Anda di halaman 1dari 50

6.

Analisa Vektor

6.1 Perkalian Vektor

Pada bagian terdahulu telah dibahas tentang perkalian vector


(mencakup :perkalian vektor dengan bilangan, perkalian dua vektor (dot
product dan cross product)) dan juga perkalian yang melibatkan tiga vektor
(triple product).

Dot Product
Contoh yang penting misalnya adalah dalam persoalan dinamika benda
yaitu menghitung usaha (kerja). Usaha (kerja) yang dilakukan oleh gaya F
sehingga terjadi perubahan posisi yang dinyatakan dengan dr adalah

W   dW   F . dr

Contoh yang lain adalah  


A  B  AB cos   Ax Bx  Ay B y  Az Bz
1
Cross Product

Jika vector A dikalikan dengan vector B dengan perkalian silang disebut


cross product.

i j k
   
A  B  Ax Ay Az , A  B  AB sin 
Bx By Bz

Dari defenisi perkalian cross product kita dapat menyatakan bahwa :


1. A X B = B X A anti komutatif
2. A X B = 0 jika A dan B sejajar
3. ∣ A ∣ ∣ B ∣ maksimun jika A tegak lurus dengan B

2
Triple product

Triple vector product adalah operasi yang melibatkan tiga buah vektor dan
meng hasilkan vektor, yaitu A x (B x C).

Sebagaimana telah dipahami bahwa B x C menghasilkan


vektor yang tegak lurus bidang yang dibentuk vektor B dan
C. Jika kemudian vektor hasil cross product tersebut
dicrosskan lagi dengan suatu vektor A maka dapat
dipahami bahwa hasilnya adalah vektor yang terletak pada
bidang yang dibentuk vektor B dan vektor C sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar
Karena vektor A x (B x C) terletak pada bidang yang dibentuk oleh vektor
B dan vektor C, maka dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari B dan
C, misalnya αB + βC.
Triple cross product antara tiga buah vektor memenuhi persamaan berikut

A x (B x C) = (A . C)B - (A . B)C
(A x B) x C = (A . B)C - (A . C)B 3
6.2 Garis dan Bidang

Pemahaman tentang vektor berguna dalam


persoalan geometri analitik. Suatu titik dalam ruang
yang dinyatakan dengan koordinat (x, y, z) dapat
dipandang sebagai titik ujung suatu vektor posisi
r = xi + yj + zk yang pangkalnya terletak di titik pusat
koordinat. Dengan demikian vektor juga dapat direp-
resentasikan dalam bentuk koordinat. Artinya vector
i - 2k dapat juga dituliskan dalam bentuk (1, 0, -2).

Perhatikan Gambar, dari gambar tersebut dapat dinyatakan


r - r0 = (x - x0)i + (y - y0)j dan dapat dinyatakan

y  y0 b

x  x0 a
Persamaan di atas menggambarkan suatu persamaan garis yang melalui titik
(x0, y0) yang paralel dengan suatu vektor A = ai + bj. 4
Dengan cara yang sama dapat pula diperoleh untuk kasus 3 dimensi, jadi
persamaan garis lurus yang melalui titik (x0, y0, z0,) yang sejajar dengan
vektor A = ai + bj + ck adalah

x  x0 y  y0 z  z0
 
a b c
Persamaan garis lurus dalam ruang juga dapat dinyatakan menggunakan
persamaan parametrik. Tinjau suatu titik P yang koordinatnya dinyatakan
dengan (xP, yP, zP). Vektor posisi titik ini dapat dinyatakan sebagai
rP = xpi + yPj + zPk. Jika garis yang melalui titik P tersebut mempunyai arah yang
dinyatakan dengan vektor tertentu A, maka vektor posisi titik-titik yang
berada di sepanjang garis tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut

r = rP + A t dengan t adalah suatu parameter.

Contoh 1. Tentukan persamaan garis yang melalui titik (0, 1, 2) dan searah
dengan vektor i + j + k.
5
Dengan menggunakan persamaan parametrik yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka garis lurus tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
vektor posisi titik-titik yang terletak sepanjang garis sebagai berikut

r  rP  At  j  2k  i  j  k t
 ti  1  t  j  2  t k
Jika menggunakan persamaan garis yang melalui titik titik (0, 1, 2) yang sejajar
dengan vektor A = i + j + k , maka dapat dinyatakan sebagai berikut

x  x0 y  y0 z  z0 x y  1 z2
    
a b c 1 1 1
Selanjutnya misalkan ingin diketahui
persamaan garis lurus yang melalui
titik (x0, y0, ) dan tegak lurus suatu
vektor N = ai + bj, ilustrasinya ditun
jukkan dalam Gambar. Vektor yang
menggambarkan garis lurus yang
dimaksud dapat dinyatakan sebagai 6
Gambar Penggunaan vektor untuk menentukan
persamaan garis dengan syarat tertentu.
r - r0 = (x - x0)i + (y - y0)j

garis tersebut tegak lurus dengan vektor N = ai+bj sehingga dot productnya
sama dengan nol, hal ini memberikan

a(x - x0) + b(y - y0) = 0

yang berarti dapat dinyatakan dalam bentuk


y  y0 a
 
x  x0 b

Cara yang sama juga dapat diterapkan dalam kasus 3 dimensi, yaitu mencari
persamaan bidang datar yang tegak lurus suatu vektor tertentu. Misalnya
ingin dicari persamaan bidang yang melalui titik (x0, y0, z0) dan tegak lurus
suatu vektor N = ai + bj + ck.Mudah dipahami bahwa bila ada dua titik yaitu
(x0, y0, z0) dan (x, y, z) yang terletak pada suatu bidang datar maka vektor yang
menghubungkan kedua titik tersebut merupakan vektor yang terletak pada
bidang datar yang dimaksud. Jika vektor yang terletak pada bidang datar
tersebut dinyatakan sebagai vektor r - r0, maka dapat dituliskan sbb: 7
r - r0 = (x - x0)i + (y - y0)j + (z - z0)k

Vektor r- r0 tersebut terletak pada bidang, maka berarti vektor tersebut akan
tegak lurus dengan vektor N yang merupakan vektor normal (vektor yang
tegak lurus pada permukaan bidang) dan dengan demikian (r- r0 ) N = 0.
Hal ini memberikan
x  x0 i   y  y0  j  z  z0 k  . ai  bj  ck 
a x  x0   b y  y0   cz  z0 
ax  by  z  ax0  by0  cz0  d
Dengan demikian persamaan bidang datar yang melalui titik sembarang
(x0, y0, z0) dan tegak lurus suatu vektor N = ai + bj + ck dapat dinyatakan
dalam bentuk
ax  by  z  ax0  by0  cz0  d

8
Contoh 1. Tentukan persamaan bidang yang melalui tiga buah titik yaitu
A(-1, 1, 1), B(2, 3, 0) dan C(0, 1, -2).

Melalui tiga buah titik sembarang dapat dibuat bidang datar yang spesik.
Ketiga titik tersebutterletak pada bidang yang dimaksud, sehingga vektor
yang menghubungkan dua buah titik adalah vektor yang terletak pada bidang.
Untuk ketiga titik seperti tersebut di atas, dapat dicari misalnya vector AB
yang menghubungkan titik A dan titik B serta vector AC yang menghubungkan
titik A dan titik C, yaitu

AB  2, 3, 0    1, 1, 1  3, 2,  1  3i  2 j  k

AC  0, 1,  2    1, 1, 1  1, 0,  3  i  3k
kedua vektor tersebut adalah vektor-vektor yang terletak pada bidang datar
yang ingin dicari persamaannya. Selanjutnya bila kedua vector tersebut
dicross-productkan maka akan diperoleh vektor yang tegak lurus keduanya,
dengan kata lain vektor yang dihasilkan akan tegak lurus (vektor normal)
bidang datar yang melalui ketiga titik A, B dan C. Perkalian silang vektor
AB dan vector AC memberikan 9
 
N  AB x AC  3i  2 j  k  x i  3k 
  6i  8 j 2k

Dengan demikian persamaan bidang datar yang dimaksud dapat diperoleh


menggunakan persamaan bidang datar yang melalui titik sembarang (x0, y0, z0)
dengan mengambil salah satu titik pada bidang (misalnya titik B(2, 3, 0)), yaitu

 6x 2   8 y 3  2 z  0  3 x  4 y  z  6  0

Contoh 2. Tentukan jarak dari titik P(1, -2, 3) ke bidang datar yang
persamaannya 3x - 2y + z + 1 = 0. Satu titik pada bidang adalah
(1, 2, 0), sebut titik ini Q. Maka vektor dari P ke Q adalah

^ ^
PQ  1, 2, 0   1, 2, 3  0, 4,  3  4 j  3 k

Dari persamaan bidang dang 3x - 2y + z + 1 = 0 mempunyai vector normal


N = 3î -2ĵ + k dengan vektor normalnya satuannya adalah
10
^ ^ ^
^ N 3i  2 j  k
n 
N 14

Dengan demikian dapat diperoleh panjang sisi PQ pada segitiga PQR


sebagai berikut

 ^ ^ ^

 ^
 
^ 3 i  2 j  k   8  3  11
PR  PQ . n   4 j  3 k  .    
   14  14 14
 

11
6.2 Diferensial Vektor
Tinjau suatu vektor dalam ruang tiga dimensi yang dinyatakan dengan
A = Axî + Ayĵ + Azk yang direpresentasikan enggunakan sistem kordinat
kartesian. Vektor-vektor satuan î, ĵ, k adalah vektor-vektor yang tetap
(besar dan arahnya). Sedangkan jika Ax, Ay dan Az merupakan fungsi yang
bergantung waktu, maka akan dapat diperoleh turunan (diferensial)
terhadap waktu dari vektor A tersebut, yaitu

dA d  ^ ^ ^
 ^ dAx ^ dAy ^ dAz
  i Ax  j Ay  k Az   i  j k
dt dt   dt dt dt

d A d2 ^
2 ^ d2A ^ d2A ^ d2A
^ ^
 y
 2  i Ax  j Ay  k Az   i x
 j  k z
dt dt   dt 2 dt 2 dt 2

Diferensial terhadap waktu dari operasi aljabar yang melibatkan dua ataulebih
vektor (misalnya dot product ataupun cross product) adalah sebagai berikut

12

d  da  dA
(aA)  A a ,
dt dt dt
 
d    dB dA 
( A  B)  A    B,
dt dt dt
 
d    dB dA 
( A  B)  A    B (careful of order!)
dt dt dt

Contoh 1. Benda titik bergerak dalam ruang dengan posisi tiap saat yang
dinyatakan sebagai r = t2î - 2tĵ + (t2 + 2t)k. Tentukan kecepatan,
percepatan gerak, energi kinetik serta momentum sudut
terhadap titik pusat kordinat untuk benda tersebut.

Kecepatan benda diperoleh dari turunan fungsi posisi, sehingga

  t i  2t j  t  2t k   2t i  2 j  2t  2 k
dr d  2 ^ ^ ^
 ^ ^ ^
v 2

dt dt  
13
sedangkan percepatan gerak benda diperoleh dari turunan fungsi kecepatan

dv d  ^ ^ ^
 ^ ^
a   2t i  2 j  2t  2  k   2 i  2 k
dt dt  

Energi kinetik diperoleh dari

1 1 1  ^ ^ ^
 ^ ^ ^

K  mv  mv.v  m  2t i  j  2t  2  k   2t i  j  2t  2  k 
2

2 2 2   
1
2
 2 1
 
 m 4t 2  1  2t  2   m 8t 2  4t  3
2

Sedangkan momentum sudut terhadap titik pusat kordinat dapat diperoleh
sebagai berikut
L  r x p  r x mv   mr x v
 2^
 
  ^ 
^ ^ ^ ^
 m t i  2t j  t  2t k  x 2t i  2 j  2t  2 k 
2

   

  
^ ^ ^
 m  3t  2t i  2t j  3t k 
2 2 2
14
 
Jika menggunakan sistem kordinat lain, dimungkinkan dijumpai vektor sa-
tuan yang tidak konstan (arahnya tidak tetap). Misalnya jika menggunakan
sistem kordinat polar atau silinder atau bola. Maka perubahan arah vektor
satuan ini juga akan berpengaruh pada turunan terhadap waktu suatu besar-
an. Misalnya suatu vektor yang dinyatakan dengan
^ ^
V  Vr u r  V u

yang bergantung pada t, maka



dV dVr dur dV duθ
 ur  Vr  uθ  V
dt dt dt dt dt

Contoh 1. Vektor-vektor satuan dalam sistem koordinat polar dinyatakan


dengan ûr dan ûθ yang bila dinyatakan dalam vektor-vektor satuan
kartesian adalah ûr = cos θî + sin θĵ dan ûθ = -sin θî + cos θĵ . Suatu
vektor dinyatakan dalam sistem koordinat polar sebagai
A = Ar ûr + Aθ ûθ, tentukanlah dA/dt

15
 ^ ^
dA d  ^ ^
 ^ dA du ^ dA du
  Ar ur  A u   ur r  Ar r  u   A 
dt dt   dt dt dt dt

Karena ûr = cos θî + sin θĵ dan ûθ = -sin θî + cos θĵ, maka

^
du r d  ^ ^
 d ^ d ^  ^ ^
 d ^ d
  cos  i  sin  j    sin  i  cos  j   sin  i  cos  j  u
dt dt   dt dt   dt dt
^
du d  ^ ^
 d ^ d ^  ^ ^
 d ^ d
   sin  i  cos  j    cos  i  sin  j    cos  i  sin  j   ur
dt dt   dt dt   dt dt

dengan demikian
 ^ ^
dA ^ dA dur ^ dA du
 ur r
 Ar  u   A 
dt dt dt dt dt
^ dA d ^ dA ^ d  dAr d   dA d 
 ur r
 u Ar  u 
 ur A   A 
 r 
u  Ar u
dt dt dt dt  dt dt   dt dt 
16
Suatu fungsi vektor dapat juga merupakan fungsi dari kordinat posisi
(x, y), misalnya dalam bentuk F = x exp(y)î -xyj + yk, dan disebut sebagai
medan vektor. Turunan fungsi tersebut terhadap variabel-variabelnya
dapat diperoleh menggunakan turunan parsial dan hasilnya adalah berupa
besaran vektor. Misalnya

F ^ ^
 exp ( y ) i  y j ,
x
F ^ ^ ^
 x exp ( y ) i  x j ,  k ,
y

6.3 Gradien

Untuk fungsi yang terdiri dari satu variabel, turunan menyatakan


kemiringan kurva di titik tertentu. Fungsi dua variabel dapat digambarkan
sebagaipermukaan pada sistem kordinat tiga dimensi. Turunan fungsi di
suatu titik tertentu dapat diperoleh dari turunan parsialnya.

17
Tinjau suatu fungsi dua variabel yang dinyatakan dengan (x, y). Jika
permukaan (x, y) dipotong oleh permukaan datar yang sejajar bidang xz
(yang berarti bidang y konstan) maka kurva perpotongannya akan
mempunyai turunan yang dapat dinyatakan dengan (𝜕ϕ/𝜕x)y Turunan ini
akan memberikan gambaran bagaimana fungsi
(x; y) berubah terhadap x untuk suatu nilai y tertentu yang konstan (lihat
gambar 6.).

Dengan demikian turunan berarah fungsi dalam arah suatu vektor satuan
18
tertentu û adalah
d
   u
ds

Misalnya turunan berarah dalam arah î (yaitu searah sumbu x) adalah

  
  grad   i j k ,
x y z
^ ^      ^ 
 . i  grad  . i   i j k . i 
 x y z  x

Contoh 1. Tentukanlah turunan berarah suatu medan skalar _


ϕ = x2y + xz dititik (1, 2, -1) dalam arah vektor A = 2î - 2ĵ + k

Vektor satuan dalam arah A adalah


 ^ ^ ^
A 2i  2 j  k
u  
A 3 19
Selanjutnya gradien di titik (1, -2, 1) :

  
  i j k  2 xy  z i  x 2 j  xk
x y z
 (1, 2, 1)  3i  j  xk
^
maka turunan berarah yang dimaksud adalah  . u  5 / 3

Dalam sistem kordinat silinder (r, z) bentuk gradien dari suatu fungsi
skalar adalah sebagai berikut

 ^ 1  ^  ^
  er  e  ez
r r  z
dengan êr, êθ,_ dan êz,masing-masing menyatakan vektor-vektor satuan
dalam sistem kordinat silinder. Sedangkan bentuk gradien dalam sistem
kordinat bola (r, θ, ϕ ) adalah
 ^ 1  ^ 1  ^
  er  e  e
r r  r sin   20
Bila dikaitkan dengan bidang singgung dan vektor normal bidang singgung
suatu permukaan ϕ(x, y, z) = konstan di titik tertentu, maka gradien ∇ϕ(x, y, z)
menyatakan vektor yang tegak lurus permukaan bidang singgung (vektor
normal) di titik singgung tersebut, sekaligus vektor tersebut menyatakan arah
perubahan paling besar fungsi ϕ(x, y, z).

Contoh 1. Tentukanlah gradien fungsi ϕ(x, y, z) = x2y3z di titik (1, 2, -1).

Dengan menggunakan persamaan gradien

  
  i j k  2 xy 3 zi  3 x 2 y 2 zj  x 2 y 3k
x y z
sehingga gradien di titik (1, 2, - 1) adalah
 (1, 2, 1)   16i  12 j  8k
^
maka turunan berarah yang dimaksud adalah  . u  5 / 3

21
Contoh 2. Pada suatu permukaan yang dinyatakan dengan persamaan
ϕ = x2 - y2 + 2xy, tentukanlah arah yang memberikan penurunan
nilai yang paling besar di titik (1, 1).

Arah penurunan nilai yang paling besar dinyatakan dengan ∇ϕ, dengan
demikian untuk permukaan yang dinyatakan dengan ϕ = x2 - y2 + 2xy maka
arah penurunan nilai yang paling besar di titik (1, 1) adalah

   
  (1, 2, 1)    i j    i 2 x  2 y   j 2 y  2 x  (1,1)   4i
 x y  (1,1)

Contoh 3. Tentukanlah persamaan bidang singgung (tangent plane)


permukaan x2 + y2 - z = 0 di titik (3, 4, 25).

Vektor normal permukaan bidang singgung diperoleh dari gradien


∇ϕ(x, y, z). Dengan demikian untuk ϕ(x, y, z) = x2 + y2 - z akan diperoleh

22
   ^ ^ ^
  i j k  2x i  2 y j  k
x y z
^ ^ ^
dititik (3, 4, 25) adalah  ( 3, 4, 25)  6 i  8 j  k

Selanjutnya persamaan bidang singgung yang dimaksud adalah

r  r .
0
( x0 , y 0 , z 0 )
 x  x0 

x
 y  y0 

y
 z  z 0 

z
( x0 , y 0 , z 0 ) ( x0 , y 0 , z 0 ( x0 , y 0 , z 0

6( x  3)  8( y  4)  ( z  25)  0  6 x  8 y  z  25

6.4 Operator Diferensial Vektor ∇


  
Gradien suatu fungsi ϕ(x; y; z) yang dinyatakan sebagai   i j k
x y z

dapat pula dituliskan dalam bentuk lain

       
  i j k   i j k  
x y z  x y z 
yang berarti adanya suatu operator diferensial vektor yang bekerja pada
suatu fungsi skalar . Operator diferensial vektor tersebut dituliskan kembali
23
dalam bentuk
  
i j k
x y z

Operator diferensial vektor ∇ juga dapat beroperasi pada fungsi medan


vektor, misalnya untuk suatu medan vektor
V(x, y, z) = Vx(x, y, z)î + Vx(x, y, z)ĵ + Vx(x, y, z)k maka dot product antara ∇
dengan V dinamakan divergensi (divergence) dari V atau disingkat div V, yaitu

     ^
. Vx i  V y j  Vz k 
^ ^
.V   i j k
 x y z   
Vx V y Vz
  
x y z

Cross product antara operator diferensial vektor ∇ dengan medan vektor


V(x, y, z) dinamakan rotasi (curl) yang diperoleh sebagai berikut

      ^
 x Vx i  V y j  Vz k 
^ ^
xV   i j k
 x y z   
 Vz V y  ^  Vx Vz  ^  V y Vx  ^
    i     j     k 24
 y z   z x   x y 
Satu lagi bentuk operator diferensial parsial yang sering dijumpai dalam
persoalan sis adalah yang menyatakan divergensi dari suatu gradien yang
dikenal sebagai laplacian. Untuk suatu fungsi skalar ϕ(x, y, z), laplacian dari
medan skalar ϕ(x, y, z) adalah
         
 2   i j k . i j k 
 x y z   x y z 
 2  2  2
  
x y z

Contoh 1. Untuk medan vektor V = x2î + y2ĵ + z2k, tentukanlah divergensi


(divergence) dan rotasi (curl) medan vektor tersebut.

      2^
.  x i  y j  z k 
^ ^
.V   i j k 2 2

 x y z   
Vx V y Vz
    2x  2 y  2z
x y z
sedangkan rotasi (curl) medan vektor tersebut adalah.
25
      2^
 x  x i  y j  z k 
^ ^
xV   i j k 2 2

 x y z   
 Vz V y  ^  Vx Vz  ^  V y Vx  ^
    i     j     k  0
 y z   z x   x y 

Contoh 2. Tentukanlah laplacian dari medan skalar ϕ = x3 - 3xy2 + y3

 2  2  2
2
   6x  6x  6 y  6 y
x y z

6.5 Integral Garis


Integral garis biasanya dihitung berdasarkan lintasan (garis) tertentu dan
misalnya dilambangkan dengan

Contoh integral garis adalah integral lipat dua dari luas dan integral lipat
tiga dari volume yang dinyatakan dalam bentukintegral dari sebuah
variable bebas .
26
∬dxdy = ∫dA, ∭dxdydz = ∫dV
Contoh 1. Gaya yang dinyatakan dengan F = xyî - y2ĵ bekerja pada suatu
benda dan benda tersebut bergerak sepanjang lintasan yang
menghubungkan titik (0,0) dan (2,1) pada bidang kartesian.
Tentukan usaha yang dilakukan oleh gaya F tersebut jika lintasan
yang menghubungkan kedua titik tersebut berupa parabola
dengan persamaan y = 1/4x2

Usaha yang dilakukan oleh gaya F adalah W  dW   F . dr

Karena F = xyî - y2ĵ dan dan dr = dxî + dxĵ + dxk, diperoleh

  
W  F . dr   xyi  y 2 j .dxi  dyj  dzk    xydx  y 2 dy 
Pada lintasan yang dimaksud (yaitu parabola) terdapat hubungan antara
variabel y dengan x sesuai dengan persamaan parabola yaitu y = 1/4x2 , dan
dapat diperoleh bahwa dy = 1/2xdx dengan demikian dapat dinyatakan

2 2
 1 3
W  
xydx  y 2
dy 
   x


 4 
1
x 2 
 dx 


1
4
x 2 

1
2
xdx   x  1 x 5 dx  2
 4 16  3
parabola 0   02
27
Contoh 2. Sebagaimana Contoh 1 namun lintasan yang digunakan adalah
garis lurus yang menghubungkan titik (0,0) dengan (2,1).

Pada lintasan ini hubungan antara variabel x dan y dinyatakan dengan


persamaan garis yang menghubungkan kedua titik yaitu y = 1/2x. Karena
y = 1/2x, berarti dy = 1/2dx. Dengan demikian dapat dinyatakan

Karena F = xyî - y2ĵ dan dan dr = dxî + dxĵ + dxk, diperoleh

2
 1  2
2  1 2 1 2 
W  xydx  y dy     x 2 x dx   2 x  2 dx   2 x  8 x dx  1
2  1  1
garis lurus 0     0  

Contoh 3. Sebagaimana Contoh (1) dan Contoh (2) namun lintasan yang
digunakan adalah garis lurus yang menghubungkan titik (0,0)
ke (0,1) kemudian dari (0,1) ke (2,1).

Untuk lintasan yang dimaksud terdapat dua segmen garis. Yang pertama
adalah garis lurus yang menghubungkan titik (0,0) dengan titik (0,1). Pada
garis ini berlaku hubungan x = 0, dengan demikian dx = 0. 28
Batas integrasinya adalah dari y = 0 hingga y = 1. dan
segmen garis kedua adalah garis lurus yang menghu-
bungkan titik (0,1) dengan titik (2,1). Pada garis ini
berlaku y = 0, dengan demikian dy = 0. Batas integrasi
adalah dari x = 0 hingga x = 2. Integral lintasan
tersebut dapat dituliskan menjadi dua bagian sesuai
segmen garis yang digunakan yaitu
W  xydx  y dy    xydx  y dy    xydx  y dy 
2 2 2

l int asan segmen 1 segmen 2

Dengan demikian diperoleh


1 2
1 2 2 1 5
W  (0  y  0  y dy )   ( x 1 dx  1 0)   ( x 1 dx  1 0)    y dy   xdx   2
2 2
y 0 x 0 x 0
y 0 x 0
3 3

Dari ketiga contoh tersebut terlihat bahwa hasil integral yang diperoleh
tergantung pada lintasan yang digunakan. Terdapat bentuk fungsi F tertentu
sedemikian sehingga nilai integral lintasan yang menghubungkan dua buah
titik dalam ruang sama dan tidak bergantung pada lintasan yang digunakan.
Dalam pembahasan mekanika, fungsi F yang seperti ini dinamakan fungsi
(medan) yang bersifat konservatif. 29
xdy  ydx
Contoh 4. Hitunglah  x2  y2
y  1 x
Sepanjang lintasan garis patah dan y  x 1
setengah lingkarang seperti pada
gambar dari A (-1, 0) ke B(1, 0)

a. Persamaan garis dari A(-1, 0) ke C(0, 1) adalah y = x + 1, maka dy =dx,


sedangkan persamaan dari B(1, 0) ke C(0, 1) adalah y = -x + 1, maka dy = -dx.

Integral garis terhadap x adalah sebagai berikut:


x dx   ( x  1)dx
0 1
xdy  ydx xdx  ( x  1)dx
 x 2  y 2 1 x 2  ( x  1) 2 0 x 2  (1  x) 2
 

0 1
 dx  dx
 2  2
1
2x  2x  1 0 2x  2x  1
0 1
 2dx  2dx
  
1 2 x  12
 1 0 2 x  12
 1
0 1  
  arctan(2 x  1) 1   arctan(2 x  1) 0    
2 2 30
b. Untuk menyelesaikan integral menurut setengah lingkarang, kita gunakan

system koordinat polar, sebagai berikut:

x  r cos   cos  , dx   sin d


y  r sin   sin  , dy  cos d , x2  y2  1

Sehingga integral garis menurut kurva ini adalah

cos  (cosd )  sin  ( sin d )


0 0 0
xdy  ydx

 x y
2 2
 
 1
  d  

Jika F merupakan gaya konservatif maka


a. ∫F.dr hanya bergantung dari titik awal dan akhir (tidak bergantung pada
bentuk lintasannya)
b. F = ∇W
c. ∇ x F = 0
d. F = -∇ϕ dengan ϕ(x, y, z) merupakan potensial scalar
e. F.dr = Fxdx + Fydy + Fzdz = dW merupakan diferensial eksak
31
Mari kita buktikan bahwa gaya konservatif akan menghasilkan integral garis
yang tidak bergantung dari bentuk lintasannya tetapi hanya bergantung dari
titik awal dan titik akhir.

W ^ W ^ W ^
F  W  i j k
x y z
Maka integral garis yang diproleh adalah

 W ^ W ^ W ^   ^ ^ ^

 F .d r    x y
 i  j  k 
.
z  
 dx i  dy j  dz k 

b b
 W W W 
a F .d r  a  x dx  y dy  z dz 
Deferensial total dari W(x, y, z) adalah W W W
dW  dx  dy  d
x y z
dW disubstitusi ke persamaan integral garis diperoleh
b b
 W W W 
b

a F .d r  a  x dx  y dy  z dz   a dW  W (b)  W (a) 32


Dari hasil integral garis terbukti bahwa integral garis hanya bergantung pada
titik awal a dan titik akhir b dan merupakan deferensialeksak atau F adalah
gaya konservatif.

Selanjutnya kita buktikan ∇ x F = 0 dan F = - ∇ ϕ, jika gaya F konservatif.

b b
 W W W 
b b

a F .d r  a  x dx  y dy  z dz  atau a F .d r  a Fx dx  Fy dy  Fz dz 


W W W
Sehingga kita dapat nyatakan Fx  , Fy  , Fz 
x y z

Selanjutnya kita tentukan turunan kedua dari W(x, y, z)

 2W Fx  2W Fy  2W Fz


 ,  ,  ,
yx y xy x yz y
 2W Fy  2W Fz  2W Fx
 ,  ,  ,
zy z xz x zx z 33
Karena W(x, y, z) adalah fungsi kontinu maka turunan W terhadap x, y, sama
dengan turunan kedua W terhadap y, x. Begitu pula turunan kedua x, z sama
dengan turunan kedua W terhadap z, x dan turunan kedua W terhadap y, z
sama engan turunan kedua z, y sehingga dapat ditulis

Fx Fy Fz Fy Fz Fx


 ,  ,  ,
y x y z x z
Substitusi hasil ini ke dalam ∇ x F sebagai berikut

^ ^ ^

i j k 
    ^ Fz Fy  ^  Fx Fz  ^  Fy Fx 
xF    i     j     k   
 x y z   y z   z x   x y 
 Fx Fy Fz 
 
^  2W  2W  ^   2W  2W  ^   2W  2W 
 x F  i     j     k     0
 yz zy   zx xz   xy yx 

34
Contoh 1. Buktikan bahwa gaya F = y sin 2xî + sin2xĵ merupakan gaya konservatif
dan tentukan pula scalar potensialnya

Gaya konserfatif (∇ x F = 0) sebagai berikut

^ ^

^

i j k
    ^ ^ ^
xF    i 0  0   j 0  0   k 2 sin x cos x  sin 2 x 
 x y z 
 y sin 2 x sin 2 x 0 
 

Karena ∇ x F =0 maka gaya tersebut adalah konservatif.

Selanjutnya skalar potensialnya adalah


   
W  F .d r   y sin 2 xdx  sin 2 xdy   d sin 2 x y  y sin 2 x  C
B  
    F  ds
A
Jadi, skalar potensial dari gaya konservatif adalah ϕ = -W jadi ϕ = - y sin2x - C
6.6 Teorema Green

Teorema dasar dalam Kalkulus memberikan ungkapan tentang hubungan


antara diferensial dan integral dari suatu fungsi, yaitu dinyatakan dalam
bentuk
b
d
a dx f ( x)dx  f (b)  f (a)
Misalkan terdapat fungsi multivariabel
yaitu P(x, y) dan Q(x, y) yang turunan
keduanya merupakan fungsi yang kontinu.
Misalkan suatu luasan A adalah bentuk
sembarang dengan batas-batas absisnya
(batas paling kiri dan batas paling kanan)
adalah x = a dan x = b sedangkan batas-
batas ordinatnya (batas paling bawah dan Gambar Daerah berbentuk sembarang untuk
membuktikan teorema Green.
batas paling atas) adalah y = c dan y = d
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar
Bila dicari integral lipat dua dari turunan parsial P(x; y) terhadap y, maka
dapat dinyatakan

yu b b
P ( x, y ) P ( x, y )
A x dxdy   
y  yt x  a
x
dxdy   [ P ( x, yt )  P ( x, yu )]dy
a

b
Terlihat bahwa  P( x, y )dy
a
t
merupakan integral garis dengan lintasan

berupa bagian bawah dari kurva C dari titik 1 (titik yang absisnya a) ke
titik 2 (titik yang absisnya b). Demikian juga bahwa integral

a
merupakan integral garis dengan lintasan berupa bagian atas
 P( x, yu )dy
b
dari kurva C darititik 2 ke titik 1. Artinya integral tersebut

di atas dapat diganti menjadi integral garis dengan lintasan berupa


kurva tertutup C (dari titik 1 kembali ke titik 1) dengan arah berlawanan
arah jarum jam. Dengan demikian dapat dituliskan kembali sebagai
P
C Pdx   A y dxdy...........(*)
Dengan cara yang sama (tapi dengan mengintegralkan terhadap x terlebih
dahulu) dapat pula diperoleh untuk fungsi yang lain yaitu fungsi Q(x, y)
d xr d
Q ( x, y ) Q ( x, y )
A x dxdy   
y  c x  xt
x
dxdy   [Q ( xr , y )  Q ( xt , y )]dy  Qdy
c C

Q
artinya diperoleh A x dxdy  C Qdy.........(**)
Kemudian dengan menambahkan persamaan (*) dengan persamaan (**)
maka akan didapat

Q P
 Pdx  Qdy     )dxdy,
(
C A
x y

Ungkapan persamaan ini dikenal sebagai teorema Green dan teorema ini menya-
takan bahwa integral permukaan dapat dinyatakan dalam bentuk integral garis.
Contoh 1. Dengan menggunakan teorema Green, hitunglah integral lintasan
∫(xydx - y2dy pada lintasan tertutup yang merupakan garis lurus
dari titik (2, 1) ke (0,1) kemudian garis lurus dari titik (0,1) ke titik
(0,0) dan dilanjutkandengan lengkungan y = 1/4x2 yang
menghubungkan titik (0,0) ke titik (2,1).

Dengan menggunakan teorema Green, integral lintasan tertutup tersebut


dapat diubah menjadi integral permukaan (integral lipat dua) dengan
daerah yang dibatasi oleh kurva lintasan tertutup tersebut. Bila digunakan
persamaan Green maka dapat dinyatakan bahwa
P(x,y) = xy dan Q(x,y) = -y2 dengan demikian
𝜕Q/𝜕x = 0 dan 𝜕P/𝜕y = 0
maka diperoleh

1 2 y
Q P

C

xydx  y 2 dy   (
A

x y
)dxdy  (0  x)dxdy     xdy   1
A y 0 x 0
6.7 Teorema Divergensi

Misalkan suatu vektor V = Vxî + Vyĵ, dengan Vx = Q(x, y) dan Vy = - P(x, y)


adalah berupa fungsi multivariabel dalam x dan y. Karena vektor V tidak
mempunyai komponen dalam arah sumbu z berarti dapat dinyatakan

Q P Vx V y
    divV  V ....(** *)
x y x y

Kemudian tinjau kurva tertutup C yang


melingkupi suatu daerah luasan A
sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar Gambar Luasan A yang dilingkupi oleh kurva tertutup C.

Sepanjang kurva C tersebut vektor dr merupakan vektor yang menyinggung


kurva C, dalam hal ini vektor dr dapat dinyatakan sebagai

^ ^
d r  dx i  dy j
^ ^
Sedangkan vektor normal yang bersangkutan adalah nds  dx i  dy j

dengan n menyatakan vektor satuan normal (berarah ke luar dari luasan A)


dan ds2 = dx2 + dy2. Dengan demikian dapat dinyatakan

 ^ ^
 ^ ^

Pdx  Qdy   V y dx  Vx dy  Vx i  V y j .  dy i  dx j 
  
 V .nds ......(** **)

Kemudian bila persamaan (***) dan persamaan (****) disubstitusikan ke


persamaan teorema Green diperoleh

 V dxdy   .n  ds


A C

Persamaan tersebut dikenal sebagai teorema divergensi dalam dua dimensi.

Dalam kasus 3 dimensi, teorema divergensi dapat dinyatakan dalam bentuk

 .V dr  V .n dr


A permukaan
 V  nd
Contoh 1. Hitung surface of
cylinder

pada sebuah silinder yang berdiri di atas bidang xy


dengan jari-jari a dan tinggi h jika V = xî + yĵ + zk

Jika kita hitung dengan menggunakan teorema


divergensi

 V  nd     Vd 


  ^  ^  ^  ^ ^ ^
 x y z
  V   i  j  k    x i  y j  z k      3,
 x y z    x y z
h a 2

 V  nd               3
Vd 3d 3rdrd dz 3 a h
surface of volume of 0 0 0
cylinder cylinder
Contoh 2. Untuk suatu medan vektor berbentuk V = x2î+y2ĵ +z2k, hitunglah

V .n d pada permukaan kubus yang bersisi satu satuan dan titik-titik
permukaan sudutnya adalah pada (0,0,0), (0,0,1), (0,1,0), (1,0,0).

Integral tersebut dapat diselesaikan langsung maupun dengan meng-


gunakan teorema divergensi.

Permukaan kubus tersebut ada 6 buah masing-


masing dengan vector normal î, - î, ĵ, -ĵ, k dan -k.
Bila dihitung integralnya secara langsung maka
berarti.
^
 ^ ^

 V .n d  V . idydz   V .  i dydz 


permukaan kubus permukaan1 permukaan 2  
V . jdxdz 
permukaan 3

 ^ ^
 ^

permukaan 4
V .  j dxdz  V . kdxdy   V .  k dxdy 
  permukaan 5 permukaan 6  

Bila dihitung akan menghasilkan


1 1 1 1 1 1

V .n d    1 dydz    0 dydz    dxdz 


2 2 2
1
permukaan kubus y 0 z 0 y 0 z 0 x 0 z 0
1 1 1 1 1 1

  0 dxdz    1 dxdy    dxdy  3


2 2 2
0
x 0 z 0 x 0 y 0 x 0 y 0

Bila menggunakan teorema divergensi, integral tersebut dapat dihitung


sebagai berikut

      2^ ^ ^

.V   i  j  k .  x i  y j  z k 
2 2

 x y z   
 2x  2 y  2z

kemudian

1 1 1

 .V dr     2 x  2 y  2 z dxdydz  3


0 0 0
6.7 Teorema Stoke

Sekarang misalkan Q = Vy dan P = Vx sedangkan suatu vektor V dinyatakan


dengan V = Vxî + Vyĵ. Kemudian akan dapat dinyatakan
Q P V y Vx ^
      V . k .......(i )
x y x y

Dengan menggunakan notasi-notasi


dalam Gambar, maka diperoleh

Gambar Luasan A yang dilingkupi oleh kurva tertutup C.

 ^   ^ 
 V  dr   (
^ ^
Pdx  Qdy  Vx i  V y j    dx i  dy j   V  d r......(ii )
    curve surface
bounding 

Dengan mensubstitusi persamaan (i) dan (ii) ke persamaan teorema Green, maka

   V  k dxdy  V  d r
c
Persamaan tersebut dinamakan teorema Stoke dalam dua dimensi. Bentuk
teorema Stoke dalam kasus tiga dimensi adalah

V  d r 
kurva c
 xV  nd
permukaan

Untuk memahami notasi yang


digunakan dalam teorema Stoke,
perhatikan Gambar di samping
Gambar Suatu permukaan yang tepinya dinyatakan oleh
kurva tertutup C.

Teorema Stoke menghubungkan integral lipat dua dengan integral lintasan. Hal
ini mirip dengan bentuk teorema Green, namun perlu dicatat bahwa permukaan
yang digunakan dalam teorema Green adalah permukaan datar, sedangkan
permukaan yang digunakan dalam teorema Stoke tidak perlu berupa permukaan
datar.
Contoh 1. Hitunglah integral ∫(∇xV)∙ndσ pada permukaan yang berbentuk

kubah (setengah bola) yang dinyatakan dengan persamaan


x2 + y2 + z2 = a2 dengan z ≥ 0 jika V = 4yî + xĵ + 2zk.
Dengan menggunakan persamaan Cross dapat diperoleh bentuk rotasi
dari medan vektor V, yaitu
      ^ ^ ^

xV   i  j  k  x  4 y i  x j  2 z k 
 x y z   
^ ^ ^ ^
 0  0 i  0  0  j  1  4 k   3 k

Permukaan yang digunakan dalam integral tersebut adalah permukaan setengah


bola dengan jari-jari a. Vektor normal permukaan tersebut dinyatakan dengan

^ ^ ^
r xi  y j  zk r
n  
r a a

Selanjutnya dapat diperoleh


  V  n   3k  r  3
z
a a
Kemudian dengan menggunakan sistem koordinat bola, dapat diperoleh
hubungan
z  r cos  dan d  r 2sin dd

Untuk permukaan setengah bola r = a. Maka integralnya adalah

2  / 2
z a cos  2

per .
 3 d     3
a  0  0 a
a sin dd
set . bola
2  /2
  3a 2
 
d sin  cos d   3a 2
.2 . 1
2    3a 2

0 0

Integral tersebut dapat juga dihitung menggunakan teorema Stoke.


Bila menggunakan teorema Stoke, integral permukaan tersebut dapat
diubah menjadi integral garis (lintasan). Dalam hal ini kurva tertutup
yang digunakan adalah lingkaran berjejari a yang berpusat di titik
pusat koordinat. Jika digunakan sistem koordinat silinder dua dimensi
(polar) maka dapat dinyatakan
 ^ ^

dr  ad  - sin  i  cos  j 
 

V  dr  a 2 d  4 sin 2  cos 2  
Sehingga

2
Dengan demikian  V  dr  a   4 sin  cos 2  d
2 2

linkarang 0

Karena x sin 2ax x sin 2ax


 sin axdx  2  4a  C dan  cos axdx  2  4a  C
2 2

sehingga akan diperoleh


2

V  d r  a   4 sin   cos 2  d   3a 2


2 2

lingkarang  0
Bila menggunakan teorema Stoke dapat dipahami bahwa integral ter-
sebut juga dapat dihitung menggunakan bentuk permukaan lainnya
asalkan permukaan tersebut dibatasi oleh kurva tertutup yang identik
yaitu lingkaran berjejari a dan berpusat di pusat koordinat. Misalnya
saja dapat digunakan permukaan datar berbentuk lingkaran (lingkaran
di bidang xy). Bila digunakan permukaan ini, maka arah normal
permukaan adalah k. Sehingga

nk
  V  n   3k  k  3

selanjutnya

            2
( V ) n d 3 d 3 a

Anda mungkin juga menyukai