Anda di halaman 1dari 22

Kata Pengantar

Ilmu dasar seperti fisika merupakan sesuatu yang teramat penting


menunjang berbagai disiplin ilmu lain. Karena itu,baik dalam usaha kita
menekuni ilmu yang bersifat murni maupun terapan, penguasaan ilmu
dasar adalah hal yang mutlak diperlukan.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan keterkaitan antara
mekanika,usaha dan energi,tumburukan,impul dan
momentum,keseimbangan benda tegar dan dinamika rotasi,flida serta
termodinamika.
Penulis memaklumi bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan,baik dari segi isi,cara penyajian,dan bahasa yang
digunakan. Untuk itu kritik dan saran membangun sangat penulis
harapkan dari para pembaca.Demikianlah,kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, Januari 2016

Penulis
Pembahasan
A. Mekanika
Mekanika terbagi menjadi 2 yaitu:

Kinematika
Gerak
Suatu benda dikatakan bergerak bila posisinya setiap saat berubah
terhadap suatu acuan tertentu. Panjang lintasan yang di tempuh disebut
jarak, sedangkan perpindahkan diartikan sebagai perubahan posisi benda
dari keadaaan awal ke keadaan akhirnya. Kelajuan adalah jarak yang
ditempuh suatu benda dibagi selang waktu atau waktu untuk menempuh
jarak itu, sedangkan kecepatan adalah perpindahan suatu benda dibagi
selang waktu untuk menempuhnya. Dalam bentuk persamaan, keduanya
dapat dituliskan:
s
V= t

dengan :

V = kecepatan benda
s = perpindahan benda
t = waktu tempuh
Seperti disinggung pada uraian sebelumnya sulit bagi benda-benda
untuk mempertahankan dirinya agar memiliki kelajuan yang tetap dari
waktu ke waktu. Umumnya kelajuan benda selalu berubahubah.
Perubahan kelajuan benda dibagi waktu perubahan disebut perlajuan.
Persamaannya ditulis sebagai berikut:
v
a= t

gerak terbagi menjadi :


Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak benda dalam lintasan
garis lurus dengan kecepatan tetap. Untuk lebih
memahaminya,perhatikan grafik berikut.
Grafik di atas menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan waktu
tempuh (t) suatu benda yang bergerak lurus. Anda dapat menghitung
jarak yang ditempuh oleh benda dengan cara menghitung luas daerah di
bawah kurva bila diketahui grafik (v - t). Jarak yang ditempuh = luas
daerah yang diarsir pada grafik v t.

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam lintasan
garis lurus dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah bahwa dari
waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat. Kini,
perhatikanlah gambar 3.7 di bawah yang menyatakan hubungan antara
kecepatan, (v) dan waktu (t) sebuah benda yang bergerak lurus berubah
beraturan dipercepat

.
Besar percepatan benda :
v
a= t

dengan :
v1 = v 0 t1 = 0
v2 = v t t2 = t
maka,
vt = v0 + at
sehingga kecepatan rata-rata benda dapat dituliskan:

atau,
s = v0 t + 0.5at2
dan
vt2 = v02 + 2as
Contoh-Contoh Gerak Lurus Berubah Beraturan :

Jatuh Bebas
Pada jatuh bebas ketiga persamaan GLBB dipercepat yang
kitabicarakan pada kegiatan sebelumnya tetap berlaku, hanya saja v0 kita
hilangkan dari persamaan karena harganya nol dan lambang s
padapersamaan-persamaan tersebut kita ganti dengan h yang
menyatakan ketinggian dan a kita ganti dengan g.

Jadi, ketiga persamaan itu sekarang adalah:


vt = gt
h = 0.5gt2
v= 2 gh

Gerak Vertikal Ke Atas


Lemparkan bola vertikal ke atas, amati gerakannya. Bagaimana
kecepatan bola dari waktu ke waktu! Selama bola bergerak ke atas,
gerakan bola melawan gaya gravitasi yang menariknya ke bumi. Akhirnya
bola bergerak diperlambat. Akhirnya setelah mencapai ketinggian tertentu
yang disebut tinggi maksimum, bola tak dapat naik lagi. Pada saat ini
kecepatan bola nol. Oleh karena tarikan gayagravitasi bumi tak pernah
berhenti bekerja pada bola, menyebabkan bola bergerak turun. Pada saat
ini bola mengalami jatuh bebas, bergerak turun dipercepat.

Jadi bola mengalami dua fase gerakan. Saat bergerak ke atas bola
bergerak GLBB diperlambat (a = g) dengan kecepatan awal tertentu lalu
setelah mencapai tinggi maksimum bola jatuh bebas yang merupakan
GLBB dipercepat dengan kecepatan awal nol. Pada saat benda bergerak
naik berlaku persamaan :
vt = v0 - gt
h = v0 t - 0.5gt2
vt2 = v02 2gh
Gerak Vertikal Ke Bawah
Berbeda dengan jatuh bebas, gerak vertikal ke bawah yang
dimaksudkan adalah gerak benda-benda yang dilemparkan vertikal ke
bawah dengan kecepatan awal tertentu. Jadi seperti gerak vertikal ke atas
hanya saja arahnya ke bawah. Sehingga persamaanpersamaannya sama
dengan persamaan-persamaan pada gerak vertikal ke atas, kecuali tanda
negatif pada persamaan-persamaan gerak vertikal ke atas diganti dengan
tanda positif. Sebab gerak vertikal ke bawah adalah GLBB yang dipercepat
dengan percepatan yang sama untuk setiap benda yakni g.
Gerak Peluru
Gerak peluru merupakan suatu jenis gerakan benda yang pada
awalnya diberi kecepatan awal lalu menemp Gerak peluru adalah gerak
dua dimensi, di mana melibatkan sumbu horisontal dan vertikal. Jadi gerak
parabola merupakan superposisi atau gabungan dari gerak horisontal dan
vertikal. Kita sebut bidang gerak peluru sebagai bidang koordinat xy,
dengan sumbu x horisontal dan sumbu y vertikal.h lintasan yang arahnya
sepenuhnya dipengaruhi oleh gravitasi. Sebelum menganalisis gerak
parabola secara terpisah, terlebih dahulu kita amati komponen Gerak
Peluru secara keseluruhan. Pertama, gerakan benda setelah diberikan
kecepatan awal dengan sudut teta terhadap garis horisontal.

Kecepatan awal (vo) gerak benda diwakili oleh v0x dan v0y. v0x
merupakan kecepatan awal pada sumbu x, sedangkan v0y merupakan
kecepatan awal pada sumbu y. vy merupakan komponen kecepatan pada
sumbu y dan vx merupakan komponen kecepatan pada sumbu x. Pada titik
tertinggi lintasan gerak benda, kecepatan pada arah vertikal (vy) sama
dengan nol.Kedua, gerakan benda setelah diberikan kecepatan awal
padaketinggian tertentu dengan arah sejajar horisontal.

Kecepatan awal (vo) gerak benda diwakili oleh v0x dan v0y. v0x
merupakan kecepatan awal pada sumbu x, sedangkan Kecepatan awal
pada sumbu vertikal (voy) = 0. vy merupakan komponen kecepatan pada
sumbu y dan vx merupakan komponen kecepatan pada sumbu x.
Dinamika
Dinamika partikel adalah cabang mekanika yang mempelajari gerak
suatu partikel dengan meninjau penyebab geraknya. Gerak dari suatu
partikel dipengaruhi oleh sifat-sifat dan susunan benda lain yang ada
disekitarnya. Persoalan pengaruh lingkungan yang mempengaruhi gerak
suatu partikel telah dipecahkan oleh Issac Newton (1642-1727) yang
digambarkan dengan menggunakan hanya tiga hukum sederhana yang
dinamakan dengan hukum Newton tentang gerak.
Pernahkah kalian mendorong sebuah piano ? Apa yang kalian
rasakan? Jika kalian mendorongnya, mungkin akan terasa berat. Akan
tetapi, jika teman-teman kalian membantu untuk mendorong benda
tersebut, mungkin akan terasa lebih ringan. Mengapa bisa terjadi?

Semakin besar gaya yang diberikan maka semakin mudah kalian,


mendorongnya. Semua yang kalian lakukan tersebut terjadi karena
terdapat gaya yang bekerja pada benda. Teori mengenai dinamika gerak
ini diterangkan oleh seorang ilmuwan Fisika yang bernama Isaac Newton.
Disini, kita akan mempelajari hukum gerak Newton secara berurutan.
Hukum pertama, memperkenalkan konsep kelembaman yang telah
diusulkan sebelumnya oleh Galileo. Hukum kedua, menghubungkan
percepatan dengan penyebab percepatan, yakni gaya. Hukum ketiga,
merupakan hukum mengenai aksi-reaksi. Newton menuliskan ketiga
hukum geraknya dalam sebuah buku yang terpenting sepanjang sejarah,
yakni Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, yang dikenal sebagai
principia.
Hukum Pertama Newton
Sebelum mempelajari hukum pertama newton, perhatikanlah
peristiwa berikut ini ! Ketika kalian berada di dalam mobil yang sedang
melaju, tiba-tiba mobil direm secara mendadak, kalian akan terdorong ke
depan. Demikian juga ketika mobil dari keadaan diam, tiba-tiba akan
bergerak ke depan pada saat kalian menginjak gas, kalian akan
merasakan bahwa badan kalian menekan bagian belakang tempat duduk
kalian. Contoh lainnya adalah ketika mobil yang kalian tumpangi melintasi
tikungan, Kalian seolah-olah akan terlempar ke sisi luar tikungan.
Hal ini terjadi karena pada prinsipnya, benda yang diam akan tetap
diam sebelum ada gaya yang menarik atau mendorongnya sehingga
dapat bergerak. Demikian juga pada benda yang sedang bergerak dengan
kecepatan konstan akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan dan
akan dapat berhenti jika ada gaya yang melawan gerak tersebut. Keadaan
ini disimpulkan oleh Newton sebagai berikut :
Setiap benda tetap dalam keadaan diam atau bergerak dengan
kelajuan konstan pada garis lurus kecuali ada resultan gaya yang bekerja
pada benda tersebut.
Kesimpulan Newton tersebut dikenal sebagai hukum I Newton. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

F =0

Pernyataan di atas dikenal sebagai Hukum Pertama Newton.


Kecenderungan benda mempertahankan keadaannya, yaitu diam atau
bergerak dengan kelajuan konstan dalam garis lurus, disebut kelembaman
atau inersia. Oleh karena itu, Hukum Pertama Newton disebut juga
sebagai hukum Kelembaman.
Hukum Kedua Newton
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, setiap benda cenderung
mempertahankan keadaannya selama tidak ada resultan gaya yang
bekerja benda tersebut. Apa yang terjadi jika resultan gaya yang bekerja
pada benda tersebut tidak sama dengan nol? Hasil eksperimen Newton
menunjukkan bahwa gaya yang diberikan pada benda akan
menyebabkanbenda tersebut mengalami perubahan kecepatan. Ketika
gaya tersebut searah dengan gerak benda, kecepatannya bertambah dan
ketika gaya tersebut berlawanan dengan gerak benda, kecepatannya
berkurang. Dengan kata lain, jika resultan gaya yang bekerja pada benda
tidak sama dengan nol, benda akan bergerak dengan suatu percepatan.
Hasil eksperimen Newton juga menunjukkan bahwa percepatan benda
sebanding dengan resultan gaya yang diberikan. Akan tetapi, hubungan
antara resultan gaya dan percepatan pada benda satu yang dihasilkan
berbeda dengan benda lainnya. Kenyataan ini mengantarkan Newton pada
konsep massa benda.
Massa adalah ukuran kelembaman suatu benda. Semakin besar
massa benda, semakin sulit untuk mengubah keadaan geraknya. Dengan
kata lain, semakin besar massa benda, semakin besar gaya yang harus
diberikan untuk menggerakkannya dari keadaan diam atau
menghentikannya dari keadaan bergerak. Sebagai contoh, sebuah mobil
lebih lembam dan memerlukan gaya yang besar untuk mengubah
geraknya dibandingkan dengan sebuah sepeda motor. Dengan demikian,
mobil memiliki massa lebih besar daripada sepeda motor. Berdasarkan
kesimpulan-kesimpulan tersebut, Newton menggabungkannya
menjadisebuah pernyataan, yang dikenal dengan hukum II Newton, yaitu
Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu
benda berbanding lurus dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik
dengan massa benda. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut
:
F
a= m atau F
= ma
dengan: F = resultan gaya yang bekerja pada benda (newton atau,
disingkat, N),
m = massa benda (kg), dan
a = percepatan benda(m/s2).
Semakin besar resultan gaya yang diberikan pada benda, semakin
besar percepatan yang dihasilkannya. Jadi, percepatan benda sebanding
dengan resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Arah percepatan
sama dengan arah resultan gayanya.
Hukum Ketiga Newton
Gaya selalu muncul berpasangan. Misalnya,ketika kita memukul
pasak kayu menggunakan palu, pasak akan
memberikan gaya kepada palu. Demikian
pula, ketika kita berjalan di atas lantai, kita
memberikan gaya pada lantai melalui telapak
kaki atau alas sepatu kita maka lantaipun
memberikan gaya pada telapak kaki atau alas
sepatu kita sebagai reaksi terhadap gaya
yang kita berikan. Dengan kata lain, ketika
suatu benda memberikan gaya pada benda
lainnya, benda kedua akan memberikan gaya
yang sama dan berlawanan arah pada benda
pertama. Pernyataan di atas dikenal sebagai
Hukum Ketiga Newton. Sifat pasangan gaya
aksi-reaksi besarnya selalu sama, segaris,
saling berlawanan arah, dan bekerja pada
benda yang berbeda.
Pasangan gaya aksi reaksi ini dijelaskan Newton dalam hukum
ketiganya. Bunyi hukum III Newton adalah sebagai berikut Jika benda A
mengerjakan gaya pada benda B, maka benda B akan mengerjakan gaya
pada benda A, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Hukum
ini biasanya juga dinyatakan sebagai berikut Untuk setiap aksi, ada suatu
reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah. Secara matematis
hukum III Newton dapat di tulis sebagai berikut :

Faksi = -Freaksi
Hukum newton hanya memberikan perumusan tentang bagaimana
gaya mempengaruhi keadaan gerak suatu benda, yaitu melalui perubahan
momentumnya. Sedangkan bagaimana perumusan gaya dinyatakan
dalam variabel-variabel keadaan benda, harus dicari melalui pengamatan
terhadap benda-benda penyebab gaya.Beberapa kasus sederhana
perumusan tersebut akan diuraikan di bawah ini :

Gaya berat
Untuk semua benda yang dekat permukaan bumi, percepatan
gravitasi yang dialami benda dianggap sama, sehingga berat benda
sebanding dengan massanya. Besar gaya berat pada sebuah benda yang
dekat dengan permukaan bumi diberikan oleh

W = mg

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada


permukaan bumi sekitar 9; 8 m/s2. Untuk benda jauh dari permukaan
bumi, harus digunakan perumusan percepatan gravitasi yang diperoleh
dari hukum gravitasi universal.
Gaya Normal.
Gaya normal (N) adalah gaya yang bekerja pada bidang yang
bersentuhan antara dua permukaan benda, yang arahnya selalu tegak
lurus dengan bidang sentuh. Jadi, pada benda yang terletak di meja
terdapat dua gaya yang bekerja, yaitu gaya normal (N) yang berasal dari
meja dan gaya berat (w). Kedua gaya tersebut besarnya sama tetapi
berlawanan arah, sehingga membentuk keseimbangan pada benda.

Gaya gesekan.
Gaya gesek adalah gaya yang terjadi antara dua permukaan yang
bergerak relatif berlawanan.

Arah gaya gesekan selalu tangensial (sejajar) terhadap permukaan


sentuh. Gaya ini merupakan pasangan dari gaya normal dan secara
bersama mendeskripsikan total gaya yang bekerja antara dua benda yang
bersentuhan. Dipostulatkan bahwa gaya gesekan ini sebading dengan
gaya normal, karena bila gaya normal tidak ada berarti tidak terjadi
persentuhan dan tidak akan ada gesekan. Koefisien kesebandingannya
disebut sebagai koefisien gesekan. Ketika sebuah benda dalam keadaan
diam di atas suatu permukaan ternyata dibutuhkan gaya yang lebih besar
pada awalnya untuk memulai gerakan. Hal ini karena antara atom-atom
ataupun molekul kedua permukaan telah terbentuk ikatan-ikatan antara
molekul maupun atom. Sehingga dibutuhkan lebih banyak gaya untuk
memutus ikatan tersebut. Karena itu ada dua jenis koefisien gesekan,
koefisien gesekan statis, yang terkait dengan benda yang diam dan
koefisien gesekan kinetik, untuk benda yang
bergerak. Gaya gesekan kinetik fk selalu berlawanan
arah dengan arah gerak benda, dan besarnya
dirumuskan sebagai :

f k = kN
dengan N adalah besar gaya normal. Sedangkan
gesekan statik selalu berlawanan arah dengan arah
gaya yang berusaha menggerakkan benda, dan besarnya ditentukan dari
rumus kesetimbangan gaya-gaya. Khusus untuk besar gaya gesekan statik
maksimum (yaitu tepat sebelum benda bergerak), dirumuskan sebagai

fs = sN
Gaya sentripal
Benda yang mengalami gerak melingkar beraturan mengalami
percepatan sentripetal. Arah percepatan sentripetal selalu menuju ke
pusat lingkaran dan tegak lurus dengan vektor kecepatan. Menurut hukum
II Newton, percepatan ditimbulkan karena adanya gaya. Oleh karena itu,
percepatan sentripetal ada karena adanya gaya yang menimbulkannya,
yaitu gaya sentripetal.
Pada hukum II Newton dinyatakan bahwa gaya merupakan perkalian
antara massa benda dan percepatan yang dialami benda tersebut. Sesuai
hukum tersebut, hubungan antara percepatan sentripetal, massa benda,
dan gaya sentripetal dapat dituliskan sebagai berikut :

Keterangan:
Fs : gaya sentripetal (N)
m : massa benda (kg)
v : kecepatan linear (m/s)
r : jari-jari lingkaran (m)
: kecepatan sudut
Gaya sentripetal pada gerak melingkar berfungsi untuk merubah
arah gerak benda. Gaya sentripetal tidak mengubah besarnya kelajuan
benda. Setiap benda yang mengalami gerak melingkar pasti memerlukan
gaya sentripetal. Misalnya, planet-planet yang mengitari matahari,
elektron yang mengorbit inti atom, dan batu yang diikat dengan tali dan
diputar.
Pada kehidupan sehari-hari kita pasti dapat menemui contoh
penerapan hukum-hukum Newton antara lain :

Gerak Benda pada Bidang Datar

Perhatikan Gambar (a)! Sebuah benda yang terletak di atas bidang


datar licin ditarik horizontal dengan gaya F. Ternyata benda tersebut
bergerak dengan percepatan a. Karena benda bergerak pada sumbu X
(horizontal), maka gaya yang bekerja pada benda tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :

Bagaimana jika gaya tarik F membentuk sudut (Gambar (b))?


Komponen yang menyebabkan benda bergerak di atas bidang datar licin
adalah komponen horizontal F, yaitu Fx. Oleh karena itu, persamaannya
dapat ditulis sebagai berikut :

Sesuai dengan hukum II Newton, percepatan benda adalah sebagai


berikut :

Bagaimana jika bidang datar tempat benda berada kasar? Untuk


sebuah benda yang berada di atas bidang kasar, kita harus
memperhitungkan gaya gesek antara benda dan bidang datar tersebut.
Gerak Dua Benda yang Bersentuhan
Misalkan dua benda ma dan mb bersentuhan dan diletakkan pada
bidangdatar licin (perhatikan Gambar ). Jika benda ma didorong dengan
gaya F , maka besarnya gaya kontak antara benda ma dan mb adalah Fab
dan Fba. Kedua gaya tersebut sama besar tetapi arahnya berlawanan.
Menurut hukum II Newtonpermasalahan tersebut dapat kita tinjau sebagai
berikut.
Gaya yang bekerja pada benda pertama adalah Fx = m . a atau F Nab =
ma . a. Gaya yang bekerja pada benda kedua adalah Fx = mb .a atau Nba
= ma . a. Karena Nab dan Nba merupakan pasangan aksi reaksi, maka besar
keduanya sama. Sehingga Anda juga dapat menuliskan persamaan Nab =
ma . a. Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut, Anda dapatkan
persamaan sebagai berikut :
F m b . a = ma . a
F = m a . a + mb a
F
F = (ma + mb) a atau a = ma+ mb

Dengan demikian persamaan gaya kontak


antara benda ma + mb adalah sebagai berikut.

Gerak Benda pada Bidang Miring


Kita telah mengetahui bahwa sebuah
benda yang diletakkan di atas meja tidak akan jatuh. Hal itu karena
adanya gaya lain yang bekerja pada benda selain gaya berat, yaitu gaya
normal. Ingat, arah gaya normal selalu tegak lurus dengan bidang sentuh.
Misalnya, sebuah benda yang bermassa m diletakkan pada bidang miring
licin yang membentuk sudut terhadap bidang horizontal. Jika diambil
sumbu X sejajar bidang miring dan sumbu Y tegak lurus dengan bidang
miring, maka komponen-komponen gaya beratnya adalah sebagai
berikut :
Komponen gaya berat pada sumbu X adalah Wx = mg sin
Komponen gaya berat pada sumbu Y adalah Wy = mg cos
Gaya-gaya yang bekerja pada sumbu Y adalah sebagai berikut :

Karena benda tidak bergerak pada sumbu y, maka Fy = 0 atau N =


mg cos . Gaya-gaya yang bekerja pada sumbu x adalah sebagai berikut.
Fx = mg sin
Karena benda bergerak pada sumbu X (gaya yang menyebabkan
benda bergerak adalah gaya yang sejajar dengan bidang miring), maka
percepatan yang dialami oleh benda adalah sebagai berikut.
Fx = m.a
mg sin = m. a atau a = g sin
Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Katrol
Perhatikan Gambar ! Misalnya dua buah benda ma dan mb
dihubungkan dengan seutas tali melalui sebuah katrol licin (tali dianggap
tidak bermassa). Jika ma > mb ,maka ma akan bergerak ke bawah (positif)
dan mb bergerak ke atas (negatif) dengan percepatan sama. Untuk
menentukan besarnya percepatan dan tegangan tali pada benda, kita
dapat lakukan dengan meninjau gaya-gaya yang bekerja pada masing-
masing benda.
Tinjau benda ma:

Tinjau benda mb :

Karena kita anggap tali tidak bermassa dan katrol licin, maka gesekan
antara katrol dan tali juga diabaikan. Sehingga tegangan tali di mana-
mana adalah sama. Oleh karena itu, dari persamaan-persamaan di atas
kita dapatkan persamaan sebagai berikut.
m a g ma a = m b g + m b a
m a g mb a = m a g + m b a
(ma mb)g = (ma + mb)a
ma mb
a = ma+ mb .g

Gaya Tekan Kaki pada Lantai Lift


Pada gedung-gedung bertingkat banyak, tidaklah mungkin orang
naik turun menggunakan tangga. Selain memerlukan waktu lama juga
memerlukan energi yang tidak sedikit/melelahkan. Tentu
kita pernah menaiki lift. Apa yang Anda rasakan saat lift
diam, naik, dan turun? Suatu hal aneh terjadi saat bobot
seseorang yang sedang menaiki lift ditimbang. Bobot
orang tersebut ternyata berbeda ketika lift diam,
bergerak turun, dan bergerak naik. Bagaimana hal
tersebut dapat terjadi? Menurut hukum-hukum Newton,
hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Perhatikan Gambar ! Pada lift diam atau bergerak dengan
kecepatan tetap, maka percepatannya nol. Oleh karena
itu, berlaku keseimbangan gaya (hukum I Newton).
Fy = 0
N mg = 0
Karena mg = w, maka N = w
Jadi, gaya tekan kaki pada saat lift diam atau bergerak dengan kecepatan
tetap adalah sama dengan gaya berat orang tersebut.
Jika lift bergerak ke atas dengan percepatan, maka besarnya gaya
tekan kaki pada lantai lift dapat ditentukan sebagai berikut.
Fy= m.a
N mg = m a
N = mg + m a
Sebagai acuan pada gerak lift naik, gaya-gaya yang searah dengan
arah gerak lift diberi tanda positif dan yang berlawanan di beri tanda
negatif.
Berdasarkan penalaran yang sama seperti saat lift bergerak ke atas,
maka untuk lift yang bergerak ke bawah Anda dapatkan persamaan
sebagai berikut.
Fy = m.a
mg N = m a
N = mg m a
Gerak Menikung di Jalan
Apakah Anda penggemar balap, baik balap mobil
atau sepeda motor? Mengapa para pembalap Moto GP
memiringkan badannya saat melewati tikungan? Mengapa
pada belokan tajam lintasan balapan dibuat miring? Tujuan
semua itu adalah agar para pembalap dapat menikung
dengan kecepatan tinggi dengan lebih mudah dan aman.
Perhatikan Gambar ! Jika gaya gesekan antar ban dan jalan diabaikan dan
sudut kemiringan antara jalan dan bidang horizontal , maka gaya-gaya
yang bekerja pada mobil adalah sebagai berikut :
Untuk komponen pada sumbu X (horizontal)

Untuk Komponen sumbu Y (vertikal)

Jika persamaan-persamaan di atas Anda subtitusikan, maka akan Anda


dapatkan persamaan sebagai berikut.
Persamaan di atas merupakan persamaan kecepatan
maksimum yang boleh dimiliki mobil agar tidak terpental
dari lintasan.
Gerak Melingkar Vertikal
Pernahkan Anda berkunjung ke Dunia Fantasi
Taman Impian Jaya Ancol, di Jakarta? Di sana banyak
dijumpai permainan yang merupakan gerak melingkar vertikal seperti
kora-kora (perahu ayun) dan kereta luncur. Gerak melingkar vertikal juga
pada batu yang diikat tali.
Sebuah batu yang Anda ikat dengan seutas tali Anda putar secara
vertikal. Anda pasti merasakan perbedaan tegangan tali saat benda di titik
tertinggi, terendah, mendatar, dan sembarang titik yang membentuk
sudut . Pada gerak melingkar vertikal dapat dipilih acuan sebagai
berikut: Pertama, semua gaya yang menuju ke pusat lingkaran Anda beri
nilai positif. Kedua, Gaya-gaya yang menjauhi pusat lingkaran Anda beri
nilai negatif.
Berdasarkan Gambar , Anda dapat menentukan besarnya tegangan
tali pada semua keadaan. Pada semua keadaan berlaku persamaan:

Saat benda di posisi A besarnya tegangan tali adalah sebagai berikut.

Saat benda di posisi B besarnya tegangan tali adalah sebagai berikut.

Saat benda di posisi C besarnya tegangan tali adalah sebagai berikut.


Saat benda di posisi D besarnya tegangan tali adalah sebagai berikut.

USAHA dan ENERGI


Sebuah anak panah dilepaskan dari busurnya; bisakah dihitung laju
anak panah tersebut pada saat ia baru saja terlepas dari busur? Bisakah
hukum gerak newton dapat diandalkan untuk menganalisis persoalan ini?
Kasus semacam ini dan beberapa kasus yang lain memang susah jika
harus diselesaikan dengan menggunakan hukum gerak newton. Hal ini
karena gaya yang diberikan oleh tali busur kepada anak panah berubah-
ubah bergantung pada posisi. Lalu...bagaimana kasus tersebut dapat
dianalisi? Jangan khawatir... disamping hukum gerak newton, masih ada
konsep lain yang dapat digunakan untuk menganalis persoalan gerak
semacam ini.
USAHA
Fenomena gerak, disamping bisa dianalisis dengan menggunakan
perumusan hukum newton, ia juga bisa didekati dengan menggunakan
konsep usaha-energi. Seperti halnya hukum newton, konsep ini
menghubungkan pengaruh luar (gaya) dengan keadaan gerak benda.
Bedanya dengan konsep hukum newton, usaha dan tenaga adalah
besaran skalar. Karena itu,untuk beberapa kasus, konsep usaha-tenaga
dapat lebih mudah digunakan untuk mengetahui keadaan gerak suatu
benda akibat pengaruh luar (gaya).

Usaha oleh Gaya Konstan


Istilah usaha dalam fisika agak berbeda dengan istilah usaha yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, meskipun ada beberapa
kemiripan. Sebagai istilah fisika, usaha yang dilakukan oleh suatu gaya
didefinisikan sebagai hasil perkalian skalar antara vektor gaya dengan
vektor perpindahan benda, atau hasil kali komponen
gaya yang searah dengan perpindahan benda
dengan besar perpindahan benda. Usaha
dilambangkan dengan W (work) dan untuk gaya
yang konstan dirumuskan sebagai:
W = (F cos )s = Fs cos
dengan adalah sudut antara vektor gaya dan
vektor perpindahan benda.
Sebuah balok yang ditarik oleh gaya F dan berpindah sejauh s
Usaha secara fisis merupakan skalar, sehingga definisi di atas jika
dituliskan dalam notasi vektor adalah:
W=F.s
Satuan usaha adalah N.m yang dalam sistem SI diberi nama Joule.
1 Joule = 107 erg
1 ft.lb = 1,356 joule (sistem Inggris)
1 kWh = 3,6 x 106 joule ( elektrik)
1 eV = 1,60 x 10-19 Joule ( fisika atom)
Mengingat di dalam usaha terdapat dua variabel yang berperan, yakni
perpindahan dan gaya (yang searah dengan perpindahannya), maka tidak
semua gaya yang bekerja pada suatu benda melakukan usaha. Jika gaya
tersebut berarah tegak lurus dengan arah perpindahan benda, maka gaya
tersebut tidak melakukan usaha apapun. Beberapa contoh gaya yang
tidak melakukan usaha adalah:
Gaya sentripetal, arahnya selalu tegak lurus lintasannya, maka
usaha oleh gaya sentripetal selalu nol.

Arah Gaya Sentripetal yang Selalu Tegak Lurus dengan Arah Pergeseran
Benda

Gaya normal, arahnya selalu tegak lurus bidang dimana benda


bergeser, maka usaha oleh gaya normal selalu nol.

Arah Gaya Normal yang Selalu Tegak Lurus dengan Arah Pergeseran
Benda
Usaha oleh Gaya yang Tidak Konstan
Pada saat seseorang menarik tali busur untuk melepaskan anak
panah dari busurnya, maka semakin ditarik tali busurnya akan semakin
besar gaya yang diberikan oleh tali busur kepada orang tersebut.
Demikian pula pada saat sebuah pegas diregangkan, semakin
diregangkan pegas tersebut akan semakin berat beban yang dirasakan
oleh orang yang meregangkannya. Kedua peristiwa tersebut menunjukan
bahwa adakalanya gaya yang bekerja pada suatu benda tidak konstan,
melainkan berubah-ubah dan merupakan fungsi dari suatu variabel
tertentu.
Energi
Kemampuan untuk melakukan usaha menimbulkan suatu energi
(tenaga). Pemecahan soal fisika, khususnya dalam mekanika, pada
umumnya didasarkan pada Hukum Kekekalan Energi, yaitu energi selalu
tetap tetapi bentuknya bisa berubah; artinya jika ada bentuk energi yang
hilang harus ada energi bentuk lain yang timbul, yang besarnya sama
dengan energi yang hilang tersebut. Jenis energi di antaranya adalah:

Energi Kinetik (Ek)


Perhatikan gambar berikut:

Usaha oleh Gaya F untuk Menarik Balok Sejauh xGaya konstan F


melakukan usaha untuk menarik sebuah partikel bermassa m hingga
berpindah sejauh x. Percepatan partikel tersebut konstan dan dapat
diperoleh dengan menggunakan hukum newton F=ma.Misalkan laju
berubah dari v1 menjadi v2 ketika partikel berpindah sejauh x dari x1 ke x2
(x= x2- x1), maka dapat diformulasikan persamaan:
2 2
V2 = V1 .2ax

V 22V 12
a= 2x

Jika persamaan tersebut dikalikan dengan m dan mengganti ma dengan


gaya total F, maka diperoleh:

V 22V 12
F = m.a = m. 2x

1 1
2 2
F.x = 3 .m . V2 - 3 .m . V1

Hasil kali Fx adalah kerja yang dilakukan oleh gaya total F untuk
memindahkan partikel sejauh x. Besaran mv2 dinamakan sebagai
energi kinetik K dari partikel, yaitu energi yang dimiliki oleh suatu benda
bermassa m karena gerakannya (v).
1
2
Ek = 3 .m . V

Sebagaimana usaha, W, energi kinetik K juga merupakan besaran skalar;


enrgi tersebut hanya bergantung pada massa dan laju partikel, tidak pada
arah gerak. Dari persamaan diatas dapat dinyatakan bahwa usaha yang
dilakukan oleh gaya total pada partikel sama dengan perubahan energi
kinetik partikel:
W tot = Ek1 Ek2
Persamaan tersebut kini dikenal sebagai teorema Usaha-Energi.
Energi Potensial
Energi potensial benda adalah energi yang dimiliki oleh benda
tersebut karena kedudukan atau posisi benda tersebut, Jadi energi ini
tersimpan dalam benda tersebut dan dapat dimanfaatkan jika diperlukan.
Sebuah pegas jika ditekan, kemudian dilepas maka pegas dapat melempar
kembali benda yang menekannya, karena pegas punya energi potensial.
Energi kimia yang terdapat pada bahan bakar termasuk energi potensial,
karena jika dimanfaatkan bahan bakar dapat menggerakkan kendaraan,
sehingga kendaraan punya energi kinetic, dan masih banyak contoh-
contoh lain.
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu
benda karena pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi potensial ini
juga disebut energi diam, karena benda yang diam pun dapat memiliki
energi potensial. Sebuah benda bermassa mdigantung seperti di bawah
ini.

Jika tiba-tiba tali penggantungnya putus, benda akan jatuh, sehingga


dapat dikatakan benda melakukan usaha, karena adanya gaya berat (w)
yang bekerja sejauh jarak tertentu, misalnya h. Besarnya energi potensial
benda sama dengan usaha yang sanggup dilakukan gaya beratnya selama
jatuh menempuh jarak h.
Ep = w.h = m.g.h
Dengan:
Ep = Energi potensial (joule)
w = berat benda (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi benda (m)
Energi potensial gravitasi tergantung dari : percepatan gravitasi
bumi dan kedudukan benda , massa benda . Misalkan sebuah benda
bermassa m bergerak sepanjang sumbu y (vertikal), seperti terlihat pada
gambar. Gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah gaya berat w =
mg.Benda jatuh ke bawah searah dengan arah gaya berat,sehingga usaha
yang dilakukan oleh gaya beratuntuk menjatuhkan box dari posisi y1 ke y2
(y1 > y2) adalah:
W = F.s = W (y1 - y2) = m.g.y1 m.g.y2

Energi Mekanik
Energi mekanik (Em) adalah jumlah antara energi kinetik dan energi
potensial suatu benda.
Ep = Ek + Em
Karena energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan
atau energi itu kekal, maka berlaku hukum Kekekalan Energi. Nila konteks
yang dibahas adalah energi mekanik, maka berlaku Kekekalan Energi
mekanik yang dituliskan sebagai berikut :
Em1 = Em2
Ep1 + Ek1 = Ep2 = Ek2
Daya.
Besaran usaha seringkali tidak sanggup
menggambarkan suatu keadaan secara lebih lengkap
dan pada akhirnya terkadang kurang bermakna. Hal ini
karena usaha tidak melibatkan unsur waktu. Sebagai
contoh, seorang laki-laki perkasa sanggup
memindahkan sejumlah meja dari suatu tempat ke
tempat yang lain dalam waktu setengah jam.
Sedangkan seorang anak SD baru menyelesaikan
usaha yang sama dalam waktu setengah hari. Jika dilihat dalam perspektif
usaha, kedua orang tersebut melakukan usaha yang sama, padahal kedua
orang tersebut melakukannya dengan kecepatan yang berbeda. Sebuah
besaran yang bernama daya dimunculkan untuk mengantisipasi persoalan
ini.
Daya (power) merupakan besaran fisika yang menggambarkan
tentang seberapa cepat sebuah usaha dilakukan. Secara lebih presisi daya
didefinisikan sebagai laju usaha yang dilakukan. Sebagaimana usaha dan
energi, daya juga sebuah besaran skalar. Ketika sejumlah usaha W
dilakukan selama selang waktu t,usaha rata-rata persatuan waktu atau
daya rata-rata (average power) Prt didefinisikan sebagai:
W
Prt = t

Satuan daya adalah joule/sekon yang dalam sistem SI disebut watt.


Dengan mensubtitusikan persamaan usaha W =Fx, daya dapat
dinyatakan dalam gaya yang bekerja dan kecepatannya.
dW d (F . s)
P= dt = dt

Jika gaya konstan, maka:


ds
P = F. d t = F.v

Atau dalam bentuk skalar dituliskan:


P = F.v.cos

Anda mungkin juga menyukai