Anda di halaman 1dari 21

TUGAS FISIKA

DINAMIKA ROTASI
Dosen: Dra.Hj.Indrayani,M.Si

NAMA

: WAHYU SATRIA

NPM

: 1607210096

KELAS

: B1/PAGI

PRODI

: TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

DINAMIKA ROTASI
GERAK ROTASI
Gerak dan benda tegar dapat dianalisa sebagai gerak translansi dan pusat massanya
ditambah gerak rotasi di sekitar pusat massanya. Pada gerak rotasi yang sebenarnya seluruh titik
dalam benda bergerak dalam bentuk lingkaran seperti titik P yang bergerak rotasi pada roda
(Gambar 7.1), dan pusat di lingkaran ini seluruhnya berada dalam satu garis yang disebut sumbu
rotasi (pada gambar adalah tegak lurus terhadap bidang kertas dan melalui titik 0).
Gambar 7.1. Gerak sebuah roda yang berotasi
0

berlawanan putaran jarum jam sekitar sumbu


x

rotasi yang melalui pusat 0 (tegak lurus terhadap


bidang kertas).

Untuk menggambarkan gerak rotasi digunakan besaran-besaran sudut seperti kecepatan


sudut () dan percepatan sudut (a) yang akan dinyatakan analog dengan besaran-besaran dalam
gerak linear. Tinjau gambar 7.1 perhatikan bahwa panjang busur I, radius r dan sudut
memenuhi hubungan.
1

=
2 r 2 r
=

1
r

Bila I = 2 r, maka
derajat (
1rad =

=2

dan (rad), yaitu :

360
=57,3
2

radian. Dengan demikian dapat diperoleh hubungan antara

Gerak rotasi merupakan gerak benda yang berputar terhadap sebuah sumbu putar (sumbu
rotasi). Contoh gerak rotasi adalah gerak roda mobil yang berputar, gerakan pintu yang berputar
pada engselnya dan gerak rotasi bumi terhadap sumbunya.

1. BESARAN BESARAN FISIS PADA GERAK ROTASI


1.1. TORSI (MOMEN GAYA)
Pengertian Momen Gaya (torsi)- Dalam gerak rotasi, penyebab berputarnya benda
merupakan momen gaya atau torsi. Momen gaya atau torsi sama dengan gaya pada gerak
tranlasi. Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang
bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya momen
gaya (torsi) tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu putaran dan letak
gaya. Apabila Anda ingin membuat sebuah benda berotasi, Anda harus memberikan momen gaya
pada benda tersebut. Torsi disebut juga momen gaya dan merupakan besaran vektor. Untuk
memahami momen gaya anda dapat melakukan hal berikut ini. Ambillah satu penggaris.
Kemudian, tumpukan salah satu ujungnya pada tepi meja. Doronglah penggaris tersebut ke arah
atas atau bawah meja. Bagaimanakah gerak penggaris? Selanjutnya, tariklah penggaris tersebut
sejajar dengan arah panjang penggaris. Apakah yang terjadi?

Saat Anda memberikan gaya F yang arahnya tegak lurus terhadap penggaris, penggaris itu
cenderung untuk bergerak memutar. Namun, saat Anda memberikan gaya F yang arahnya sejajar
dengan panjang penggaris, penggaris tidak bergerak. Hal yang sama berlaku saat Anda membuka
pintu. Gaya yang Anda berikan pada pegangan pintu, tegak lurus terhadap daun pintu sehingga
pintu dapat bergerak membuka dengan cara berputar pada engselnya. Gaya yang menyebabkan
benda dapat berputar menurut sumbu putarnya inilah yang dinamakan momen gaya.Torsi adalah
hasil perkalian silang antara vektor posisi r dengan gaya F, dapat dituliskan

Gambar 6.8 Sebuah batang dikenai gaya sebesar yang tegak lurus terhadap batang dan
berjarak sejauh r terhadap titik tumpu O. Batang tersebut memiliki momen gaya = r F
Definisi momen gaya secara matematis dituliskan sebagai berikut.
=rF
dengan:
r = lengan gaya = jarak sumbu rotasi ke titik tangkap gaya (m),
F = gaya yang bekerja pada benda (N), dan
= momen gaya (Nm).
Besarnya momen gaya atau torsi tergantung pada besar gaya dan lengan gaya. Sedangkan arah
momen gaya menuruti aturan putaran tangan kanan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
berikut:

Jika arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam maka arah momen gaya atau torsi ke atas,
dan arah bila arah putaran searah dengan arah putaran jarum jam maka arah momen gaya ke
bawah. Perhatikan Gambar 6.9. Pada gambar tersebut tampak dua orang anak sedang bermain
jungkat-jungkit dan berada dalam keadaan setimbang, walaupun berat kedua anak tidak sama.
Mengapa demikian? Hal ini berhubungan dengan lengan gaya yang digunakan. Anak yang lebih

ringan berjarak 3 m dari titik tumpu (r1= 3 m), sedangkan anak yang lebih berat memiliki lengan
gaya yang lebih pendek, yaitu r2 = 1,5 m. Momen gaya yang dihasilkan oleh masing-masing
anak adalah
1 = r 1 F1
= (3 m)(250 N)
= 750 Nm
2

= r 2 F2

= (1,5 m)(500 N)
= 750 Nm

Gambar 6.9 Jungkat-jungkit setimbang karena momen gaya pada kedua lengannya sama besar.
Dapat disimpulkan bahwa kedudukan setimbang kedua anak adalah akibat momen gaya pada
kedua lengan sama besar.

Gambar 6.10 Momen gaya yang ditimbulkan oleh gaya yang membentuk sudut terhadap
benda (lengan gaya = r).
Perhatikan Gambar 6.10 Apabila gaya F yang bekerja pada benda membentuk sudut tertentu
dengan lengan gayanya (r), Persamaan (618) akan berubah menjadi
= rFsin
(619)

Dari Persamaan (619) tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa gaya yang menyebabkan
timbulnya momen gaya pada benda harus membentuk sudut terhadap lengan gayanya. Momen
gaya terbesar diperoleh saat =90 (sin = 1), yaitu saat gaya dan lengan gaya saling tegak lurus.
Anda juga dapat menyatakan bahwa jika gaya searah dengan arah lengan gaya, tidak ada momen
gaya yang ditimbulkan (benda tidak akan berotasi). Perhatikanlah Gambar 6.11a dan 6.11b.

Gambar 6.11 Semakin panjang lengan gaya, momen gaya yang dihasilkan oleh gaya akan
semakin besar.
Arah gaya terhadap lengan gaya menentukan besarnya momen gaya yang ditimbulkan. Momen
gaya yang dihasilkan oleh gaya sebesar F pada Gambar 6.11b lebih besar daripada momen gaya
yang dihasilkan oleh besar gaya F yang sama pada Gambar 6.11a. Hal tersebut disebabkan
sudut antara arah gaya terhadap lengan gayanya. Momen gaya yang dihasilkan juga akan
semakin besar jika lengan gaya semakin panjang, seperti terlihat pada Gambar6.11c. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa besar gaya Fyang sama akan menghasilkan momen gaya
yang lebih besar jika lengan gaya semakin besar. Prinsip ini dimanfaatkan oleh tukang pipa
untuk membuka sambungan antarpipa. Sebagai besaran vektor, momen gaya memiliki besar
dan arah. Perjanjian tanda untuk arah momen gaya adalah sebagai berikut.
a. Momen gaya, , diberi tanda positif jika cenderung memutar benda searah putaran jarum jam,
atau arahnya mendekati pembaca.
b. Momen gaya, , diberi tanda negatif jika cenderung memutar benda berlawanan arah putaran
jarum jam, atau arahnya menjauhi pembaca.

Gambar 6.12 (a) Gaya yang menghasilkan momen gaya positif (mendekati pembaca) ditandai
dengan titik. (b) Gaya yang menghasilkan momen gaya negatif (menjauhi pembaca) ditandai
dengan tanda silang.
Perjanjian tanda untuk arah momen gaya ini dapat dijelaskan dengan aturan tangan kanan, seperti
yang ditunjukkan padaGambar 6.12. Arah jarijari merupakan arah lengan gaya, dan putaran jari
merupakan arah gaya (searah putaran jarum jam atau berlawanan arah). Arah yang ditunjukkan
oleh ibu jari Anda merupakan arah momen gaya (mendekati atau menjauhi pembaca).
Perhatikan Gambar 6.13. Jika pada benda bekerja beberapa gaya, momen gaya total benda
tersebut adalah sebagai berikut. Besar yang ditimbulkan oleh F1 dan F2 terhadap titik O adalah
1 dan 2. 1 bernilai negatif karena arah rotasi yang ditimbulkannya berlawanan arah putaran
jarum jam. Sedangkan, 2 bernilai positif karena arah rotasi yang ditimbulkannya searah putaran
jarum jam. Resultan momen gaya benda itu terhadap titik O dinyatakan sebagai jumlah vektor
dari setiap momen gaya. Secara matematis dituliskan
total = (r F)
atau
total = 1 + 2
Contoh Soal Momen Gaya
Pada sebuah benda bekerja gaya 20 N seperti pada gambar. Jika titik tangkap gaya berjarak 25
cm dari titik P, berapakah besar momen gaya terhadap titik P?

Jawab
Diketahui: F = 20 N, r = 25 cm, dan = 150.
= r F sin
= (0,25 cm)(20 N)(sin 150)
= (0,25 cm)(20 N)( )
= 2,5 Nm.

1.2. Momen Inersia Pada Gerak Rotasi


Momen inersia (kelembaman) suatu benda adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk
berputar terhadap porosnya. Nilai momen inersia suatu benda bergantung kepada bentuk benda
dan letak sumbu putar benda tersebut.

Moment Inersia Gerak Rotasi


Misalkan kita memiliki sebuah batang ringan (massa diabaikan) dengan panjang R. Salah
satu ujung batang, yaitu titik P, ditetapkan sebagai poros rotasi. Pada ujung batang yang lain
dihubungkan dengan sebuah partikel bermassa m. Jika sistem diputar terhadap poros P , sehingga
partikel berotasi dengan kecepatan v, maka energi kinetik rotasi partikel dapat ditulis sebagai
berikut.

Karena v = R , maka

Momen inersia dilambangkan dengan I, satuannya dalam SI adalah kgm 2. Nilai momen
inersia sebuah partikel yang berotasi dapat ditentukan dari hasil kali massa partikel dengan
kuadrat jarak partikel tersebut dari titik pusat rotasi. Faktor m R2 merupakan momen inersia
titik terhadap sumbu putarnya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
I = m R2

Keterangan:
I
R
m

:momen,inersia,(kgm2)
:jari-jari,(m)
: massa partikel atau titik (kg)

Benda yang terdiri atas susunan partikel (titik), jika melakukan gerak rotasi memiliki
momen inersia sama dengan hasil jumlah dari momen inersia partikel penyusunnya.
I = mi x Ri2 = (m1 R21) + (m2 R22) + (m3 R23) +
Pada gambar berikut, dilukiskan momen inersia pada gerak rotasi berbagai benda tegar homogen.

Momen inersia pada gerak rotasi berbagai benda tegar


homogen
Momentum Sudut Pada Gerak Rotasi
Pernahkah kita melihat orang bermain gasing? Mengapa gasing yang sedang berputar
meskipun dalam keadaan miring tidak roboh? Pasti ada sesuatu yang menyebabkan gasing tidak
roboh. Setiap benda yang berputar mempunyai kecepatan sudut. Bagaimana hubungan antara
momen inersia dan kecepatan sudut?

Titik A yang berotasi dengan sumbu O dan jari-jari R


memiliki momentum m v.
Gambar di atas memperlihatkan titik A yang berotasi dengan sumbu putar O. R adalah
jarak antara O dan A. Selama berotasi titik A memiliki momentum sebesar P = m v.Hasil
perkalian momentum dengan jarak R disebut momentum sudut, dan diberi notasi L.
L
=
P

R
L
=
m

R
L
=
m

R
L = m R2
Apabila momentum sudut dihubungkan dengan momen inersia, maka diperoleh
persamaan sebagai berikut.
L=I
Keterangan:
V
L
m
R

:kecepatan,linear,(m/s)
:momentum,sudut,(kg,m2s1)
:massa,partikel/tittik,(kg)
:jarak,partikel,ke,sumbu,putar,(m)
:kecapatan,sudut,(rad/s)
: momen inersia (kg m2)

1.3.

TEORI STEINER

Dalam fisika, teorema sumbu sejajar atau teorema Huygens-Steiner dapat digunakan untuk
menentukan momen inersia sebuah benda tegar di terhadap sumbu apapun, bila diketahui momen
inersia suatu objek terhadap sumbu yang melalui pusat massa yang sejajar dengan sumbu
pertama, serta jarak tegaklurus antara kedua sumbu tersebut.
Misalkan:

Icm melambangkan momen inersia suatu objek terhadap pusat massanya


M adalah massa objek dan d jarak tegaklurus antara kedua sumbu
Maka momen inersia di sekitar sumbu baru z diberikan oleh

Kaidah ini dapat diterapkan bersama-sama kaidah regangan dan teorema sumbu tegaklurus untuk
menemukan momem inersia berbagai bentuk benda.

Kaidah sumbu sejajar untuk momen inersia suatu bidang

Aturan sumbu sejajar juga berlaku untuk momen inersia luas untuk bidang D
In this formula,
Iz adalah momen inersia bidang D terhadap sumbu sejajari Ix adalah momen inersia D terhadap
centroidnya
A adalah luas bidang D dan
d adalah jarak antara sumbu baru z terhadap centroid bidang D
Catatan: centroid D berhimpitan dengan pusat gravitasi (CG) lempengan fisik dengan bentuk
yang sama, yang memiliki kerapatan tetap.

2. HUBUNGAN MOMEN GAYA DAN PERCEPATAN SUDUT

Gambar di atas melukiskan sebuah partikel bermassa m yang diberi gaya F tegak lurus jari-jari.
Menurut
hukum
Newton
benda
akan
dipercepat dengan percepatan searah dengan gaya. Percepatanini dinamakan percepatan
tangensial (percepatan singgung), . Hubungan antara gaya dan percepatan ini adalah:
Karena percepatan singgung a = r maka
Sekarang kalikan kedua ruas dengan r dan selanjutnya gunakan definisi = rF untuk memperoleh
hubungan antara momen gaya dengan percepatan sudut

karena momen inersia partikel adalah I = mr2 maka


Rumus di atas mirip dengan hukum Newton II (F = ma). Di sini berperan seperti gaya gerak
translasi dan berperan sebagai percepatan pada gerak translasi. Bagaimana dengan I? I
mempunyai peran seperti massa, semakin besar I semakin sukar berputar (mirip dengan gerak
translasi,
benda
bermassa
besar
sukar
digerakan/dipercepat).
Contoh Soal!
seutas tali yang massanya dapat diabaikan, digulung pada silinder kemudian sebuah ember yang
berisi air yang memiliki massa total diikat pada ujung tali seperti gambar! tentukan: (a)
percepatan ember ketika sistem dilepas, (b) tegangan tali dan (c) percepatan sudut!

Jawab:
Perhatikan sistem gaya yang bekerja pada benda m. Pada benda bekerja gaya mg ke bawah dan
gaya t ke atas. Menurut hukum II Newton (arah ke bawah kita ambil arah positif):

Tegangan tali memberikan momen gaya yang menggerakan katrol sehingga berputar dipercepat.
Momen gaya ini adalah = TR dengan R menyatakan lengan momen. Percepatan sudut yang
timbul dapat dihubungkan dengan menurut rumus a = R. Dengan rumus = I dan
mensubtitusikan T dari persamaan = TR kita akan peroleh:

Dari (*) dan (**) kita peroleh,

Tegangan tali dapat kita peroleh dari persamaan (**), yaitu


Percepatan sudut yang dialami katrol adalah

3. ENERGI KINETIK DAN HUKUM KONSERVASI ENRGI


Jika energi kinetik translasi merupakan energi yang dimiliki oleh benda-benda yang bergerak
pada lintasan lurus, maka energi kinetik rotasi merupakan energi yang dimiliki oleh benda yang
melakukan gerak rotasi. Bedanya, dalam gerak lurus kita menganggap setiap benda sebagai
partikel tunggal, sedangkan dalam gerak rotasi, setiap benda dianggap sebagai benda tegar
(Benda dianggap terdiri dari banyak partikel.

Dalam gerak lurus, setiap benda (benda dianggap partikel tunggal) mempunyai massa (m), maka
dalam gerak rotasi, setiap benda tegar mempunyai momen inersia (I). Temannya massa tuh
momen inersia. Kalau dalam gerak lurus ada kecepatan, maka dalam gerak rotasi ada kecepatan
sudut. Secara matematis, energi kinetik rotasi benda tegar, dinyatakan dengan persamaan :

Persamaan Energi Kinetik Rotasi benda tegar di atas, sebenarnya bisa kita turunkan dari
persamaan energi kinetik translasi.
Setiap benda tegar itu dianggap terdiri dari partikel-partikel. Untuk mudahnya perhatikan
ilustrasi di bawah.

ilustrasi Energi Kinetik Rotasi


Ini contoh sebuah benda tegar. Benda tegar bisa dianggap tersusun dari partikel-partikel. Pada
gambar, partikel diwakili oleh titik berwarna hitam. Partikel-partikel tersebar di seluruh bagian
benda itu. Jarak setiap partikel ke sumbu rotasi berbeda-beda. Pada gambar, sumbu rotasi
diwakili oleh garis berwarna biru.

Ketika benda tegar berotasi, semua partikel yang tersebar di seluruh bagian benda itu juga
berotasi. Ingat bahwa setiap partikel mempunyai massa (m). Ketika benda tegar berotasi, setiap
partikel itu juga bergerak dengan kecepatan (v) tertentu. Kecepatan setiap partikel bergantung
pada jaraknya dari sumbu rotasi. Semakin jauh sebuah partikel dari sumbu rotasi, semakin cepat
partikel itu bergerak (kecepatannya besar). Sebaliknya, semakin dekat partikel dari sumbu rotasi,
semakin lambat partikel itu bergerak (kecepatannya kecil).

Ketika kita mendorong pintu, pintu juga berotasi alias berputar pada sumbu. Engsel yang
menghubungkan pintu dengan tembok berfungsi sebagai sumbu rotasi. Nah, ketika pintu
berputar, bagian tepi pintu bergerak lebih cepat (kecepatannya lebih besar). Sebaliknya, bagian
pintu yang berada di dekat engsel bergerak lebih pelan (kecepatannya lebih kecil). Jadi ketika
sebuah benda berotasi, kecepatan (v) setiap partikel berbeda-beda, tergantung jaraknya dari
sumbu rotasi.

Karena setiap partikel mempunyai massa (m) dan kecepatan (v), maka kita bisa mengatakan
bahwa ketika sebuah benda tegar berotasi, semua partikel yang menyusun benda itu memiliki
energi kinetik (energi kinetik = energi kinetik translasi jangan lupa ya). Nah, total energi
kinetik semua partikel yang menyusun benda tegar = energi kinetik benda tegar. Secara
matematis, bisa ditulis sebagai berikut :

EK benda tegar = Total semua Energi Kinetik partikel


EK benda tegar = EK1 + EK2 + EK3 + . + EKn
EK benda tegar = m1v12 + m2v22 + m3v32 + . + mnvn2

Keterangan :
EK1 = m1v12 = Energi Kinetik Partikel 1
EK2 = m2v22 = Energi Kinetik Partikel 2
EK3 = m3v32 = Energi Kinetik Partikel 3
Karena partikel yang menyusun benda tegar sangat banyak, maka kita cukup menulis titik-titik
(..)
EKn = mnvn2 = Energi Kinetik partikel yang terakhir

Walaupun kecepatan linear setiap partikel berbeda-beda, kecepatan sudut semua partikel itu
selalu sama. Dengan kata lain, ketika sebuah benda tegar berotasi, kecepatan sudut semua bagian

benda itu selalu sama. Hubungan antara kecepatan linear dan kecepatan sudut, dinyatakan
dengan persamaan :

Karena kecepatan sudut semua partikel sama, maka persamaan ini bisa ditulis menjadi :

Ini adalah persamaan energi kinetik rotasi benda tegar Satuan energi kinetik rotasi = joule,
seperti bentuk energi lainnya

Hukum II Newton untuk Gerak Rotasi


Hukum II Newton yang sudah kita pelajari baru membahas hubungan antara gaya, massa dan
percepatan benda untuk kasus gerak lurus (gerak lurus = gerakan benda pada lintasan lurus).
Hubungan antara gaya (penyebab gerakan benda), massa benda dan percepatan benda dalam
gerak lurus dinyatakan dengan persamaan : F = ma.
HUKUM KONSERVASI ENERGI
Hukum konservasi energi sering disebut sebagai hukum kekekalan energi. Hukum ini
merupakan dasar bagi termokimia. Hukum ini berbunyi :
Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun
dimusnahkan (konversi energi)
Hal ini mengandung makna bahwa energi di alam semesta tidaklah berkurang atau
bertambah akan tetapi berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lainnya.
Contohnya dalam sel kering (batu baterai) energi listrik yang dihasilkan batu baterai tidak begitu
saja tiba-tiba ada, akan tetapi merupakan perubahan energi kimia menjadi energi listrik.Begitu
pula dengan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) dimana energi listrik yang ada dihasilkan
dari perubahan energi kinetik arus air (gerak arus air) yang memutar turbin.

4. RELASI GERAK ROTASI DENGAN ENERGI


HUBUNGAN GERAK TRANSLASI DAN GERAK ROTASI
HUBUNGAN GERAK TRANSLASI DENGAN GERAK ROTASI
Gerakan Translasi

Gerak Rotasi

Hubungannya

Pergeseran Linier

Pergeseran Sudut

S=.R

Kecepatan Linier
Percepatan Linier

v = ds/dt
a = dv/dt

v=w.R
a=.R

Gaya

F = m.a

Energi Kinetik
Daya
Momentum Linier
Usaha

Ek = m v2
P = F.v
P = m.v
W = F.s

Kecepatan Sudut w = d/dt


Percepatan Sudut = dw/dt
Momen
Gaya
=I
(Torsi)
Energi Kinetik
Ek = I w2
P=w
Daya
Momentum Sudut L = P R
W=
Usaha

=F.R
L=PR
-

5. GERAK GABUNGAN TRANSLASI DAN ROTASI

Gabunganantarageraktranslasidanrotasi terjadipadasilinder
yang
di
dorongsehinggamenggelindingkedepan.
Silinderakanberotasidanjugabertranslasi.
Sebelumnyamarikitalihatkapansuatubendadikatakanmelakukangeraktranslasimurnidankapanmela
kukangerakrotasimurni.
Ambillahsebuahsilinder,
berilahgayapadatepisilidersehinggasilinderberputardengansumburotasi di tengah-tengahsilinder.
Sedangpadageraktranslasimurnimisalkansebuahsilinderditariktanpaberotasi,
sehingga
yang
adahanyageraktranslasisaja.
Advertisment
GabunganAntaraGerakTranslasi Dan Rotasi

(
a) translasimurni, (b) rotasimurnidan (c) gabungan
Bagaimanadengankecepatannya?
Benda
yang
melakukangeraktranslasimurnimakasemuatitikbergerakdengankecepatan
yang
sama.
Lihatgambar a diatas. Kecepatan di titik A samadengankecepatan di titik P samadengankecepatan
di
titik B.
Sedangpadagerakrotasimurnititik-titik
yang
berseberanganakanbergerakdengankecepatan linear yang berlawanan. Kecepatan di
titik A berlawanandengankecepatan
di
titik B,
kecepatan
di
titik P adalah 0,
sedangkecepatansudut
di
titik A samadengan
di
titik B.
Padagerakgabungankecepatandiperolehdenganmenjumlahkanvektor-vektorkecepatannya.
Kecepatan di titik A adalah 2v, kecepatan di titik P adalah v dankecepatan di titik Badalah 0.

GerakMenggelindingAdalah GabunganAntaraGerakTranslasi Dan Rotasi


Gerakgabunganantarageraktranslasidangerakrotasidisebutsebagaimengelinding.
Di
bagiandepankitameninjausebuahpartikel yang bergerakberotasimemilikitenagakinetiksebesar K
= I2. Bila yang berotasiadalahbendategarmakakitagunakanmomeninersiabenda yang
bersangkutan.
Untukbenda
yang
menggelindingmakatenagakinetiknyaadalahhasilpenjumlahanantaratenagakinetiktranslasidantena
gakinetikrotasi.

Benda yang melakukan gerakmenggelinding memilikipersamaanrotasi ( = I . )


danpersamaantranslasi
(F
=
m
.
a).
Besarnyaenergikinetik
yang
dimilikibendamengelindingadalahjumlahenergikinetikrotasidanenergikinetiktranslasi.

Benda yang melakukangeraktranslasidanrotasisekaligusdisebutmenggelinding.

6. MOMENTUM SUDUT DAN KONSERVASI MOMENTUM


SUDUT
Momentum sudut merupakan besaran vektor. Momentum sudut didefinisikan sebagai hasil
perkalian silang antara vektor r dan momentum linearnya. Arah momentum sudut dari suatu
benda yang berotasi dapat ditentukan dengan kaidah putaran sekrup atau dengan aturan tangan
kanan. Jika keempat jari menyatakan arah gerak rotasi, maka ibu jari menyatakan arah
momentum sudut. Pada gerak translasi benda memiliki momentum linier sedangkan pada gerak
rotasi ada momentum sudut.
Advertisment
Arah Momentum Sudut

Arah momentum sudut L tegak lurus dengan arah r dan arah v. Arah momentum sudut sesuai
dengan arah putaran sekrup tangan kanan yang ditunjukan gambar berikut :

Momentum sudut linear akan kekal bila total gaya yang bekerja pada sistem adalah nol.
Bagaimana pada gerak rotasi? Pada gerak rotasi kita akan menemukan apa yang disebut sebagai
mometum sudut. Dalam gerak rotasi, besaran yang analog dengan momentum linier adalah
momentum sudut. Untuk benda yang berotasi di sekitar sumbu yang tetap, besarnya momentum
sudut dinyatakan :
L = I.
dengan:

L = momentum sudut (kgm2/s)


I = momen inersia (kgm2)
= kecepatan sudut (rad/s)

Jika benda bermassa m bergerak rotasi pada jarak r dari sumbu rotasi dengan kecepatan linier v,
maka persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :
L=I.
Karena I = m . r2 dan = , maka :
L = m . r2.
L=m.r.v
Tampak bahwa momentum sudut analog dengan momentum linear pada gerak rotasi, kecepatan
linear sama dengan kecepatan rotasi, massa sama dengan momen inersia.
Hubungan Momentum Sudut Dengan Momen Gaya

Kita telah mengetahui bahwa impuls merupakan perubahan momentum dari benda.

Karena v = r . , maka :

Jadi, kedua ruas dikalikan dengan r, diperoleh:

Mengingat r . F = dan m . r2 = I, maka :

dengan I. adalah momentum sudut, sehingga :

Berdasarkan persamaan diatas dapat dinyatakan bahwa momen gaya merupakan turunan dari
fungsi momentum sudut terhadap waktu.

Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Dalam gerak linear kita telah mempelajari apabila tidak ada gaya dari luar sistem maka
momentum sudut total sistem adalah kekal, atau tidak berubah. Dari Persamaan momentum
sudut diatas tampak jika torsi pada suatu sistem adalah nol maka dL =0 atau perubahan
momentum sudutnya nol, atau momentum sudutnya kekal. Apabila = 0 maka L konstan,
merupakan hukum kekekalan momentum.
Sebagai contoh seorang penari balet berputar dengan kecepatan sudut w, momen inersianya Im.
Bila dia kemudian merentangkan kedua tangannya sehingga momen inersianya menjadi Ia,
berapa kecepatan sudut penari sekarang? Kita bisa menyelesaikan dengan menggunakan hukum
kekekalan momentum sudut. Pada penari tidak ada gaya dari luar maka tidak ada torsi dari luar,
sehingga momentum sudut kekal :
Lm = L a
Lm m =Ia a
Penari merentangkan kedua tangannya maka momen inersianya menjadi bertambah. Ia > Im maka
kecepatan sudut penari menjadi berkurang.

Prinsip ini juga dipakai pada peloncat indah. Saat peloncat meninggalkan papan memiliki laju
sudut o, terhadap sumbu horizontal yang melalui pusat massanya, sehingga dia dapat memutar
sebagian tubuhnya setengah lingkaran. Jika ia ingin membuat putaran 3 kali setengah putaran,
maka ia harus mempercepat laju sudut sehingga menjadi 3 kali kelajuan sudut semula. Gaya
yang bekerja pada peloncat berasal dari gravitasi, tetapi gaya gravitasi tidak menyumbang torsi
terhadap pusat massanya, maka berlaku kekekalan momentum sudut. Agar laju sudutnya
bertambah maka dia harus memperkecil momen inersia menjadi 1/3 momen inersia mula-mula
dengan cara menekuk tangan dan kakinya ke arah pusat tubuhnya sehingga terbantu dengan
adanya momentum sudut dari gerakannya

Anda mungkin juga menyukai