MODUL 3. VEKTOR
A. Vektor
1. Pengertian Vektor
Besaran Vektor dapat disajikan dengan
menggunakan suatu bilangan real, kemudian diikuti
dengan sistem suatu yang sesuai. Secara geometri,
besaran vektor dapat disajikan dengan ruas garis
berarah. Panjang ruas garis menyatakan panjang atau
besar vektor, sedangkan arah anak panah menunjukan
arah vektor.
B
a
A
H
G
E F
a
b
D
C
(a) A B
(b)
3. Penjumlahan Vektor
Misalkan jumlah dari vektor u dengan v adalah w, maka
penjumlahan vektor u dengan vektor v itu dituliskan sebagai
w = u + v. Vektor w disebut vektor resultan dari vektor u
dengan vektor v. Secara geometri, vektor w = u + v dapat
ditentukan dengan dua cara, yaitu aturan segitiga dan
aturan jajargenjang.
a. Aturan Segitiga
Definisi:
Jumlah vektor u dengan vektor v atau w = u + v dapat
ditentukan dengan cara memindahkan vektor v (tanpa
mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal
vektor v berimpit dengan titik ujung dari vektor u. Vektor
w = u + v yang dimaksud diperoleh dengan
menghubungkan titik pangkal vektor u dengan titik ujung
atau titik terminal vektor v yang telah dipindahkan tadi.
(lihat gambar di bawah ini). Menjumlahkan vektor
dengan cara seperti ini dikenal sebagai aturan segitiga.
v w=u+ v
v
u u
Aturan Jajargenjang
Cara lain untuk menentukan jumlah vektor u dan vektor
v adalah dengan memindahkan vektor v (tanpa
mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal
vektor v berimpit dengan titk pangkal vektor u. Vektor w
= u + v yang dimaksud adalah vektor yang titik
pangkalnya di titik pangkal persekutuan vektor u dan v
serta vektor itu berimpit dengan diagonal jajargenjang
yang dibentuk oleh vektor u dan vektor v tadi.
Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal
sebagai aturan jajargenjang (paralelogram).
w=u+ v
v
v
u u
Apabila kedua vektor diketahui mengapit sudut tertentu ,
maka dapat digunakan perhitungan dengan memakai
rumus aturan cosinus seperti pada trigonometri.
v u+ v
θ
u
Apabila sudut antara u dan v adalah , maka :
(u+ v )2 = u2 + v 2 + 2 u . v cos
(u+ v ) = √ u2 +v 2 +2 u . v c os
Misalnya:
u
=
( )
xA
yA
dan
v
=
( )
xB
yB
u v
maka + =
( x A + xB
y A + yB )
Teladan 1
Apabila
u= 2
−3 ( ) dan
v= −4
3 ( ) u v
maka +
Penyelesaian
u v
+ =
(2+(−4
−3+3 ) ( 0 )
) −2
=
Teladan 2
Diketahui dua vector a= 4i + j - k dan b= 2i + j + 2k, maka
tentukan a + b
Penyelesaian
a + b = (4+2)I + (1+1)j + (-1+2)k
= 6i + 2j + k
Sifat-Sifat Penjumlahan Vektor
1) Komutatif : u + v = v + u
2) Asosiatif : (u + v) + w = u + (v + w)
3) Terdapat unsur identitas atau unsur satuan (yaitu
vektor 0) sehingga berlaku hubungan : 0 + v = v + 0
=v
4) Setiap vektor mempunyai sebuah unsur invers
tambah. Jika vektor -v merupakan invers tambah dari
vektor v, maka berlaku hubungan v + (-v) = 0.
4. Pengurangan Vektor
Definisi:
Jika u dan v sebarang dua vektor, pengurangan v dari
u didefinisikan oleh
u - v = u + (-v)
Teladan 3
Diketahui dua vektor a= 4i + j - k dan b= 2i + j + 3k, maka
tentukan
a. 11a
b. 4a + 2b
Penyelesaian
a. 5a = 5(4i + j - k )
= 20i + 5j – 5k
b. 4a + 2b = 4(4i + j - k ) + 2(2i + j + 3k)
= 16i + 4j – 4k + 4i + 2j + 6k
= 20i + 6j + 2k
d. (m +n) v = m v + n v
e. m(u + v) = m u + m v
6. Panjang Vektor
Misalkan R adalah sebuah titik pada bidang dengan
koordinat (x, y) dan r, maka r dapat disajikan dalam
R(x,y)
y r
X
O x
OR =
Dengan demikian, panjang adalah:
||OR|| =
R
r
O Y
B
A D
X
Dengan demikian || || = OR =
||r|| =
Teladan 4:
2a – b + c = 2 - + =
||2a - b + c|| = = .
Jadi, panjang vektor a + b + c adalah
||2a - b + c|| = satuan panjang
7. Vektor Satuan
Perhatikan gambar berikut
j = (0,1)
i = (1,0)
= dan =
Untuk satuan vektor a yang bukan vektor nol, kita dapat
menentukan vektor satuan dari vektor a. Vektor satuan
dari a (dilambangkan dengan , dibaca: e topi) searah
dengan vektor a dan panjangnya sama dengan satu
satuan.
= =
= =
8. Rumus Jarak
Misalkan dua titik di R2 yaitu titik A (x1, y1) dan B (x2,
y2). Secara analitis, diperoleh komponen vektor ⃗
AB
= 2
(
x −x 1
y 2− y 1
.
)
Panjang vektor ⃗
AB dapat dirumuskan :
⃗
AB = √( x 2−x1 )2+( y 2− y 1 )2 .
Teladan 5
Diketahui titik A(3, -5) dan B(-2, 7), tentukan hasil
operasi vektor tersebut !
a. Komponen vektor ⃗
AB
b. Modulus/besar vektor ⃗
AB
Penyelesaian
a. Komponen vektor ⃗
AB = (7−(−5
−2−3
)) =(−512 )
b. Modulus/besar vektor ⃗
AB
⃗
AB = √(−5)2 +122= √25+144= √169=13
Misalkan dua titik di R-3, yaitu titik P dengan koordinat
(x1,y1,z1) dan titik Q dengan koordinat (x2,y2,z2). Ruas
garis berarah mewakili suatu vektor dengan
|| || =
Teladan 6
Tentukan modulus/besar vektor AB dengan titik A
(1,4,6)
dan B (3,7,9)
Penyelesaian
() ()
1 3
4 7
Diketahui A = 6 dan B = 9 , maka
()() ( )()
3 1 3−1 2
7 4 7−4 = 3
AB = 9 - 6 = 9−6 3
AB =
√(3−1)2+(7−4 )2+(9−6)2=√ 22+32 +32=√ 22
Jadi, modulus vektor AB adalah √ 22 .
a•b =
Teorema Ortogonalitas
Dua vektor yang tidak nol dikatakan saling tegak lurus
(ortogonal) jika dan hanya jika perkalian skalar kedua
vektor itu sama dengan nol.
||d|| =
(2) Proyeksi vektor ortogonal vektor b pada arah vektor a
adalah