1
Cara lain melukis u+v adalah menggerakkan v sehingga pangkalnya berimpit dengan
pangkal u. Kemudian u+v adalah sepangkal dengan u dan yang berimpit dengan diagonal
jajaran genjang yang sisinya adalah u dan v. Cara ini disebut hukum jajaran genjang. Seperti
gambar dibawah ini :
2
Sehingga kita dapat mendefinisikan pengurangan sebagai berikut :
u – v = u + (-v)
Kita mulai dengan mengambil sebuah sistem koordinat cartesius pada sebuah bidang.
Sebagai wakil dari vektor u, kita pilih sebuah anak panah yang berpangkal di titik asal. Anak
panah ini ditentukan secara tunggal oleh koordinat u1 dan u2 pada titik ujungnya; ini berarti
bahwa vektor u ditentukan oleh pasangan terurut <u 1, u2>. Jadi selanjutnya kita anggap <u1,
u2> adalah vektor u. Pasangan terurut <u1, u2> ini merupakan vektor secara aljabar. Kita
gunakan simbol pasangan terurut <u1, u2> karena (u1, u2) sudah mempunyai pengertian
tersendiri yaitu koordinat titik pada bidang.
vektor u. Sehingga dua vektor u = <u1, u2> dan v = <v1, v2> adalah sama jika u1 = v1 dan u2 =
sesuai yaitu: u+v = <u1+v1, u2+v2). Kemudian untuk mengalihkan vektor u dengan skalar c,
kita kalikan tiap komponennya dengan c. Jadi uc = cu = (cu 1, cu20, khususnya –u = <-u1, -u2>
dan 0 = 0u = <0,0>.
Secara umum untuk sebarang vektor u,v dan w sebarang skalar a dan b, berlaku sifat-sifat
3
sebagai berikut :
1. u + v = v + u
2. (u+v) + w = u + (v+w)
3. u + 0 = 0 + u = u
4. u + (-u) = 0
5. a(bu) = (ab)u = u(ab)
6. a(u+v) = au + av
7. (a+b)u = au + bu
8. 1u = u
Contoh :
Andaikata u = <4, -3>. Tentukan |u| dan |-2u|. Tentukan pula vektor yang searah dengan u
tetapi dengan panjang 1.
Jawab:
|u|=√ 4 2+ ¿(−3)2=5 dan|−2 u|=|−2||u|=2.5=10 ¿
u
Kemudian untuk mencari vektor v, yang searah dengan u dan panjangnya 1 yaitu vektor
|u|
u |u| u 4 3
karena panjang vector = =1. Sehingga v= =¿ 4 ,−3> ¿ =¿ ,− ¿.
|u| |u| |u| 5 5 5
Kita telah membahas perkalian vektor dengan skalar, yaitu perkalian vektor u dan skalar c.
Hasilnya adalah vektor cu. Sekarang kita tentukan perkalian dua vektor u dan v. Perkalian ini
dinamakan hasil kali titik, yang dilambangkan dengan u.v yang didefinisikan sebagai berikut:
4
Dari rumus u.v = |u||v| cos Ɵ, tampak bahwa jika vektor u dan v saling tegak lurus, maka Ɵ =
0
90 berarti cos Ɵ = 0. Sehingga diperoleh bahwa u.v = 0.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa :
Dua vektor u dan v saling tegak lurus (Orthogonal) jika dan hanya jika u.v = 0
B. Pengertian Geseran
Definisi:
Suatu pemetaan S disebut geseran/translasi, apabila terdapat suatu ruas garis berarah
AB sedemikian sehingga untuk setiap titik P dalam bidang V berlaku S(P)=Q dengan PQ = AB.
Karena pengertian geseran didasarkan pada vektor, maka didapat suatu teorema:
Teorema: Misalkan tiga titik A, B, dan C tidak segaris. SAB = SCD jika dan hanya jika CABD
berupa jajar genjang.
Geseran SAB akan merupakan identitas jika A = B. Jelas, bahwa oleh suatu geseran S AB bukan
merupakan identitas, maka setiap titik pasti bukan titik tetap. Jadi tidak ada titik tetap dalam
geseran yang bukan identitas. Tetapi geseran punya garis tetap, yaitu semua garis yang sejajar
Selanjutnya dengan mudah dapat dibuktikan bahwa geseran merupakan transformasi dan
-1
inversnya juga merupakan geseran, yaitu : S AB = SBA.
5
eorema : Geseran adalah suatu isometri.
Bukti:
Kasus 1:
P, P’, dan Q tidak segaris. Karena P, P’ dan Q tidak segaris, maka menurut teorema, QPP’Q’ akan
merupakan suatu jajaran genjang, sehingga PQ = P’Q’ yang berarti P’Q’ = PQ.
Kasus 2:
P, P’ dan Q segaris. P, P’dan Q segaris, maka Q’ akan terletak pada garis yang memuat ketiga titik
tersebut. Akibatnya :
= PQ + QQ’ – PP’
= PQ + PP’ – PP’
= PQ
6
Jadi P’Q’ = PQ. Akibatnya |P’Q’| = |PQ|
Dari kedua kasus tersebut terbukti bahwa S AB merupakan suatu isometri. Selanjutnya karena setiap
isometri merupakan kolineasi, maka dengan bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa geseran
marupakan suatu kolineasi.
Dari kasus pertama juuga terbukti bahwa P’Q’//PQ sehingga dapat disimpulkan adanya teorema
berikut:
Teorema : Hasil kali dua geseran SAB dan SCD akan berupa suatu geseran SPQ dengan PQ =
AB + CD.
Bukti:
SCD(T’)
= AB + CD = PQ Sehingga
SPQ(T)
7
C. Rumus Geseran Dalam Bidang Koordinat
Misalkan diberikan titik-titik A(a,b) dan B(c,d). Geseran SAB dapat dinyatakan secara
analitis sebagai:
Y P’(x’,y’)
A P(x,y)
Ini berarti bahwa jika P(x,y) dan S AB(P) = P’, maka P’(x+(c-a), y+(d-b)). Maka geseran
SAB yang memetakan P(x,y) ke P’(x’, y’) dapat dirumuskan sebagai berikut : x’ = x + (c-a) dan
x' x c - a
y’ = y(d-b) atau dengan penulisan vektor
.
y' y
d - b
c - a
Vektor adalah vektor geseran
d - b
Setelah diketahui rumus ini maka teorema-teorema di atas dapat juga dibuktikan dengan
menggunakan pendekatan aljabar vektor. Sebagai contoh bukti teorema : Geseran adalah suatu
isometri.
8
a
Misalkan SAB suatu transformasi dengan vektor AB . Misalkan vektor AB =
b
Ambil sebarang titik P(x,y) dan Q(u,v) di bidang V.
PQ (u - x)2 (v y)2
(u - x)2 (v y)2
9
Teorema : Pada SAB ≠ I, tidak punya titik tetap. Semua garis yang sejajar dengan AB akan menjadi
garis tetap.
Bukti:
a0
b 0
y b
y'
Misal P(x,y) merupakan titik tetap, maka berlaku: x + a = x dan y+b = y, diperoleh a = 0 dan b = 0.
a0
b 0
Ini bertentangan dengan yang diketahui bahwa AB
Bukti bahwa garis yang sejajar AB merupakan garis tetap. Misalkan h merupakan garis tetap.
Dan h: px+qy+c. Selanjutnya karena h garis tetap maka h = h’. Padahal berdasarkan definisi geseran,
persamaan garis h’: p(x’-a) + q(y’-b) + c = 0 atau px’ + by’ + c – ap –bq = 0. Agar h = h’ haruslah
p b
c – ap – bq = c atau ap = -bq atau q a = gradien garis h. Ini berarti garis h sejajar dengan AB.
10
Terbukti bahwa garis yang sejajar dengan AB merupakan garis tetap.
c. Tuliskan persamaan g’ =
SAB(g) Jawab:
3 - 2 1
11
c. Untuk sebarang titik (x,y) dipetakan ke titik (x+1, y+6).
Contoh 2: Diketahui dua lingkaran L1 dan L2 serta garis g seperti pada gambar berikut. Lukislah garis
h//g yang memotong L1 di A dan B dan memotong L2 di C dan D sedemikian sehingga |AB| = |CD|.
L2
L1
Cara melukis :
Andaikan garis h sudah terlukis seperti gambar dibawah. Maka dengan menggeser L 1 sedemikian
sehingga A berimpit dengan C dan B dengan D, terlihat bahwa garis O 1’O2 tegak lurus pada g. Maka
dengan menggeser L1 searah dengan g sedemikian sehingga O1’O2 tegak lurus pada g, akan diperoleh
titik C dan D sebagai titik potong L1, dengan L2. Maka CD adalah garis h yang ditanyakan.
L2
12
O2
A BC D
h
L1 O1 O1’
g
Atau dengan metode kilas balik yaitu cara menyelesaikan masalah dengan menganalisis balik, dimulai
dari seakan-akan permasalahan sudah dapat diselesaikan. Bertolak dari gambaran penyelesaian,
disusun langkah balik sehingga diperoleh cara mendapatkan penyelesaian. Masalah yang biasa
menggunakan metode ini adalah masalah “Melukis”.
Langkah-langkah menggambar :
1. Proyeksikan titik-titik pusat kedua lingkaran pada g, misalkan hasil proyeksinya M1’ dan M2’.
13
3. CD = perpotongan L1’ dan L2’.
Berikut gambarnya :
L2
L1
M2
M1
M1’’
h
A B C D
g
M1’ M2’
Contoh 3: Diketahui lingkaran L dengan tali busur AB dan CD seperti terlihat berikut. Tentukan titik
a
E F
A B
Cara melukis:
14
Andaikan titik P telah didapat maka dengan menggeser AP denga EF diperoleh A’P’ = SEF(AP).
Meskipun kenyataanya A’P’ belum dapat dilukis, tetapi A’ dapat dilukis dan diketahui pula bahwa
A’P’ akan melalui F. Dalam segitiga A’BF yang dapat diketahui A’B dan m(<A’FB) = m(<APB).
Maka dapat dicari tempat kedudukan titik F yang berupa lingkaran yang melalui A’ dan B dan
mempunyai sudut keliling sama dengan sudut keliling AB. Titik potong lingkaran tersebut dengan CD
adalah F yang dicari.
Atau
P’
Panjang arah P
terletak pada CD
α
a
D
F
α
CE A’
A B
15
Misalkan lingkaran L dengan tali busur AB dan CD seperti gambar di atas. Tentukan titik P pada L
sehingga AP memotong CD di E dan PB di F dengan panjang diketahui a.
Jawab :
Misalkan A’ = SEF(A)
P’ = SEF(P)
Diketahui A’ dan B maka tempat kedudukan F diketahui yaitu lingkaran melalui A’B dengan sudut
keliling α.
1. Translasikan A dengan vektor geser sejajar CD sebesar panjang yang diketahui. (diperoleh A’).
2. Buat lingkaran melalui A’ dan B dengan sudut keliling sama dengan sudut keliling lingkaran L
16
17