Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FISIKA

MOMENTUM LINEAR DAN


TUMBUKAN
Dosen: Dra.Hj.Indrayani,M.Si

NAMA

: WAHYU SATRIA

NPM

: 1607210096

KELAS

: B1/PAGI

PRODI

: TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

1. MOMENTUM LINEAR DAN IMPULS


A. Pengertian Momentum
Di dalam fisika, dikenal dua macam momentum, yaitu momentum linear (p) dan
momentum angular (L). Pada makalah ini hanya akan dibahas tentang momentum linear.
Momentum suatu benda yang bergerak adalah hasil perkalian antara massa benda dan
kecepatannya. Oleh karena itu, setiap benda yang bergerak memiliki momentum. Secara
matematis, momentum linear ditulis sebagai berikut:
p=mv
. (1)
p adalah momentum (besaran vektor), m massa (besaran skalar) dan v kecepatan (besaran
vektor). Bila dilihat persamaan (1), arah dari momentum selalu searah dengan arah
kecepatannya.
Menurut Sistem Internasional (SI),
Satuan momentum p

= satuan massa x satuan kecepatan


= kg x m/s
= kg . m/s
Jadi, satuan momentum dalam SI adalah : kg.m/s
Momentum adalah besaran vektor, oleh karena itu jika ada beberapa vektor
momentum dijumlahkan, harus dijumlahkan secara vektor. Misalkan ada dua buah vektor
momentum p1 dan p2 membentuk sudut , maka jumlah momentum kedua vektor harus
dijumlahkan secara vektor, seperti yang terlihat dari gambar vektor Gambar 1. Besar
vektor p dirumuskan sebagai berikut :
p= p12+ p 22+2 p1 p2 cos

. (2)

Gambar 1. Penjumlahan momentum mengikuti aturan penjumlahan vektor

B. MOMENTUM LINEAR
Untuk sebuah partikel dengan massa m dan bergerak dengan kecepatan v,
didefinikan mempunyai momentum :
p = m v.
Untuk n buah partikel, yang masing, masing dengan momentum p 1, p2 , ... , pn, secara
kesuluruhan mempunyai momentum P,
P = p1 + p2 + ... + pn
P = m1v1 + m2v2 + ... + mn vn
P = M vpm
Momentum total sistem partikel sama dengan perkalian massa total sistem partikel
dengan kecepatan pusat massanya.
dP/dt = d(Mvpm)/dt
= M dvpm/dt
dP/dt = M apm
Jadi
Feks = dP/dt

C. Impuls
Impuls didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dan lamanya gaya tersebut
bekerja. Secara matematis dapat ditulis:
I = F . t
. (3)
Besar gaya disini konstan. Bila besar gaya tidak konstan maka penulisannya akan
berbeda. Oleh karena itu dapat digambarkan kurva yang menyatakan hubungan antara F
dengan t. Bila pada benda bekerja gaya konstan F dari selang waktu t1 ke t2 maka kurva
antara F dan t adalah:

Gambar 2. Kurva yang menyatakan hubungan antara F dengan t.


Luas daerah yang diarsir menyatakan besarnya Impuls. Luasan yang diarsir sebesar
F x (t2 t1) atau I, yang sama dengan Impuls gaya. Impuls gaya merupakan besaran
vektor, oleh karena itu perhatikan arahnya.
Satuan Impuls I = satuan gaya x satuan waktu
Satuan I = newton x sekon
= N .s
=

kg .

m
.s
2
s
m

= kg . s

2. HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM.


Tumbukan dan Hukum Kekekalan Momentum
Pada sebuah tumbukan selalu melibatkan paling sedikit dua buah benda. Misal bola
biliar A dan B. Sesaat sebelum tumbukan bola A, bergerak mendatar ke kanan dengan
momentum mAvA, dan bola B bergerak kekiri dengan momentum mBvB

Gambar 3. Tumbukan dua buah benda.


Momentum sebelum tumbukan adalah:
p = mAvA + mBvB
dan momentum sesudah tumbukan:
p = mAvA + mBvB
Sesuai dengan hukum kekekalan energi maka pada momentum juga berlaku hukum
kekekalan dimana momentum benda sebelum dan sesudah tumbukan sama. Oleh karena
itu dapat diambil kesimpulan bahwa: pada peristiwa tumbukan, jumlah momentum
benda-benda sebelum dan sesudah tumbukan tetap asalkan tidak ada gaya luar yang
bekerja pada benda-benda tersebut. Pernyataan ini yang dikenal sebagai Hukum
Kekekalan Momentum Linier.
Secara matematis untuk dua benda yang bertumbukan dapat dituliskan:
pA + pB = pA+ pB
atau
mA vA+ mB vB = mA vA + mB vB

. (8)

pA , pB = momentum benda A dan B sebelum tumbukan


pA , pB = momentum benda A dan B sesudah tumbukan
Perlu diingat bahwa penjumlahan di atas adalah penjumlahan vektor.

3. TUMBUKAN
PENGERTIAN TUMBUKAN
Tumbukan adalah pertemuan dua benda yang relatif bergerak. Pada
setiap jenis tumbukan berlaku hukum Kekekalan Momentum tetapi tidak selalu
berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Ketika benda bergerak, maka tentu saja benda memiliki kecepatan.
Karena benda memiliki kecepatan, maka benda itu pasti memiliki momentum ( =
1

mv) dan juga Energi Kinetik (EK = 2 mv2).

3.1. TUMBUKAN ELASTIK SEMPURNA


Tumbukan Lenting Sempurna
Dua buah benda dikatakan melakukan Tumbukan Lenting Sempurna jika
Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sebelum tumbukan = Momentum dan
Energi Kinetik setelah tumbukan, sehingga berlaku Hukum Kekekalan Momentum
dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik
berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sempurna karena total massa dan
kecepatan kedua benda sama, baik sebelum maupun setelah tumbukan. Hukum
Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada Tumbukan lenting sempurna karena selama
tumbukan tidak ada energi yang hilang. Hal ini disebabkan karena benda-benda
yang mengalami tumbukan lenting sempurna tidak menghasilkan bunyi, panas atau
bentuk energi lain ketika terjadi tumbukan.
Tumbukan lenting sempurna merupakan sesuatu yang sulit kita temukan
dalam kehidupan sehari-hari. Paling tidak ada sedikit energi panas dan bunyi yang
dihasilkan ketika terjadi tumbukan. Contoh dari jenis tumbukan ini tidak bisa
dilihat dengan mata telanjang karena terjadi pada tingkat atom, yakni tumbukan
antara atom-atom dan molekul-molekul.
Secara matematis, Hukum Kekekalan Momentum dirumuskan:

Ket : m1
m2
v1
v2
v1
v2

:
:
:
:
:
:

m1v1+ m2v2 = m1v1+ m2v2


m1v1-m1v1 = m2v2 m2v2
m1(v1 - v1) = m2(v2 -v2)
massa benda 1 (kg)
massa benda 2 (kg)
kecepatan benda 1 sebelum tumbukan (m/s)
kecepatan benda 2 sebelum tumbukan (m/s)
kecepatan benda 1 setelah tumbukan (m/s)
kecepatan benda 2 setelah tumbukan (m/s)

Pada Tumbukan lenting sempurna berlaku juga Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Secara sistematis dirumuskan :
1
2
2 m1v1 +

1
2
2 m2v2 =

1
2
2 m1v1 +

1
2
2 m2v2

1
2
2 m1v1 -

1
2
2 m1v1 =

1
2
2 m2v2 -

1
2
2 m2v2

m1v12 m1v12 = m2v22 m2v22


m1(v12 v12) = m2(v22 v22)
Karena (a + b)(a b) = a2 b2, maka persamaan tersebut diatas menjadi :
m1(v1 + v1)(v1 v1) = m2(v2 + v2)(v2 v2)

Ket :

1
2
2 m1v1

: EK benda 1 sebelum tumbukan

1
2
2 m2v2

: EK benda 2 sebelum tumbukan

1
2
2 m1v1

: EK benda 1 setelah tumbukan

1
2
2 m2v2

: EK benda 2 setelah tumbukan

Jika
persamaan Hukum Kekekalan Momentum dengan persamaan Hukum
Kekekalan Energi Kinetik dibagi, maka didapatkan persamaan Tumbukan Lenting
Sempurna :
v1 v2 = - (v1 v2)
Persamaan diatas menyatakan bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna,
laju kedua benda sebelum dan setelah tumbukan sama besar tetapi berlawanan
arah, berapapun massa benda tersebut.

Perbandingan negatif antara selisih kecepatan benda setelah tumbukan


dengan selisih kecepatan benda sebelum tumbukan disebut sebagai koefisien
elastisitas/koefisien restitusi. Untuk Tumbukan Lenting Sempurna, besar koefisien
elastisitas = 1. Ini menunjukkan bahwa total keepatan benda setelah tumbukan =
total kecepatan benda sebelum tumbukan. Secara umum, nilai koefisien elastisitas
(e) dinyatakan dengan persamaan :
e=-

(v ' 1v' 2)
(v 1v 2)

3.2. TUMBUKAN ELASTIK TIDAK SEMPURNA

Pada tumbukan lenting sebagian berlaku hukum kekekalan


momentum sedangkan hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku. Selama
terjadi tumbukan, sebagian energi kinetik berubah menjadi energi bunyi, energi
panas dan energi dalam. Hal ini membuat nilai energi kinetik akhir (setelah
tumbukan) lebih kecil dari total energi kinetik awal.
Dengan demikian, Ek setelah tumbukan < Ek sebelum tumbukan.
- m2(v2 v2)2 < v1(v1 v1)2

Kebanyakan tumbukan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari


termasuk dalam contoh tumbukan jenis ini, dimana total energi kinetik akhir lebih
kecil dari total energi kinetik awal, misalnya tumbukan antara dua buah kelereng
dan tabrakan antara dua buah mobil.
Suatu tumbukan lenting sebagian memiliki koefisien elastisitas (e)
berkisar antara 0 sampai 1. Secara matematis dapat ditulis secara
berikut:

3.3. TUMBUKAN TIDAK ELASTIK


Suatu tumbukan dikatakan tumbukan tidak lenting sama sekali apabila dua
benda yang bertumbukan bersatu alias saling menempel setelah tumbukan.
Hukum kekekalan momentum hanya berlaku pada waktu yang sangat
singkat ketika dua benda bertumbukan, karena pada saat itu belum ada gaya luar
yang bekerja.
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
m1v1 + m2v2 = m1v1 + m2v2
m1v1 + m2(0) = (m1 + m2) v
m1v1 = (m1 + m2) v

Untuk tumbukan tak lenting sama sekali, koefisien elastisitasnya (e) = 0.


e =-

(v 2' v 1' )
(v 2v 1)

=0

v2 v1 = 0
v2 = v1
Hal ini artinya, kecepatan benda 1 dan benda 2 setelah tumbukan adalah sama

4. PUSAT MASSA

Dalam gerak translasi, tiap titik pada benda mengalami pergeseran yang sama dengan
titik lainnya sepanjang waktu, sehingga gerak dari salah satu partikel dapat
menggambarkan gerak seluruh benda. Tetapi, walaupun di dalam geraknya, benda juga
berotasi atau bervibrasi, akan ada satu titik pada benda yang bergerak serupa dengan
gerak partikel, titik tersebut disebut pusat massa.
m1
m2
mn
x1
x2
xn
Misalkan terdapat n buah partikel dengan massa masing-masing, m 1, m2, ..., mn,
sepanjang garis lurus dengan jarak dari titik asal masing-masing x 1, x2, ..., xn didefinisikan
mempunyai koordinat pusat massa :
m1x1 + m2x2 + ... + mn xn
m1 + m2, + ... + mn
mixi
mi
mixi
M
Dengan cara yang sama bila partikel terdistribusi dalam 3 dimensi (ruang), koordinat
pusat massanya adalah
mixi
M
miyi
M
mizi
M
Untuk benda pejal, misalkan bola, silinder dsb, dianggap benda tersebut tersusun atas
partikel-partikel yang terdistribusi secara kontinu. Bila benda terbagi menjadi n buah
elemen dengan massa masing-masing m dan untuk m
0 koordinat pusat
massanya :
mixi
mi
miyi
mi

x dm
x dm
dm
M
y dm
dm

y dm
M

mizi
mi

z dm z dm
dm
M

5. GERAK PUSAT MASSA


Terdapat sekumpulan partikel dengan massa masing-masing : m 1, m2 , ... , mn dengan
massa total M. Dari teori pusat massa diperoleh :
M rpm = m1r1 + m2r2 + ... + mn rn
dengan rpm adalah pusat massa susunan partikel tersebut.
Bila persamaan tersebut dideferensialkan terhadap waktu t, diperoleh
M drpm /dt= m1 dr1/dt + m2 dr2/dt + ... + mn drn/dt
M vpm = m1v1 + m2v2 + ... + mn vn
Bila dideferensialkan sekali lagi, diperoleh
M dvpm /dt= m1 dv1/dt + m2 dv2/dt + ... + mn dvn/dt
M apm = m1 a1 + m2 a2 + ... + mn an
Menurut hukum Newton, F = m a, maka F1 = m1 a1, F2 = m2 a2 dst.

F1
F2

Fn
M apm = F1 + F2 + ... + Fn

Jadi massa total dikalikan percepatan pusat massa sama dengan jumlah vektor semua
gaya yang bekerja pada sekelompok partikel tersebut. Karena gaya internal selalu
muncul berpasangan (saling meniadakan), maka tinggal gaya eksternal saja
M apm = Feks
Pusat massa suatu sistem partikel bergerak seolah-olah dengan seluruh sistem
dipusatkan di pusat massa itu dan semua gaya eksternal bekerja di titik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai