Anda di halaman 1dari 39

PENGERTIAN GERAK

Gerak adalah satu kata yang digunakan untuk menjelaskan aksi, dinamika, atau terkadang
gerakan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu benda dikatakan bergerak apabila kedudukannya
berubah terhadap acuan/posisi tertentu. Suatu benda dikatakan bergerak bila posisinya setiap saat
berubah terhadap suatu acuan tertentu. Konsep mengenai gerak yang dirumuskan dan dipahami
saat ini didasarkan pada kajian Galileo dan Newton. Cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang
gerak disebut mekanika. Mekanika terdiri dari kinematika dan dinamika.

Kinematika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana gerak dapat terjadi tanpa
memperdulikan penyebab terjadinya gerak tersebut. Sedangkan dinamika adalah ilmu yang
mempelajari gerak dengan menganalisis seluruh penyebab yang menyebabkan terjadinya gerak
tersebut. Seperti apa yang menyebabkan sebuah bulu ayam jatuh tidak bersamaan dengan kertas
yang diremas. Padahal menurut Galileo semua benda akan jatuh bersamaan jika dijatuhkan dari
ketinggian yang sama. Macam-Macam Gerak di dalam ilmu fisika, jenis gerak ada beberapa macam
ditinjau dari segi posisi partikel, titik acuan dan bentuk lintasannya.

JENIS GERAK DARI SEGI POSISI PARTIKEL

Berdasarkan posisi tiap-tiap partikel atau titik dalam suatu benda, jenis gerak dibedakan
menjadi 2, yaitu:

1. Gerak translasi

Gerak translasi adalah gerak suatu benda dimana setiap titik pada benda tersebut menempuh
lintasan dan bentuk yang sama. Lintasan pada gerak translasi dapat berupa garis lurus atau bukan.
Hal ini terjadi karena syarat sebuah gerak translasi adalah “setiap titik pada benda tersebut
menempuh lintasan dan bentuk yang sama”. seperti ilustrasi gerka translasi berikut.

[Gambar 301.jpg]

Gerak Translasi Dengan Lintasan Lurus

[Gambar 303.jpg]

Gerak Translasi Dengan Lintasan Melengkung

PERPINDAHAN DAN JARAK PADA GERAK TRANSLASI

Kita sering mendengar atau mengucapkan kata bergerak. Apa sebenarnya arti bergerak dalam ilmu
fisika? Apakah kita sudah mengerti? Benda dikatakan bergerak jika mengetahui perubahan posisi
atau kedudukan. Coba kita lihat gambar berikut.

[Gambar 304.jpg]

Posisi atau kedudukan titik A dan titik B dapat dituliskan sebagai vektor dua dirumuskan sebagai
berikut.
r = xi + yj

Partikel dari titik A pindah ke titik B maka partikel tersebut dikatakan telah bergerak dan
perpindahannya memenuhi persamaan berikut.

Δr = rB − rA atau Δr = Δxi + Δyj

Jarak tempuh

Perpindahan partikel pada gambar diatas digambarkan sebagai vektor dari A ke B yaitu vektor Δr.
Bagaimana dengan jarak tempuhnya? Jarak tempuh partikel adalah panjang lintasan yang dilakukan
partikel selama bergerak.

KECEPATAN DAN LAJU GERAK TRANSLASi

Setiap benda yang bergerak selalu mengalami perpindahan. Perpindahan yang terjadi tiap
satu satuan waktunya diukur dengan besaran yang dinamakan kecepatan. Di kelas X kita telah
belajar tentang kecepatan. Apakah masih ingat? Coba kita perhatikan penjelasan berikut.

KECEPATAN DAN KELAJUAN RATA-RATA

Jika kita naik mobil atau sepeda motor, kecepatannya tidaklah tetap. Kadang bisa cepat dan
kadang lambat, bahkan saat lampu merah harus berhenti. Pada gerak dari awal hingga akhir dapat
diperoleh suatu kecepatan yang dinamakan kecepatan rata-rata dan didefinisikan sebagai
perpindahan tiap satu satuan waktu. Perumusannya sebagai berikut.

[Gambar 305.jpg]

Laju rata-rata. Bagaimana dengan laju rata-rata? Kecepatan adalah besaran vektor maka
berkaitan dengan perpindahan. Tetapi laju merupakan besaran skalar maka harus berkaitan dengan
jarak tempuh. Sehingga laju ratarata didefinisikan sebagai jarak tempuh yang terjadi tiap satu satuan
waktu.

[Gambar 306.jpg]

KECEPATAN DAN KELAJUAN SESAAT

Kita tentu masih ingat di kelas X tentang kecepatan sesaat. Kecepatan sesaat merupakan
kecepatan yang terjadi pada saat itu saja. Contohnya pada saat lampu merah kecepatan mobil
sebesar nol, kemudian saat lampu hijau mobil tersebut diberikan kecepatan 20 km/jam ke utara.
Secara matematik kecepatan sesaat ini dapat dirumuskan sebagai deferensial atau turunan fungsi
yaitu fungsi posisi. Jadi kecepatan sesaat adalah deferensial dari posisinya.

[Gambar 307.jpg]

Sedangkan laju sesaat dapat ditentukan sama dengan besar kecepatan sesaat. Laju sesaat inilah yang
dapat diukur dengan alat yang dinamakan speedometer.

Sudah tahukah kita dengan deferensial fungsi itu? Tentu saja sudah. Besaran posisi atau kecepatan
biasanya memenuhi fungsi waktu. Deferensial fungsi waktu tersebut dapat memenuhi persamaan
berikut.

Jika r = tn maka

[Gambar 308.jpg]

Pada gerak dua dimensi, dapat dijelaskan dengan contoh gerak perahu seperti pada gambar berikut.

[Gambar 309.jpg]

Secara vektor, kecepatan perahu dapat diuraikan dalam dua arah menjadi vx dan vy. Posisi tiap saat
memenuhi P(x,y). Berarti posisi perahu atau benda dapat memenuhi persamaan diatas. dari
persamaan itu dapat diturunkan persamaan kecepatan arah sumbu x dan sumbu y sebagai berikut.

r = xi + yj

[Gambar 310.jpg]

Jadi proyeksi kecepatannya memenuhi :

[Gambar 311.jpg]

Besar kecepatan sesaat, secara vektor dapat memenuhi dalil Pythagoras. Kita tentu dapat
merumuskan persamaan besar kecepatan tersebut. Perhatikan persamaan diatas Dari persamaan itu
dapat kita peroleh :

[Gambar 312.jpg]
POSISI DAN KECEPATAN

Jika kecepatan sesaat dapat ditentukan dengan deferensial posisi maka secara matematis
posisi dapat ditentukan dari integral kecepatan sesaatnya. Integral ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.

[Gambar 313.jpg]

Seperti yang telah kita pelajari bahwa kecepatan merupakan deferensial dari fungsi posisi. Dengan
grafik, kecepatan sesaat dapat menyatakan gradien garis singgung fungsi posisi.

[Gambar 314.jpg]

Kecepatan pada saat t dapat dirumuskan :

v = tg ∞

Sedangkan posisi suatu benda pada t s merupakan integral dari fungsi kecepatannya. Bagaimana jika
diketahui dalam bentuk grafik seperti pada gambar berikut.

[Gambar 315.jpg]

Tentu kita dapat menjawabnya bahwa posisi suatu benda dapat dibentuk dari luas grafik (terarsir),
sehingga diperoleh persamaan :

r = ro + luas daerah terarsir

PERCEPATAN GERAK TRANSLASI

Nilai rata-rata dan sesaat

Sesuai dengan kecepatan, percepatan juga memiliki dua nilai. Percepatan rata-rata
didefinisikan sebagai perubahan kecepatan tiap satu satuan waktu.

[Gambar 316.jpg]

Sedangkan percepatan sesaat dapat ditentukan dengan deferensial dari kecepatan sesaatnya.

[Gambar 317.jpg]
Kecepatan dan percepatan

Jika percepatan sesaat dapat ditentukan dengan deferensial dari kecepatan sesaat maka sebaliknya
berlaku integral berikut

[Gambar 318.jpg]

2. Gerak rotasi

Gerak rotasi adalah suatu gerakan di mana benda berputar di sekitar sumbu tetap. Dalam
gerak rotasi memiliki besaran-besaran seperti sudut dan radian, kecepatan sudut dan percepatan
sudut. Beberapa contoh gerak rotasi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya
bumi berotasi pada sumbunya untuk bergerak mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk
elips, demikian juga dengan bulan yang berotasi pada sumbunya untuk bergerak mengelilingi bumi.

Disamping itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi gerak rotasi pada suatu benda,
yaitu momen inersia, momen gaya, titik berat, momentum sudut, dan hukum kekekalan momentum
sudut.

Momen Inersia, dilambangkan dengan (I) yang merupakan ukuran kelembaman suatu benda
untuk berotasi terhadap porosnya. Momen ini memiliki analogi yang sama dengan massa pada gerak
translasi. Momen inersia suatu benda bergantung pada massa dan jarak suatu benda dari sumbu
putarnya.

Jadi untuk benda yang mula-mula berada pada keadaan diam, semakin besar momen
inersianya maka semakin sulit benda tersebut untuk berputar dan berotasi begitupun sebaliknya.
Untuk gerak rotasi, Momen inersia dirumuskan sebagai berikut: I=mr2

Momen Gaya atau torsi dilambangkan dengan (τ) merupakan suatu besaran yang
menyebabkan benda berotasi. Momen gaya atau torsi dihasilkan dari pengaruh besarnya gaya yang
dikenakan pada suatu benda di titik tertentu dari sumbu putar benda tersebut. Momen gaya atau
torsi dirumuskan sebagai berikut : τ=F×d

Titik Berat merupakan letak rata-rata dari semua massa titik dalam sebuah sistem benda
sehingga kita dapat menentukan berat benda tersebut secara keseluruhan.
Momentum Sudut merupakan momentum yang dimiliki oleh benda yang berotasi.
Momentum sudut dapat dirumuskan sebagai : L=r×P atau L=Iω

Hukum Kekekalan Momentum Sudut menyatakan bahwa “jika resultan momen gaya yang
bekerja pada suatu sistem sama dengan nol, maka momentum sudut sistem tersebut adalah
konstan”. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : I1ω1=I2ω2=konstan

A. PENGERETIAN KECEPATAN DAN LAJU


Kecepatan menyatakan besarnya perpindahan yang dilakukan oleh suatu benda dalam
selang waktu tertentu dan Kelajuan menyatakan panjangnya lintasan yang ditempuh dalam
waktu tertentu.  Selengkapnya akan dijelaskan sebagai berikut.

PEMBAHASAN

      Kecepatan dan kelajuan memiliki perbedaan. Mari bahas satu per satu.

 Kecepatan

        Kecepatan merupakan besaran vektor. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki


nilai dan juga arah. Kecepatan menyatakan besarnya perpindahan yang dilakukan oleh suatu
benda dalam selang waktu tertentu. Kecepatan dapat dirumuskan sebagai

                  

        Dimana,

v = kecepatan (m/s)

s = perpindahan (meter)

t = selang waktu (s)

        Perpindahan disini merupakan jarak akhir dikurangi jarak awal.

                          s = x' - x (untuk yang arah geraknya searah horizontal atau vertikal)
atau gunakan phytagoras bila arah geraknya berupa segitiga siku-siku.

 Kelajuan

        Kelajuan merupakan besaran skalar. Besaran skalar merupakan besaran yang hanya


memiliki nilai dan tidak memiliki arah. Kelajuan menyatakan panjangnya lintasan yang
ditempuh dalam waktu tertentu. Sama halnya dengan kecepatan, kelajuan dapat dirumuskan
dengan

                      

        Dimana,

v = kelajuan (m/s)

x = lintasan (meter)

t = selang waktu (s)

      Perhatikan gambar terlampir. Anggaplah ada suatu benda yang bergerak dari A ke B.
Sehingga perpindahannya adalah C sedangkan panjang lintasannya adalah A + B. Sehingga
kecepatan dan kelajuannya masing-masing adalah

 Kecepatan

 Kelajuan

      Adapun perbedaan kecepatan dan kelajuan adalah

1. Kecepatan adalah besaran vektor sedangkan kelajuan adalah besaran skalar


2. Kecepatan memperhitungkan perpindahan sedangkan kalajuan memperhitungkan
panjang lintasan

A. GERAK LURUS BERATURAN

GLB atau gerak lurus beraturan adalah sebuah keadaan dimana sebuah benda bergerak dalam
kecepatan yang tetap atau konstan. Gerak lurus yang beraturan ini bermula dari sebuah gerak.
Gerak sendiri memiliki pengertian “perubahan posisi objek dari titik awal ke tujuan”. Ada
dua macam jenis dari gerak ini, ada gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah
beraturan(GLBB). Namun dalam kesempatan kali ini kita akan secara khusus membahas
GLB atau gerak lurus beraturan.

Pengertian GLB

Mari kita mulai dengan mengenal apa itu gerak. Di atas kita sudah menyinggung sedikit
mengenai hal ini, gerak adalah perubahan posisi sebuah benda atau objek suatu titik awal
objek menuju titik akhir. Sedangkan untuk GLB, pengertiannya adalah gerak lurus yang
memiliki kecepatan tetap, dan tidak adanya percepatan pada objek. Sehingga nilai percepatan
pada objek yang mengalami GLB adalah nol (a = 0). Sedangkan pada sisi GLBB, benda akan
mengalamu perubahan kecepatan.

Kita bisa ambil contoh, jika dalam kurun waktu 1 menit pertama, sebuah benda menempuh
jarak 10 m, maka dalam selang 1 menit berikutnya benda tersebut juga menempuh jarak 10
m. Walaupun berada pada jalan yang lurus sebuah mobil tidak akan dapat menempuh jarak
yang sama dalam selang waktu yang juga tetap, sehingga akan sedikit sulit untuk mengalami
kejadian GLB ini di dunia nyata. Karena pasti akan terjadi percepatan atau perlambatan dari
sebuah mobil, hal ini disebut dengan GLBB atau gerak lurus berubah beraturan.

Ciri-Ciri Sebuah Benda Mengalami GLB

Jadi sebuah benda bisa dikatakan mengalami GLB jika punya ciri-ciri seperti berikut ini:.

 Berada pada sebuah lintasan yang berupa garis lurus atau masih dapat dianggap
sebagai lintasan yang lurus
 Kecepatan benda tetap atau konstan
 Tidak Mempunyai percepatan (a=0)
 Pada kecepatan berbanding lurus dengan perpindahan dan berbanding terbalik dengan
waktu.
Rumus GLB

GLB ada rumusnya juga ya? Oh tentu dong. Rumus ini akan kita gunakan untuk menghitung
kecepatan bila yang diketahui adalah jarak dan waktu. Begitu juga dengan waktu dan jarak
jika yang diketahui sebaliknya. Kecepatan akan kita hitung dengan jarak yang berbanding
terbalik dengan waktu, sehingga jika ditulis ke dalam rumus, maka bentuknya akan menjadi
seperti ini:

Berikut Rumus GLB:

v = kecepatan (km/jam atau m/s)

s = perpindahan, atau biasanya juga disebut sebagai jarak tempuh (km atau m)

t = selang waktu atau waktu tempuh (jam, sekon)

Rumus dan besaran di atas akan kita gunakan untuk menghitung segala macam hal yang
berkaitan dengan GLB. Nah biar kita bisa lebih paham mengenai hal ini, yuk kita coba lihat
contoh soal yang satu ini.

Contoh Soal:

Seorang pengendara mobil, berkendara dengan selama 30 menit sepanjang lintasan lurus
dengan jarak 200 m. Berapakah kecepatan dari atlet sepeda tersebut?

Solusi:
V = 200/30

V= 6 m/s

Buat yang pengen tahu lebih banyak soal GLB atau berbagai macam materi fisika lainnya,
kamu bisa cobain Kelas Pintar, platform bimbingan belajar dengan sistem yang siap
membantu kamu belajar, ditambah dengan produk SOAL, yang menyediakan berbagai
pilihan soal latihan seperti matematika, fisika, bahasa Indonesia, dan berbagai macam materi
lainnya untuk kamu, dan juga fitur TANYA yang bisa menjawab berbagai pertanyaan
mengenai soal atau materi yang belum dikuasai.

Nah itu dia sedikit pembahasan gerak lurus beraturan yang harus kamu ketahui. Jika ada yang
masih kamu bingungkan, silahkan tuliskan pertanyaan kamu di kolom komentar. Dan jangan
lupa untuk share pengetahuan ini ya!

PENGERTIAN GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

Gerak merupakan salah satu konsep yang selalu ada di dalam kehidupan. Suatu benda dikatakan
bergerak apabila mengalami perubahan kedudukan (posisi) terhadap suatu titik yang ditetapkan
sebagai titik acuan atau patokan. Kedudukan tersebut dapat dikatakan sebagai letak benda yang
ditentukan oleh jarak pada setiap titik acuan. Setiap gerak didefinisikan sebagai perubahan posisi
relatif terhadap titik acuan tertentu. Gerak juga ditentukan oleh dua faktor yaitu jarak dan
perpindahan. Jarak ditentukan sebagai panjang seluruh lintasan yang dialami oleh benda. Sedangkan
perpindahan adalah panjang lintasan lurus antara posisi awal dengan posisi akhir. Jarak hanya
memiliki sebuah nilai dan perpindahan memiliki nilai arah gerak.

GERAK LEURUS BERATURAN

Gerak Lurus Beraturan Menurut Neny dalam buku Gerak Lurus Fisika Kelas X (2020:13)
Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda pada lintasan yang lurus di mana
pada setiap selang waktu yang sama, benda tersebut menempuh jarak yang sama (gerak suatu
benda pada lintasan yang lurus dengan kelajuan tetap).

Pada gerak lurus beraturan, benda menempuh jarak yang sama dalam selang waktu yang
sama pula. Contohnya seperti gerakan kereta api. Untuk menempuh jarak 2 meter diperlukan
1 detik. Maka dalam 1 detik kemudian kereta juga akan bergerak secara konstan menempuh
jarak sejauh 2 meter.

Dalam contoh tersebut dapat dilihat bahwa jarak 2 meter (s) ditetapkan sebagai perpindahan,
waktu (t) 1 detik ditetapkan sebagai waktu, dan kecepatan (v) dirumuskan dengan:

v=s/t

GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

Gerak Lurus Berubah Beraturan adalah benda dengan lintasan yang lurus dan kelajuannya
mengalami perubahan yang sama setiap sekon. Berdasarkan kelajuannya dapat dibedakan
menjadi dua macam Gerak Lurus Berubah Beraturan, yaitu: Bila kelajuan benda bertambah
dengan nilai yang sama setiap sekonnya, maka disebut Gerak Lurus dipercepat Beraturan.
Bila kelajuan benda berkurang dengan nilai yang sama setiap sekonnya ,maka disebut Gerak
Lurus Diperlambat Beraturan. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat ada variabel lain yang
memengaruhi kecepatan. Variabel tersebut adalah percepatan (a) yang memengaruhi suatu
kecepatan tertentu (v) . Percepatan ini dapat dirumuskan dengan:
Pengertian Gerak Vertikal ke Atas

Gerak vertikal ke atas atau GVA merupakan salah satu jenis gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) sama seperti gerak jatuh bebas dan gerak vertikal ke bawah. Sesuai dengan
namanya, gerak vertikal ke atas merupakan gerak suatu benda yang bergerak dari titik
terendah menuju titik tertinggi.

Sebenarnya gerak vertikal ke atas (GVA) prinsipnya sama dengan gerak vertikal ke bawah
(GVB) namun ada perbedaan yang mencolok antara kedua gerak ini. Perbedaan tersebut
adalah arah gerak. Perbedaan arah gerak mempengaruhi percepatan dan kecepatan benda
setelah t detik.
Percepatan benda pada gerak vertikal ke atas (GVA) juga dipengaruhi oleh percepatan
gravitasi bumi sama seperti gerak jatuh bebas (GJB) tetapi karena arah gerak benda yang ber-
GVA adalah ke atas sedangkan percepatan gravitasi arahnya ke bawah maka benda
mengalami perlambatan sebesar percepatan gravitasi yaitu -9,8 m/s2.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

Gerak Vertikal ke Atas atau GVA adalah gerak lurus berubah beraturan dalam arah vertikal
(bawah ke atas) dengan kecepatan awal tertentu serta mengalami perlambatan sebesar
percepatan gravitasi bumi (a = -g).

Gerak vertikal ke atas (GVA) dikatakan  gerak lurus berubah beraturan karena kecepatannya
berubah secara teratur. Kecepatan benda pada gerak vertikal ke atas menurun secara teratur
dengan perlambatan konstan yaitu sebesar percepatan gravitas (a = -g). Kecepatan terus
berkurang seiring bertambahnya waktu maka gerak vertikal ke atas disebut juga gerak lurus
berubah beraturan (GLBB) diperlambat.

Pada gerak vertikal ke atas, konsep dasar yang harus kita kalian adalah kecepatan benda di
titik tertinggi adalah nol. Dengan kata lain, ketika benda mencapai ketinggian maksimum,
benda akan diam sesaat sebelum akhirnya jatuh kembali. Konsep ini merupakan kunci
penting dalam menganalisis soal-soal gerak vertikal dan gerak parabola.

Setelah mencapai ketinggian maksimum, benda akan kembali bergerak ke bawah. Pada tahap
ini benda mengalami gerak jatuh bebas. Dengan begitu, konsep dan rumus GJB bisa dipakai.
Selain itu pada GVA, waktu yang digunakan untuk mencapati titik tertinggi akan sama
dengan waktu yang digunakan untuk kembali ke titik terendah (titik awal benda bergerak ke
atas).

Dengan demikian waktu yang dihabiskan benda untuk melayang di udara adalah dua kali
waktu yang digunakan untuk mencapai titik tertinggi. Konsep gabungan antara gerak vertikal
ke atas dan gerak jatuh bebas ini selengkapnya dibahas dalam artikel tentang gerak vertikal:
Pengertian, ciri, rumus, grafik, contoh soal dan pembahasan.

Ciri-Ciri Gerak Vertikal ke Atas


Baca Juga:

Suatu benda dikatakan bergerak vertikal ke atas (GVA) apabila memenuhi ciri-ciri atau
karakteristik sebagai berikut:

1 Benda bergerak dari bawah ke atas dengan permukaan tanah sebagai titik acauannya.
2 Lintasan gerak benda berupa garis lurus vertikal
3 Perpindahan benda terjadi pada sumbu Y (arah vertikal)
4 Memiliki kecepatan awal (v0 ≠ 0)
5 Kecepatan benda semakin lama semakin menurun secara teratur
6 Kecepatan benda pada titik tertinggi (ketinggian maksimum) sama dengan nol
7 Benda mengalami perlambatan (a = -g)

Sama seperti gerak vertikal ke bawah, pada gerak vertikal ke atas (GVA) juga berlaku
Hukum Kekekalan Energi Mekanik. Energi mekanik disetiap titik sepanjang lintasan akan
sama besar. Energi kinetik terbesar terjadi pada titik terendah sedangkan energi potensial
terbesar berada pada titik tertinggi.

Rumus-Rumus Pada Gerak Vertikal ke Atas


Untuk menurunkan rumus besaran-besaran pada gerak vertikal ke atas (GVA), kita dapat
menggunakan rumus pokok pada gerak lurus berubah beraturan. Rumus pokok dalam GLBB
tersebut adalah sebagai berikut:

Rumus Pokok GLBB


vt = v0  ± at …………………………………pers. (1)
s = s0  + v0t  ± ½ at2 …………………………………pers. (2)
vt2 = v02  ± 2as …………………………………pers. (3)

Dalam gerak vertikal ke bawah (GVB) terdapat beberapa rumus pokok yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan soal-soal fisika yang berhubungan dengan gerak vertikal ke atas.
Rumus-rumus tersebut yaitu:

1. Rumus Kecepatan Awal dan Kecepatan Akhir Benda


Gerak vertikal ke atas (GVA) merupakan gerak benda dari ketinggian nol (posisi awal)
menuju ke atas dan akan tiba di suatu titik yang disebut titik tertinggi. Titik tertinggi adalah
ketinggian maksimum atau perpindahan terbesar yang dapat dicapai oleh benda.

Agar dapat bergerak ke atas, benda harus memiliki kecepatan awal, sehingga nilai kecepatan
awal benda tidak sama dengan nol. Kecepatan awal pada gerak vertikal ke atas akan
mempengaruhi ketinggian maksimum yang dapat dicapai oleh benda. Semakin besar
kecepatan awal maka semakin besar ketinggian maksimumnya.

v0 ≠0 …………………………………pers. (4)

Perhatikan gambar di atas. Misalkan sebuah benda bergerak vertikal ke atas dengan
kecepatan awal v0. Saat tiba dititik tertentu kecepatannya menurun menjadi v t akibat
pengaruh percepatan gravitasi. Kecepatan benda akan terus menurun sampai akhirnya
kecepatannya menjadi nol, yaitu pada titik tertinggi.

Kecepatan pada titik tertinggi inilah yang dinamakan percepatan akhir benda yang bergerak
vertikal ke atas.

v = 0 …………………………………pers. (5)
Keterangan:

v0 = kecepatan awal benda (m/s)


v = kecepatan akhir benda (m/s)

2. Rumus Percepatan Benda

Seperti pada dua jenis gerak vertikal yang telah dibahas sebelumnya yaitu GJB dan GVB,
pada gerak vertikal ke atas (GVA), percepatan yang dialami benda juga merupakan
percepatan gravitasi. Namun karena arah gerak benda ke atas melawan arah gravitasi bumi,
maka percepatan gravitasi bumi berfungsi sebagai perlambatan.

Perlambatan merupakan percepatan yang bernilai negatif sehingga percepatan negatif inilah
yang menyebabkan kecepatan benda menurun. Pada gambar di atas menunjukkan nilai
percepatan gerak benda sama dengan besar percepatan gravitasi bumi yang bernilai negatif.

a = -g …………………………………pers. (6)

Dengan:
g = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2

Jika dalam soal nilai g tidak diketahui, maka kita gunakan nilai 10 m/s2 sebagai nilai
percepatan gravitasi pada gerak jatuh bebas atau jenis gerak vertikal lainnya.

3. Rumus Perpindahan dan Ketinggian Benda

Dalam gerak vertikal, ketinggian (h) diukur dari tanah atau lantai menuju posisi benda pada
ketinggian tertentu. Perhatikan gambar di atas, pada gerak vertikal ke atas, perpindahan (s)
benda diukur dari posisi awal benda (di lantai) menuju posisi benda pada ketinggian tertentu.

Jadi dalam gerak vertikal ke atas, perpindahan benda sama dengan ketinggiannya. Itu


sebabnya, perpindahan dalam gerak vertikal disimbolkan dengan h. Dengan mensubtitusikan
persamaan 4 dan 6 ke persamaan 2, maka besar perpindahan atau ketinggian benda pada
gerak vertikal ke atas dapat dihitung dengan rumus:

s = s0  + v0t ± ½ at2

h = 0 + v0t − ½ gt2

h = v0t  − ½ g.t2 …………………………………pers. (7)


Dengan:
h = perpindahan atau ketinggian (m)
v0 = kecepatan awal (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
t = waktu (s)

4. Rumus Kecepatan Setelah t Detik

Karena arah gerak melawan arah gravitasi, maka benda mengalami perlambatan atau nilai
percepatannya negatif. Jika kecepatan awal benda v0 dan kecepatan benda pada t detik adalah
vt maka dengan mensubtitusikan persaman 6 ke persamaan 1, rumus kecepatan benda setelah
t detik pada GVA adalah sebagai berikut:

vt = v0  ± at

vt = v0 − gt …………………………………pers. (8)


Sedangkan jika persamaan 4 dan 5 kita subtitusikan ke persamaan 3 maka kita akan
mendapatkan rumus kecepatan setelah t detik sebagai berikut:

vt2 = v02  ± 2as

vt2 = v02 − 2gh …………………………………pers. (9)

Keterangan:
vt = kecepatan benda setelah t detik (m/s)
v0 = kecepatan awal (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
t = waktu (s)
h = perpindahan benda (m)

5. Rumus Ketinggian Maksimum Benda

Dari persamaan 7 diatas dapat kita simpulkan bahwa besar ketinggian benda yang bergerak
selama t detik akan sama dengan besar perpindahannya. Tetapi konsep tersebut hanya berlaku
untuk gerak vertikal ke atas. Ketika benda bergerak ke bawah, perpindahannya tidak sama
dengan ketinggian.
Saat benda mencapai ketinggian maksimum, kecepatan benda akan sama dengan nol, lihat
persamaan 5. Dengan mensubtitusikan persamaan 5 ke persaman 9, rumus ketinggian
maksimum yang dapat dicapai benda adalah sebagai berikut:

vt2 = v02  − 2gh

v2 = v02  − 2gh

02 = v02  − 2gh

2gh = v02

v02
h =
2g

v02
hmax = …………………………………pers. (10)
2g

Keterangan:
hmax = ketinggian maksimum yang dicapai benda (m)

v = kecepatan benda di titik tertinggi (m/s)

v0 = kecepatan awal benda (m/s)

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

t = waktu (s)

h = perpindahan benda (m)


6. Rumus Waktu untuk Mencapai Titik Tertinggi

Di titik tertinggi vt = 0. Dengan menggunakan persamaan 8, maka rumus untuk menentukan
waktu yang dibutuhkan benda untuk mencapai titik tertinggi adalah sebagai berikut:

vt = v0 − gt

0 = v0 − gt

gt = v0

t = v0
g

v0
tmax = …………………………………pers. (11)
g

Keterangan:
tmax = waktu untuk mencapai titik tertinggi (s)

v0 = kecepatan awal benda (m/s)

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Jika semua rumus-rumus diatas dikumpulkan jadi satu maka akan menjadi rumus pokok
dalam gerak vertikal ke atas yang dapat kalian pergunakan untuk menyelesaikan persoalan
yang berhubungan dengan gerak vertikal ke atas (GVA).

Rumus Pokok Gerak Vertikal ke Atas (GVA)

h = v0t − ½ g.t2 → perpindahan atau ketinggian

vt = v0 − gt
→ kecepatan setelah t detik
vt2 = v02 − 2gh

v02
hmax = → ketinggian maksimum
2g

tmax = v0 → waktu mencapai titik tertinggi


g

Grafik Gerak Vertikal ke Atas


Gerak vertikal ke atas merupakan gerak lurus berubah beraturan diperlambat, sehingga
bentuk grafik GVA berbeda dengan bentuk grafik GVB karena kita tahu bahwa gerak vertikal
ke bawah (GVB) adalah gerak lurus berubah beraturan dipercepat. Bentuk-bentuk grafik
gerak vertikal ke atas adalah sebagai berikut:

1. Grafik Hubungan Ketinggian terhadap Waktu (Grafik h-t) pada GVA


Ketinggian benda diukur dari bawah ke atas yaitu dari permukaan tanah atau lantai menuju
posisi ketinggian benda. Dari grafik h-t di atas terlihat bahwa semakin bertambahnya waktu
ketinggian benda semakin bertambah karena benda bergerak ke atas. Dan pada titik puncak
yaitu posisi dimana benda mencapai ketinggian maksimum, benda berhenti sesaat untuk
kemudian kembali lagi ke tanah.
2. Grafik Hubungan Perpindahan terhadap Waktu (Grafik s-t) pada GVA

Pada gerak vertikal ke atas, perpindahan diukur dari lantai menuju posisi ketinggian benda
sehingga perpindahan benda tersebut sama dengan ketinggiannya. Oleh karena itu bentuk
grafik s-t sama dengan grafik h-t.
3. Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Waktu (Grafik v-t) pada GVA
Karena gerak vertikal ke atas merupakan gerak lurus berubah beraturan diperlambat maka
bentuk kurvanya linear ke bawah. Dari grafik v-t di atas dapat kita lihat bahwa mula-mula
kecepatan benda adalah v0 kemudian seiring dengan bertambahnya waktu kecepatan benda
menurun sampai pada titik tertinggi nilai kecepatan benda adalah nol.

4. Grafik Hubungan Percepatan terhadap Waktu (Grafik a-t) pada GVA

Kita tahu bahwa pada semua jenis gerak vertikal berlaku percepatan gravitasi bumi yang nilai
9,8 m/s2. Karena gravitasi arahnya selalu ke bawah maka dalam grafik, percepatan gravitasi
selalu digambarkan negatif (dibawah sumbu X).
Pengertian Gerak Vertikal ke Bawah

Gerak vertikal ke bawah atau disingkat GVB adalah salah satu bentuk gerak lurus berubah
beraturan (GLBB). Sesuai dengan namanya, gerak vertikal ke bawah bermula dari posisi awal
pada ketinggian tertentu menuju titik terendah (permukaan tanah).

Berbeda dengan gerak jatuh bebas (GJB) yang kecepatan awalnya sama dengan nol (v 0 = 0),
pada gerak vertikal ke bawah (GVB) kecepatan awal benda tidak sama dengan nol (v 0 ≠ 0).
Dengan kata lain, benda mengalami sebuah gaya tertentu yang membuat benda bergerak
dengan kecepatan tertentu pula. Misalnya sebuah bola yang dilempar dari ketinggian h meter
dengan kecepatan awal tertentu.

Gerak vertikal ke bawah dikatakan gerak lurus berubah beraturan karena kecepatannya
berubah secara teratur. Kecepatan benda pada gerak vertikal ke bawah meningkat secara
teratur dengan percepatan konstan yaitu sebesar percepatan gravitasi bumi (a = g). Karena
kecepatan terus bertambah seiring bertambahnya waktu maka gerak vertikal ke bawah
disebut juga gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dipercepat.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, gerak vertikal ke bawah dapat didefinisikan sebagai


berikut;

Gerak Vertikal ke Bawah atau GVB adalah gerak lurus berubah beraturan dalam arah
vertikal (atas ke bawah) dengan kecepatan awal tertentu serta mengalami percepatan sebesar
percepatan gravitasi bumi (a = g).

Poin penting yang harus kalian ingat dalam konsep gerak vertikal ke bawah
adalah percepatan benda bernilai positif  sehingga kecepatan setelah t detik (vt) akan lebih
besar dari kecepatan awalnya (v0) selama benda belum menyentuh tanah dan berhenti.
Sebenarnya jika ditinjau dari segi vektor, pada gerak vertikal ke bawah maupun pada gerak
vertikal lainnya seperti gerak jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas, nilai percepatan benda
selalu berharga negatif karena arahnya ke bawah.

. Ciri-Ciri Gerak Vertikal ke Bawah


Suatu benda dikatakan bergerak vertikal ke bawah (GVB) apabila memenuhi ciri-ciri atau
karakteristik sebagai berikut:

1 Benda bergerak dari atas ke bawah dengan permukaan tanah sebagai titik acauannya.
2 Lintasan gerak benda berupa garis lurus vertikal
3 Perpindahan benda terjadi pada sumbu Y (arah vertikal)
4 Memiliki kecepatan awal (v0 ≠ 0)
5 Percepatan benda sama dengan percepatan gravitasi bumi (a = g)

Sama halnya dengan gerak jatuh bebas, pada gerak vertikal ke bawah juga berlaku Hukum
Kekekalan Energi Mekanik. Dimana energi mekanik (energi kinetik + energi potensial) di
semua titik sepanjang lintasan sama besar. Ketika berada di titik tertinggi, benda memiliki
energi kinetik minimum dan energi potensial maksimum.  Sebaliknya, di titik terendah
(sesaat sebelum menyentuh tanah), benda memiliki energi kinetik maksimum dan energi
potensial minimum.

Rumus-Rumus Pada Gerak Vertikal ke Bawah

Sebenarnya rumus pada gerak vertikal ke bawah (GVB) itu sama saja dengan rumus
pada gerak jatuh bebas (GJB) hanya saja pada gerak vertikal ke bawah kecepatan awalnya
tidak sama dengan nol. Namun untuk lebih memantabkan lagi pemahaman kalian mengenai
rumus besaran fisika pada gerak vertikal yang arahnya ke bawah, kita akan bahas satu persatu
lagi dimulai dari awal.

Untuk menurunkan rumus besaran-besaran pada gerak vertikal ke bawah (GVB) kita dapat
menggunakan rumus utama pada gerak lurus berubah beraturan. Rumus utama dalam GLBB
tersebut adalah sebagai berikut:

Rumus Utama GLBB

vt = v0  ± at …………………………………pers. (1)


s = s0  + v0t  ± ½ at2 …………………………………pers. (2)
vt2 = v02  ± 2as …………………………………pers. (3)
Dalam gerak vertikal ke bawah (GVB) terdapat beberapa rumus umum yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan soal-soal fisika yang berhubungan dengan gerak vertikal ke bawah.
Rumus-rumus tersebut yaitu:

1. Rumus Kecepatan Awal Benda

Pada gambar di atas terlihat perbedaan antara gerak jatuh bebas (GJB) dengan gerak vertikal
ke bawah (GVB). Jika pada gerak jatuh bebas kecepatan awal benda adalah nol maka pada
gerak vertikal ke bawah kecepatan awal benda tidak sama dengan nol.

v0 ≠0 …………………………………pers. (4)

Namun jika dilihat berdasarkan arah gerak dan prinsip geraknya, gerak vertikal ke bawah
dengan gerak jatuh bebas memiliki persamaan yaitu sama-sama bergerak ke bawah dengan
percepatan tetap sebesar g.

Dari beberapa sumber buku ada yang menyatakan bahwa gerak jatuh bebas dibedakan dari
gerak vertikal ke bawah karena perbedaan kecepatan awalnya. Namun beberapa sumber buku
yang lain menyatakan GJB dan GVB digabungkan menjadi satu jenis yaitu gerak vertikal ke
bawah, dimana gerak jatuh bebas merupakan gerak vertikal ke bawah yang kecepatan
awalnya sama dengan nol.

2. Rumus Percepatan Benda

Sama seperti gerak jatuh bebas (GJB), arah gerak vertikal ke bawah (GVB) juga searah
dengan arah gravitasi bumi yaitu menuju pusat bumi. Karena searah dengan gravitasi bumi,
maka benda yang ber-GVB mengalami percepatan sehingga kecepatannya bertambah secara
teratur.

Pada gerak vertikal ke bawah, percepatan yang dialami benda adalah percepatan gravitasi
bumi sehingga percepatan benda dapat disimbolkan dengan g. Karena arah gerak benda
searah dengan percepatan gravitasi bumi maka percepatan benda pada gerak vertikal ke
bawah berharga positif.

a =g …………………………………pers. (5)

Dengan:
= 9,8 m/s2 atau 10 m/s2
g
Jika dalam soal nilai g tidak diketahui, maka kita gunakan nilai 10 m/s2 sebagai nilai
percepatan gravitasi pada gerak jatuh bebas atau jenis gerak vertikal lainnya.

3. Rumus Perpindahan Benda


Perpindahan merupakan selisih antara posisi akhir dengan posisi awal. Karena dalam gerak
vertikal ke bawah perpindahannya terjadi dalam arah vertikal, maka perpindahan benda
menunjukkan perubahan ketinggian sehingga pada gerak vertikal ke bawah perpindahan
biasanya disimbolkan dengan h.

Tetapi kalian harus tahu bahwa h disini adalah perpindahan dan tidak sama dengan
ketinggian. Dalam gerak vertikal ke bawah, perpindahan diukur dari atas (posisi awal)
menuju ke bawah (tanah atau lantai). Sedangkan ketinggian benda diukur dari bawah (tanah)
menuju ke atas (posisi ketinggian benda).

Dengan mensubtitusikan persamaan 4 dan 5 ke persamaan 2, maka besar perpindahan benda


pada gerak vertikal ke bawah dapat dihitung dengan rumus:

s = s0  + v0t ± ½ at2

h = 0 + v0t + ½ gt2
h = v0t  + ½ g.t2 …………………………………pers. (6)

Dengan:
h = Perpindahan (m)
v0 = kecepatan awal (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
t = waktu (s)
4. Rumus Kecepatan Setelah t Detik

Pada gerak vertikal ke bawah (GVB), kecepatan awalnya tidak sama dengan nol
sehingga kecepatan benda setelah bergerak selama t detik akan bergantung juga pada
kecepatan awalnya. Misal benda bergerak dengan kecepatan awal v0 seperti pada gambar di
atas.

Saat benda mencapai posisi kedua seperti gambar di atas, maka kecepatan benda berubah
menjadi vt yaitu kecepatan benda setelah t detik yang telah mengalami percepatan. Dengan
mensubtitusikan persamaan 4 dan 5 ke persamaan 1, maka rumus kecepatan benda setelah t
detik pada GVB yaitu sebagai berikut:

vt = v0  ± at
vt = v0 + gt …………………………………pers. (7)

Sedangkan jika persamaan 4 dan 5 kita subtitusikan ke persamaan 3 maka kita akan
mendapatkan rumus kecepatan setelah t detik sebagai berikut:

vt2 = v02  ± 2as


vt2 = v02 + 2gh …………………………………pers. (8)

Keterangan:
vt = kecepatan benda setelah t detik (m/s)
v0 = kecepatan awal (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
t = waktu (s)
h = perpindahan benda (m)
5. Rumus Ketinggian Benda

Gambar di atas menunjukkan hubungan antara ketinggian benda dan perpindahannya.


Misalkan benda berada pada ketinggian awal h0 kemudian bergerak ke posisi tengah dengan
perpindahan sebesar s. Pada titik tersebut, ketinggian benda dilambangkan dengan h’.

Perpindahan (s) pada gerak vertikal umumnya dilambangkan dengan h. Berdasarkan gambar
di atas dan juga persamaan 6, maka ketinggian benda setelah bergerak selama t detik dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

h' = h0 – h
h' = h0 – (v0t + ½ g.t2) ………………………………pers. (9)

Dengan:
h’ = ketinggian benda setelah t detik (m)
h = perpindahan benda (m)
h0 = ketinggian mula-mula benda (m)
v0 = kecepatan awal benda (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
t = waktu (s)
6. Rumus Waktu Mencapai Titik Terendah

Karena benda yang bergerak dengan kecepatan awal v0 yang tidak sama dengan nol, maka
untuk ketinggian yang sama, benda yang bergerak vertikal ke bawah akan lebih cepat
mencapai tanah dibandingkan dengan benda yang bergerak jatuh bebas. Waktu yang
dibutuhkan benda untuk mencapai tanah pada gerak vertikal ke bawah dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan 6 yaitu sebagai berikut:

= v0t  + ½ g.t2

…………………………………pers. (10)

=
h = v0t  + ½ g.t2
½ g.t2 + v0t – h = 0 …………………………………pers. (10)

Dengan:
v0 = kecepatan awal (m/s)
h = Perpindahan (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
t = waktu (s)
Persamaan 10 di atas merupakan bentuk persamaan kuadrat sehingga untuk menentukan nilai
t kita harus menggunakan prinsip persamaan kuadrat yaitu mencari akar-akar persamaan

kuadrat.

Jika semua rumus-rumus diatas dikumpulkan jadi satu maka akan menjadi rumus utama
dalam gerak vertikal ke bawah yang dapat kalian pergunakan untuk menyelesaikan persoalan
yang berhubungan dengan gerak vertikal ke bawah (GVB).

Rumus Utama Gerak Vertikal ke Bawah (GVB)

h = v0t + ½ g.t2 → perpindahan setelah t detik


vt = v0 + g.t
→ kecepatan setelah t detik
vt2 = v02 + 2gh
h' = h0 – (v0t + ½ g.t2) → ketinggian setelah t detik

Grafik Gerak Vertikal ke Bawah

Secara umum grafik GVB sama saja dengan grafik GJB, akan tetapi karena pada gerak
vertikal ke bawah terdapat kecepatan awal yang berarti kecepatan benda (vt) menjadi lebih
besar dan waktu mencapai tanah lebih cepat maka posisi kurva pada sumbu XY dan
kemiringan kurva agak sedikit berbeda dengan grafik GJB.

1. Grafik Hubungan Perpindahan terhadap Waktu (Grafik s-t) Pada GVB


Perpindahan merupakan besaran vektor jadi memiliki arah. Dalam gerak vertikal ke bawah,
perpindahan diukur dari atas ke bawah, yaitu dari posisi awal ketinggian benda sampai ke
tanah jadi arah perpindahan adalah ke bawah sehingga perpindahan berharga negatif seperti
pada grafik. Dari grafik s – t di atas terlihat jelas bahwa mula-mula perpindahan benda adalah
nol. Kemudian seiring bertambahnya waktu perpindahan benda semakin besar sampai pada
titik akhir yaitu di tanah perpindahan benda tetap.

Bentuk kemiringan kurva pada grafik s-t pada GVB tentunya lebih besar dari grafik s-t
GJB karena GVB memiliki percepatan awal sehingga waktu untuk mencapai perpindahan
terbesar menjadi lebih cepat.

2. Grafik Hubungan Ketinggian terhadap Waktu (Grafik h-t) Pada GVB


Ketinggian merupakan kebalikan dari perpindahan. Ketinggian benda diukur dari bawah ke
atas yaitu dari permukaan tanah menuju posisi ketinggian benda. Ketinggian merupakan
besaran skalar sehingga nilainya selalu positif. Dari grafik h – t di atas terlihat bahwa
semakin bertambahnya waktu ketinggian benda semakin berkurang karena benda bergerak ke
bawah. Dan pada titik akhir (di tanah) ketinggian benda adalah nol.
3. Grafik Hubungan Kecepatan terhadap Waktu (Grafik v-t) Pada GVB

Grafik v-t pada GVB tentunya agak sedikit berbeda dengan grafik v-t GJB, karena gerak
vertikal ke bawah memiliki percepatan awal maka kurva tidak dimulai dari titik pusat (0,0)
sumbu XY. Dari grafik di atas terlihat mula-mula kecepatan benda sebesar v0 kemudian

bertambah secara teratur seiring bertambahnya waktu

4. Grafik Hubungan Percepatan terhadap Waktu (Grafik a-t) Pada GVB


Semua jenis gerak vertikal seperti gerak jatuh bebas, gerak vertikal ke bawah dan gerak
vertikal ke atas, percepatan gravitasi yang dialami benda berharga negatif karena arahnya ke
bawah. Tidak hanya pada gerak vertikal saja, pada gerak parabola juga berlaku percepatan
gravitasi tersebut. Pada grafik a – t di atas terlihat jelas bahwa besar percepatan gravitasi
konstan -9,8 m/s2.

Anda mungkin juga menyukai