Anda di halaman 1dari 17

A.

PENDAHULUAN

Seluruh benda kita anggap diwakili oleh pusat massanya dan setiap titik dari benda kita
anggap memiliki kecepatan, percepatan dan mengalami gaya. Secara umum, hal itu tentu saja
tidak benar, jika dalam sebuah benda mengalami gaya yang berbeda, maka gerak akan lebih
kompleks dari sekedar gera translasi . Benda juga dapat bergerak melingkar sekaligus
bertranslasi (bergeser).

Suatu benda dapat bergerak rotasi jika terdapat torsi atau momen gaya. Momen gaya
(torsi) adalah gaya yang memiliki jarak terhadap pusat rotasi (pusat massa) benda. Rotasi benda
tegar sangat penting untuk dipelajari sebab pada kenyataannya kita tidak bisa selalu
menganggap benda sebagai benda titik. Contoh aplikasi dari rotasi benda tegar adalah anilisis
gerak robot, rekayasa mesin, rancang bangun komidi putar.

Pada gerak rotasi, besaran yang analog dengan momentum pada gerak translasi adalah
momentum sudut. Besar momentum sudut yang dimiliki oleh benda yang berotasi bergantung
pada momen inersia dam kecepatan sudut yang dimiliki benda. Momentum sudut adalah hasil
kali momen inersia dengan kecepatan sudut.
Momen kopel adalah momen terhadap benda tegar yang dapat menyebabkan benda tegar
tersebut bergerak rotasi tetapi tidak dapat menyebabkan benda tegar  tersebut bergerak tranlasi.
Momen kopel ditimbulkan oleh sepasang gaya pada suatu benda besarnya slalu sama pada semua
titik.

B. TUJUAN
Setelah mempelajari materi pada makalah ini, diharapkan pembacaa mampu
menganalisis, menginterpretasikan, dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan konsep
torsi, momentum sudut, momen inersia dalam cakupan hukum Newton, serta dapat
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

                                 

1
C. PEMBAHASAN

1. BESARAN – BESARAN FISIS PADA GERAK ROTASI

I. MOMEN GAYA (TORSI)

Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja
pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Anda telah mengetahui
bahwa gaya akan menyebabkan terjadinya perubahan gerak benda secara linear. Apabila Anda
ingin membuat sebuah benda berotasi, Anda harus memberikan momen gaya pada benda
tersebut.

Gambar 1. Momen gaya

Sebuah batang dikenai gaya sebesar F yang tegak lurus terhadap batang dan berjarak r terhadap
titik tumpu O. Batang tersebut memiliki momen gaya τ =r×F. Gaya yang Anda berikan pada
pegangan pintu, tegak lurus terhadap daun pintu sehingga pintu dapat bergerak membuka dengan
cara berputar pada engselnya. Gaya yang menyebabkan benda dapat berputar menurut sumbu
putarnya inilah yang dinamakan momen gaya. Definisi momen gaya secara matematis dituliskan
sebagai berikut :
τ =r × F … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(1)
dengan:
r = lengan gaya = jarak sumbu rotasi ke titik tangkap gaya (m),
F = gaya yang bekerja pada benda (N), dan
τ = momen gaya (Nm).

2
Gambar 2. Momen gaya yang ditimbulkan oleh gaya
yang membentuk sudut θ terhadap benda (lengan gaya = r).

Perhatikan gambar 2.
Apabila gaya F yang bekerja pada benda membentuk sudut tertentu dengan lengan gayanya (r),
Persamaan (1) akan berubah menjadi :
τ = rF sinθ   ………………………………………….. (2)
 
Dari Persamaan (2) tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa gaya yang menyebabkan
timbulnya momen gaya pada benda harus membentuk sudut θ terhadap lengan gayanya. Momen
gaya terbesar diperoleh saat θ = 90° (sinθ = 1), yaitu saat gaya dan lengan gaya saling tegak
lurus. Anda juga dapat menyatakan bahwa jika gaya searah dengan arah lengan gaya, tidak ada
momen gaya yang ditimbulkan (benda tidak akan berotasi).

Perhatikanlah gambar 3a,3b, dan 3c berikut ini

Gambar 3. Semakin panjang lengan gaya,

momen gaya yang dihasilkan oleh gaya akan semakin besar.

Arah gaya terhadap lengan gaya menentukan besarnya momen gaya yang ditimbulkan. Momen
gaya yang dihasilkan oleh gaya sebesar F pada Gambar 3b lebih besar daripada momen gaya
yang dihasilkan oleh besar gaya F yang sama pada Gambar 3a. Hal tersebut disebabkan sudut
antara arah gaya terhadap lengan gayanya. Momen gaya yang dihasilkan juga akan semakin
besar jika lengan gaya semakin panjang, seperti terlihat pada Gambar 3c. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa besar gaya F yang sama akan menghasilkan momen gaya yang lebih
besar jika lengan gaya semakin besar. Prinsip ini dimanfaatkan oleh tukang pipa untuk membuka
sambungan antarpipa.

3
Sebagai besaran vektor, momen gaya τ memiliki besar dan arah. Perjanjian tanda untuk arah
momen gaya adalah sebagai berikut.

a. Momen gaya, τ, diberi tanda positif jika cenderung memutar benda searah putaran jarum jam,
atau arahnya mendekati pembaca.
b. Momen gaya, τ, diberi tanda negatif jika cenderung memutar benda berlawanan arah putaran
jarum jam, atau arahnya menjauhi pembaca.

II. MOMEN KOPEL


Momen kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sejajar, sama besar, dan berlawanan
arah. Kopel yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan benda tersebut berotasi.

Gambar 4. Kopel dari dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah.

Momen kopel (M) adalah perkalian silang antara dua besaran vektor, yaitu gaya dan jarak
antara kedua gaya tersebut. Secara matematis, dituliskan sebagai berikut.

M = F × d  …………………………………………… (3)

Perjanjian tandanya, yaitu jika kopel menyebabkan perputaran benda searah putaran
jarum jam, momen kopel (M) bernilai positif (mendekati pembaca, ʘ). Sebaliknya, apabila kopel
menyebabkan perputaran benda berlawanan arah dengan putaran jarum jam, momen kopel
bernilai negatif (menjauhi pembaca ⊗).

4
Gambar 5. (a) Momen kopel positif mendekati pembaca diberi tanda ʘ.
(b) Momen kopel negatif menjauhi pembaca diberi tanda ⊗.

III. MOMEN INERSIA


Momen inersia (satuan SI kg m2) adalah ukuran ketahanan objek terhadap perubahan laju
Besaran ini adalah analog rotasi daripada rotasinya massa. Dengan kata lain, besaran ini adalah
kelembaman sebuah benda tegar yang berputar terhadap rotasinya. Momen inersia berperan
dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, dan menentukan hubungan
antaramomentum sudut dan kecepetan sudut, momen gaya dan percepatan sudut, dan beberapa
besaran lain. Meskipun pembahasan skalar terhadap momen inersia, pembahasan menggunakan
pendekatan tensor memungkinkan analisis sistem yang lebih rumit seperti gerakan giroskopik.
Lambang I dan kadang-kadang juga J biasanya digunakan untuk merujuk kepada momen inersia.
Definisi sederhana momen inersia (terhadap sumbu rotasi tertentu) dari sembarang objek, baik
massa titik atau struktur tiga dimensi, diberikan oleh rumus:
I = ∫ r2 . dm ……………………………………………. (4)

di mana m adalah massa dan r adalah jarak tegak lurus terhadap sumbu rotasi.


Momen inersia (skalar) sebuah massa titik yang berputar pada sumbu yang diketahui
didefinisikan oleh
…………………………………………………… (5)
Momen inersia adalah aditif. Jadi, untuk sebuah bend tegar yang terdiri atas Nmassa
titik mi dengan jarak ri terhadap sumbu rotasi, momen inersia total sama dengan jumlah
momeninersia semua massa titik:

……………………………………………… (6)
Untuk benda pejal yang dideskripsikan oleh fungsi kerapatan massa ρ(r), momen inersia
terhadap sumbu tertentu dapat dihitung dengan mengintegralkan kuadrat jarak terhadap sumbu
rotasi, dikalikan dengan kerapatan massa pada suatu titik di benda tersebut:

5
………………………………… (7)
di mana
V adalalah volume yang ditempati objek
ρ adalah fungsi kerapatan spasial objek
r = (r,θ,φ), (x,y,z), atau (r,θ,z) adalah vektor (tegaklurus terhadap sumbu rotasi) antara
sumbu rotasi dan titik di benda tersebut.

Gambar 6. Diagram perhitungan momen inersia

Diagram perhitungan momen inersia sebuah piringan. Di sini k adalah 1/2 dan   adalah jari-jari
yang digunakan untuk menentukan momen inersia
Berdasarkan analisis dimensi saja, momen inersia sebuah objek bukan titik haruslah mengambil
bentuk:
……………………………………….. (8)
di mana
M adalah massa
R adalah jari-jari objek dari pusat massa (dalam beberapa kasus, panjang objek yang
digunakan)
k adalah konstanta tidak berdimensi yang dinamakan "konstanta inersia", yang berbeda-
beda tergantung pada objek terkait.

6
IV. TEOREMA STEINER
Teorema steinr menyatakan bahwa momen inersia dari sebuah geometris yang berputar
dengan poros sejajar dengan poros pusat berlaku hubungan :
I = Ip + Mr2 …………………………………………………. (9)
Dengan r jarak tegak lurus dari poros ke poros pusat.

Gambar 7. Daftar momen Inersia pada benda tegar

2. HUBUNGAN TORSI DAN PERCEPATAN SUDUT


Berdasarkan Hukum II Newton, maka:
F = m.at (6) pada dinamika partikel
Jika kedua sisi dikalikan r, maka:
r.F = r (m.at) ……………………………………………. (10)
r.F = r.m.r. α …………………………………………….. (11)
r.F = m.r2 . α ……………………………………………... (12)
τ = m.r2 . α
Mengingat I = m.r2 , maka:
τ = I . α …………………………………………… (13)

7
dengan:
τ = momen gaya (Nm)
I = momen inersia (kgm2)
α = percepatan sudut (rad/s2)

3. ENERGI KINETIK ROTASI DAN HUKUM KONVERSI ENERGI


Apabila dalam gerak lurus dan translasi dikenal enegri kinetik :
Ek = ½ mv2 ………………………………………………. (14)
Maka dalam gerak rotasi dikenal energy kinetic rotasi sebagai berikut :
Ekr = ½ Iw2 ……………………………………………… (15)
Hal ini diperoleh dari hubungan berikut =
02 02
w=∫ τ . dθ=¿∫ I ⍺. dθ ¿
01 01

02 02
dw dθ
= ∫I . dθ=∫ I . dw .
01 dt 01 dt
02

= I ∫ wdw
01

= ½ Iw22 – ½ Iw12
= EKr2 – EKr1
Dengan demikian jika sebuah benda bergerak translasi sekaligus rotasi, misalnya sebuah roda
yang menggelinding pada bidang miring, maka energy inetik totalnya adalah jumlah dari energy
kinetic translasi dengan energy kinetic rotasi :
EK =1/2 mv2 + ½ Iw2 ………………………………….. (16)
Dalam gerak gabungan seperti ini, hukum konversi energy tetap berlaku, yaitu bahwa perubahan
energy potensial sama dengan perubahan energy kinetic totalnya :
EP1 – EP2 = EK2 – EK1
Mgh1 – mgh2 = ( ½ mv22 + ½ Iw22) – ( ½ mv12 + ½ Iw12) ….. (17)

8
4. GERAK GABUNGAN TRANSLASI- ROTASI
Bila sebuah benda tegar bergerak melalui sebuah ruang dan pada saat yang bersamaan
melakukan gerak rotasi (menggelinding), maka energy kinetic benda itu adalah total antara
energy kinetic translasinya dengan energy kinetic rotasinya. Ek = Ek translasi + Ek rotasi
EK = ½ Iw2 + ½ mv2 ………………………………. (18)

Gambar 8. Gabungan gerak translasi dan rotasi

5. MOMENTUM SUDUT DAN KONVERSI MOMENTUM SUDUT

Dalam gerak rotasi, besaran yang analog dengan momentum linier adalah momentum sudut.
Untuk benda yang berotasi di sekitar sumbu yang tetap, besarnya momentum sudut dinyatakan :
L = I. ω ………………………………………………………. (19)

dengan:

L = momentum sudut (kgm2/s

I = momen inersia (kgm2)

ω = kecepatan sudut (rad/s

Jika benda bermassa m bergerak rotasi pada jarak r dari sumbu rotasi dengan kecepatan
linier v, maka persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :

L=I.ω
9
Karena I = m . r2 dan ω = , maka :

L = m . r2.

L = m . r . v ……………………………………………………………………….. (20)

Tampak bahwa momentum sudut analog dengan momentum linear pada gerak rotasi,
kecepatan linear sama dengan kecepatan rotasi, massa sama dengan momen inersia.

6. TITIK BERAT

Titik berat adalah titik pusat atau titik tangkap gaya berat dari suatu benda atau sistem
benda. Titik berat merupakan titik dimana benda akan berada dalam keseimbangan rotasi (tidak
mengalami rotasi). Pada saat benda tegar mengalami gerak translasi dan rotasi sekaligus, maka
pada saat itu titik berat akan bertindak sebagai sumbu rotasi dan lintasan gerak dari titik berat ini
menggambarkan lintasan gerak translasinya.

10
Gambar 9. Tabel titik berat pada benda

D. SOAL –SOAL DAN PEMBAHASAN SOAL


1. Seorang anak dengan kedua lengan berada dalam pangkuan sedang berputar pada suatu kursi
putar dengan 1,00 putaran/s. Ketika ia merentangkan kedua lengannya, ia diperlambat sampai
0,40 putaran/s. Tentukan perbandingan:
a. momen inersia gabungan anak + kursi sebelum dan sesudah kedua lengannya direntangkan
b. Energi kinetik sebelum dan sesudahnya

Pembahasan
ω = 1 rps (sebelum merentangkan tangan)
ω = 0,4 rps (sesudah merentangkan tangan)
a). Gunakan Hukum Kekekalan momentum sudut
=> L= L
=>I ω = I ω
=>I (1) = I (0,4)
maka : I : I = 0,4 : 1
atau : I : I = 2 : 5

11
b). Rumus energi kinetik rotasi adalah : Ekr = ½ I ω²
Maka :
Ekr = ½ I ω² dan Ekr = ½ I ω²
Sehingga perbandingan :
Ekr : Ekr = (I / I ).(ω : ω)²
Ekr : Ekr = (2/5) . (5/2)² = 5/2
Ekr : Ekr = 5 :2

2. Seutas tali dililitkan mengelilingi sebuah silinder pejal bermassa M dan berjari-jari R, yang
bebas berputar mengelilingi sumbunya. Tali ditarik dengan gaya F. Silinder mula-mula diam
pada t=0.
a. Hitung percepatan sudut dan kecepatan sudut silinder pada sat t
b. Jika M=6 kg, R=10 cm, dan F= 9 N, hitung percepatan sudutdan kecepatan sudut pada saat
t=2 s

Pembahasan :

a.Momen inersia silinder pejal => ½ m.R2


I.α = F.R
α = F.R/I = 2.F/m.R
ω = α. t = 2.F/m.R.t

b. α = 2.(g.n)/6 kg (0,1 m) = 30 rad/s2


ω = 2.(g.n)/6 kg (0,1 m).2 = 60 rad/s

3. Pada sebuah roda dengan momen inersia sebesar 6 kgm2 dikerjakan sebuah torsi konstan 51
Nm.
a. Berapakah percepatan sudutnya ?
b. Berapakah lama diperlukan dari keadaan diam sampai pada mencapai kecepatan 88,4 rad/s ?
c. Berapakah energi kinetik pada kecepatan ini ?

pembahasan :
a.τ = I.α
α = τ/I = 51/6 = 8,5 rad/s2

b. ωt = ω0 + α.t
88,4 = 0 + 8,5.t
t = 10,4 s

c. Ek = ½ .I.ω2
Ek = ½.6.(88,4)2

12
Ek = 2,34x104 Joule

4. Silinder pejal terbuat dari besi menggelinding diatas lantai datar dengan laju 10 m/s. Massa
silinder 4 kg dan berdiameter 80 cm. energy kinetic total silinder etrsebut.

Pembahasan
EK_tot = EK_translasi + EK_rotasi
EK_tot = ½mv² + ½Iω² (ω = v/R & utk silinder pejal I = 1/2 mR²)
EK_tot = ½mv² + ½(1/2 mR²)(v/R)²
EK_tot = ½mv² + 1/4 mv² = 3/4 mv²
EK_tot = 3/4 .4.(10)² = 300 J

5. Pada sebuah roda dengan momen inersia sebesar 12 kg.m^2 dikerjakan sebuah torsi konstan
sebesar 50 Nm. Tentukan percepatan sudutnya.
pembahasan
 τ = I.α
50 = 12.α
α = 50/12 = 4,167 rad/s²

6. Sebuah bola pejal menggelinding dari keadaan diam menuruni suatuu bidang miring dengan
ketinggian 1.4 m. Tentukan kecepatan linear silinder pada dasar bidang miring.
pembahasan

(EK1 = 0 karena mula-mula diam dan di dasar bidang EP2 = 0)


EM: EP1 + EK1 = EP2 + EK2
sehingga EP1 =  EK_translasi + EK_rotasi
mgh = ½mv² + ½Iω²
mgh = 3/4 mv² ==> lihat jawaban nomor 6
 v² = 4/3 gh = 4/3 .10.1,4 = 18,67
v = 4,32 m/s

7.Bola pejal bermassa 10 kg mula-mula diam kemudian dilepaskan dari ujung sebuah bidang
miring dan mulai bergerak transalasi rotasi. Jari-jari bola adalah 1 meter, dan ketinggian h = 28
m.

Tentukan kecepatan bola saat tiba di ujung bawah bidang miring!

13
Pembahasan
Hukum Kekekalan Energi Mekanik :

8.Sebuah partikel bermassa 0,2 kg bergerak melingkar dengan kecepatan sudut tetap 10 rad/s.
Jika jari-jari lintasan partikel 30 cm, maka momentum sudut partikel itu adalah....
A. 0,90 kg m2 s−1
B. 0,45 kg m2 s−1
C. 0,30 kg m2 s−1
D. 0,18 kg m2 s−1
E. 0,16 kg m2 s−1

Pembahasan
Data :
m = 0,2 kg
ω = 10 rad/s
r = 30 cm = 0,3 m
Momentum sudut L =.....

Rumus Momentum sudut

dimana
L = momentum sudut

v = ωr = 10(0,3) = 3 m/s

L = mvr = 0,2(3)(0,3) = 0,18 kg m2 s−1

9.Seorang penari balet berputar 3 putaran/sekon dengan kedua tangannya direntangkan. Pada

14
saat itu momen inersia penari 8 kg m2. Kemudian lengannya dirapatkan sehingga momen
inersianya menjadi 2 kg m2. Frekuensi putaran sekarang menjadi......
A. 10 putaran/sekon
B. 12 putaran/sekon
C. 16 putaran/sekon
D. 24 putaran/sekon
E. 48 putaran/sekon
(ebt 97)

Pembahasan
Data:
ω1 = 3 putaran/s
I1 = 8 kg m2
I2 = 2 kg m2
ω2 =.....

Dengan kekekalan momentum sudut:

diperoleh frekuensi sudut atau kecepatan sudut yang baru:

10. Tiga buah benda masing-masing :


Bola pejal massa 5 kg, Silinder pejal massa 2 kg, dan Batang tipis massa 0,12 kg . Dan diketahui,
D = 2 m.

Tentukan momen inersia masing- masing benda dengan pusat benda sebagai porosnya!

Pembahasan

15
Bola Pejal

 
Silinder Pejal

 
Batang Tipis

  

E. GLOSARIUM
 Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya atau
kelajuannya.
 Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena posisinya.
 Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya
yang bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi.
 Momen kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sejajar, sama besar, dan
berlawanan arah. Kopel yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan
benda tersebut berotasi.

16
 Momen inersia (satuan SI kg m2) adalah ukuran ketahanan objek terhadap
perubahan laju.
 momentum sudut secara intuitif mengukur berapa besar momentum linear yang
diarahkan di sekitar suatu titik tertentu yang disebut titik pusat; momen dari
momentum.
 Titik berat adalah titik pusat atau titik tangkap gaya berat dari suatu benda atau
sistem benda. Titik berat merupakan titik dimana benda akan berada dalam
keseimbangan rotasi (tidak mengalami rotasi).
 kesetimbangan benda tegar adalah kondisi dimana momentum benda tegar
sama dengan nol.
 Gerak rotasi yaitu gerakan memutar dari suatu benda terhadap titik tertentu.

F. REFERENSI

 http://lisafisikadasar.blogspot.co.id/2014/11/rotasi-dan-dinamika-benda-tegar.html
 http://materipokok.blogspot.co.id/2016/01/makalah-fisika-dinamika-rotasi.html
 http://www.jendelailmu.net/2017/02/contoh-soal-dan-pembahasan_27.html

 http://analogixiipa2.blogspot.co.id/2016/01/rotasi-dan-keseimbangan-benda-
tegar.html
 Ishaq, Mohamad.2006. Fisika Dasar.Yogyakarta : graha Ilmu

17

Anda mungkin juga menyukai