada sudut 55 sebesar
0,383m dan pada sudut 65 sebesar 0,447m.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya 𝑣0 dan 𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 pada gerak
peluru adalah kecepatan awal ( Vo ), sudut yang dibentuk ( o ), besarnya percepatan
dalam hal ini adalah percepatan gravitasi ( g ). Pada grafik 4.3.1 dan 4.3.2 dijelaskan
bahwa semakin besar sudut (𝜃) yang digunakan maka nilai 𝒚𝒎𝒂𝒌𝒔 yang didapat
akan semakin besar,begitu juga sebaliknya semakin kecil sudut yang digunakan
maka nilai 𝒚𝒎𝒂𝒌𝒔 yang didapat juga akan semakin kecil. Kemudian pada grafik
4.3.3 dan 4.3.4 diketahui bahwa semakin tinggi nilai sudut (θ) maka nilai 𝑣0 yang
didapat akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya jika semakin rendah nila sudut
(θ) maka nilai yang didapat untuk 𝑣0 akan semakin tinggi. Sedangkan pada grafik
4.3.5 dan 4.3.6 dapat diketahui bahwa jarak tempuh terjauh pada proyektil adalah
pada sudut 45, hal ini dikarenakan gerak lintas parabola mendarat di landasan
yang datar.
29
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Resnick, R. and Halliday, D. 1986. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Sarojo, Ganijaty Aby. 2002. Fisika Dasar Mekanika. Jakarta: Salemba Teknika
http://www.mediabali.net/fisika_hypermedia/gerak_peluru.html