Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

INTERPRESTASI DATA SEISMIK PADA DAERAH X


UNTUK MENENTUKAN ZONA PROSPEK HIDROKARBON
DI KALIMANTAN TIMUR

Diajukan oleh :
WISNU ADI KURNIAWAN
1201146

JURUSAN S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK & GAS BUMI
BALIKPAPAN
2014
LEMBAR PENGESAHAN
1

PROPOSAL PENELITIAN

INTERPRESTASI DATA SEISMIK PADA DAERAH X


UNTUK MENENTUKAN ZONA PROSPEK HIDROKARBON
DI KALIMANTAN TIMUR

Dipersiapkan dan diusulkan :


Pada tanggal 23 Juni 2014

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Peneliti

Wisnu Adi Kurniawan


NIM. 1201146

Drs. Ec. Sugiono., MM


NIDN. 1110015901

Mengetahui,
PUKET I
STT Migas Balikpapan

Andy Wijaya
NIDN. 1112098001

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tercurah atas segala nikmat yang telah dilimpahkan
oleh pemilik ilmu yang maha luas Allah SWT kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Proposal Penelitian ini, sebagai persyaratan untuk memenuhi
kurikulum Tahun Akademik 2013 / 2014 dalam menyelesaikan Mata Kuliah
Metode Penelitian Ilmiah di Jurusan S1 Teknik Perminyakan, STT Migas
Balikpapan.
Proposal
SEISMIK

penelitian

PADA DAERAH

ini

berjudul

UNTUK

INTERPRESTASI DATA
MENENTUKAN

ZONA

PROSPEK HIDROKARBON DI KALIMANTAN TIMUR .


Selama melakukan dan menyusun proposal penulis banyak mendapatkan
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang telah membantu, antara
lain :
1.

Bapak Drs. EC Sugiono., MM selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian


Ilmiah sekaligus Puket I STT Migas Balikpapan yang selalu memberikan
bimbingan.

2.

Kedua orang tua tercinta yang senantiasa mendoakan dimanapun penulis


berada.

3.

Rekan-rekan jurusan S1 Teknik Perminyakan khususnya kelas reguler C


yang selalu memberi dukungan dan bantuan.
Selanjutnya penulis mengharapkan saran dan kritik yang kontruktif dan

inovatif dari para pembaca demi kesempurnaan di dalam berbagai aspek dari
proposal ini. Apabila terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun tata
bahasa dalam proposal ini, penulis memohon maaf yang besar-besarnya.
Balikpapan, Juni 2014
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
BAB I

PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1...................................................................................................Lat
ar Belakang Masalah ...............................................................

1.2...................................................................................................Ma
ksud dan Tujuan Penelitian .....................................................

1.3...................................................................................................Ide
ntifikasi Masalah .....................................................................

1.4...................................................................................................Ma

BAB II

nfaat Penelitian ........................................................................

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

2.1. Sistem Petroleum .........................................................................

2.1.1. Batuan Sumber .....................................................................

2.1.2. Migrasi .........

2.1.3. Batuan Waduk ..........

2.1.4. Lapisan Tudung ............

2.1.5. Perangkap..........

2.2. Perangkap Struktur ..................................................................

2.2.1. Perangkap Lipatan.........................................................

2.2.2. Perangkap Patahan........................................................

2.3. Analisis dan Interprestasi Penampang Seismik .......................

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 11


3.1.

Obyek Penelitian ..................................................................... 11

3.2. Alat-Alat yang Digunakan .................................................................... 11


3.3. Tahapan Penelitian ................................................................................ 11
3.3.1. Tahap Persiapan............................................................. 13
3.3.2. Tahap Analisis dan Interprestasi Penampang Seismik. . 13
3.3.3. Tahap Penentuan Zona Prospek Hidrokarbon............... 15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1......................................................................................Pet
roleum System...........................................................................
Gambar 3.1.

Diagram alir penelitian ..

5
12

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Minyak dan gas bumi hingga saat ini masih memiliki peranan penting
dalam pemenuhan kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber energi
alternatif lainnya sudah banyak ditemukan.

Mengingat masih besarnya

peranan tersebut maka eksplorasi dan eksploitasi masih terus dilakukan.


Kebutuhan dunia terhadap minyak dan gas bumi yang masih tinggi
menjadikan

peranan

eksplorasi

sangat

penting

untuk

menutupi

berkurangnya cadangan tiap waktunya. Eksplorasi bukan hanya dilakukan


untuk membuktikan keberadaan hidrokarbon pada daerah-daerah yang
benar-benar

masih

baru,

namun

dapat

juga

diterapkan

untuk

mengidentifikasi adanya jebakan baru pada suatu lapangan penghasil


hidrokarbon yang tidak terdeteksi sebelumnya, dengan demikian eksplorasi
akan dapat menbantu pengurasan minyak secara maksimal.
Keberadaan minyak dan gasbumi biasanya berada dalam suatu
perangkap (trap), sehingga eksplorasi ditujukan pada usaha pencarian
perangkap yang mengisolasi keberadaan minyak dan gasbumi tersebut.
Salah satu perangkap yang dikenal adalah perangkap struktur yang
merupakan perangkap penting yang dapat menjebak minyak dan gasbumi.
6

Mengingat seismik refleksi dapat memberikan gambaran mengenai


kondisi stratigrafi dan struktur bawah permukaan secara detail, maka dalam
penelitian ini akan dilakukan pencarian hidrokarbon pada perangkap
struktur dengan menggunakan data seismik tersebut.
1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perangkap
hidrokarbon di daerah X.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, antara lain :

Mengetahui gejala tektonik atau stuktur yang terjadi


pada daerah tersebut berdasarkan interpretasi penampang
seismik

Menentukan struktur-struktur yang dapat bertindak sebagai


perangkap hidrokarbon

1.3.

Memetakan perangkap struktur yang dinilai prospek

Geometrik dari perangkap struktur

Identifikasi Masalah
Dalam upaya pencarian hidrokarbon, terdapat lima faktor (petroleum
system) yang harus diperhatikan yaitu adanya source rock, migration,
reservoir, seal dan trap. Perangkap reservoir yang merupakan tempat
terakumulasinya minyak dan gasbumi bisa berupa perangkap stratigrafi,
perangkap struktur maupun kombinasi keduanya. Untuk mengetahui
semua itu perlu dilakukan pengambilan data seismik, pengolahan data dan
interpretasi geologi.
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan disajikan dibatasi hanya
pada interpretasi data seismik untuk menentukan zona prospek
hidrokarbon pada perangkap struktur yang dinilai prospek.

1.4.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan kemampuan


interpretasi data seismik dan pemahaman tentang tektonik bagi penulis,
lebih

khusus

lagi

yaitu

kemampuan menentukan

zona prospek

hidrokarbon. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat


memberikan sumbangan penyelesaian masalah cadangan migas yang terus
menipis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Sistem Petroleum

Gambar 1.1. Petroleum System


Untuk menyelidiki keadaan geologi dimana minyak dan gas bumi
terakumulasi, diperlukan lima persyaratan mutlak yaitu sebagai berikut :
2.1.1. Batuan Sumber

Batuan sumber ialah batuan yang merupakan tempat minyak dan gas
bumi terbentuk. Pada umumnya batuan sumber ini berupa lapisan
serpih/shale yang tebal dan mengandung material organik. Secara statistik
di simpulkan bahwa prosentasi kandungan hidrokarbon tertinggi terdapat
pada serpih yaitu 65%, batugamping 21%, napal 12% dan batubara 2%
Kadar material organik dalam batuan sedimen secara umum
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Koesoemadinata,1980) antara lain
lingkungan pengendapan dimana kehidupan organisma berkembang secara
baik sehingga material organik terkumpul, pengendapan sedimen yang
berlangsung secara cepat sehingga material organik tersebut tidak hilang
oleh pembusukan dan atau teroksidasi. Faktor lain yang juga
mempengaruhi adalah lingkungan pengendapan yang berada pada
lingkungan reduksi, dimana sirkulasi air yang cepat menyebabkan tidak
terdapatnya oksigen. Dengan demikian material organik akan terawetkan.
Proses selanjutnya yang terjadi dalam batuan sumber ini adalah
pematangan. Dari beberapa hipotesa (Koesoemadinata, 1980) diketahui
bahwa pematangan hidrokarbon dipandang dari perbandingan hidrogen
dan karbon yang akan meningkat sejalan dengan umur dan kedalaman
batuan sumber itu sendiri.
2.1.2. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan hidrokarbon dari batuan sumber
melewati rekahan dan pori-pori batuan waduk menuju tempat yang lebih
tinggi. Beberapa jenis sumber penggerak perpindahan hidrokarbon ini
diantaranya adalah kompaksi, tegangan permukaan, gaya pelampungan,
tekanan hidrostatik, tekanan gas dan gradien hidrodinamik.
Mekanisme pergerakan hidrokarbon sendiri dibedakan pada dua
hal yaitu perpindahan dengan pertolongan air dan tanpa pertolongan air.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa migrasi hidrokarbon dipengaruhi
oleh kemiringan lapisan secara regional. Waktu pembentukan minyak

umumnya disebabkan oleh proses penimbunan dan heat flow yang


berasosiasi dengan tektonik Miosen Akhir.
2.1.3. Batuan Waduk
Batuan waduk merupakan batuan berpori atau retak-retak, yang
dapat menyimpan dan melewatkan fluida. Di alam batuan waduk
umumnya berupa batupasir atau batuan karbonat. Faktor-faktor yang
menyangkut kemampuan batuan waduk ini adalah tingkat porositas dan
permeabilitas, yang sangat dipengaruhi oleh tekstur batuan sedimen yang
secara langsung dipengaruhi sejarah sedimentasi dan lingkungan
pengendapannya.
2.1.4. Lapisan tudung
Lapisan tudung merupakan lapisan pelindung yang bersifat tak
permeabel yang dapat berupa lapisan lempung, shale yang tak retak,
batugamping pejal atau lapisan tebal dari batuan garam. Lapisan ini
bersifat melindungi minyak dan gas bumi yang telah terperangkap agar
tidak keluar dari sarang perangkapnya.
2.1.5. Perangkap
Secara geologi perangkap yang merupakan tempat terjebaknya
minyak dan gasbumi dapat dikelompokan dalam tiga jenis perangkap yaitu
perangkap struktur, perangkap stratigrafi dan perangkap kombinasi dari
keduanya.
Perangkap struktur banyak dipengaruhi oleh kejadian deformasi
perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang
merupakan

respon

dari

kejadian

tektonik.

Perangkap

stratigrafi

dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan lateral, perubahan


facies batuan dan ketidakselarasan. Adapun perangkap kombinasi
merupakan perangkap paling kompleks yang terdiri dari gabungan antara
perangkap struktur dan stratigrafi.

10

2.2.

Perangkap Struktur
Perangkap struktur merupakan perangkap yang paling orisinil dan
sampai sekarang masih merupakan perangkap yang paling penting.

2.2.1. Perangkap Lipatan


Perangkap yang disebutkan perlipatan ini merupakan perangkap
utama, perangkap yang paling penting dan merupakan perangkap yang
pertama kali dikenal dalam pengusahaan minyak dan gas bumi. Unsur
yang mempengaruhi pembentukan perangkap ini yaitu lapisan penyekat
dan penutup yang berada di atasnya dan terbentuk sedemikian rupa
sehingga minyak tak bisa pindah kemana-mana. Minyak tidak bisa pindah
ke atas karena terhalang oleh lapisan penyekat. Juga ke pinggir terhalang
oleh lapisan penyekat yang melengkung ke daerah pinggir, sedangkan ke
bawah terhalang oleh adanya batas air minyak atau bidang ekipotensial.
Namun harus diperhatikan pula bahwa perangkap ini harus ditinjau dari
segi 3 dimensi, jadi bukan saja ke barat dan timur, tetapi kearah utaraselatan juga harus terhalang oleh lapisan penyekat.
Persoalan yang dihadapi dalan mengevaluasi suatu perangkap
lipatan terutama yaitu mengenai ada tidaknya tutupan (Closure). Jadi tidak
dipersoalkan apakah lipatan ini ketat atau landai, yang penting adanya
tutupan. Tutupan ini ditentukan oleh adanya titik limpah (Spill-point). Titik
limpah adalah suatu titik pada perangkap dimana kalau minyak bertambah,
minyak mulai melimpah kebagian lain yang lebih tinggi dari
kedudukannya dalam perangkap ini.
Suatu lipatan dapat saja terbentuk tanpa terjadinya suatu tutupan
sehingga tidak dapat disebut suatu perangkap. Selain itu juga ada tidaknya
tutupan sangat tergantung pada faktor struktur dan posisinya ke dalam.
Misalnya, pada permukaan dapat saja kita mendapatkan suatu tutupan
tetapi makin ke dalam tutupan itu menghilang. Menurut Leversen (1958)
menghilangnya tutupan ini disebabkan faktor bentuk lipatan serta
pengaruhnya ke dalam.

11

2.2.2. Perangkap Patahan


Patahan dapat juga bertindak sebagai unsur penyekat minyak
dalam penyaluran penggerakan minyak selanjutnya. Kadang-kadang
dipersoalkan pula apakah patahan itu bersifat penyekat atau penyalur.
Dalam hal ini Smith (1966) berpendapat bahwa persoalan patahan sebagai
penyekat sebenarnya tergantung dari tekanan kapiler. Pengkajian teoritis
memperlihatkan bahwa patahan dalam batuan yang basah air tergantung
pada tekanan kapiler dari medium dalam jalur patahan tersebut. Besar
kecilnya tekanan yang disebabkan

karena pelampungan minyak atau

kolom minyak terhadap besarnya tekanan kapiler menentukan sekali


apakah patahan itu bertindak sebagai suatu penyalur atau penyekat. Jika
tekanan tersebut lebih besar daripada tekanan kapiler maka minyak masih
bisa tersalurkan melalui patahan, tetapi jika lebih kecil maka patahan
tersebut akan bertindak sebagai suatu penyekat.
Patahan yang berdiri sendiri tidaklah dapat membentuk suatu
perangkap. Ada beberapa unsur lain yang harus dipenuhi untuk terjadinya
suatu perangkap yang betul-betul hanya disebabkan karena patahan, antara
lain :
1

Adanya kemiringan wilayah

Harus ada paling sedikit 2 patahan yang berpotongan

Adanya suatu pelengkungan lapisan atau suatu perlipatan

Pelengkungan daripada patahannya sendiri dan kemiringan wilayah


Dalam prakteknya jarang sekali terdapat perangkap patahan yang
murni. Patahan biasanya hanya merupakan suatu pelengkungan daripada
suatu perangkap struktur. Yang lebih banyak terjadi ialah asosiasi dengan
lipatan, misalnya disatu arah terdapat suatu pelengkungan atau hidung
suatu antiklin, dan di arah lainnya terdapat patahan yang menyekat
perangkap dari arah lain. Dalam hal ini patahan pada perangkap dapat
dibagi atas beberapa macam, yaitu :

12

1.

Patahan normal
Patahan normal biasa sekali terjadi sebagai suatu unsur perangkap.
Biasanya minyak lebih sering terdapat didalam hanging wall dari pada
di dalam foot wall , terutama dalam kombinasi dengan adanya lipatan.

2.

Patahan naik
Patahan naik juga dapat bertindak sebagai suatu unsur perangkap dan
biasanya selalu berasosiasi dengan lipatan yang ketat ataupun
asimetris. Patahan naik itu dapat dibagi lagi dalam dua asosiasi, yaitu
patahan naik dengan lipatan asimetris dan patahan naik yang
membentuk suatu sesar sungkup atau suatu nappe.

3.

Patahan tumbuh
Patahan tumbuh adalah suatu patahan normal yang terjadi cecara
bersamaan dengan akumulasi sedimen. Dibagian foot wall, sedimen
tetap tipis sedangkan dibagian hanging wall selain terjadi penurunan,
sedimentasinya berlangsung terus sehingga dengan demikian terjadi
suatu lapisan yang sangat tebal. Sering kali patahan tumbuh ini
menyebabkan adanya suatu roll-over. Dalam patahan tumbuh rollover ini sangat penting karena asosiasinya dengan terdapatnya minyak
bumi.

4.

Patahan transversal
Patahan transversal/horizontal yang disebut pula wrench-faults atau
strike-slip fault dapat juga bertindak sebagai perangkap. Harding
(1974) menekankan pentingnya unsur patahan transversal sebagai
pelengkap perangkap struktur. Pada umumnya perangkap patahan
transversal merupakan pemancungan oleh penggeseran patahan
terhadap kulminasi setengah lipatan dan pelengkungan struktur pada
bagian penunjaman yang terbuka.

2.3.

Analisis dan Interprestasi Penampamg Seismik


Metoda seismik merupakan metoda penyelidikan bawah permukaan
dengan memanfaatkan sifat rambatan gelombang seismik buatan.

13

Prinsipnya berdasarkan pada sifat dari perambatan gelombang pada


material bumi. Penyelidikan tersebut sangat penting dalam kegiatan
eksplorasi baik untuk penelitian regional, evaluasi prospek maupun pada
delineasi prospek dan pengembangan lapangan karena dapat mengetahui
informasi bawah permukaan secara detail.
Tahapan utama yang dilakukan untuk memperoleh data bawah
permukaan dengan menggunakan metoda seismik diantaranya yaitu tahap
pengumpulan data, tahap pengolahan data dan tahap analisis dan
interpretasi penampang seismik. Dengan melaksanakan tahapan tersebut
maka akan diperoleh gambaran bawah permukaan yang pada akhirnya
dapat digunakan untuk menentukan daerah prospek hidrokarbon.
Interpretasi penampang seismik merupakan tahap akhir dalam
penyelidikan seismik dengan tujuan untuk menerjemahkan fenomena
fisika yang terdapat dalam penampang seismik menjadi fenomena geologi.
Sebelum melakukan interpretasi sebaiknya seorang interpreter mengetahui
kondisi geologi daerah penelitian baik stratigrafi maupun struktur,
sehingga akan mempermudah pekerjaannya maupun untuk pencarian suatu
prospek.
Dalam interpretasi struktur bertujuan untuk mengetahui berbagai
deformasi yang telah terjadi, diantaranya yaitu patahan (fault), lipatan
(fold), ketidakselarasan (unconformities), dan diapir (diapirs).
Dalam kondisi tertentu bidang patahan bukan merupakan struktur
yang sederhana melainkan sebuah wilayah yang hancur dengan lebar dapat
mencapai ratusan meter tergantung pada besar dan tipe patahan itu sendiri.
Pada profil seismik patahan diindenfikasikan sebagai reflektor yang
terlihat bergeser secara vertikal.
Lipatan yang dapat dideteksi dan dipetakan dengan metoda seismik
hanya lipatan dengan skala besar, yaitu antiklinal, sinklinal dan
monoklinal. Deformasi karena lipatan ini terjadi dalam waktu yang
bervariasi selama proses sedimentasi sebuah cekungan.

14

Pada suatu saat proses sedimentasi di cekungan akan terhenti


menjadi priode non-deposisi, baru kemudian terjadi lagi proses
sedimentasi. Permukaan yang menandai perbedaan dalam deposisi ini
disebut ketidakselarasan. Dalam profil seismik, ketidakselarasan dapat
dikenali dengan muda yaitu ketika lapisan dibawah ketidakselarasan
membentuk sudut dengan lapisan diatasnya.
Material sedimen garam dan liat yang memiliki sifat dalam kondisi
tertentu seperti bentuk batuannya akan berubah oleh aliran plastik dan
migrasi dapat terjadi secara vertikal dan horizontal. Diapir terbentuk ketika
proses ini mengarah ke intrusi migrasi sedimen plastik ke atas melalui
suatu lapisan ketingkat keseimbangan batuan yang tinggi.
Indikasi struktur sesar pada penempang seismik terlihat dari
perubahan-perubahan kontinuitas pola refleksi yang dicirikan dengan
beberapa konfigurasi refleksi.
Indikasi-indikasi tersebut, antara lain :
1

Perubahan penebalan atau penipisan lapisan diantara horison

Perubahan mendadak kemiringan horison

Difraksi,

memancarkan

energi

seismik

yang

berasal

dari

diskontinuitas reflektor
4

Gejala reflektor dari bidang patahan

Diskontinuitas horison atau berpindahnya dislokasi kelangsungan


korelasi horison secara tiba-tiba
Adanya deformasi dapat dikenali melalui adanya kenampakan strata

yang bergeser maupun kenampakan seismik yang tidak beraturan.


Disamping itu dicari pula hubungan antara deformasi-deformasi yang telah
terjadi, sehingga bisa diketahui bagaimana urutan-urutan tektonik pada
daerah tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN

15

Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa penampang seismik yang digunakan untuk
analisis dan interpretasi gejala tektonik pada daerah X. Hasil
interprestasi struktur tersebut, setelah digabungkan dengan data sekunder
yang diperlukan maka akan didapatkan gambaran mengenai lokasi prospek
perangkap hidrokarbon.

Alat-Alat yang Digunakan


Untuk kelancaran pelaksanaan penelitian ini diperlukan alat-alat
sebagai penunjang. Peralatan-peralatan yang akan digunakan tersebut
antara lain :
1

Peta dasar yang menggambarkan lintasan seismik yang digunakan


dalam penelitian, posisi sumur, nomor SP, dan perpotongan antar
lintasan

Data final log Sumur X yang digunakan untuk mengetahui


kedalaman puncak formasi dan menentukan batas-batas sekuen atau
parasekuen

Penampang seismik migrasi atau final stack yang digunakan untuk


interpretasi penampang seismik

Kurva TDC dari VSP Sumur X yang digunakan untuk mengubah


satuan kedalaman yang diperoleh dari data log menjadi satuan waktu

5
3

Buku dan alat tulis lainnya

Tahapan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis membuat suatu rencana
kerja yang meliputi beberapa tahapan, dapat dilihat pada diagram alir :

16

Study Literatur

Persiapan data penampang sismik 2D

Data sumur, cheskshot dan data marker seismic 2D

Well to Seismik Tie

Data penampang seismic yang sudah diikat dengan data

Analisa kualitas seismik

Data penampang seismic yang telah di QC

Penarikan horizon dan indikasi sesar/patahan

Griding and contouring

Model peta kontur yang dihasilkan

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian

17

Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal sebagai kegiatan persiapan
sebelum melakukan penelitian, meliputi :
1

Studi literatur daerah penelitian mencakup stratigrafi dan struktur


yang berkembang berdasarkan peneliti terdahulu, untuk memperoleh
gambaran geologi daerah tersebut sehingga mempermudah dalam
melakukan interpretasi

Penyiapan dan pengumpulan data yang akan digunakan dalam


analisis dan interpretasi penampang seismik.

Data sumur khusunya log sonic dan densitas, digunakan untuk


membuat sintetik seismogram dan untuk menetukan korelasi antara
horizon seismic dan lithologi sumur (well to seismictie), data check
shot diperlukan untuk mengkoreksi log seismic dan data marker
untuk penentuan formasi.

Analisa kualitas seismik dari penampang seismik yang akan


diinterpretasi.

Tahap Analisis dan Interpretasi Penampang Seismik


Interpretasi seismik dilakukan untuk mengetahui struktur geologi
bawah permukaan dan jenis perangkap atau tutupan batuan reservoir
sebagai tempat akumulasi hidrokarbon. Kegiatan yang dilakukan dalam
tahap ini meliputi perencanaan interpretasi, penelusuran refleksi dan
penyajian hasil interpretasi.
a

Perencanaan Interpretasi

Membatasi daerah yang akan diteliti dan menentukan lintasan


seismik yang akan digunakan dalam penelitian

Pengamatan dan pemeriksaan terhadap lintasan seismik yang


akan digunakan meliputi nomor dan arah setiap penampang,
shot point, skala horisontal atau vertikal dan perpotongan
lintasan

Penentuan formasi yang akan ditelusuri refleksi seismiknya


18

Mengubah satuan kedalaman tiap-tiap puncak formasi


(berdasarkan data sumur) yang akan ditelusuri refleksi
seismiknya kedalam satuan waktu dengan menggunakan TDC
dari hasil VSP Sumur X.

Memindahkan satuan waktu tiap-tiap puncak formasi yang


akan ditelusuri ke dalam penampang seismic

Penelusuran Refleksi Seismik

Penelusuran refleksi seismik menggunakan pinsil warna untuk


identifikasi refleksi seismik yang akan ditelusuri sesuai warna
yang sudah ditentukan.

Pewarnaan dilakukan pada lembah (trough) dari bentuk


amplitudo

Pada saat penelusuran refleksi, dilakukan pengikatan pada


setiap perpotongan lintasan seismik untuk mengetahui apakah
pewarnaan horison sudah benar dengan menggunakan sistem
jaringan tertutup.

Pengamatan terhadap unsur-unsur struktur geologi

Pembacaan waktu refleksi ditiap nomor SP pada tiap


penampang seismik untuk refleksi yang sudah ditelusuri dan
akan dipetakan. Pembacaan dilakukan pada tengah-tengah
puncak amplitudo. Kedalaman reflektor dibaca dari datum 0
untuk setiap SP yang ada pada penampang seismik.

Apabila mengalami hambatan (gap), dilakukan pengamatan


dari sisi yang lain. Gap umumnya disebabkan oleh sesar,
perubahan fasies, ataupun gangguan pada saat pengolahan atau
pengumpulan data.

Penyajian hasil interprestasi


Hasil interpretasi patahan (fault) yang dilakukan dengan
menarik patahan dari masing-masing seismik, kemudian patahan-

19

patahan yang sama dikorelasikan dengan membuat peta bidang


patahan (fault surface map).
3.3.3. Tahap Penentuan Zona Prospek Hidrokarbon
Tahap ini merupakan penggabungan antara hasil interpretasi
penampang seismik dengan data sekunder berupa hasil interpretasi seismik
stratigrafi dan hasil final log sumur. Hasilnya diharapkan dapat digunakan
untuk

menentukan

daerah

prospek

hidrokarbon

yang

dibedakan

berdasarkan skala prioritas.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. Fachrudin., Petunjuk Penulisan Laporan Pemetaan Geologi


Pendahuluan, Usulan Penelitian, dan Skripsi, Jurusan Geologi, Jatinangor,
1995.
Koesoemadinata, Geologi Minyak dan Gas Bumi, penerbit ITB, 1980.
Neidell, Norman S., Stratigraphic Modelling and Interpretation: Geophysical
Principles and Techniques, Education Course Note Series # 13, Zenith
Exploration Company Houston, Texas, AAPG.
Prajuto, Pendahuluan Interpretasi Data Seismik, Atlantic Richfield Indonesia

20

Inc., Jakarta, 1988.


Sarg, J. F., Carbonate Sequence Stratigraphy, Exxon Production Research Co.
Tidak dipublikasikan.
Soebari, Oeke. Prinsip-prinsip Seismik, Diktat Kuliah MIGAS, STT Migas. 2001.
Tearpock, Daniel J. and Bischke, Richard E., Applied Subsurface Geological
Mapping, P T R Prentice-Hall, Inc., A Simon & Schuster Company, 1991

21

Anda mungkin juga menyukai