NAMA
: WAHYU SATRIA
NPM
: 1607210096
KELAS
: B1/PAGI
PRODI
: TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
. (2)
B. MOMENTUM LINEAR
Untuk sebuah partikel dengan massa m dan bergerak dengan kecepatan v,
didefinikan mempunyai momentum :
p = m v.
Untuk n buah partikel, yang masing, masing dengan momentum p 1, p2 , ... , pn, secara
kesuluruhan mempunyai momentum P,
P = p1 + p2 + ... + pn
P = m1v1 + m2v2 + ... + mn vn
P = M vpm
Momentum total sistem partikel sama dengan perkalian massa total sistem partikel
dengan kecepatan pusat massanya.
dP/dt = d(Mvpm)/dt
= M dvpm/dt
dP/dt = M apm
Jadi
Feks = dP/dt
C. Impuls
Impuls didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dan lamanya gaya tersebut
bekerja. Secara matematis dapat ditulis:
I = F . t
. (3)
Besar gaya disini konstan. Bila besar gaya tidak konstan maka penulisannya akan
berbeda. Oleh karena itu dapat digambarkan kurva yang menyatakan hubungan antara F
dengan t. Bila pada benda bekerja gaya konstan F dari selang waktu t1 ke t2 maka kurva
antara F dan t adalah:
kg .
m
.s
2
s
m
= kg . s
. (8)
3. TUMBUKAN
PENGERTIAN TUMBUKAN
Tumbukan adalah pertemuan dua benda yang relatif bergerak. Pada
setiap jenis tumbukan berlaku hukum Kekekalan Momentum tetapi tidak selalu
berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Ketika benda bergerak, maka tentu saja benda memiliki kecepatan.
Karena benda memiliki kecepatan, maka benda itu pasti memiliki momentum ( =
1
Ket : m1
m2
v1
v2
v1
v2
:
:
:
:
:
:
Pada Tumbukan lenting sempurna berlaku juga Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Secara sistematis dirumuskan :
1
2
2 m1v1 +
1
2
2 m2v2 =
1
2
2 m1v1 +
1
2
2 m2v2
1
2
2 m1v1 -
1
2
2 m1v1 =
1
2
2 m2v2 -
1
2
2 m2v2
Ket :
1
2
2 m1v1
1
2
2 m2v2
1
2
2 m1v1
1
2
2 m2v2
Jika
persamaan Hukum Kekekalan Momentum dengan persamaan Hukum
Kekekalan Energi Kinetik dibagi, maka didapatkan persamaan Tumbukan Lenting
Sempurna :
v1 v2 = - (v1 v2)
Persamaan diatas menyatakan bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna,
laju kedua benda sebelum dan setelah tumbukan sama besar tetapi berlawanan
arah, berapapun massa benda tersebut.
(v ' 1v' 2)
(v 1v 2)
(v 2' v 1' )
(v 2v 1)
=0
v2 v1 = 0
v2 = v1
Hal ini artinya, kecepatan benda 1 dan benda 2 setelah tumbukan adalah sama
4. PUSAT MASSA
Dalam gerak translasi, tiap titik pada benda mengalami pergeseran yang sama dengan
titik lainnya sepanjang waktu, sehingga gerak dari salah satu partikel dapat
menggambarkan gerak seluruh benda. Tetapi, walaupun di dalam geraknya, benda juga
berotasi atau bervibrasi, akan ada satu titik pada benda yang bergerak serupa dengan
gerak partikel, titik tersebut disebut pusat massa.
m1
m2
mn
x1
x2
xn
Misalkan terdapat n buah partikel dengan massa masing-masing, m 1, m2, ..., mn,
sepanjang garis lurus dengan jarak dari titik asal masing-masing x 1, x2, ..., xn didefinisikan
mempunyai koordinat pusat massa :
m1x1 + m2x2 + ... + mn xn
m1 + m2, + ... + mn
mixi
mi
mixi
M
Dengan cara yang sama bila partikel terdistribusi dalam 3 dimensi (ruang), koordinat
pusat massanya adalah
mixi
M
miyi
M
mizi
M
Untuk benda pejal, misalkan bola, silinder dsb, dianggap benda tersebut tersusun atas
partikel-partikel yang terdistribusi secara kontinu. Bila benda terbagi menjadi n buah
elemen dengan massa masing-masing m dan untuk m
0 koordinat pusat
massanya :
mixi
mi
miyi
mi
x dm
x dm
dm
M
y dm
dm
y dm
M
mizi
mi
z dm z dm
dm
M
F1
F2
Fn
M apm = F1 + F2 + ... + Fn
Jadi massa total dikalikan percepatan pusat massa sama dengan jumlah vektor semua
gaya yang bekerja pada sekelompok partikel tersebut. Karena gaya internal selalu
muncul berpasangan (saling meniadakan), maka tinggal gaya eksternal saja
M apm = Feks
Pusat massa suatu sistem partikel bergerak seolah-olah dengan seluruh sistem
dipusatkan di pusat massa itu dan semua gaya eksternal bekerja di titik tersebut.