Anda di halaman 1dari 13

2.

KINEMATIKA DAN GERAK DALAM SATU DIMENSI


Gerak adalah satu kata yang digunakan untuk menjelaskan aksi, dinamika, atau
terkadang gerakan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu benda  dikatakan bergerak
apabila kedudukannya berubah terhadap acuan/posisi tertentu. Suatu benda dikatakan
bergerak bila posisinya setiap saat berubah terhadap suatu acuan tertentu. Konsep
mengenai gerak yang dirumuskan dan dipahami saat ini didasarkan pada kajian Galileo
dan Newton. Cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang gerak disebut mekanika.
Mekanika terdiri dari kinematika dan dinamika.
Kinematika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana gerak dapat terjadi tanpa
memperdulikan penyebab terjadinya gerak tersebut. Sedangkan dinamika
adalah ilmu yang mempelajari gerak dengan menganalisis seluruh penyebab yang
menyebabkan terjadinya gerak tersebut. Seperti apa yang menyebabkan sebuah bulu
ayam jatuh tidak bersamaan dengan kertas yang diremas. Padahal menurut Galileo
semua benda akan jatuh bersamaan jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama.

1. GERAK LURUS

Gerak lurus adalah gerakan suatu benda/obyek yang lintasannya berupa garis lurus
(tidak berbelok-belok). Dapat pula jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi
beraturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama.
Seperti gerak kereta api di rel yang lurus.
1). Posisi
Posisi atau kedudukan adalah suatu kondisi vektor yang merepresentasikan
keberadaan satu titik terhadap titik lainnya yang bisa dijabarkan dengan koordinat
kartesius, dengan titik (0,0) adalah titik yang selain dua titik tersebut namun masih
berkolerasi atau salah satu dari dua titik tersebut.
2). Jarak dan Perpindahan
Jarak adalah panjang lintasan sesungguhnya yang ditempuh oleh suatu benda dalam
waktu tertentu mulai dari posisi awal dan selesai pada posisi akhir. Jarak merupakan
besaran skalar karena tidak bergantung pada arah. Oleh karena itu, jarak selalu bernilai
positif. Besaran jarak adalah ‘s’.
Perpindahan adalah perubahan posisi atau kedudukan suatu benda dari keadaan
awal ke keadaan akhirnya. Perpindahan merupakan besaran vektor(untuk lebih
jelasnya, simak gambar di bawah). Perpindahan hanya mempersoalkan jarak antar
kedudukan awal dan akhir suatu objek. Besaran perpindahan adalah ‘d’. Untuk
mengetahui perbedaan antara jarak dan perpindahan, mari kita simak gambar dibawah
ini:
 
3). Kelajuan dan Kecepatan
Kelajuan adalah besarnya kecepatan suatu objek. Kelajuan tidak memiliki arah
sehingga termasuk besaran skalar. Rumus kelajuan adalah sebagai berikut:
Keterangan:

v = kelajuan rata-rata (m/s)

s = jarak (m)

t = waktu tempuh (s)

Kecepatan adalah besaran vektor yang menunjukkan seberapa cepat benda


berpindah. Kecepatan juga bisa berarti kelajuan yang mempunyai arah. Misal sebuah
mobil bergerak ke timur dengan kecepatan 60 km/jam. Rumus kecepatan tidak jauh
berbeda dengan rumus kelajuan bahkan bisa dikatakan sama. Rumusnya adalah sebagai
berikut:
 
Keterangan:

v = kecepatan rata-rata (m/s)

s = perpindahan (m)

t = selang waktu (s)


4).Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak yang lintasannya lurus dan
kecepatannya tetap. Cara menghitung jarak dari suatu gerak beraturan. Yaitu dengan
mengalikan kecepatan(m/s) dengan selang waktu(s).
Keterangan:

v = kecepatan rata-rata (m/s)

s = perpindahan (m)

t = selang waktu (s)

 
5).Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak yang lintasannya lurus dan
kecepatannya berubah secara beraturan/berpola. Ada dua kemungkinan GLBB, yaitu
GLBB dipercepat dan GLBB diperlambat. Rumus GLBB dituliskan sebagai berikut.
Keterangan:

vt  = kecepatan akhir atau kecepatan setelah t sekon (m/s)

v0 = kecepatan awal (m/s)

a = percepatan (m/s2)

t = selang waktu (s)

s = jarak tempuh (m)

6).Percepatan
Percepatan adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu. Percepatan
termasuk besaran vektor. Satuan SI percepatan adalah m/s2. Percepatan bisa bernilai
positif dan negatif. Bila nilai percepatan positif, hal ini menunjukkan bahwa kecepatan
benda yang mengalami percepatan positif ini bertambah (dipercepat). Sedangkan bila
negatif, hal ini berarti kecepatannya menurun (diperlambat). Jika gerak suatu benda
lurus dan kecepatannya tidak berubah, maka resultan percepatannya adalah 0. Rumus
percepatan adalah sebagai berikut.
 
Keterangan:

a = percepatan rata-rata (m/s 2)

= perubahan kecepatan (m/s)

= selang waktu (s)

B.     Gerak GLBB Dalam Kehidupan


       1).Gerak Jatuh Bebas
Gerak jatuh bebas adalah gerak sebuah objek yang jatuh dari ketinggian tanpa
kecepatan awal yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Benda-benda yang jatuh bebas di
ruang hampa mendapat percepatan yang sama. Benda-benda tersebut jika di kenyataan
mungkin disebabkan karena gaya gesek dengan udara. Rumus-rumus gerak jatuh bebas
adalah sebagai berikut.
Keterangan:

vt = kecepatan saat t sekon (m/s)

g = percepatan gravitasi bumi (9,8 m/s2)

h = jarak yang ditempuh benda (m)

t = selang waktu (s)

2). Gerak Vertikal ke Bawah


Gerak Vertikal ke bawah adalah gerak suatu benda yang dilemparkan vertikal ke bawah
dengan kecepatan awal dan dipengaruhi oleh percepatan. Rumus-rumus gerak vertikal
ke bawah adalah sebagai berikut.
 
Keterangan:

h = jarak/perpindahan (m)

v0 = kecepatan awal (m/s)

vt = kecepatan setelah t (m/s)

g = percepatan gravitasi (9,8 m/s 2)

t = selang waktu (s)

3).Gerak Vertikal ke Atas


Gerak vertikal ke atas adalah gerak suatu benda yang dilempar vertikal ke atas dengan
kecepatan awal tertentu (v0) dan percepatan g saat kembali turun. Rumus gerak vertikal
ke atas adalah sebagai berikut.
Di titik tertinggi benda, kecepatan benda adalah nol. Persamaan yang berlaku di titik
tertinggi adalah sebagai berikut.
Keterangan:

tnaik = selang waktu dari titik pelemparn hingga mencapai titik tertinggi (s)

v0 = kecepatan awal (m/s)

g = percepatan gravitasi (9,8 m/s 2)

hmaks = jarak yang ditempuh hingga titik tertinggi (m)

Saat mulai turun, persamaannya sama seperti gerak jatuh bebas. Rumusnya adalah:

3. GERAK DALAM DUA DIMENSI


Gerak dua dimensi merupakan gerak yang dapat diuraikan menjadi 2 arah koordinat
yaitu sumbu-x dan sumbu-y. Gerak dua dimensi berbeda dengan gerak lurus (materi
kelas X) yang hanya satu dimensi. Diantara contoh gerak dua dimensi adalah gerak
parabola.

1. Vektor Posisi

Vektor posisi merupakan besaran vektor suatu posisi tertentu yang diukur dari titik
pusat (titik acuhan). Perhatikan ilustrasi berikut.
Posisi r (x,y) jika dinyatakan pada vektor posisi adalah r = x i + y j
Besar vektor r dinyatakan :
2.Vektor Perpindahan
Suatu benda dikatakan melakukan perpindahan jika posisi dari benda tersebut
mengalami perubahan terhadap titik acuan. Vektor perubahan posisi disebut dengan
vektor perpindahan. Berikut uraian tentang vektor perpindahan.

1. Vektor Posisi Terhadap Fungsi Waktu

Suatu vektor posisi dapat pula dinyatakan dalam sebuah persamaan yang mengandung
unsur waktu (t),

4. DINAMIKA
Dinamika  merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari penyebab benda bergerak.
Ketika benda bergerak akan dilihat apa yang menyebabkan benda tersebut bisa
bergerak.
Benda ini dapat bergerak tak lain karena ada gaya yang bekerja pada benda tersebut.
Sehingga dalam dinamika kita akan mempelajari tentang gaya-gaya yang menyebabkan
benda bergerak, yang kemudian dituangkan dalam hukum-hukum Newton tentang
Gerak.
1. Hukum – Hukum Newton

o Hukum 1 Newton

“  Jika resultan gaya yang bekerja pada benda yang sama dengan nol, maka benda
yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus
beraturan akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap.”
Secara matematis, Hukum I Newton dapat ditulis sebagai berikut:
Berlaku pada saat :
– Benda dalam keadaan diam
– Benda sedang bergerak dengan kecepatan benda konstan   (GLB).
– Tepat akan bergerak

o Hukum Newton 2

“Percepatan dari suatu benda akan sebanding dengan jumlah gaya (resultan gaya)
yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massanya.” 
Secara matematis, Hukum II Newton dapat ditulis sebagai berikut :
Berlaku pada saat :
– Benda sedang bergerak dengan kecepatan benda berubah (GLBB).
Rumus GLBB

o Hukum Newton 3

 
“Gaya-gaya aksi dan reaksi oleh dua buah benda pada masing-masing benda adalah
sama besar dan berlawanan arah.”

1. Jenis – Jenis Gaya

o Gaya Berat (w)

Gaya berat atau berat didefinisikan sebagai perkalian antara massa benda dengan
percepatan gravitasi.

o Gaya Normal (N)

Gaya normal adalah gaya yang timbul akibat adanya interaksi antara partikel-
partikel. Gaya normal umumnya terjadi pada dua benda yang bersentuhan dan
memiliki arah tegak lurus bidang sentuh. Pada benda yang digantung bebas tidak
terdapat gaya normal.

o Gaya Gesek (f)

Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
bersentuhan.
Persamaan gaya gesek adalah :
Dengan :
μ = koefisien gesek
N = gaya normal
 

5. USAHA DAN ENERGI


6. Usaha

Usaha merupakan proses perubahan Energi dan usaha ini selalu dihubungkan dengan
gaya (F) yang menyebabkan perpindahan (s) suatu benda. Dengan kata lain, bila ada
gaya yang menyebabkan perpindahan suatu benda, maka dikatakan gaya tersebut
melakukan usaha terhadap benda tersebut.
Apabila usaha tersebut dirumuskan secara matematis dapat di tuliskan sebagai berikut.
W = Fs S
Keterangan    :
W        : Besar Usaha (kg . m2/s2, joule atau newton . meter)
 Fs        : Besar komponen gaya pada arah perpindahan (newton)
s          : Besar perpindahan (m)
 

1. Energi

Menurut fisika, Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha

o Energi Potensial

Energi Potensial adalah energi yang dimiliki akibat kedudukan benda tersebut terhadap
bidang acuannya. Energi Potensial gravitasi suatu benda yang bermassa m dan berada
di dalam medan gravitasi benda lain yang bermassa M (dalam kasus ini diambil bumi
yang bermassa M)
 
Dengan titik acuan di tak hingga,
G = tetapan gravitasi umum = 6,67 x 10-11 N m2/kg2
M= massa bumi
M= massa benda
r  = jarak benda dari pusat bumi
 
Apabila permukaan bumi sebagai bidang potensial nol dan ketinggian tidak melebihi
1000 km (percepatan gravitasi tidak terlalu berbeda, dianggap konstan), perumusan
energi potensial, secara matematis dapat ditulis :
 
Ep = m g h
Keterangan :
Ep = energi potensial (joule)
m  = massa benda (kg)
g    = percepatan gravitasi (m/s2)
h    = ketinggian dari muka bumi (m)
 

o Energi Kinetik

 
Sebuah benda yang bermasa m dan bergerak dengan laju v, mempunyai energi kinetic
sebesar Ek dengan kata lain, energi kinetic suatu benda adalah energi yang dipunyai
benda yang bergerak. Berarti setiap benda yang bergerak mempunyai energi kinetic Ek,
secara matematis energi kinetic dapat dituliskan sebagai berikut.
Rumus :
Keterangan :
m        = massa benda (kg)
v         = laju benda (m/s)
Ek      = energi kinetic (joule)
 

6. MOMENTUM LINEAR DAN PUSAT MASSA


1. Pusat Massa
Dalam gerak translasi, tiap titik pada benda mengalami pergeseran yang sama dengan
titik lainnya sepanjang waktu, sehingga gerak dari salah satu partikel dapat
menggambarkan gerak seluruh benda. Tetapi, walaupun di dalam geraknya, benda juga
berotasi atau bervibrasi, akan ada satu titik pada benda yang bergerak serupa dengan
gerak partikel, titik tersebut disebut pusat massa.
m1             m2                      mn
 
x1
x2
xn
 
Misalkan terdapat n buah partikel dengan massa masing-masing, m1, m2, …,  mn,
sepanjang garis lurus dengan jarak dari titik asal masing-masing x1, x2, …,
xn didefinisikan mempunyai koordinat pusat massa :
m1x1 + m2x2 + …  + mn xn
m1  + m2, + …  + mn
å mixi
å mi
 
å mixi
M
Dengan cara yang sama bila partikel terdistribusi dalam 3 dimensi (ruang), koordinat
pusat massanya adalah
å mixi
M
å miyi
M
å mizi
M
 

1. Momentum Linear

Untuk sebuah partikel dengan massa m dan bergerak dengan kecepatan v, didefinikan
mempunyai momentum :
 
P=m.V
 
Untuk n buah partikel, yang masing, masing dengan momentum p1, p2 , … ,  pn, secara
kesuluruhan mempunyai momentum P,
 
P = p1 + p2 + … +  pn
 
P = m1v1 + m2v2 + …  + mn vn
 
P = M vpm
 
“Momentum total sistem partikel sama dengan perkalian massa total sistem partikel
dengan kecepatan pusat massanya”.
 
dP/dt = d(Mvpm)/dt
 
= M dvpm/dt
 
dP/dt = M apm
Jadi
Feks = dP/dt
 
 

7. TUMBUKAN
Tumbukan merupakan peristiwa bertemunya dua buah benda yang bergerak. Saat
tumbukan selalau berlaku hukum kekekalan momentum tapi tidak selalu berlaku
hukum kekekalan energi kinetik. Mungkin sebagian energi kinetik diubah menjadi
energi panas akibat adanya tumbukan. Dikenal 3 jenis tumbukan.
 

o Tumbukan Lenting Sempurna


 

1. Hukum kekekalan momentum

m1 v1  + m2 v2 = m1 v’1+ m2 v’2


m1 v1  –m1 v’1 = m2 v’2 – m2 v2
m1  ( v1 – v’1  ) = m2 (v’2 – v2 )
( 1.1 )

1. Hukum kekekalan energi kinetik

1/2 m1v12 + 1/2 m2v22 = 1/2 m1 v’12 + 1/2 m2 v’22


m1 v12 – m1 v’12 = m2v’22 – m2 v22
m1( v12 – v’12 ) = m2 (v’22 – v22 )
m1(v1 + v’1) (v 1 – v’1) = m2 (v’2 + v2) (v’2 – v2)
( 1.2 )
Bila persamaan (1.1) dibagi dengan persamaan (1.2) diperoleh :
(v1 + v’1) = (v’2 + v2)
atau
(v2 – v1) = – (v’2 – v’1)
( 1.3 )
Dengan kata lain kecepatan relatif kedua benda sebelum tumbukan sama dengan harga
minus dari kecepatan relatif kedua benda setelah tumbukan.
 
Untuk keperluan lebih lanjut didefenisikan :
 
 

o Tumbukan Tidak Lenting Sebagian

 
Pada jenis tumbukan ini berlaku Hukum kekekalan momentum dan tidak berlaku
hukum kekekalan energi kinetik karena terjadi perubahan Ek. koefisien restitusi e
adalah pecahan.
Hukum kekekalan momentum
m1 v1  + m2 v2 = m1 v’1+ m2 v’2
dan 0 < e < 1
 
Tidak berlaku hukum kekekalan energi, berarti ada energi kinetik yang hilang selama
proses tumbukan sebesar ∆Ek.
∆Ek = (1/2 m1v12 + 1/2 m2v22 ) – (1/2 m1 v’12 + 1/2 m2 v’22)
 

o Tumbukan Tidak Lenting Sempurna

 
Pada jenis tumbukan ini berlaku Hukum kekekalan momentum dan tidak berlaku
hukum kekekalan energi kinetik karena terjadi perubahan Ek. koefisien restitusi e = 0.
 
0 = -(v’2 – v’1)
v’1 = v’2
( 1.6 )
kecepatan akhir kedua benda sama dan searah. Berarti kedua benda bergabung dan
bergerak bersama-sama.
Besar energi kinetik yang hilang ∆Ek
∆Ek = (1/2 m1v12 + 1/2 m2v22 ) – (1/2 m1 v’12 + 1/2 m2 v’22)
( 1.7 )
dimana : v’1 = v’2
 

8. MOMENTUM SUDUT DAN ROTASI BENDA TEGAR


9. Momentum Sudut
Momentum sudut merupakan besaran vektor. Momentum sudut didefinisikan
sebagai hasil perkalian silang antara vektor r dan momentum
linearnya. Arah momentum sudutdari suatu benda yang berotasi dapat ditentukan
dengan kaidah putaran sekrup atau dengan aturan tangan kanan. Jika keempat jari
menyatakan arah gerak rotasi, maka ibu jari menyatakan arah momentum sudut.
Dalam gerak rotasi, besaran yang analog dengan momentum linier adalah momentum
sudut. Untuk benda yang berotasi di sekitar sumbu yang tetap, besarnya momentum
sudut dinyatakan :
L = I. ω
dengan:
L =momentum sudut (kgm2/s)
I = momen inersia (kgm2)
ω = kecepatan sudut (rad/s

1. Momen Gay

Pada gerak lurus atau gerak translasi, faktor yang menyebabkan adanya gerak adalah
gaya (F). Sedangkan pada gerak rotasi atau gerak melingkar, selain gaya (F), ada faktor
lain yang menyebabkan benda itu bergerak rotasi yaitu lengan gaya (l) yang tegak lurus
dengan gaya.
Secara matematis, momen gaya dirumuskan
τ=Fxl
Jika antara lengan gaya l dan gaya F tidak tegak lurus maka
τ = F . l sin θ
dimana θ adalah sudut antara lengan gaya l dengan gaya F.
Lengan gaya merupakan jarak antara titik tumpuan atau poros ke titik dimana gaya itu
bekerja. Jika gaya dikenakan berada di ujung lengan maka bisa kita katakan lengan gaya
( l ) sama dengan jari-jari lingkaran (r).
Sehingga momen gaya dapat juga kita tulis
τ=F.r
 

1. Momen Inersia

 
Secara matematis, momen inersia partikel dirumuskan sebagai berikut :
 

9. STATIKA FLUIDA
1. Fluida Statis
Fluida statis atau hidrostatika merupakan salah satu cabang ilmu sains yang membahas
karakteristik fluida saat diam, biasanya membahas mengenai tekanan pada fluida
ataupun yang diberikan oleh fluida (gas atau cair) pada objek yang tenggelam
didalamnya.

1. Massa Jenis

Massa jenis merupakan suatu ukuran kerapatan suatu benda dan didefinisikan sebagai
berat suatu benda dibagi dengan dengan volumenya. Semakin besar massa jenisnya,
maka benda tersebut memiliki kerapatan yang besar.
Dimana:
ρ (dibaca rho) merupakan massa jenis suatu benda (kg/m3)
m merupakan massa benda (kg)
V merupakan volume benda (m3)
 

1. Tekanan

Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu bidang persatuan luas
bidang tersebut. Bidang atau permukaan yang dikenai gaya disebut bidang tekan. Gaya
yang diberikan pada bidang tekan disebut gaya tekan. Rumus Tekanan adalah sebagai
berikut.
Keterangan:
ρ = tekanan, satuan pascal (pa)
F = gaya tekan, satuannya Newton (N)
A = luas bidang tekan , satuaanya m2
 

1. Tekanan Hidrostatis

Tekanan hidrostatis adalah tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh berat zat cair
tersebut. Tekanan hidrostatik dirumuskan sebagai berikut.
dimana:
ph = tekanan hidrostatik (N/m2 atau Pa)
p = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman dari permukaan zat cair (m)
 

1. Hukum – Hukum Dasar Fluida Statis

o Hukum Pascal

“Tekanan yang diberikan pada suatu fluida dalam ruang tertutup diteruskan tanpa
berkurang ke tiap titik dalam fluida dan ke dinding bejana.”
Hukum Pascal dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan :
P1 , p2 = tekanan pada piston 1 dan 2
F1 , F2 = gaya tekan pada piston 1 dan 2
A1 , A2 = luas penampang pada piston 1 dan 2

o Hukum Archimedes

“Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida
diangkat ke atas oleh sebuah gaya yang sama dengan berat fluida yang
dipindahkan.”
Hukum Archimedes dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan :
FA = gaya ke atas (N)
ρF = massa jenis fluida (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
VF = volume fluida yang dipindahkan atau volume benda yang tercelup (m3)
 DINAMIKA FLUIDA
Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak.
 

1. Besaran – besaran dalam Fluida Dinamis

o Debit Aliran (Q)

Jumlah volume fluida yang mengalir persatuan waktu, atau:


 
 
Dimana :
Q   =    debit aliran (m3/s)
A   =    luas penampang (m2)
V   =    laju aliran fluida (m/s)
Aliran fluida sering dinyatakan dalam debit aliran
Dimana :
Q   =    debit aliran (m3/s)
V   =    volume (m3)
t     =    selang waktu (s)
 

o Persamaan Kontinuitas

 
Q1 = Q2
A1v1 = A2v2
 

1. Penerapan Dalam Teknologi

o Hukum Bernoulli

Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi yang
dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan (p), energi
kinetik per satuan volume, dan energi potensial per satuan volume memiliki nilai yang
sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. Jika dinyatakan dalam persamaan
menjadi :
 
 
Keterangan :
p   = tekanan air (Pa)
v    = kecepatan air (m/s)
g   = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
h    = ketinggian air (m)
 

o Gaya Angkat Pesawat

Gaya angkat pesawat terbang bukan karena mesin, tetapi pesawat bisa terbang karena
memanfaatkan hukum bernoulli yang membuat laju aliran udara tepat di bawah sayap,
karena laju aliran di atas lebih besar maka mengakibatkan tekanan di atas pesawat lebih
kecil daripada tekanan pesawat di bawah.
Akibatnya terjadi gaya angkat pesawat dari hasil selisih antara tekanan di atas dan di
bawah di kali dengan luas efektif pesawat.
 
Keterangan:
ρ  = massa jenis udara (kg/m3)
va= kecepatan aliran udara pada bagian atas pesawat (m/s)
vb= kecepatan aliran udara pada bagian bawah pesawat (m/s)
F = Gaya angkat pesawat (N)

11. TEORI KINETIK GAS


12. Gas Ideal

Gas yang paling sederhana dan mendekati sifat-sifat gas sejati adalah gas ideal.
Persamaan umum gas ideal dapat dituliskan :
PV = nRT
dengan :
P = tekanan gas (N/m2 = Pa)
V = volume gas (m3)
n = jumlah mol gas (mol)
T = suhu gas (K)
R = tetapan umum gas = 8,314 J/mol K
Persamaan umum gas ideal tersebut di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk :
n    = N / NA
PV = nRT
PV = NRT / NA   dengan R / NA = k
Maka diperoleh :
PV = NkT
k    = tetapan Boltzman
= 1,38 . 10-23J/k
 

1. Hukum – Hukum Pada Gas Ideal

o Hukum Boyle

Hukum Boyle menyatakan bahwa dalam ruang tertutup pada suhu tetap, tekanan
berbanding terbalik dengan volume gas, yang dinyatakan dalam bentuk persamaan :
PV = konstan
dengan :
P = tekanan gas (N/m2)
V = volume gas (m3)
 

o Hukum Gay-Lussac

Hukum Gay-Lussac menyatakan bahwa “Dalam ruang tertutup dan volume dijaga tetap,
tekanan gas akan sebanding dengan suhu gas”. Jika dinyatakan dalam bentuk
persamaan, menjadi :
P / T = konstan
dengan :
P = tekanan gas ( N/m2)
T = suhu gas (K)

o Hukum Boyle Gay-Lussac

Penggabungan hukum Boyle Gay-Lussac membentuk hukum Boyle Gay-Lussac yang


menyatakan bahwa “Gas dalam ruang tertutup jika suhunya berubah, maka akan diikuti
perubahan tekanan dan volume gas”. Sehingga dapat dinyatakan dalam persamaan :
PV / T = konstan
 

1. Tekanan Gas

Pada pembahasan sifat-sifat gas ideal dinyatakan bahwa gas terdiri dari partikel-partike
gas. Partikel-partikel gas senantiasa bergerak hingga menumbuk dinding tempat gas.
Dan tumbukan partikel gas dengan dinding tempat gas akan menghasilkan tekanan.
 
P = Nmv2 / 3V 
dengan :
P =  tekanan gas (N/m2)
v =  kecepatan partikel gas (m/s)
m = massa tiap partikel gas (kg)
N =  jumlah partikel gas
V =  volume gas (m3)
 

12. TERMODINAMIKA
13. Usaha Sistem dalam Lingkungan

Persamaan usaha yang dilakukan gas dapat ditulis sebagai berikut :


W = F . ∆s
W = P . A . ∆s
W = P . ∆V  atau  W = P ( V2 – V1 )
 
karena A. Δs  = ΔV  , maka:
Ketererangan :
W  = usaha ( J)
V1 = volume mula-mula (m3)
P  = tekanan (N/m2)
V2= volume akhir (m3)
ΔV  = perubahan volume (m3)
 

1. Hukum 1 Termodinamika

Secara matematis, hokum 1 termodinamika dituliskan sebagai berikut :


Q = W + ∆U
 
Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan Delta U adalah energi dalam.
 

1. Proses Termodinamika

o Proses Isobarik

 Proses Isobarik adalah proses perubahan keadaan sistem pada tekanan tetap.
W   = P ( V2 –  V1  )
= P (∆V)
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas
dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas
melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik
berlaku:
QP = W + ∆V
Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang
diserap gas pada volume konstan. QV =∆U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai : W = Qp − QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor)
yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada
volume konstan (QV).
gambaran grafiknya:
 

o Proses isokhorik

Proses Isokhorik adalah proses perubahan keadaan sistem pada volume tetap.


                                   W = P (∆V) = P (0)
                                   W = 0
     
gambaran grafiknya:
 
 

o Proses Isotermal

Proses Isotermal adalah proses perubahan keadanan suhu tetap. Proses ini mengikuti
proses hokum boyle, yaitu PV = KONSTAN.
 
Q = W = nRT  1n
 
 

o Proses Adiabatik
 Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan  sistem tanpa adanya kalor yang
masuk ke sistem atau  keluar dari sistem (gas) yaitu :
Q=0
 

1. Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor diartikan sebagai banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda
bermassa tertentu untuk menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Satuan kapasitas kalor dalam
sistem International yaitu J/K.
Untuk menentukan kapasitas kalor suatu zat digunakan persamaan :
                                                    C = Q / ΔT

Dimana :
C = kapasitas kalor (J/K)
Q = banyaknya kalor (J)
ΔT = perubahan suhu (K)
 
 

1. Hukum 2 Termodinamika

Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap perubahan energi


yang mungkin terjadi dengan beberapa perumusan.

1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari
sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin
Planck).
2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari
sebuah reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa
memerlukan usaha dari luar (Clausius).
3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika
terjadi proses irreversibel (Clausius).

 
Bunyi Hukum II Termodinamika
Untuk menjelaskan tidak adanya reversibilitas para ilmuwan merumuskan prinsip baru,
yaitu Hukum II Termodinamika, dengan pernyataan : “kalor mengalir secara alami
dari benda yang panas ke benda yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara
spontan dari benda dingin ke benda panas”.

Anda mungkin juga menyukai