Materi Pembelajaran
1. Pengertian Gerak Parabola
Pernahkah anda memperhatikan sebuah bola basket yang bergerak untuk
memasuki ring? Atau sebuah bola sepak yang melambung tinggi saat ditendang oleh
seorang pemain? Bagaimana lintasan gerak bola tersebut? Lintasan gerak yang
terbentuk pada kedua fenomena tersebut disebut dengan lintasan gerak parabola.
(Fenomena)
Selain gerakan bola sepak, banyak sekali contoh gerakan peluru/parabola yang
kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya adalah gerak bola volly,
gerakan bola basket, bola tenis, bom yang dijatuhkan, peluru yang ditembakkan
gerakan lompat jauh yang dilakukan atlet dan sebagainya. Apabila diamati secara
saksama, benda-benda yang melakukan gerak parabola selalu memiliki lintasan
berupa lengkungan dan seolah-olah ditarik kembali kepermukaan tanah (bumi) setelah
mencapai titik tertinggi. Mengapa demikian ? (Fenomena)
Benda-benda yang melakukan gerakan peluru/parabola dipengaruhi oleh beberapa
faktor. (Konsep)
a. Pertama, benda tersebut bergerak karena ada gaya yang diberikan. Mengenai
Gaya, selengkapnya kita pelajari pada pokok bahasan Dinamika (dinamika adalah
ilmu fisika yang menjelaskan gaya sebagai penyebab gerakan benda dan
membahas mengapa benda bergerak demikian). Pada kesempatan ini, kita belum
menjelaskan bagaimana proses benda-benda tersebut dilemparkan, ditendang dan
sebagainya. Kita hanya memandang gerakan benda tersebut setelah dilemparkan
dan bergerak bebas di udara dengan pengaruh gravitasi.
b. Kedua, seperti pada Gerak Jatuh Bebas, benda-benda yang melakukan gerak
peluru dipengaruhi oleh gravitasi, yang berarah ke bawah (pusat bumi) dengan
besar g = 9,8 m/s2.
c. Ketiga, hambatan atau gesekan udara. Setelah benda tersebut ditendang,
dilemparkan, ditembakkan atau dengan kata lain benda terebut diberikan
kecepatan awal hingga bergerak, maka selanjutnya gerakannya bergantung pada
gravitasi dan gesekan atau dalam hal ini adalah hambatan udara. Karena kita
menggunakan model ideal, maka dalam menganalisis gerak peluru, gesekan udara
diabaikan.
Gerak parabola merupakan suatu jenis gerakan benda yang pada awalnya diberi
kecepatan awal lalu menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh
gravitasi (Prinsip). Karena gerak parabola termasuk dalam pokok bahasan kinematika
(ilmu fisika yang membahas tentang gerak benda tanpa mempersoalkan
penyebabnya), maka pada pembahasan ini, Gaya sebagai penyebab gerakan benda
diabaikan, demikian juga gaya gesekan udara yang menghambat gerak benda. Kita
hanya meninjau gerakan benda tersebut setelah diberikan kecepatan awal dan
bergerak dalam lintasan melengkung di mana hanya terdapat pengaruh gravitasi.
c. Ketiga, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal dari
ketinggian tertentu dengan sudut teta terhadap garis horisontal, sebagaimana
tampak pada gambar di bawah.
v = s/t
s = vt
vy = voy – gt
y = yo + voy t – ½ gt2
v2y = v2yo – 2gh
Sebelum menganalisis gerak parabola secara terpisah, terlebih dahulu kita amati
komponen Gerak parabola secara keseluruhan.
Pertama, gerakan benda setelah diberikan kecepatan awal dengan sudut alfa (α)
terhadap garis horisontal.
Kecepatan awal (vo) gerak benda diwakili oleh vox dan voy. vox merupakan kecepatan
awal pada sumbu x, sedangkan voy merupakan kecepatan awal pada sumbu y. v y
merupakan komponen kecepatan pada sumbu y dan vx merupakan komponen
kecepatan pada sumbu x. Pada titik tertinggi lintasan gerak benda, kecepatan pada
arah vertikal (vy) sama dengan nol.
Kedua, gerakan benda setelah diberikan kecepatan awal pada ketinggian tertentu
dengan arah sejajar horisontal.
Kecepatan awal (vo) gerak benda diwakili oleh vox dan voy. vox merupakan kecepatan
awal pada sumbu x, sedangkan Kecepatan awal pada sumbu vertikal (v oy) = 0. vy
merupakan komponen kecepatan pada sumbu y dan vx merupakan komponen
kecepatan pada sumbu x.
4. Menganalisis komponen gerak parabola secara terpisah
a. Komponen kecepatan awal
Terlebih dahulu kita nyatakan kecepatan awal untuk komponen gerak
horizontal vox dan kecepatan awal untuk komponen gerak vertikal, voy.
Catatan :
Gerak parabola selalu mempunyai kecepatan awal. Jika tidak ada kecepatan awal
maka gerak benda tersebut bukan termasuk gerak peluru. Walaupun demikian,
tidak berarti setiap gerakan yang mempunyai kecepatan awal termasuk gerak
parabola (Prinsip).
Karena terdapat sudut yang dibentuk, maka kita harus memasukan sudut
dalam perhitungan kecepatan awal. Mari kita turunkan persamaan kecepatan awal
untuk gerak horisontal (vox) dan vertikal (voy) dengan bantuan rumus Sinus,
Cosinus dan Tangen. Dipahami dulu persamaan sinus, cosinus dan tangen di
bawah ini.
Berdasarkan bantuan rumus sinus, cosinus dan tangen di atas, maka kecepatan
awal pada bidang horisontal dan vertikal dapat kita rumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
vo = kecepatan awal,
vox = kecepatan awal pada sumbu x,
voy= kecepatan awal pada sumbu y,
θ = sudut yang dibentuk terhadap sumbu x positif.
lainnya)
untuk menunjukkan bahwa percepatan (atau kecepatan dan jarak) tersebut
termasuk komponen gerak horisontal atau sumbu x. Pada gerak peluru terdapat
kecepatan awal, sehingga kita gantikan v dengan vo.
Dengan demikian, kita akan mendapatkan persamaan Gerak Parabola untuk
sumbu x :
v x =v ox ....... persamaan kecepatan pada sumbu x
x=x o + v ox t ....... persamaan posisi pada sumbu x
Keterangan :
v x = kecepatan gerak benda pada sumbu x,
v ox = kecepatan awal pada sumbu x,
x = posisi benda,
t = waktu tempuh,
xo = posisi awal.
Jika pada contoh suatu gerak peluru tidak diketahui posisi awal, maka silahkan
melenyapkan x o .
c. Kecepatan dan perpindahan benda pada arah vertikal
Untuk gerak pada sumbu y alias vertikal, kita gantikan x dengan y (atau h =
tinggi), v dengan vy, vo dengan voy dan a dengan (‐g) (gravitasi). Dengan
demikian, kita dapatkan persamaan Gerak Peluru untuk sumbu y :
Persamaan kecepatan pada sumbu y bila posisi (h atau y) tidak diketahui :
vy = voy – gt
y = yo + voy t – ½ gt2
Keterangan :
vy = kecepatan gerak benda pada sumbu y alias vertikal,
voy = kecepatan awal pada sumbu y,
g = gravitasi,
t = waktu tempuh,
y = posisi benda (bisa juga ditulis h),
yo = posisi awal.
Berdasarkan persamaan kecepatan awal untuk komponen gerak horizontal
voxdan kecepatan awal untuk komponen gerak vertikal, voy yang telah kita
turunkan di atas, maka kita dapat menulis persamaan Gerak Parabola secara
lengkap sebagai berikut :
Persamaan gerak parabola pada sumbu x (horisontal) :
vx = vo cos θ
x = xo + (vo cos θ ) t
vy = (vo sinθ) ‐ gt
y = yo + (vo sin θ) t – ½ gt2
v2y = (vo sin θ)2 – 2gh
Setelah menganalisis gerak peluru secara terpisah, baik pada komponen
horizontal alias sumbu x dan komponen vertikal alias sumbu y, sekarang kita
menggabungkan kedua komponen tersebut menjadi satu kesatuan. Hal ini
membantu kita dalam menganalisis Gerak Parabola secara keseluruhan, baik
ditinjau dari posisi, kecepatan dan waktu tempuh benda. Pada pokok bahasan
Vektor dan Skalar telah dijelaskan teknik dasar metode analitis. Sebaiknya anda
mempelajarinya terlebih dahulu apabila belum memahami dengan baik.
Persamaan untuk menghitung posisi dan kecepatan resultan dapat dirumuskan
sebagai berikut (Prosedur) :
Menghitung posisi benda setiap saat :
s= √ x + y
2 2
v=√ v x2 + v y 2
vy
tan θ=
vx
Syarat suatu benda mencapai titik tertinggi adalah vy= 0, maka kecepatan pada
titik tertinggi :
v H =v x
Untuk mencari tinggi maksimum, maka :
v y =0
v 0 y −g t oH =0
v 0 y v 0 sin α 0
t 0H= =
g g
Dengan t 0 H adalah waktu untuk mencapai ketinggian maksismum.
Untuk mencari koordinat titik tertinggi pada sumbu x adalah :
x=v . t
x H =v .t 0 H
x H =¿
Sehingga :
2
v0
xH= sin 2 α 0
2g
Untuk mencari koordinat titik tertinggi pada sumbu y adalah :
1 2
y=v 0 y t− g t
2
1
y H =v 0 y t 0 H − g t 20 H
2
( ) ( )
2
v 0 sin α 0 1 v 0 sin α 0
y H =( v 0 sin α 0 ) − g
g 2 g
2 v 20 sin 2 α 0 v 20 sin 2 α 0
y H= −
2g 2g
Sehingga :
v 20 sin 2 α 0
y H=
2g
2 v 0 sin α 0
t max=
g
v 20 sin 2 α 0
X max=
g
Keterangan :
vo = kecepatan awal (m/s)
voy = kecepatan pada sumbu y (m/s)
vox = kecepatan pada sumbu x (m/s)
α = sudut elevasi
t = waktu (s)
tmax = waktu untuk mencapai titik terjauh (s)
x = posisi pada arah horisontal (m)
y = posisi pada arah vertikal (m)
yH = titik tertinggi pada sumbu y (m)
xH = titik tertinggi pada sumbu x (m)
Xmax = jarak terjauh pada sumbu x (m)