Anda di halaman 1dari 17

Jarak, kecepatan, dan percepatan

Jarak dan Perpindahan

Jarak adalah merupakan panjang lintasan (jarak) yang ditempuh oleh benda sepanjang
gerakannya. Jarak merupakan besaran skalar karena hanya memiliki nilai dan tidak memiliki
arah. Perpindahan yaitu perubahan posisi suatu benda dari posisi awal (acuan) ke posisi akhirnya
(tujuannya). Perpindahan merupakan besaran vektor karena memiliki nilai dan arah. Perbedaan
antara jarak dan perpindahan. Sebagai contoh jika kita bergerak dari bandara menuju Kampus
BP2IP tercinta ini, kita akan berkendara menempuh jarak (lintasan biru) menurut jalan yang ada
meskipun jalan tersebut berliku-liku dan terkesan muter-muter, dan kita tidak berjalan lurus
menempuh perpindahan (lintasan hitam putus-putus) melewati persawahan sebagai jalan pintas
terdekat. Garis lurus atau jarak terdekat yang menghubungkan posisi awal dan posisi akhir
(tujuan) disebut perpindahan. Satuan besaran jarak maupun perpindahan adalah meter, kilometer
atau mil.

 Kelajuan dan Kecepatan

Kelajuan adalah tingkatan bagaimana gerak benda melalui ruangan. Kelajuan adalah besaran
skalar yang besarnya sesuai dengan jarak tempuh dalam satu satuan waktu. Satuan laju dan
kecepatan adalah m/s, km/jam atau knot (mil/jam). Kelajuan merupakan besaran skalar. Laju
mungkin bervariasi sepanjang perjalanan, sebagai contoh, jika kapal berjalan 180 km dalam 3
jam, adalah tidak mungkin kapal tersebut berjalan dengan kecepatan konstan 60 km/jam selama
3 jam tersebut, melainkan kadang lebih cepat kadang lebih lambat, namun kelajuan rata-ratanya
60 km/jam. Kelajuan dapat diperoleh dengan rumus, Atau Kelajuan = jarak tempuh waktu
tempuh v = s t Kecepatan menunjukkan laju pada arah tertentu (spesifik). Kecepatan v adalah
besaran vektor yang besarnya sesuai dengan perpindahan dalam satu satuan waktu. Oleh karena
itu kecepatan menunjukkan 2 fakta tentang gerak benda, yaitu laju dan arah gerakan. Sebagai
konsekuensinya kecepatan merupakan besaran vektor dan dapat diilustrasikan dengan
menggambarkan sebuah vektor berskala, panjang menyatakan laju gerak benda, dan arah panah
menyatakan arah gerak benda. 2 m/s ke timur Gambar 3.2 Vektor kecepatan Kecepatan dapat
diperoleh dengan rumus, Atau Kecepatan = perpindahan waktu tempuh v = s t.

Perlajuan dan Percepatan

Perlajuan adalah perubahan kelajuan benda dalam satu satuan waktu. Perlajuan dapat diperoleh
dengan rumus, perubahan kelajuan Perlajuan = selang waktu Percepatan (a = acceleration)
adalah perubahan kecepatan dalam satu satuan waktu. Perlajuan merupakan besaran skalar
sedangkan percepatan merupakan besaran vektor. Percepatan secara matematis dapat dinyatakan
sebagai:

atau perubahan kecepatan Percepatan = selang waktu a = v t = v t v 0 = v t v 0 t t t 0 t dengan: a


= percepatan (m/s 2 ) v = perubahan kecepatan (m/s) t = selang waktu (s) v t = kecepatan akhir
(m/s) v o = kecepatan awal (m/s) t = waktu (s) Berdasarkan lintasannya gerak dapat dibagi
menjadi gerak lurus, gerak melingkar, gerak parabola dan sebagainya. Untuk mempermudah
pembahasan gerak lurus kita bagi menjadi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus
Berubah Beraturan (GLBB), sedangkan untuk gerak melingkar akan kita pelajari pada bab
selanjutnya.

Gerak Lurus Beraturan (GLB)

Gerak lurus beraturan adalah gerak dengan lintasan lurus serta kecepatannya selalu tetap. Pada
GLB tidak ada percepatan (a = 0). Dalam hal gerak lurus kelajuan sama dengan kecepatan,
karena partikel bergerak satu arah saja. Pada Gerak Lurus Beraturan (GLB) berlaku rumus :
dengan: s = jarak yang ditempuh, (m) v = kecepatan, (m/s) t = waktu, (s) s = v. t Contoh: Sebuah
kapal bergerak lurus dengan kecepatan rata-rata 40 m/s selama 5 s, hitunglah jarak tempuh
kapal! Penyelesaian: Jarak tempuh = kecepatan rata rata waktu tempuh s = v t = 40 m 5s = 200 m
s jadi jarak tempuh total adalah 200 m. Kecepatan Rata-Rata (v ) Kecepatan rata-rata adalah
perpindahan total yang ditempuh oleh suatu benda yang bergerak dibagi dengan waktu total yang
diperlukan untuk gerak tersebut. Kecepatan rata-rata dirumuskan sebagai berikut:

Perpindahan, x (m) dengan: v = kecepatan rata-rata (m/s) x = perpindahan (m) t = selang waktu
(s) v = x t = (x 2 x 1 ) (t 2 t 1 ) Kecepatan Sesaat Kecepatan sesaat, adalah kecepatan suatu benda
yang bergerak pada suatu saat tertentu, dengan interval waktu Δt diambil sangat
singkat/mendekati nol, secara matematis ditulis sebagai berikut: x v = lim t 0 t = dx dt Grafik
Perpindahan Terhadap Waktu Pada Gerak Lurus Beraturan Pada gerak lurus dengan kecepatan
tetap perpindahan adalah sebanding dengan waktu. Misalkan sebagai contoh gerak pada grafik
dibawah, pada t = 0, posisi pada x = 0, kemudian pada t = 1s, perpindahan x = 1 m, pada t = 2 s
perpindahan menjadi x = 2 m, dan seterusnya ketika t = 8 s maka perpindahan menjadi 8 m.
Grafik Perpindahan Sebagai Fungsi Waktu x α t Waktu, t (s) Slope kemiringan grafik diatas
adalah tan α = x = v, yang merupakan kecepatan benda.

  Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Bila sebuah benda bergerak lurus mengalami perubahan kecepatan yang tetap untuk selang
waktu yang sama, maka dikatakan bahwa benda tersebut mengalami Gerak Lurus Berubah
Beraturan. Dapat dikatakan bahwa benda memiliki percepatan tetap. Percepatan konstan berarti
besar dan arah percepatan selalu konstan setiap saat. Walau besar percepatan suatu benda selalu
konstan, tetapi jika arah percepatan berubah maka percepatan benda dikatakan tidak konstan. ada
dua macam perubahan kecepatan: Percepatan positif bila a > 0 Percepatan negatif/perlambatan
bila a < 0 Gerak lurus dipercepat beraturan dan diperlambat beraturan Perubahan kecepatan ada 2
macam maka GLBB juga dibedakan menjadi dua macam yaitu: GLBB dipercepat dengan a > 0
dan GLBB diperlambat a < 0, bila percepatan searah dengan kecepatan benda maka benda
mengalami percepatan, jika percepatan berlawanan arah dengan kecepatan maka benda
mengalami perlambatan.

Hukum Newton 1 2 3

Hukum Newton 1
Hukum Newton 1 menyatakan, apabila resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama
dengan nol, benda yang awalnya diam akan selamanya diam. Sementara benda yang awalnya
bergerak lurus beraturan juga akan selamanya lurus beraturan dalam kecepatan tetap.
Pada Hukum Newton 1, menurut laman M-edukasi Kemdikbud, sifat benda yang cenderung
mempertahankan keadaannya disebut dengan sifat kelembaman atau inersia. Hukum Newton 1
lantas disebut pula Hukum Kelembaman.
Rumus Hukum Kelembaman: ∑F = 0 atau Resultan Gaya (kg m/s2)
Bentuk dari momen inersia beragam seperti momen inersia linear, momen inersia massa, momen
inersia polar atau kutub. Besaran tegangan-tegangan pada bahan seperti tegangan lengung dan
tegangan puntir, menghitungnya berdasarkan momen inersia.
Contoh Hukum Newton 1 adalah saat naik mobil yang bergerak cepat lalu direm, maka
penumpang otomatis terdorong ke depan. Contoh lain yaitu ketika mobil berjalan pelan lalu
digas mendadak maka penumpang di dalamnya terdorong ke arah belakang. Kemudian, sebuah
koin yang ditaruh di atas kain lalu kain itu ditarik cepat dan koin tetap berada di tempatnya, juga
menerapkan Hukum Newton 1.
Hukum Newton 2
Hukum Newton 2 menyatakan, percepatan sebuah benda akan berbanding lurus dengan gaya
total yang bekerja padanya serta berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan akan
sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.
Melalui hukum ini, gaya benda menjadi semakin besar ketika mendapatkan dorongan gaya
searah laju arah benda tersebut. Sebaliknya, jika diberikan gaya berlawanan (gaya tolak)
melawan gaya benda itu, laju gaya akan melambat atau mengecil karena terjadi perubahan
kecepatan dan perubahan laju. Besar kecilnya perlambatan atau percepatan yang diberikan pada
benda maka memengaruhi arah gerak benda.
Rumus Hukum Newton 2: F = m.a, dengan "F" adalah gaya (N), "m" adalah massa benda (kg),
dan "a" adalah percepatan (m/s2).
Contoh Hukum Newton 2 yaitu terlihat pada waktu melempar batu secara vertikal ke atas.
Awalnya batu melaju konstan ke atas, lalu melambat dan berhenti akibat adanya gaya gravitasi.
Batu tersebut selanjutnya turun ke Bumi dengan kecepatan dari massa batu ditambah gaya
gravitasi yang mempercepatnya.
Hukum Newton 3
Hukum Newton 3 menyatakan, tiap aksi akan menimbulkan sebuah reaksi. Apabila suatu benda
memberi gaya pada benda lain, benda yang mendapat gaya itu akan memberikan gaya yang
besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama, tetapi arahnya akan berlawanan.
Dari hukum ini diketahui tiap aksi berkonsekuensi memunculkan reaksi, atau bisa dikatakan ada
sebab dan akibat. Pemberian gaya sebab, menghasilkan gaya akibat. Gaya aksi reaksi bekerja
saling berlawanan dan bekerja pada benda yang berbeda-beda.
Rumus Hukum Newton 3 ada tiga jenis yaitu:
1. Rumus gaya gesek: Fg = u x N, dengan Fg = gaya gesek (N), u = koefisien gesekan, dan N =
Gaya normal (N).
2. Rumus gaya berat: w = m x g, dengan w = Gaya berat (N), m = massa benda (kg), dan g =
gravitasi Bumi (m/s2)
3. Rumus berat sejenis: s = p x g, dengan s = berat jenis (N/m3),p = massa jenis (kg/m3), dan g =
berat benda (N).
Contoh penerapan Hukum Newton 3 bisa dilihat saat memukul paku memakai palu. Palu adalah
gaya aksi dan gaya dari paku merupakan gaya reaksi dari pemukulan melalui palu.
Aplikasi Hukum Newton
Hukum newton 1
1. Sebuah balok bermassa 5 kg (berat w = 50 N) digantung dengan tali dan diikatkan pada atap.
Jika balok diam maka berapakah tegangan talinya?
Penyelesaian:
Gaya-gaya yang bekerja pada balok seperti gambar di bawah ini, karena balok diam, maka
berlaku hukum I Newton yaitu sebagai berikut.

ΣF = 0
T – w = 0
T – 50 = 0
T = 50 N
Jadi, gaya tegangan tali yang bekerja pada balok tersebut adalah 50 Newton.
2. Sebuah benda bermassa 40 kg ditarik melalui katrol sehingga memiliki posisi seperti yang
diperlihatkan pada gambar (a) di bawah ini. Jika sistem itu diam, maka berapakah gaya F?

Penyelesaian:
Benda yang bermassa akan memiliki berat.
w = mg
w = 40 kg × 10 m/s2
w = 400 N
pada sistem itu bekerja tiga gaya yaitu w, F, dan T yang tidak segaris, sehingga menentukan
resultannya dapat digunakan sumbu koordinat XY (metode analisis) seperti pada gambar (b) di
atas. Sistem diam berarti berlaku Hukum 1 Newton sebagai berikut.
■ Pada sumbu-Y
ΣFy = 0
T sin 53o – w = 0
T(0,8) – 400 = 0
0,8T = 400
T = 400/0,8
T = 500 N
■ Pada sumbu-X
ΣFx = 0
F – T cos 53o = 0
F – (500)(0,6) = 0
F – 300 = 0
F = 300 N
Jadi, gaya F yang bekerja pada sistem tersebut adalah 300 Newton.
Hukum newton 2

1. Sebuah truk dapat menghasilkan gaya sebesar 7000 N. Jika truk tersebut dapat bergerak
dengan percepatan 3,5 m/s2, maka tentukan massa truk tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui:
ΣF = 7000 N
a = 3,5 m/s2
Ditanyakan: m = …?
Jawab:

ΣF
M =
a
7000
M =
3,5
m = 2000 kg = 2 ton
Jadi, massa truk tersebut adalah 2 ton.

2. Balok A bermassa 4 kg diletakkan di atas balok B yang bermassa 6 kg. Kemudian balok B
ditarik dengan gaya F di atas lantai mendatar licin sehingga gabungan balok itu mengalami
percepatan 1,8 m/s2. Jika tiba-tiba balok A terjatuh maka berapakah percepatan yang dialami
oleh balok B saja?
Penyelesaian:
Diketahui:
mA = 4 kg
mB = 6 kg
a1 = 1,8 m/s2
Ditanyakan: a2 = …?
Jawab:
Keadaan balok pertama (tergantung) dan kedua (A jatuh) dapat di gambarkan seperti pada
gambar di bawah ini.
Pada kedua kejadian berlaku hukum II Newton sebagai berikut.
F = ma
F = (mA + mB)a1
F = (4 + 6)1,8
F = 18 N
Gaya F juga bekerja pada keadaan kedua sehingga diperoleh:
F = mBa2
18 = 6a2
berarti a2 = 3 m/s2
hukum newton 3

1. Sebuah buku diletakkan di atas meja. Pada sistem benda tersebut akan bekerja gaya-gaya
seperti pada gambar di bawah ini. Ada empat gaya yang bekerja pada sistem tersebut yaitu:
□ w = berat buku.
□ N = gaya tekan normal meja terhadap buku.
□ N’= gaya tekan normal buku pada meja.
□ Fg = gaya gravitasi bumi pada buku.

Tentukan pasangan gaya yang termasuk aksi reaksi!


Penyelesaian:
Pasangan gaya aksi-reaksi memenuhi sifat: sama besar, berlawanan arah dan bekerja pada dua
benda. Dari sifat di atas dapat ditentukan dua pasangan aksi-reaksi yaitu:
□ w dengan Fg
□ N dengan N’
w dan N bukan aksi-reaksi karena bekerja pada satu benda (buku) tetapi hubungan N = w
merupakan hukum I Newton yaitu ΣF = 0.
2. Seekor ikan yang bergerak dengan siripnya juga terjadi gaya aksi reaksi. Tentukan pasangan
aksi-reaksi yang ada.
Penyelesaian:
Gaya aksi: gaya dorong yang diberikan sirip ikan kepada air.
Gaya reaksi: gaya dorong yang diberikan air kepada sirip ikan sehingga ikan dapat bergerak.
3. Dua balok (m1 dan m2) yang bersentuhan mula-mula diam di atas lantai licin seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Jika m1 = 70 kg, m2 = 30 kg dan pada balok pertama
dikerjakan gaya sebesar 200 N, maka tentukanlah percepatan masing-masing balok dan gaya
kontak antarbalok tersebut.

Jawab
Diketahui:
m1 = 70 kg
m2 = 30 kg
F = 200 N
Ditanyakan: Percepatan dan gaya kontak.
Keadaan benda 1 dan 2 saling bersentuhan sehingga akan timbul gaya kontak atau gaya aksi
reaksi berdasarkan Hukum III Newton. Supaya lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini.
F12 adalah gaya aksi yang diberikan balok 1 kepada balok 2 (bekerja pada balok 2). Sedangkan
F21 adalah gaya reaksi yang diberikan balok 2 kepada balok 1 (bekerja pada balok 1). Kedua gaya
ini memiliki besar yang sama.
Untuk menentukan besar percepatan kedua balok dan juga gaya kontak kita tinjau persamaan
gerak masing-masing balok menggunakan Hukum II Newton sebagai berikut.
∎ Tinjau Balok 1
Karena lantai licin maka tidak ada gaya gesek yang bekerja, sehingga resultan gaya pada sumbu-
Y tidak perlu diuraikan.
ΣFX = ma
F – F21 = m1a ............... Pers. (1)
∎ Tinjau Balok 2
ΣFX = ma
F12 = m2a ............... Pers. (2)
Karena F12 = F21, maka kita dapat mensubtitusikan persamaan (2) ke dalam persamaan (1)
sebagai berikut.
F – m2a = m1a
F = m1a + m2a
F = (m1 + m2)a
a = F/(m1 + m2) ............... Pers. (3)
Dengan memasukkan nilai yang diketahui dalam soal ke dalam persamaan (3), maka kita peroleh
besar percepatan kedua balok sebagai berikut.
a = 200/(70 + 30)
a = 200/100
a = 2 m/s2
Jadi, besar percepatan kedua balok adalah 2 m/s2. Untuk menentukan gaya kontak antara balok 1
dan 2, kita subtitusikan nilai percepatan yang kita peroleh ke dalam persamaan (2) sebagai
berikut.
F12 = m2a
F12 = (30)(2)
F12 = 60 N
Dengan demikian, besar gaya kontak antarbalok adalah 60 N.

Usaha dan Kerja

Usaha merupakan energi yang disalurkan sehingga berhasil menggerakkan suatu benda dengan
gaya tertentu. Secara matematis, usaha bisa dinyatakan sebagai hasil perkalian skalar antara gaya
dan perpindahan, sehingga dirumuskan sebagai berikut.

 
Keterangan:
W = usaha (Joule);
F = gaya (N); dan
s = perpindahan (m).
Meskipun besaran skalar, usaha ternyata dibagi menjadi dua, yaitu usaha positif dan negatif.
Usaha positif adalah usaha yang searah dengan perpindahan benda, sedangkan usaha negatif
adalah usaha yang berlawanan arah dengan perpindahan benda. Usaha tidak selamanya
dilakukan pada bidang datar, tetapi juga bisa pada bidang miring. Berikut ulasannya.
1. Usaha pada bidang datar

Gambar di atas menunjukkan bahwa ada suatu gaya yang dibutuhkan untuk menarik benda
sampai pindah sejauh s. Jika gaya tersebut membentuk sudut θ terhadap perpindahan,
perumusannya menjadi seperti berikut.
2. Usaha pada bidang miring
Jika usaha yang dilakukan benda berada di atas bidang miring, Quipperian harus mampu
menguraikan komponen gaya-gayanya, seperti gambar berikut.

Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Pengertian Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Quipperian harus tahu bahwa energi ini
sifatnya kekal. Artinya, energi tidak dapat musnah, tetapi hanya bisa berubah bentuk dari energi
satu ke energi lainnya. Adapun macam-macam energi adalah sebagai berikut.
1. Energi kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang bergerak. Benda bergerak memiliki
energi kinetik karena adanya kecepatan. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

 
Keterangan:
Ek = energi kinetik (Joule);
m = massa (kg); dan
v = kecepatan (m/s).
Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena ketinggiannya. Secara matematis,
energi potensial dirumuskan sebagai berikut.

 
Keterangan:
Ep = energi potensial (Joule);
m = massa (kg);
g = percepatan gravitasi (m/s2); dan
h  = ketinggian benda (m).
3. Energi potensial pegas
Energi potensial pegas adalah energi potensial saat pegas diregangkan atau dimampatkan. Secara
matematis, energi potensial pegas dirumuskan sebagai berikut.

 
Keterangan:
Ep = energi potensial pegas (Joule);
k = konstanta pegas (N/m); dan
∆x = perubahan panjang pegas (m).
4. Energi mekanik
Energi mekanik adalah energi hasil penjumlahan antara energi potensial dan energi kinetik.
Besarnya energi benda selalu tetap selama tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda tersebut.
Secara matematis, energi mekanik dirumuskan sebagai berikut.

 
Keterangan:
Em  = energi mekanik (Joule);
Ep = energi potensial (Joule); dan
Ek = energi kinetik (Joule).

DAYA
Daya (P) adalah usaha yang dilakukan tiap satuan waktu.

    P = W/ t        P    = daya (watt)


            W   = usaha (joule)

             t     = waktu (sekon)

daya termasuk besaran skalar yang dalam SI mempubyai satuan watt atau J/s. Satuan lain
adalah : 1 HP = 1DK = 746 watt.

1Kwh adalah satuan energi besarnya = 3,6 . 106 watt . Detik = 3,6 . 106 joule.

Syarat kesetimbangan dan momen gaya

Kesetimbangan adalah keadaan sistem atau benda tidak ada gaya atau tidak ada torsi yang
bekerja atau resultannya bernilai nol. Benda tegar didefinisikan sebagai benda yang tidak
mengalami perubahan bila diberi gaya luar dan torsi (τ). Syarat kesetimbangan untuk benda yang
dianggap sebagai partikel adalah resultan gaya atau torsi yang bekerja pada benda tersebut sama
dengan nol (∑τ= 0) dan benda dalam keadaan diam. Pada benda setimbang berlaku ∑Fx dan ∑Fy
= 0, serta ∑τ = 0.
Syarat Kesetimbangan Benda
Dalam mempelajari konsep kesetimbangan objek dengan melakukan percobaan benda tegar
maka akan terjadi perubahan bentuk sehingga akan berpengaruh pada gaya dari suatu benda-
benda dengan idealisasi.

Pusat massa adalah lokasi rerata dari semua massa yang ada di dalam suatu sistem. Dalam
kasus benda tegar, letakpusat massa adalah tetap dalam hubungannya dengan tubuh benda.
Istilah pusat massa sering disamakan dengan istilah pusat gravitasi, namun demikian mereka
secara fisika merupakan konsep yang berbeda.
Titik Berat adalah, suatu titik kesetimbangan suatu benda ataupun suatu bangun baik itu
Panjang, maupun Luas, dan Volume. Tiap benda terdiri atas bagian-bagian kecil yang masing-
masing memiliki berat. Benda luasan apa pun baik yang beraturan maupun tidak beraturan
,memiliki titik berat dan pusat massa.
Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada
sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya momen gaya torsi)
tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya. Rumus
momen gaya adalah:

τ=Fxr

dengan: τ = momen gaya atau torsi (N.m), F = gaya (N), r =jarak lengan gaya terhadap sumbu
(m)
Momen inersia (Satuan SI : kg m2) adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi
terhadap porosnya. ... Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam
dinamika dasar, dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut,
momen gaya dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain.
1. Syarat kesetimbangan: Jumlah momen-momen gaya terhadap titik kesetimbangan sama
dengan nol. ΣM = 0
2. Momen adalah hasil kali antara besarnya gaya dengan jarak gaya terhadap suatu titik.
Menurut arah putarannya gaya terhadap suatu titik, dibedakan dengan dua tanda, yaitu: 1.
Tanda Positif (+) : untuk arah berputarnya gaya sesuai dengan putaran jarum jam 2.
Tanda Negatif (-) : untuk arah berputarnya gaya berlawanan dengan arah putaran jarum
jam
3. BENDA TEGAR Suatu benda yang tidak mengalami perubahan bentuk jika diberi gaya
luar F dO Jika pada sebuah benda tegar dengan sumbu putar di O diberi gaya luar F
dengan jarak d dari sumbu putarnya Benda tegar akan berotasi dengan sumbu putar O
Efek putar dari sebuah gaya terhadap sumbu putar dinamakan FdM Momen Gaya (N.m)
Gaya (N) Jarak sumbu putar thd garis kerja gaya (m)

Aplikasi Syarat Kesetimbangan

Benda tegar adalah suatu benda yang bentuknya tidak berubah saat diberi gaya dari luar. Benda
dianggap sebagai suatu titik materi yang ukurannya bisa diabaikan. Hal itu berlaku jika benda
dimasukkan dalam sistem partikel. Itulah mengapa, semua gaya yang bekerja pada benda
tersebut hanya dianggap bekerja pada titik materi yang menyebabkan terjadinya gerak translasi
(∑F = 0)

Keseimbangan benda tegar adalah kondisi di mana momentum suatu benda bernilai nol. Artinya,
jika awalnya suatu benda diam, benda tersebut akan cenderung untuk diam.

Jika ditinjau dari sistem partikel, syarat keseimbangan yang berlaku pada benda hanya syarat
keseimbangan translasi. Hal itu berbeda dengan syarat keseimbangan benda tegar.

Syarat Keseimbangan Benda Tegar

Syarat keseimbangan yang berlaku pada benda tegar adalah syarat keseimbangan translasi dan
rotasi. Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.

Aplikasi Kesetimbangan Benda Tegar


Dari beberapa ulasan di atas maka kami juga akan memberikan beberapa aplikasi yang sering
terjadi pada kesetimbangan benda pada kehidupan.

Berikut aplikasi pergerakan nya adalah sebagai berikut:


 Jembatan kantilever
 Jembatan gantung
 Pemikul keranjang buah
 Ayunan dalam kondisi diam
 Layar LCD gantung
 Dan lain-lain

Momentum dan Tumbukan

Kekuatan gerak yang ada pada benda dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu massa dan
kecepatan si benda. Ketika massa dikalikan kecepatan benda, munculah 'kekuatan gerak'.
Artinya, benda yang memiliki kecepatan tinggi tapi massanya kecil akan memiliki
kekuatan gerak yang sama dengan benda bermassa besar tapi kecepatannya
rendah. Sebuah tronton bermassa 20.000 kg bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Nah, gaya yang
besar dibutuhkan untuk menghentikan laju tronton. Ketika tronton menabrak tembok, tembok
akan rusak. Bagaimana jika kasusnya diganti dengan mobil kecil bermassa 2.000 kg dengan
kecepatan 10 m/s? Apa yang terjadi ketika mobil menabrak tembok? bagian depan mobil dan
tembok bisa rusak. Lalu, bagaimana jika mobil kecil bermassa 2.000 kg dengan besar kecepatan
120 m/s menabrak tembok? Mobil dapat hancur, begitu juga dengan temboknya. Hal ini terjadi
karena besarnya kekuatan gerak atau tumbukan mobil terhadap tembok, cukup kecil. Gaya yang
lebih besar dibutuhkan untuk menghentikan laju mobil kecil dengan kecepatan tinggi daripada
menghentikan tronton yang bergerak dengan kecepatan rendah. Nah, jika ingin menghentikan
kereta yang sedang bergerak, gaya yang lebih besar dibutuhkan daripada menghentikan tronton
dan mobil kecil. Hal ini disebabkan karena kereta memiliki massa dan kecepatan yang lebih
besar. Jadi, momentum bisa ditulis persamaannya dalam bentuk

 p= mxv
 keterangan:
 p = momentum (kg.m/s)
 m = massa benda (kg)
 v = kecepatan benda (m/s)

Jenis-jenis tumbukan dibedakan berdasarkan perubahan energi. Ketika dua benda


mengalami tumbukan elastis atau lenting sempurna, energi kinetik benda sebelum dan sesudah
tumbukan sama. Jika ditulis dalam persamaan menjadi

Sementara itu, tumbukan tak lenting persamaannya dapat ditulis menjadi


Kecepatan dan arah benda pertama setelah tumbukan akan sama dengan kecepatan tumbukan
benda kedua setelah tumbukan. Hal ini dikarenakan salah satu benda mengikuti gerak benda
yang lainnya setelah tumbukan. Tumbukan tak lenting biasanya terjadi ketika ‘kekuatan gerak’
salah satu benda sangat besar dari benda yang lainnya. Sehingga, benda bermassa kecil dengan
kecepatan rendah akan terbawa arah geraknya dengan benda yang bermassa besar dan kecepatan
besar.

Contoh soal

1. Sebuah mobil bermassa 2000 kg melaju dengan kecepatan 120 km/jam, menabrak sebuah
becak bermassa 500 kg yang diam. Berapa kecepatan mobil  dan becak setelah
tumbukan?  

Jadi kecepatan akhir kedua benda =  96 km/jam. Penurunan kecepatan benda pertama setelah
tumbukan menunjukan adanya perubahan energi menjadi bentuk energi yang lain.

Aplikasi Momentum dan tumbukan


Contoh Soal Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Ada sebuah peluru dengan massa 20 gram. Kemudian, peluru tersebut ditembakkan pada balok
ayunan balistik yang mempunyai massa 1 kilogram. Jika peluru yang tertancap pada balok
mencapai tinggi 25 cm, berapakah kecepatan dari peluru mulanya?
Jawaban:
Mv = (m+M) √2gh
0,02.v = (0,02+1) √2.10.0,25
0,02.v = 1,02 √5
V = (1,02+√5)/0,02
V = 162,8 m/s
Contoh Soal Tumbukan Lenting Sebagian
Jika bola bekel jatuh dari ketinggian 4 meter dan mengalami pengulangan secara berulang kali.
Koefisien restitusinya adalah 0,7, lalu berapa tinggi bola bekel setelah mengalami pemantulan
ke-5?
Jawaban:
H5 = 4.0,7pangkat 10
= 0,113 meter lalu diubah ke cm menjadi 11,3 cm.

Anda mungkin juga menyukai