Anda di halaman 1dari 16

Nama : Fhasya Angelina Siringoringo

NIM : 2310026017

Program Studi : Kedokteran Gigi

FISIKA
1. KINEMATIKA
Kinematika adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari gerak titik partikel secara geometris,
yaitu meninjau gerak partikel tanpa meninjau penyebab geraknya. Kinematika adalah cabang
dari ilmu mekanika, yaitu ilmu yang mempelajari gerak benda.
1. Keadaan Gerak Benda
Keadaan gerak suatu titik partikel dideskripsikan oleh perubahan posisi partikel sebagai
fungsi waktu, ~r(t).
2. Keadaan gerak diketahui
Bila fungsi ~r(t) sudah diketahui untuk sebarang waktu t, maka keadaan gerak partikel
tadi secara praktis sudah diketahui.
3. Kecepatan
Misalkan dalam selang waktu ∆t, posisi partikel akan berpindah dari

Vektor perubahan posisinya adalah

Kecepatan sebuah partikel adalah laju perubahan posisi partikel terhadap waktu. Kecepatan
rerata partikel tadi dalam selang waktu ∆t didefinisikan sebagai

Sedangkan kecepatan sesaat pada saat t didefinisikan sebagai

4. Kelajuan
Besar dari vektor kecepatan sering juga disebut sebagai kelajuan. Kelajuan dari sebuah
partikel dapat tidak berubah walaupun kecepatannya berubah, yaitu bila vektor
kecepatan berubah arahnya tanpa berubah besarnya.
5. Percepatan
Bila kecepatan sebuah partikel pada saat t adalah ~v(t) maka setelah selang waktu ∆t
kecepatannya adalah ~v(t+∆t). Perubahan kecepatannya selama selang ∆t diberikan oleh

Percepatan sebuah partikel adalah laju perubahan keceatan partikel terhadap waktu.
Percepatan rerata partikel tadi didefinisikan sebagai

sedangkan percepatan sesaatnya pada saat t didefinisikan sebagai

Karena kecepatan dapat dituliskan sebagai derivatif posisi terhadap waktu, maka
percepatan adalah derivatif kedua posisi terhadap waktu, yaitu

6. Gerak dengan kecepatan konstan


Bila kecepatan partikel konstan ~v, maka percepatannya nol. Untuk kasus ini posisi
partikel pada waktu t dapat diketahui melalui integrasi persamaan berikut ini

yang bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi
~r(t)

7. Gerak dengan percepatan konstan


Bila percepatan partikel konstan ~a, kecepatan partikel dapat ditentukan dari integrasi
persamaan berikut ini

yang bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan kecepatan ~v(0) ke saat akhir t dengan
kecepatan ~v(t)
dari persamaan ini, dengan memakai definisi kecepatan sebagai derivatif posisi terhadap
waktu, diperoleh persamaan berikut ini

yang bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan posisi ~r(0) ke saat akhir t dengan posisi
~r(t), diperoleh

8. Gerak Jatuh Bebas


Sebagai contoh gerak dengan percepatan konstan adalah gerak partikel jatuh bebas di
dekat permukaan bumi. Dapat ditunjukkan bahwa untuk ketinggian yang tidak terlalu
jauh dari permukaan bumi, percepatan gravitasi g yang dialami sebuah benda yang jatuh
bebas, bernilai konstan. Dalam kasus benda jatuh bebas, bila arah positif dipilih ke arah
atas, maka percepatan benda a = −g (ke bawah).
9. Kombinasi gerak
Besaran-besaran gerak yang berupa besaran vektor dapat diuraikan menjadi komponen-
komponennya dalam setiap arah vektor-vektor basisnya. Sehingga gerak dalam dua
dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi dua gerak satu dimensi dalam dua arah yang
saling tegak lurus (misalnya dalam arah x dan y). Demikian juga gerak dalam tiga dimensi
dapat diuraikan menjadi kombinasi tiga gerak satu dimensi dalam tiga arah yang saling
tegak lurus (dalam arah x, y, dan z). Semua persamaan-persamaan kinematika gerak
lurus dalam bab sebelumnya, dapat digunakan untuk mendeskripsikan gerak dalam
masing-masing arah.
10. Gerak Peluru
Sebagai contoh akan diberikan gerak partikel dalam dua dimensi (bidang) yang
mengalami percepatan konstan dalam arah vertikal dan tidak mengalami percepatan
dalam arah horizontal. Aplikasi dari gerak ini adalah gerak peluru, yang lintasannya
berupa lintasan parabolik. Misalkan di titik asal koordinat (0, 0) sebuah partikel bergerak
dengan kecepatan awal ~v0 yang membentuk sudut θ terhadap sumbu x. Partikel ini
mengalami percepatan gravitasi sebesar −g (ke arah sumbu y negatif). Kecepatan awal
partikel dapat diuraikan menjadi komponen x dan y, yaitu v0x = v0 cos θ dan v0y = v0 sin
θ. Gerak partikel sekarang dapat dianalisa sebagai gerak dengan kecepatan konstan pada
arah x dan gerak dengan percepatan konstan pada arah y.
11. Gerak melingkar beraturan
Gerak melingkar beraturan adalah gerak dengan lintasan berbentuk lingkaran dan
kelajuan konstan. Walau kelajuannya konstan, tetapi vektor kecepatannya berubah, yaitu
berubah arahnya. Kita tinjau suau partikel bergerak melingkar dengan jejari lintasan
lingkarannya r.

12. Gerak Relatif


Ketika menganalisa gerak suatu partikel, kita meninjaunya relatif terhadap suatu titik
acuan dan sistem koordinat tertentu, yang secara bersama-sama disebut sebagai
kerangka acuan. Besaran-besaran gerak partikel tersebut, seperti posisi, kecepatan dan
percepatan dapat bernilai berbeda bila dilihat dari kerangka acuan yang berbeda. Dalam
analisa ini, kita memakai pendekatan klasik di mana waktu dianggap sama di semua
kerangka acuan. Ditinjau misalnya suatu kerangka acuan A dan kerangka acuan kedua B.
Posisi titik asal B dlihat dari titik asal A, diberikan oleh vektor R~ BA(t). Posisi sebuah
partikel C menurut kerangka A dan B secara berturutan adalah ~rCA(t) dan ~rCB(t).
Hubungan antara ~rCA(t) dan ~rCB(t).
2. DINAMIKA FISIKA
Dinamika diartikan sebagai gerakan pada sistem mekanik, dengan mempertimbangkan gaya yang
memproduksi gerakan tersebut.
1. Gaya
Gaya didefinisikan sebagai tarikan atau doongan pada sebuah objek. Gaya diperlukan untuk
mempercepat sebuah objek dari kecepatan nol menjadi kecepatan bukan nol. Berlaku sebaliknya.
2. Hukum I Newton tentang Gerak
3. Hubungan Gaya dan Gerak
• Aristotle (384-322 SM) Gaya dipercaya menjaga benda tetap bergerak pada bidang horizontal.
• Galileo (2000 years later) Normal jika sebuah objek bergerak dengan kecepatan konstan atau
diam (keberadaan gaya gesek).
4. Hukum I Newton tentang Gerak
• Isaac Newton (1687) Sebuah benda akan tetap diam, atau tetap bergerak dengan kecepatan
tetap pada garis lurus, selama tidak ada gaya total yang bekerja (Hukum Inersia).
5. Massa
Massa adalah ukuran jumlah materi dalam suatu zat atau benda. Sedangkan berat merupakan
banyaknya gaya yang bekerja pada suatu benda dengan satuan berupa Newton (N).
6. Hukum II Newton tentang Gerak
7. • Gaya total terdapat pada objek yang mengakibatkan meningkatnya kecepatan.
• Jika gaya totalnya berlawanan arah dengan arah gerak, maka gaya tersebut akan menurunkan
kecepatan.
• Percepatan objek sebanding dengan gaya total yang bekerja pada objek dan berbanding terbalik
dengan massanya.
8. Hukum III Newton tentang Gerak
• Ketika sebuah objek memberikan gaya kepada objek lain, maka objek lain tersebut akan
memberikan gaya dengan besar yang sama namun berlawanan arah.
9. Hukum III Newton tentang Gerak
Hukum III Newton ini berkaitan dengan gaya aksi dan reaksi. Maksudnya adalah setiap benda yang
kita berikan gaya aksi, maka benda tersebut akan kembali memberikan gaya reaksi yang sama
besar terhadap kita.
10. Berat- Gaya Gravitasi dan Gaya Normal
• Gaya yang menyebabkan benda jatuh ke inti bumi disebut sebagai gaya gravitasi (g ). Berat juga
disebut sebagai gaya gravitasi pada sebuah objek.
11. Berat- Gaya Gravitasi dan Gaya Normal
Gaya normal adalah gaya yg bekerja pada benda yang bersentuhan sedangkan gaya berat adalah
gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu Benda.
3. MEKANIKA FLUIDA
Fluida (fluid)/Zat Alir:
(1) Zat yang dapat mengalir
(2) Zat yang menyesuaikan diri dengan tempatnya dan tidak mampu menahan pengaruh gaya
geser.
Sifat Dasar Fluida
(a) Rapat Massa/Massa jenis/Densitas: Rapat massa fluida cair adalah besarnya massa fluida
tiap satuan volume.

(b) Rapat massa fluida gas: Rapat massa fluida gas tergantung pada tekanan absolut (P),
suhu absolut (T), dan jenis/tetapan gas (R) Berdasarkan persamaan keadaan gas ideal, P
υ = m RT, maka:

(c) Berat jenis fluida adalah besarnya berat fluida tiap satuan volume.

(d) Volume spesifik adalah besarnya volume tiap satuan massa fluida.

.
(e) Rapat relatif adalah perbandingan rapat massa fluida dengan rapat massa air pada suhu
4°C, tekanan 1 atm.

(f) Kompresibilitas/Modulus Total Elastisitas. Kompresibilitas adalah kemampuan fluida


untuk mengecil volumenya apabila mendapat tekanan.

(g) Fluida dengan kompresibilitas tinggi disebut fluida kompresibel (compressible fluid).
Termasuk kategori ini adalah fluida gas.
(h) Fluida dengan kompresibilitas rendah disebut fluida inkompresibel (incompressible
fluid). Termasuk kategori ini adalah fluida cair.
(i) Kompresi gas-gas terjadi sesuai dengan hukumhukum termodinamika: p υ = RT
(j) Kekentalan /Viskositas (Viscosity) Kekentalan adalah besarnya daya tahan fluida terhadap
gaya geser. Kekentalan terutama diakibatkan oleh saling pengaruh antara molekul-
molekul fluida.
(k) Tegangan permukaan (surface tension) adalah gaya-gaya di permukaan cairan atau titik
temu antara (antar muka) fluida cair dan gas, atau antara dua fluida cair yang tidak
bercampur. Antar muka tersebut berperilaku seakan-akan seperti “kulit” atau
“membran” yang membentang pada seluruh massa fluida.
(l) Tekanan Fluida Diam pada Sebuah Titik. Tekanan adalah gaya normal tiap satuan luas
pada sebuah titik di bidang tertentu. → p = Fn/A

(m) Hukum Pascal (Fluida inkompresibel) Bila fluida inkompresibel yang diam memperoleh
suatu tekanan luar, maka tekanan tersebut akan diteruskan ke segala arah dengan besar
yang sama dengan arah tegak lurus bidang.
USAHA DAN ENERGI
4.
1. USAHA
Fenomena gerak, disamping bisa dianalisis dengan menggunakan perumusan hukum newton, ia
juga bisa didekati dengan menggunakan konsep usaha-energi. Seperti halnya hukum newton,
konsep ini menghubungkan pengaruh luar (gaya) dengan keadaan gerak benda. Bedanya dengan
konsep hukum newton, usaha dan tenaga adalah besaran skalar. Karena itu,untuk beberapa
kasus, konsep usaha-tenaga dapat lebih mudah digunakan untuk mengetahui keadaan gerak
suatu benda akibat pengaruh luar (gaya).
i. 1 Usaha oleh Gaya Konstan
Istilah usaha dalam fisika agak berbeda dengan istilah usaha yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, meskipun ada beberapa kemiripan. Sebagai istilah fisika,
usaha yang dilakukan oleh suatu gaya didefinisikan sebagai hasil perkalian skalar
antara vektor gaya dengan vektor perpindahan benda, atau hasil kali komponen gaya
yang searah oleh tali busur 27 θ F s perpindahan benda dengan besar perpindahan
benda. Usaha dilambangkan dengan W (work) dan untuk gaya yang konstan
dirumuskan sebagai:

Mengingat di dalam usaha terdapat dua variabel yang berperan, yakni


perpindahan dan gaya (yang searah dengan perpindahannya), maka tidak
semua gaya yang bekerja pada suatu benda melakukan usaha. Jika gaya
tersebut berarah tegak lurus dengan arah perpindahan benda, maka gaya
tersebut tidak melakukan usaha apapun. Beberapa contoh gaya yang tidak
melakukan usaha adalah:
• Gaya sentripetal, arahnya selalu tegak lurus lintasannya, maka usaha oleh gaya
sentripetal selalu nol.
• Gaya normal, arahnya selalu tegak lurus bidang dimana benda bergeser, maka usaha
oleh gaya normal selalu nol.
• Usaha oleh Gaya yang Tidak Konstan Pada saat seseorang menarik tali busur untuk
melepaskan anak panah dari busurnya, maka semakin ditarik tali busurnya akan
semakin besar gaya yang diberikan oleh tali busur kepada orang tersebut. 29
Demikian pula pada saat sebuah pegas diregangkan, semakin diregangkan pegas
tersebut akan semakin berat beban yang dirasakan oleh orang yang
meregangkannya. Kedua peristiwa tersebut menunjukan bahwa adakalanya gaya
yang bekerja pada suatu benda tidak konstan, melainkan berubah-ubah dan
merupakan fungsi dari suatu variabel tertentu. Misalnya pada kedua contoh di atas,
gaya merupakan fungsi posisi F (x).
2. ENERGI KINETIK

Gaya konstan F melakukan usaha untuk menarik sebuah partikel bermassa m hingga
berpindah sejauh x. Percepatan partikel tersebut konstan dan dapat diperoleh dengan
menggunakan hukum newton F=ma.
3. DAYA.
Besaran usaha seringkali tidak sanggup menggambarkan suatu keadaan secara lebih
lengkap dan pada akhirnya terkadang kurang bermakna. Hal ini karena usaha tidak
melibatkan unsur waktu. Sebagai contoh, seorang laki-laki perkasa sanggup
memindahkan sejumlah meja dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam waktu
setengah jam. Sedangkan seorang anak SD baru menyelesaikan usaha yang sama dalam
waktu setengah hari. Jika dilihat dalam perspektif usaha, kedua orang tersebut
melakukan usaha yang sama, padahal kedua orang tersebut melakukannya dengan
kecepatan yang berbeda. Sebuah besaran yang bernama daya dimunculkan untuk
mengantisipasi persoalan ini. Daya (power) merupakan besaran fisika yang
menggambarkan tentang seberapa cepat sebuah usaha dilakukan. Secara lebih presisi
daya didefinisikan sebagai laju usaha yang dilakukan. Sebagaimana usaha dan energi,
daya juga sebuah besaran skalar. Ketika sejumlah usaha ∆W dilakukan selama selang
waktu ∆t, usaha rata-rata persatuan waktu atau daya rata-rata (average power) Prt
didefinisikan sebagai:
5. MOMENTUM DAN IMPULS

Definisi Momentum dalam fisika adalah ukuran kesukaran untuk memberhentikan gerak suatu benda.
Momentum merupakan besaran vektor. Secara matematis, rumusnya adalah sebagai berikut:

Di mana

p = momentum ( kg m/s)

m = massa benda (kg)

v = kecepatan benda ( m/s)

Sedangkan impuls (I) adalah hasil kali gaya impulsif rata-rata (F) dan selang waktu singkat (Δt)
selama gaya impulsif bekerja. Impuls merupakan besaran vektor dan arahnya searah dengan arah gaya impuls
F. secara matematis, impuls dirumuskan sebagai berikut:

Jika gaya impulsif, F, termasuk yang berubah terhadap waktu, t, dapat Quipperian gambarkan grafik F-t nya.
Nilai impulsnya merupakan luasan raster di bawah grafik F-t.

Momentum dan impuls mempunyai suatu hubungan yang dikenal dengan nama teorema impuls-
momentum. Bunyi teoremanya adalah “impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan
momentum yang dialami benda tersebut, yaitu beda antara momentum akhir dengan momentum
awalnya”.

Secara matematis, rumusan teorema impuls-momentum adalah sebagai berikut:

Suatu momentum selalu melibatkan sedikitnya dua benda. Misalnya, bola billiar A dan bola billiar B. Sesaat
sebelum tumbukan, bola A bergerak mendatar ke kanan dengan momentum mava dan bola B bergerak
mendatar ke kiri dengan momentum mbvb. Momentum sistem partikel sebelum tumbukan tentu saja sama
dengan jumlah momentum bola A dan bola B sebelum tumbukan.

Momentum sistem partikel sesudah tumbukan tentu saja sama dengan jumlah momentum bola A dan bola B
sesudah tumbukan.

Dari peristiwa tumbukan mendatar di atas, dapat simpulkan bahwa momentum total sistem sesaat sebelum
tumbukan sama dengan momentum total sistem sesaat sesudah tumbukan, asalkan tidak ada gaya luar yang
bekerja pada sistem. Pernyataan ini dikenal dengan nama hukum kekekalan momentum linier.
6. HUKUM I DAN II THERMODINAMIKA

Termodinamika berasal dari Bahasa Yunani, yaitu thermos yang berarti panas, dan dynamic yang
berarti perubahan. Sehingga termodinamika merupakan ilmu yang mempelajari hukum-hukum yang
mengatur perubahan energi dari suatu bentuk ke bentuk lain, aliran, dan kemampuan energi melakukan
usaha. Termodinamika membahas tentang sistem kesetimbangan (equilibrium), yang dapat digunakan
untuk mengetahui besarnya energi yang diperlukan untuk mengubah suatu sistem dari keadaan
kesetimbangan. Namun demikian, termodinamika tidak dapat digunakan untuk menentukan kecepatan
perubahan yang terjadi selama proses saat sistem tidak berada dalam kesetimbangan. Sistem tersebut
dapat berubah sebagai akibat dari keadaan lingkungan di sekitarnya. Materi sistem dalam
termodinamika dapat menerima energi panas atau energi dalam bentuk yang berbeda-beda. Dalam
termodinamika dikenal sistem termodinamik, yaitu sistem dalam keadaan sembarang (ada perbedaan
suhu, ada perbedaan tekanan, ada reaksi kimia) antar bagian-bagian sistem. Bila tidak terjadi perbedaan
suhu disebut sistem dalam keadaan kesetimbangan termal. Bila tidak terjadi perbedaan tekanan disebut
sistem dalam kesetimbangan mekanik. Bila tidak terjadi reaksi kimia, maka sistem dalam
kesetimbangan kimia. Dengan demikian, bila ketiga kesetimbangan telah tercapai dikatakan bahwa
sistem dalam kesetimbangan termodinamika.

Hukum 1 Termodinamika

Bunyi Hukum Termodinamika 1: energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Energi hanya dapat diubah
bentuknya saja. Hal ini dapat dijelaskan melalui persamaan:

Dalam rumus termodinamika di atas, ΔU mewakili perubahan energi dalam sistem, Q adalah jumlah energi
kalor yang masuk ke dalam sistem, dan W adalah kerja yang dilakukan oleh sistem. Hukum ini menegaskan
bahwa perubahan energi dalam sistem merupakan hasil dari jumlah energi kalor yang masuk ke sistem
dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem.

Perlu diperhatikan bahwa dalam rumus termodinamika tersebut, tanda positif (+) atau negatif (-) dari Q dan W
tergantung pada apakah sistem menyerap atau melepas kalor serta melakukan atau menerima kerja. Jika
sistem menyerap kalor, Q akan bertanda positif, sedangkan jika sistem melepas kalor, Q akan bertanda negatif.
Begitu pula, jika sistem melakukan kerja, W akan bertanda positif, sedangkan jika sistem menerima kerja, W
akan bertanda negatif.

Hukum 1 Termodinamika juga berlaku dalam konteks perubahan suhu dan volume. Ketika kalor diberikan pada
sistem, volume dan suhu sistem cenderung bertambah. Sedangkan jika kalor diambil dari sistem, volume dan
suhu sistem cenderung berkurang. Prinsip ini menjelaskan bahwa energi yang diberikan oleh kalor sejalan
dengan kekekalan energi dalam sistem.

Hukum 1 Termodinamika membentuk dasar penting dalam pemahaman tentang perubahan energi dalam
sistem termodinamika. Dalam proses perubahan volume, sistem akan melakukan usaha. Sedangkan dalam
proses perubahan suhu, sistem akan mengalami perubahan energi dalam. Oleh karena itu, keberadaan kalor
yang diberikan kepada sistem dapat menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi
dalam. Hukum ini diuraikan menjadi 4 proses termodinamika, yaitu:

- Isobarik (tekanan tetap atau konstan)

- Isokhorik (volume tetap atau konstan)

- Isotermik (suhu tetap atau konstan)


- Adiabatik (sistem diisolasi agar tidak ada kalor yang keluar maupun masuk atau tidak terjadi pertukaran
kalor).

Hukum 2 Termodinamika

Hukum 2 Termodinamika menetapkan pembatasan terhadap perubahan energi dan mengungkap sifat alami
aliran kalor antara objek dan sistem. Bunyi Hukum Termodinamika 2: kalor akan mengalir secara alami atau
spontan dari benda yang memiliki suhu tinggi ke benda yang memiliki suhu rendah. Namun kalor tidak akan
mengalir secara alami atau spontan dari benda yang dingin ke benda yang panas tanpa dilakukan usaha
eksternal. Hal ini menunjukkan arah aliran kalor yang terjadi secara alami dalam sistem termodinamika.

Arah aliran kalor juga berkaitan dengan konsep entropi, yang merupakan ukuran keseimbangan termodinamis
dalam suatu sistem fisik. Entropi menjelaskan perubahan energi dan menjadi dasar dari Hukum 2
Termodinamika. Secara khusus, bunyi Hukum Termodinamika 2 adalah kalor akan mengalir secara spontan
dari benda dengan suhu tinggi ke benda dengan suhu rendah, dan tidak akan mengalir secara spontan dalam
arah sebaliknya.

Hukum 2 Termodinamika berkembang sebagai respons terhadap keterbatasan yang ditemukan dalam Hukum
1 Termodinamika, yang tidak memberikan penjelasan apakah suatu proses dapat terjadi atau tidak. Oleh
karena itu, Hukum 2 Termodinamika dihasilkan untuk mempelajari sifat dan karakteristik sistem.
7. TEMPERATUR

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), suhu diartikan sebagai ukuran kuantitatif dari
temperatur, panas atau dingin, dan diukur menggunakan termometer. Suhu menjadi besaran yang
akan menyatakan ukuran derajat dingin dan panas suatu benda. Selain bisa dinyatakan secara
kualitatif, suhu juga dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan satuan derajat tertentu.

Tri Cahyono (2007) dalam buku Penyehatan Udara menyatakan bahwa suhu adalah keadaan panas
dinginnya suatu udara. Daerah tropis memiliki suhu udara yang tertinggi di muka bumi, dan semakin
ke kutub, suhu udaranya akan semakin rendah.

Lalu jika berdasarkan datarannya, dataran rendah cenderung memiliki suhu yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan dataran tinggi. Semakin tinggi permukaan tanah, maka suhunya juga akan
semakin rendah. Seperti suhu dingin yang akan dirasakan menusuk tulang jika sedang berada di
gunung.

Kemudian dalam Encyclopedia Britannica juga disebutkan bahwa suhu adalah ukuran panas atau
dingin yang dinyatakan dengan skala sembarang. Di mana skala tersebut menunjukkan bahwa suhu
panas yang memiliki energi tinggi akan mengalir ke suhu yang lebih rendah atau dingin. Maka dari itu,
suhu dapat dinyatakan pula menjadi ukuran kualitatif sebuah benda. Suhu ini bisa diukur karena
adanya energi kinetik dalam suatu benda. Jadi, semakin besar energi kinetik suatu benda, suhunya
akan semakin tinggi.

Kemudian jika dilihat dari konteks penguapan, suhu juga sangat berperan terhadap proses kimia di
udara. Semakin tinggi suhu suatu udara, maka penguapan airnya juga akan semakin tinggi, begitu juga
dengan uap air yang ditahan, dan hal tersebut juga mempercepat terjadinya reaksi kimia di udara.

Sebaliknya, semakin rendah suhu udara, kemampuan menahan uap airnya juga rendah, dan
menyebabkan udara menjadi jenuh uap air. Akibatnya, apabila udara sudah mencapai batas
maksimum, maka kondensasi pengembunan terjadi dan hujan pun akan turun.

Macam Alat Pengukur Suhu


Manusia memiliki tangan yang bisa merasakan suhu. Namun perasaan dingin dan panas suatu benda yang bisa
dirasakan oleh masing-masing manusia tidaklah sama. Ukuran tersebut hanyalah ukuran kualitatif atas suhu
suatu benda.

Maka untuk menyatakan suhu dengan sama antara satu orang dengan orang lainnya, dibutuhkan alat
pengukur suhu yang dapat menyatakan suhu secara kuantitatif. Alat bantu pengukur suhu ini dinamakan
dengan termometer. Dengan alat-alat yang akan disebutkan berikut, hasil pengukuran suhu yang dilakukan
akan memberikan persepsi yang sama pada semua orang.

1. Termometer Klinis
Alat pengukur suhu pertama ada termometer klinis. Termometer ini biasa dipakai oleh dokter untuk mengukur
suhu badan pasiennya. Alat ini memang dipakai di bidang kesehatan sebagai pendeteksi adanya penyakit pada
tubuh seseorang.
2. Termometer Ruangan
Termometer ini merupakan alat pengukur suhu yang dipakai di suatu ruangan untuk memantau suhu di
sana. Alat ini biasa dimanfaatkan oleh orang-orang yang berada di negara dengan empat musim. Gunanya
untuk mengatur suhu di dalam ruangan tertentu.

3. Termometer Inframerah
Selanjutnya ada termometer inframerah, yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh saat pandemi. Alat
pengukur suhu satu ini dapat mengukur suhu pada arteri tanpa menyentuh tubuh sama sekali.

4. Termometer Digital
Kemudian ada termometer digita. Alat ini tidak menggunakan alkohol ataupun air raksa. Dalam mengukur
suhu, termometer digital memakai sifat pemuaian pada logam, sehingga pengukuran suhu menjadi lebih cepat
dan tepat dilakukan.

5.Kelima ada alat pengukur suhu yang biasa dipakai untuk membantu kegiatan penelitian atau eksperimen,
yang dinamakan Termometer Laboratorium. Alat ini yang biasanya berisi air raksa atau alkohol guna mengukur
suhu. Adapun suhu cairan yang dimasukkan pun cukup bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan.

6. Termokopel
Terakhir ada termokopel, yaitu alat pengukur suhu yang berupa sensor termoelektrik . Apabila dilakukan
konfigurasi dengan benar dan tepat, termokopel ini bisa melakukan pengukuran suhu dengan jangkauan yang
luas.Dalam menyatakan sebuah suhu, alat yang dipakai atau termometer ini juga bisa dibagi menjadi dua jenis,
yaitu termometer padat dan termometer cair. Termometer zat padat menggunakan sifat benda padat sebagai
bahan pembuat, sementara termometer zat cair memakai benda cair atau alkohol sebagai bahan pembuatnya.
Berikut adalah penjelasannya:

Termometer Zat PadatContoh dari termometer zat padat yaitu termometer bimetal, yang menggunakan
logam sebagai bahan untuk mengukur suhu pada suatu benda. Lalu ada termometer termokopel yang
memakai aliran listrik guna menentukan besaran suhu.

8. Termometer Zat Cair


Kedua ada termometer dengan cair, contohnya adalah termometer laboratorium yang memakai skala mulai
dari -10 derajat celcius. Lalu ada termometer untuk mengukur suhu badan yang menggunakan skala antara 35
derajat celcius sampai 42 derajat celcius.

Macam Skala Suhu


Nilai derajat sebuah suhu dapat diatur ke dalam empat jenis skala suhu, yaitu Celsius (C), Farenheit (F), Reamur
(R), dan Kelvin(K). Adapun skala suhu akan didasarkan pada dua titik tepat, yaitu titik tetap bawah dan titik
tetap atas. Titik bawah menandakan titik beku, sementara itu titik atas menunjukkan titik didih. Nah, kedua
titik tersebut, dalam setiap jenis skala suhu dinyatakan sebagai berikut:

 Skala suhu Celcius memiliki titik bawah 0 derajat Celcius, dan titik atas sebesar 100 derajat
Celcius.
 Skala suhu Fahrenheit memiliki titik bawah sebesar 32 derajat Fahrenheit dan memiliki titik atas
sebesar 212 derajat Fahrenheit.
 Adapun skala Reamur mempunyai titik bawah sebesar 0 derajat Reamur dan titik atas sebesar 80
derajat Reamur.
 Terakhir, skala Kelvin memiliki titik bawah sebesar 273 dan titik atas sebesar 373.

Anda mungkin juga menyukai