Anda di halaman 1dari 3

A.

Konsep Iman, Islam dan Ikhsan

‫ل ِع ْن ُدَ جل ْوسُ نَحْ نُ بَ ْي َن َما‬ ُِ ‫للاِ َرس ْو‬ ُ ‫صلَّى‬ َ ُ‫سلَّم َعلَ ْي ُِه للا‬ َ ‫طلَ َُع ْْ ِإذ يَ ْومُ ذَاتَُ َو‬ َ ‫ش ِديْدُ َرجلُ َعلَ ْينَا‬ َ ‫اض‬ ُ ِ َ‫ب بَي‬ ُِ ‫ش ِديْدُ الثِِّيَا‬ َ ‫س َوا ُِد‬ َ ‫ش ْع ُِر‬ َّ ‫ال‬, َ‫ل‬ ُ
َ َ
‫سف ُِر أثرُ َعل ْي ُِه ي َرى‬ َ َ َّ ‫ل ال‬َ َّ
ُ ‫أ َحدُ ِمنا يَ ْع ِرفهُ َو‬, ‫س َحتى‬ َ َّ َ
َُ ‫ي ِ إِلى َجل‬ َ َّ َّ
ُِّ ِ‫سلم َعل ْي ُِه للاُ لى َْص النب‬ َ َّ َ ‫و‬, َ َ ْ
َ َ‫كبَت ْي ُِهْر إِلى ركبَت ْي ُِه فأ ْسنَ ُد‬, ‫ض َُع‬ َ َ ْ َ ‫َك َّف ْي ُِه َو َو‬
‫فَ ِخذَ ْي ُِه َعلَى‬, ‫ل َُو‬ َُ ‫ قَا‬: ‫ي م َح َّمدُ يَا‬ ُْ ِ‫ن أ ْخ ِب ْرن‬ َ ُِ ‫اإل ْسالَ ُِم َع‬, ِ ‫ل‬ َُ ‫صلى ِْللا َرس ْولُ فَقَا‬ َّ َ ُ‫سلم َعلَ ْي ُِه للا‬ َّ َ ‫ َو‬: ُ‫ن ا َ ِإل ْسالَم‬ َ
ُْ ‫ن ت َ ْش َه ُدَ أ‬ َ
ُْ ‫لَّ لَ ُهَ لَُِإ أ‬ ُ ‫َُو للاُ ِإ‬
َُ ‫للاِ َرس ْولُ م َح َّمدًا أ‬
َّ‫ن‬ َ
ُ , ُ‫صال ُة َوت ِقيْم‬ َ َّ ‫ال‬, ‫ي‬ َ َّ
َُ ِ‫الزكَا ُة َوتؤْ ت‬, ‫َْر َمض َوت َص ْو َُم‬ َ َُ‫ان‬, ‫ج‬ َُّ ‫ن البَيْتَُ َوتَح‬ ْ َ َ
ُِ ِ‫ال إِل ْي ُِه ا ْستط ْعتَُ إ‬ َ ً ُ ‫سبِ ْي‬
َ .‫ل‬ َُ ‫ قا‬: ُ‫صدَُْقت‬
َ َ .
‫ص ِدِّقهُ يَ ْسئَلهُ لَهُ فَعَ ِج ْبنَا‬ َ ‫وي‬. َ ُ
‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ : ُ
‫ي‬ ْ ‫ن‬
ِ ‫ر‬
ْ ‫ب‬
ِ ْ
‫خ‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ ُ
‫ن‬
ِ ِ ِ‫ع‬
َ ُ
‫ان‬ ‫م‬ َ ‫ي‬
ْ ‫اإل‬, ُ
‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ : ‫ن‬َ ‫أ‬ ْ ْ ِ ُ
‫لل‬ ‫ا‬‫ب‬
ِ , ُ
‫ه‬
ِ ‫ت‬
ِ َ
‫ك‬ ‫ئ‬
ِ َ ‫ال‬ ‫م‬
َ ‫و‬,
َ ُ
‫ه‬
ِ ‫ب‬
ِ ‫ت‬‫ك‬ ‫و‬,
َ ُ
‫ه‬
ِ ‫ل‬
ِ ‫س‬ ‫ر‬ ‫و‬,َ ُ
‫م‬ ِ ‫و‬ْ ‫ي‬
َ ْ
‫ال‬ ‫و‬
َ ُ
‫ر‬ِ ‫اآلخ‬,
ِ ُ
‫و‬َ َُ‫ن‬ ‫م‬ِ ْ‫ؤ‬‫ت‬ ُ
‫ْر‬
ِ ‫بِ ْالقَد‬
‫ش ِ َِّرُِه َُو َخي ِْرُِه‬. ‫ل‬ َُ ‫ قَا‬: َُ‫صدَ ْقت‬ َ .‫ل‬ َُ ‫ قَا‬: ‫ي‬ ُْ ‫ن فَأ َ ْخ ِب ْر ِن‬ ُِ ‫ان َع‬ ُِ ‫س‬ َ ْ‫اإلح‬, ِ ‫ل‬ َُ ‫ قَا‬: ‫ن‬ ُْ َ ‫للاَ ُت َ ْعب ُدَ أ‬ ُ َُ‫ن ت ََراهُ َكأَنَّك‬ ُْ ِ ‫ن لَ ُْم فَإ‬ ُْ ‫ َي َراكَُ ِإنَّهُ َْف ت ََراهُ ت َك‬.

Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-
tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya
amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di
antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan
kepadaku tentang Islam.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah,
engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan
sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa
di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu
melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula
yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya;
para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia
berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia
melihatmu.” (H.R. Muslim no. 8)1

TAKHRIJ HADITS

Hadits ini secara lengkap diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 8, dan diriwayatkan juga
oleh Imam Ahmad (I/27,28,51,52), Abu Dawud (no. 4695), at Tirmidzi (no.2610), an Nasaa-i
(VIII/97), Ibnu Majah (no. 63), Ibnu Mandah dalam al Iman (1,14), ath Thoyalisi (no. 21)2

Hadits ini mempunyai syawahid (penguat) dari lima orang sahabat. Mereka disebutkan oleh al
HafizhُIbnuُHajarُalُ‘Asqalani dalam Fathul Baari (I/115-116), yaitu :

1. Abu Dzar al Ghifari (HR Abu Dawud dan Nasaa-i).


2. Ibnuُ‘Umarُ(HRُAhmad,ُThabrani,ُAbuُNu’aim).

1. Definisi Islam

1
Abu Zakariyya Muhyuddin an-Nawawi dkk, Syarah Arba’in Nawawi, Terj. Ahmad Syaikhu (Jakarta: Darul Haq,
2019), hlm. 31-32
2
Ibid., hlm. 32-33
Secara etimologi, Islam berarti tunduk dan menyerah sepenuhnya kepada Allah Azza wa
Jalla. Adapun secara terminology, disebutkan :

َ ‫ااإلن ِقيا َ ُد لَهُ بِال َّطا‬


‫ع ِة َوال َب َرا َءة‬ ِ ‫ِرك َوأَه ِله‬
ِ ‫ ا َ ِإلستِسالَ ُم هللِ بِالتَوحَي ِد َو‬:‫ُُاإل سال ُم‬ ِ ‫ِمنَ الش‬

“Islam adalah patuh dan tunduk kepada Allah dengan cara mentauhidkan, mentaati dan
membebaskan diri dari kemusyrikan dan ahli syirik.”3

2. Definisi Iman

Iman adalah at tashdiq, yaitu pengakuan dan pembenaran. RasulullahُShallallahuُ‘alaihiُ


wa sallam mendefinisikan iman dalam hadits ini sebagai keyakinan yang ada dalam batin. Dan
Ahlus Sunnah berkeyakinan, iman adalah perkataan, perbuatan, dan niat (kehendak hati). Dan
sesungguhnya, amal perbuatan termasuk ke dalam nama iman.4

• Islam dan Iman.

Melalui penjelasan di atas, maka kita pahami, Iman dan Islam adalah dua hal yang
berbeda, baik secara etimologi maupun secara terminologi. Pada dasarnya, jika berbeda nama,
tentu berbeda makna. Meskipun demikian, tidak jarang dipergunakan dengan arti yang sama,
yaitu Islam berarti Iman, dan sebaliknya. Keduanya saling melengkapi. Iman menjadi sia-sia
tanpa Islam, dan demikian juga sebaliknya.5

Apabila nama keduanya dipisah, maka yang lain masuk ke dalam (pengertian)nya, dan
menunjukkan pada apa yang ditunjukkan oleh yang lain ketika berdiri sendiri. Apabila keduanya
digabungkan, maka salah satunya menunjukkan kepada sesuatu bila berdiri sendiri. Jika dalam
satu nash dihubungkan antara Iman dan Islam, maka masing-masing mempunyai pengertian yang
berbeda. Sehingga definisi iman adalah, pembenaran hati disertai penetapan dan
pengetahuannya. Dan pengertian Islam ialah berserah diri kepada Allah, tunduk dan patuh
kepadaNya dengan amal perbuatan.6

3. Definisi Ihsan.

Ihsan adalah ikhlas dan penuh perhatian. Artinya, sepenuhnya ikhlas untuk beribadah
hanya kepada Allah dengan penuh perhatian, sehingga seolah-olah engkau melihatNya. Jika
engkau tidak mampu seperti itu, maka ingatlah bahwa Allah senantiasa melihatmu dan
mengetahui apapun yang ada pada dirimu.

SabdaُRasulullahُketikaُbeliauُShallallahuُ‘alaihiُwaُsallamُmendefinisikanُkataُihsanُ
“engkauُmenyembahُAllahُseolah-olah melihatNyaُdanُseterusnya”ُmengisyaratkan,ُbahwaُ
seorang hamba menyembah Allah dalam keadaan seperti itu. Berarti, ia merasakan kedekatan

3
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syarh Ushulus Tsalasah (Jeddah: Daar Tsuroyya lin Nasyri) hlm. 68-69.
4
Abu Zakariyya Muhyuddin an-Nawawi dkk, op. cit. hlm 54-59.
5
Ibid.
6
Ibid.
Allah dan ia berada di depan Allah seolah-olah melihatNya. Hal ini menimbulkan rasa takut,
segan dan mengagungkan Allah, sepertiُdalamُriwayatُAbuُHurairah:ُ“Hendaknyaُengkauُtakutُ
kepada Allah seolah-olahُengkauُmelihatNya”.7

7
Ibid., hlm. 59-60.

Anda mungkin juga menyukai