Anda di halaman 1dari 20

RANGKUMAN MATERI FISIKA, CONTOH SOAL DAN

PEMBAHASANNYA

DISUSUN OLEH :

SUPRIYADI

5160811047

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

TEKNIK SIPIL
Jl. Glagahsari No. 63, Yogyakarta. Telp 0274-373955

YOGYAKARTA

2016
BAB I BESARAN DAN SATUAN

Pengertian Besaran

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka dan
mempunyai satuan. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai
besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu

1. dapat diukur atau dihitung

2. dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai

3. mempunyai satuan

Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat
dikatakan sebagai besaran.

Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari
pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan
besaran fisika karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca.

2. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak
diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika
adalah Jumlah.

Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2

1. Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli
fisika. Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu
(s), Suhu (K), Kuat Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran
pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai
satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.

2. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak
macamnya sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang dan
waktu. Volume (meter kubik) diturunkan dari besaran pokok panjang, dan lain-lain. Besaran
turunan mempunyai ciri khusus antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak
langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok.

Saat membahas bab Besaran dan Satuan maka kita tidak akan lepas dari satu kegiatan yaitu
pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis
yang ditetapkan sebagai satuan.

Pengertian Satuan

Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Setiap besaran
mempunyai satuan masing-masing, tidak mungkin dalam 2 besaran yang berbeda mempunyai satuan
yang sama. Apa bila ada dua besaran berbeda kemudian mempunyai satuan sama maka besaran itu
pada hakekatnya adalah sama. Sebagai contoh Gaya (F) mempunyai satuan Newton dan Berat

mempunyai satuan Newton. Besaran ini kelihatannya berbeda tetapi sesungguhnya besaran ini sama
yaitu besaran turunan gaya. Besaran berdasarkan arah dapat dibedakan menjadi 2 macam

1. Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah sebagai contoh besaran
kecepatan, percepatan dan lain-lain.

2. Besaran sekalar adalah besaranyang mempunyai nilai saja sebagai contoh kelajuan, perlajuan
dan lain-lain.
BAB II GERAK LURUS BERATURAN DAN GERAK LURUS TIDAK BERATURAN

Gerak Lurus Beraturan (GLB)

KINEMATIKA adalah Ilmu gerak yang membicarakan gerak suatu benda tanpa memandang
gaya yang bekerja pada benda tersebut (massa benda diabaikan). Jadi jarak yang ditempuh benda
selama geraknya hanya ditentukan oleh kecepatan v dan atau percepatan a.

Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kocepatan v
tetap (percepatan a = 0), sehingga jarakyang ditempuh S hanya ditentukan oleh kecepatan yang tetap
dalam waktu tertentu.Pada umumaya GLB didasari oleh Hukum Newton I

( F = 0 ). S = X = v . t ; a = v/t = dv/dt = 0 v = S/t = ds/dt = tetap Tanda (selisih)


menyatakan nilai rata-rata. Tanda d (diferensial) menyatakan nilai sesaat.

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan
kecepatan v yang berubah setiap saat karena adanya percepatan yang tetap. Dengan kata lain benda
yang melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah
kecepatannya karena ada percepatan (a= +) atau perlambatan (a= -). Pada umumnya GLBB didasari
oleh Hukum Newton II ( F = m . a ). vt = v0 + a.t vt2 = v02 + 2 a S S = v0 t + 1/2 a t2 v0 =
kecepatan awal benda S = jarak yang ditempuh benda f(t) = fungsi dari waktu t vt = kecepatan sesaat
benda v = ds/dt = f (t) a = dv/dt = tetap

Syarat : Jika dua benda bergerak dan saling bertemu maka jarak yang ditempuh kedua benda
adalah sama. Grafik gerak benda (GLB dan GLBB) pada umumnya terbagi dua, yaitu S-t dan grafik
v-t. Pemahaman grafik ini penting untuk memudahkan penyelesaian soal. Khusus untuk grafik v-t
maka jarak yang ditempuh benda dapat dihitung dengan cara menghitung luas dibawah kurva grafik
tersebut.
GRAFIK GLB GRAFIK GLBB

(v = tetap ; S - t)

(a = tetap ; v - t ; S - t2)
BAB III GERAK VERTIKAL KE ATAS

GERAK VERTIKAL KE ATAS adalah gerak benda yang dilempar dengan suatu kecepatan
awal v0 pada arah vertikal, sehingga a = -g (melawan arah gravitasi). syarat suatu benda mencapai
tinggi maksimum (h maks): Vt = 0 Dalam penyelesaian soal gerak vertikal keatas, lebih mudah
diselesaikan dengan menganggap posisi di tanah adalah untuk Y = 0.
BAB IV Gerak parabola

Gerak parabola adalah gerak benda yang mempunyai lintasan berbentuk parabola. Gerak
Berbentuk Parabola. Gerak ini terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Gerak Setengah Parabola Benda yang dilempar mendatar dari suatu ketinggian tertentu
dianggap tersusun atas dua macam gerak, yaitu :
a) Gerak pada arah sumbu X (GLB) vx = v0 Sx = X = vx t
b) Gerak pada arah sumbu Y (GJB/GLBB) vy = 0] Jatuh bebas y = 1/2 g t2
2. Gerak Parabola/Peluru Benda yang dilempar ke atas dengan sudut tertentu, juga tersusun atas
dua macam gerak dimana lintasan dan kecepatan benda harus diuraikan pada arah X dan Y.
a) Arah sb-X (GLB) v0x = v0 cos (tetap) X = v0x t = v0 cos .t
b) Arah sb-Y (GLBB) v0y = v0 sin Y = voy t - 1/2 g t2 = v0 sin . t - 1/2 g t2 vy = v0
sin - g t
BAB V HUKUM NEWTON

Hukum Newton adalah 3 rumusan dasar mekanika klasik yang memberikan gambaran
mengenai gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Disebut juga hukum
gerak monumental, berkembang dalam buku karya isaac newton sendiri yaitu Mathematical Principles
of Natural Philosopy (The Principia).

Bunyi Hukum Newton (1, 2, 3) Rumus

Hukum 1 Newton
Bunyi: Jika resultan gaya yang bekerja pada benda yang sama dengan nol, maka benda yang mula-
mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus
beraturan dengan kecepatan tetap.
Maksud hukum newton 1 yaitu benda yang diam akan tetap diam dan tidak akan bergerak sampai ada
Gaya (dorongan atau tarikan) yang kemudian membuatnya bergerak, dan benda bergerak akan terus
bergerak dan akan diam apabila ada gaya yang mempegaruhinya untuk diam
Rumus hukum newton 1 yaitu F = 0 yaitu resultan gaya (Kg m/s2)
Hukum 2 Newton
Bunyi: "Percepatan (perubahan dari kecepatan) dari suatu benda akan sebanding dengan resultan gaya
(jumlah gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda.
Maksud hukum newton 2 yaitu massa suatu benda sangat berpengaruh pada gaya dalam suatu sistem.
Tambahan atau kurangan massa akan menghasilkan suatu perubahan. Rumusnya yaitu F = m.a
Keterangan:
F = Resultan Gaya (kg m/s2)
m = Massa Benda (kg)
a = Percepatan (m/s2)
Hukum 3 Newton
Bunyi: "Setiap aksi akan menimbulkan reaksi, jika suatu benda memberikan gaya pada benda yang
lain maka benda yang terkena gaya akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang
diterima dari benda pertama, tetapi arahnya berlawanan"
Maksud dari hukum newton 3 yaitu suatu benda baru akan berinteraksi apabila ada yang memberinya
gaya, bentuk interaksi tersebut dengan membalas gaya yang telah diberikan ke pada benda tersebut ke
arah sebaliknya. Gaya tidak pernah bekerja pada satu benda, melainkan selalu bekerja pada dua benda
dan setiap gaya selalu mempunyai dua ujung, ujung satu ke benda satu, dan ujung dua ke benda
kedua.

Rumus:
Rumus hukum newton 3 dapat dituliskan sebagai hukum (f) aksi - hukum (f) reaksi, yang saya tandai
di kot
BAB VI GERAK MELINGKAR BERATURAN

Gerak melingkar beraturan merupakan gerak benda yang lintasannya berupa lingkaran,
kelajuan benda tetap dan arah kecepatannya berubah ubah dengan teratur
Besaran-besaran dalam gerak melingkar beraturan
Periode (t) :
waktu yang diperlukan oleh benda untuk untuk menempuh lintasan satu lingkaran penuh.
Rumus t=1/fs

Gerak Melingkar Beraturan

Gerak melingkar beraturan adalah gerak yang lintasannya berbentuk lingkaran dengan laju
konstan dan arah kecepatan tegak lurus terhadap arah percepatan. Arah kecepatan terus berubah
sementara benda bergerak dalam lingkaran tersebut, tampak seperti pada gambar disamping. Oleh
karena percepatan didefinisikan sebagai besar perubahan kecepatan, perubahan arah kecepatan
menyebabkan percepatan sebagaimana juga perubahan besar kecepatan. Dengan demikian, benda
yang mengelilingi sebuah lingkaran terus dipercepat, bahkan ketika lajunya tetap konstan (v1= v2= v).

Besaran-Besaran Dalam Gerak Melingkar Beraturan


1. Periode Dan Frekuensi Gerak Melingkar Beraturan

Sebuah partikel/benda yang bergerak melingkar baik gerak melingkar beraturan ataupun yang
tidak beraturan, geraknya akan selalu berulang pada suatu saat tertentu. Dengan memerhatikan sebuah
titik pada lintasan geraknya, sebuah partikel yang telah melakukan satu putaran penuh akan kembali
atau melewati posisi semula. Gerak melingkar sering dideskripsikan dalam frekuensi ( f ), yaitu
jumlah putaran tiap satuan waktu atau jumlah putaran per sekon. Sementara itu, periode (T ) adalah
waktu yang diperlukan untuk menempuh satu putaran.

Hubungan antara periode (T ) dan frekuensi ( f ) adalah:

dengan:

T = periode (s)
f = frekuensi (Hz)

Sebagai contoh, jika sebuah benda berputar dengan frekuensi 3 putaran/sekon, maka untuk
melakukan satu putaran penuh, benda itu memerlukan waktu 1/3 sekon. Untuk benda yang berputar
membentuk lingkaran dengan laju konstan , dapat kita tuliskan:

Hal ini disebabkan dalam satu putaran, benda tersebut menempuh satu keliling lingkaran (= 2 R).

2. Posisi Sudut () Gerak Melingkar Beraturan

Gambar dibawah melukiskan sebuah titik P yang berputar terhadap sumbu yang tegak lurus
terhadap bidang gambar melalui titik O. Titik P bergerak dari A ke B dalam selang waktu t. Posisi titik
P dapat dilihat dari besarnya sudut yang ditempuh, yaitu yang dibentuk oleh garis AB terhadap
sumbu x yang melalui titik O. Posisi sudut diberi satuan radian (rad). Besar sudut satu putaran
adalah 360 = 2 radian.

Jika adalah sudut pusat lingkaran yang panjang busurnya s dan jari-jarinya R, diperoleh hubungan:

dengan:

= lintasan/posisi sudut (rad)

s = busur lintasan (m)

R = jari-jari (m)

3. Kecepatan Sudut/Kecepatan Angular Gerak Melingkar Beraturan


Dalam gerak melingkar beraturan, kecepatan sudut atau kecepatan anguler untuk selang
waktu yang sama selalu konstan. Kecepatan sudut didefinisikan sebagai besar sudut yang ditempuh
tiap satu satuan waktu. Untuk partikel yang melakukan gerak satu kali putaran, didapatkan sudut yang
ditempuh =2 dan waktu tempuh t = T. Berarti, kecepatan sudut ( ) pada gerak melingkar
beraturan dapat dirumuskan:

dengan:

= kecepatan sudut (rad/s)

T = periode (s)

f = frekuensi (Hz)

Kesetimbangan adalah suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan resultan momen gaya
sama dengan nol.

Kesetimbangan biasa terjadi pada :

1. Benda yang diam (statik), contoh : semua bangunan gedung, jembatan, pelabuhan, dan lain-
lain.

2. Benda yang bergerak lurus beraturan (dinamik), contoh : gerak meteor di ruang hampa, gerak
kereta api di luar kota, elektron mengelilingi inti atom, dan lain-lain.
BAB VII KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Benda tegar adalah benda yang tidak berubah bentuknya karena pengaruh gaya dari luar.

Kesetimbangan benda tegar dibedakan menjadi dua:

1. Kesetimbangan partikel

2. Kesetimbangan benda

1. Keseimbangan Partikel

Partikel adalah benda yang ukurannya dapat diabaikan dan hanya mengalami gerak translasi
(tidak mengalami gerak rotasi).

Syarat kesetimbangan partikel SF = 0 SFx = 0 (sumbu X)

SFy = 0 (sumbu Y)

2. Keseimbangan Benda

Syarat kesetimbangan benda: SFx = 0, SFy = 0, tS = 0

Momen gaya merupakan besaran vektor yang nilainya sama dengan hasil kali antara gaya dengan
jarak dari titik poros arah tegak lurus garis kerja gaya.

Dirumuskan: t = F . d

Putaran momen gaya yang searah dengan putaran jarum jam disebut momen gaya positif, sedang yang
berlawanan putaran jarum jam disebut momen gaya negatif. Momen kopel adalah momen gaya yang
diakibatkan pasangan dua gaya yang sama besarnya dan arahnya berlawanan tetapi tidak segaris kerja.
Benda yang dikenai momen kopel akan bergerak rotasi terus menerus.

Syarat-Syarat Kesetimbangan Benda Tegar

Sekarang mari kita melangkah lebih jauh. Kali ini kita mencoba melihat faktor-faktor apa saja
yang membuat benda tetap dalam keadaan diam.

JENIS JENIS KESEIMBANGAN

Seperti yang sudah dijelaskan pada pokok bahasan syarat-syarat keseimbangan statis, sebuah
benda berada dalam keadaan diam jika tidak ada gaya total dan torsi total yang bekerja pada benda
tersebut. Dengan kata lain, jika gaya total dan torsi total = 0, maka benda berada dalam keseimbangan
statis (statis = diam). Tidak semua benda yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari selalu berada
dalam keadaan diam. Mungkin pada mulanya benda diam, tetapi jika diberi gangguan (misalnya
ditiup angin) benda bisa saja bergerak. Persoalannya, apakah setelah jalan-jalan, benda itu kembali
lagi ke posisinya semula atau benda sudah bosan di posisi semula sehingga malas balik. Hal ini sangat
bergantung pada jenis keseimbangan benda tersebut.
Jika sebuah benda yang sedang diam mengalami gangguan (maksudnya terdapat gaya total
atau torsi total yang bekerja pada benda tersebut), tentu saja benda akan bergerak (berpindah tempat).
Setelah bergerak, akan ada tiga kemungkinan, yakni : (1) benda akan kembali ke posisinya semula,
(2) benda berpindah lebih jauh lagi dari posisinya semula, (3) benda tetap berada pada posisinya yang
baru.

Apabila setelah bergerak benda kembali ke posisinya semula, benda tersebut dikatakan berada
dalam keseimbangan stabil (kemungkinan 1). Apabila setelah bergerak benda bergerak lebih jauh lagi,
maka benda dikatakan berada dalam keseimbangan labil atau tidak stabil (kemungkinan 2)
Sebaliknya, jika setelah bergerak, benda tetap berada pada posisinya yang baru, benda dikatakan
berada dalam keseimbangan netral (kemungkinan 3) Untuk lebih memahami persoalan ini, alangkah
baiknya jika dijelaskan satu persatu.

A. Keseimbangan stabil

Benda dikatakan berada dalam keseimbangan stabil, jika setelah bergerak, benda kembali lagi
ke posisi semula. Dalam hal ini, yang menyebabkan benda bergerak kembali ke posisi semula adalah
gaya total atau torsi total yang muncul setelah benda bergerak. Pada umum, jika titik berat benda
berada di bawah titik tumpuh, maka benda selalu berada dalam keseimbangan stabil. Sebaliknya,
apabila titik berat benda berada di atas titik tumpuh, keseimbangan benda menjadi relatif. Benda bisa
berada dalam keseimbangan stabil, benda juga bisa berada dalam keseimbangan labil. Batas
maksimum keseimbangan stabil (benda masih bisa bergerak kembali ke posisi semula) adalah ketika
titik berat tepat berada di atas titik tumpuh. Hal ini disebabkan karena gaya normal yang
mengimbangi gaya gravitasi masih berada dalam daerah kontak, sehingga torsi yang dikerjakan gaya
berat bisa mendorong benda kembali ke posisi semula. Kalau titik berat sudah melewati titik tumpuh,
maka torsi yang dikerjakan oleh gaya berat akan membuat benda bergerak lebih jauh lagi.

B. Keseimbangan Labil Atau Tidak Stabil

Sebuah benda dikatakan berada dalam keseimbangan labil atau tidak stabil apabila setelah
bergerak, benda bergerak lebih jauh lagi dari posisinya semula. Biar lebih paham, perhatikan contoh
di bawah.

Sebuah balok mula-mula diam (gambar 1). Setelah ditabrak tikus, balok tersebut bergerak alias mau
tumbang ke tanah (gambar 2). Amati posisi titik berat dan titik tumpuh. Posisi titik berat berada di
sebelah kanan titik tumpuh. Adanya torsi total yang dihasilkan oleh gaya berat (w) membuat balok
bergerak semakin jauh dari posisinya semula (gambar 3). Titik tumpuh berperan sebagai sumbu rotasi.

Contoh 2 :

Sebuah bola, mula-mula sedang diam di atas pantat wajan yang dibalik (gambar 1). Setelah ditiup
angin, bola bergerak ke kanan (gambar 2). Amati gaya-gaya yang bekerja pada bola tersebut.
Komponen gaya berat yang tegak lurus permukaan wajan (w cos teta) dan gaya normal (N) saling
melenyapkan karena kedua gaya ini mempunyai besar yang sama tapi arahnya berlawanan. Btw, pada
bola bekerja juga komponen gaya berat yang sejajar permukaan wajan (w sin teta). w sin teta
merupakan gaya total yang menyebabkan bola terus berguling ria ke bawah menjahui posisinya
semula.

C. Keseimbangan Netral

Sebuah benda dikatakan berada dalam keseimbangan netral jika setelah digerakkan, benda tersebut
tetap diam di posisinya yang baru (benda tidak bergerak kembali ke posisi semula; benda juga tidak
bergerak menjahui posisi semula).

Contoh 1 :

Amati gambar di bawah. Bola berada di atas permukaan horisontal (bidang datar). Jika bola didorong,
bola akan bergerak. Setelah bergerak, bola tetap diam di posisinya yang baru. Dengan kata lain, bola
sudah malas balik ke posisinya semula; bola juga malas bergerak lebih jauh lagi dari posisinya
semula.

Contoh 2 :

Ini gambar sebuah silinder (drum raksasa yang dicat biru). Silinder berada di atas permukaan bidang
datar. Kasusnya sama seperti bola di atas. Jika didorong, silinder akan berguling ria. setelah tiba di
posisinya yang baru, silinder tetap diam di situ. Si silinder dah malas jalan-jalan. Pingin bobo, katanya

Agar dirimu semakin paham, silahkan melakukan percobaan kecil-kecilan. gunakan benda yang
bentuknya mirip dengan benda benda di atas.

Berdasarkan penjelasan panjang lebar di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan

Pertama, jika titik berat benda berada di bawah titik tumpuh, maka benda selalu berada dalam
keseimbangan stabil (benda masih bisa bergerak kembali ke posisi semula setelah puas jalan-jalan).
Contohnya adalah ketika sebuah benda digantung dengan tali. Untuk kasus seperti ini, titik berat
benda selalu berada di bawah titik tumpuh (titik tumpuh berada di antara tali dan tiang penyanggah).

Kedua, jika titik berat benda berada di atas titik tumpuh, keseimbangan bersifat relatif. Benda bisa
berada dalam keseimbangan stabil, benda juga bisa berada dalam keseimbangan labil/tidak stabil.
Perhatikan gambar di bawah. Apabila setelah didorong, posisi benda seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1, benda masih bisa kembali ke posisi semula (benda berada dalam keseimbangan stabil).
Sebaliknya, apabila setelah didorong, posisi benda seperti yang ditunjukkan gambar 2, benda tidak
bisa kembali ke posisi semula. Benda akan terus berguling ria ke kanan (benda berada dalam
keseimbangan tidak stabil/labil)

Ketiga, keseimbangan benda sangat bergantung pada bentuk/ukuran benda. Benda yang kurus dan
langsing berada dalam keseimbangan tidak stabil jika posisi berdiri benda tersebut tampak seperti
yang ditunjukkan gambar 1. Alas yang menopang benda tidak lebar. Ketika disentuh sedikit saja,
benda langsung tumbang. Perhatikan posisi tiik berat dan titik tumpuh. Sebaliknya, benda yang
gemuk lebih stabil (lihat gambar 2). Alas yang menopang benda lumayan lebar. Setelah bergerak, titik
beratnya masih berada di sebelah kiri titik tumpuh, sehingga benda masih bisa kembali ke posisi
semula.

Keempat, keseimbangan benda tergantung pada jarak titik berat dari titik tumpuh. Jika posisi berdiri
benda seperti pada gambar 1, benda berada dalam keseimbangan tidak stabil. Angin niup dikit aja,
benda langsung berguling ria. bandingkan dengan contoh benda kurus sebelumnya.

Sebaliknya, jika posisi benda tampak seperti pada gambar 2, benda berada dalam keseimbangan
stabil. Kata si benda, daripada berdiri mending bobo saja. biar kalau ada tikus yang nabrak, diriku
tidak ikut-ikutan tumbang. Sekarang perhatikan jarak antara titik berat dan titik tumpuh. Ketika benda
berdiri (gambar 1), jarak titik berat dan titik tumpuh lumayan besar. Ketika benda bobo (gambar 2),
jarak antara titik berat dan titik tumpuh sangat kecil.

Kita bisa menyimpulkan bahwa keseimbangan benda sangat bergantung pada jarak titik berat dari titik
tumpuh. Semakin jauh si titik berat dari si titik tumpuh (gambar 1), keseimbangan benda semakin
tidak stabil. Sebaliknya, semakin dekat si titik berat dari si titik tumpuh (gambar 2), keseimbangan
benda semakin stabil.
SOAL DAN PEMBAHASAN

A. BESARAN DAN SATUAN


1. Lengkapi konversi satuan di bawah ini:
a. 12 m = ... mm
b. 500 cm = ... dam
c. 7 ons = ... kg
d. 10 ton = ... kg
e. 3 menit = ... sekon
f. 90 sekon = ... jam

Jawab:
a. 12 m = ... mm

Ingat tangga konversi satuan!

Meter (m) ke milimeter (mm) turun tiga tangga sehigga bilangan 12 dikalikan 103 :
12 m = 12 x 103
= 12 x 1000 mm
= 12 000 mm
Jadi, 12 m = 12 000 mm

b. 500 cm = ... hm

Sentimeter (cm) ke hektometer (hm) naik empat tangga sehingga bilangan 500 harus dibagi
104 :
500 cm = 500/104 hm
= 500/10 000 hm
= 5/100 hm
= 0,05 hm
Jadi, 500 cm = 0,05 hm

c. 7 ons = ... kg
1 kg = 10 ons ---> 1 ons = 1/10 kg = 0,1 kg
7 ons = 7/10 kg = 0,7 kg Jadi, 7 ons = 0,7 kg

d. 10 ton = ... kg
1 ton = 1 000 kg ---> 10 ton = 10 x 1 000 kg
= 10 000 kg
Jadi, 10 ton = 10 000 kg

e. 3 menit = ... sekon


1 menit = 60 sekon ---> 3 menit = 3 x 60 sekon
= 180 sekon
Jadi, 3 menit = 180 sekon

f. 90 sekon = ... jam


1 jam = 3600 sekon ---> 90 sekon = 90/3600 jam
= 9/360 jam
= 1/40 jam
= 0,025 jam
Jadi, 90 sekon = 0,025 jam

2. Isilah titik-titik berikut!


a. 3 m2 = .... cm2
b. 12 cm2 = ... m2
c. 0,24 m3 = ... cm3
d. 0,55 cm3 = ... m3

Jawab:
(Pergunakan tangga konversi kawan!)

a. 3 m2 = .... cm2
Meter (m) ke sentimeter (cm) turun dua tangga, maka:
3 m2 = 3 x (102 cm)2
= 3 x 104 cm2
= 30 000 cm2
2
Jadi, 3 m = 30 000 cm2

b. 12 cm2 = ... m2
Sentimeter (cm) ke meter (m) naik dua tangga, maka:
12 cm2 = 12 x (10-2 m)2
= 12 x 10-4 m2
= 0,012 m
Jadi, 12 cm2 = 0,012 m2

c. 0,24 m3 = ... cm3


Meter (m) ke sentimeter (cm) turun dua tangga, maka:
0,24 m3 = 0,24 x (102 cm)3
= 0,24 x 106 cm3
= 240 000 cm3
Jadi, 0,24 m3 = 240 000 cm3

d. 0,55 cm3 = ... m3


Centimeter (cm) ke meter (m) naik dua tangga kawan! maka:
0,55 cm3 = 0,55 x (10-2 m)3
= 0,55 x 10-6 m3
= 0,000055 m3
Jadi, 0,55 cm3 = 0,000055 m3
B. GLB DAN GLBB
1. Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan awal 72 km/jam kemudian direm
hingga berhenti pada jarak 8 meter dari tempat mulainya pengereman.
Tentukan nilai perlambatan yang diberikan pada mobil tersebut!

Jawab

Ubah dulu satuan km/jam menjadi m/s kemudian gunakan persamaan


untuk GLBB diperlambat:

2. Dari gambar berikut :

Tentukan:
a) Jarak tempuh dari A - B
b) Jarak tempuh dari B - C
c) Jarak tempuh dari C - D
d) Jarak tempuh dari A - D

Jawab
a) Jarak tempuh dari A - B
Cara Pertama
Data :
Vo = 0 m/s
a = (2 0) : (3 0) = 2/3 m/s2
t = 3 sekon
S = Vo t + 1/2 at2
S = 0 + 1/2 (2/3 )(3)2 = 3 meter

Cara Kedua
Dengan mencari luas yang terbentuk antara titik A, B dang angka 3 (Luas
Segitiga = setengah alas x tinggi) akan didapatkan hasil yang sama yaitu
3 meter

b) Jarak tempuh dari B - C


Cara pertama dengan Rumus GLB
S = Vt
S = (2)(4) = 8 meter

Cara kedua dengan mencari luas yang terbentuk antara garis B-C, angka 7
dan angka 3 (luas persegi panjang)

c) Jarak tempuh dari C - D


Cara Pertama
Data :
Vo = 2 m/s
a = 3/2 m/s2
t = 9 7 = 2 sekon
S = Vo t + 1/2 at2
S = (2)(2) + 1/2 (3/2 )(2)2 = 4 + 3 = 7 meter

Cara kedua dengan mencari luas yang terbentuk antara garis C-D, angka 9
dan angka 7 (luas trapesium)

S = 1/2 (jumlah sisi sejajar) x tinggi


S = 1/2 (2+5)(9-7) = 7 meter.

d) Jarak tempuh dari A - D


Jarak tempuh A-D adalah jumlah dari jarak A-B, B-C dan C-D

C. GERAK VERTIKAL KE ATAS

1. Sebuah partikel bergerak sepanjang sumbu-X dengan persamaan lintasannya: X = 5t2 + 1,


dengan X dalam meter dan t dalam detik. Tentukan:

b. Kecepatan rata-rata antara t = 2 detik dan t = 3 detik.


c. Kecepatan pada saat t = 2 detik.
d. Jarak yang ditempah dalam 10 detik.

Jawab

a) v rata-rata = X / t = (X3 - X2) / (t3 - t2) = [(5 . 9 + 1) - (5 . 4 + 1)] / [3 - 2] = 46 - 21 =


25m/detik
b) v2 = dx/dt |t=2 = 10 |t=2 = 20 m/detik.
c) X10 = ( 5 . 100 + 1 ) = 501 m ; X0 = 1 m

2. Sebuah bola dilempar ke atas dan mencapai titik tertinggi 10 meter. Jika
g = 10 m/s2, kecepatan awal bola adalah...

Pembahasan:
Diketahui:

h = 10 meter
v = 0 (mencapai ketinggian maksimum)
g = 10 m/s2
Ditanya: v0 (gunakan rumus 3)
02 = v02 2 . 10 m/s2.10 m
v02 = 200 m2/s2
v0 = 200 = 10 2 m/
D. GERAK PARABOLA
1. Sebuah bola dilontarkan dari atap sebuah gedung yang tingginya adalah h = 10 m
dengan kelajuan awal V0 = 10 m/s
Jika percepatan gravitasi bumi adalah 10 ms2 , sudut yang terbentuk antara arah
lemparan bola dengan arah horizontal adalah 30o dan gesekan bola dengan udara
diabaikan,,
Tentukan :
a) Waktu yang diperlukan bola untuk menyentuh tanah
b) Jarak mendatar yang dicapai bola
Jawab
a) Waktu yang diperlukan bola untuk menyentuh tanah ketinggian gedung h atau
sama dengan Y disini :

ambil nilai positif sehingga t = 2 sekon


b) Jarak mendatar yang dicapai bola

2. Sebuah peluru ditembakkan dengan kecepatan 60 m/s dan sudut elevasi 30.
Ketinggian maksimum yang dicapai adalah....
Jawab
Data dari soal:
vo = 60 m/s
= 30
Ymaks = ......

vo 2 sin2
Ymaks = _______________________
2g

(60) 2 (sin 30 )2
Ymaks = _______________________
2(10)

(60) 2 (1/2 )2
Ymaks = _______________________ = 45 meter
20

E. HUKUM NEWTON
1. Berapakah gaya total yang dibutuhkan untuk memberi percepatan sebesar 10 m/s 2
kepada mobil yang bermassa 2000 kg ?
Jawab

2. Dirimu mendorong sebuah kotak bermassa 1 kg yang terletak pada permukaan


meja datar tanpa gesekan,dengan gaya sebesar 5 N. berapakah percepatan yang
dialami kotak tersebut ?
Jawab

GERAK MELINGKAR BERATURAN

F.

Anda mungkin juga menyukai