Anda di halaman 1dari 17

GESERAN (TRANSLASI)

A. Ruas Garis Berarah


1. Pengertian Ruas Garis Berarah
Definisi: Ruas garis berarah(vektor) adalah suatu besaran yang mempunyai besar dan arah.
Disini dapat kita lihat bahwa suatu vektor hanya ditentukan oleh besar dan arahnya saja.
Dengan demikian dua vektor dikatakan sama jika besar dan arahnya sama tidak peduli
letaknya dimana.
Suatu vektor secara geometri digambarkan sebagai suatu anak panah, dimana panjang
anak panah menyatakan besarnya vektor sedangkan anak panahnya menunjukkan arah vektor.
Perhatikan gambar vektor berikut ini:

Titik A disebut titik pangkal vektor atau titik tangkap vektor.


Titik B disebut ujung vektor
Suatu vektor yang titik pangkalnya A dan titik ujungnya B ditulis ⃗
AB atau ditulis dengan
huruf kecil bergaris a⃗ atau huruf kecil tebal a. Besar atau panjangnya vektor a ditulis |a|.

2. Operasi Terhadap Vektor


Untuk memperoleh jumlah, atau resultante dua vektor u dan v, gerakkanlah v tanpa
mengubah besar dan arahnya hingga pangkalnya berimpit dengan ujung u maka u+v adalah
vektor yang menghubungkan pangkal u dan ujung v. Cara ini disebut hukum segitiga. (lihat
gambar dibawah ini)

1
Cara lain melukis u+v adalah menggerakkan v sehingga pangkalnya berimpit dengan
pangkal u. Kemudian u+v adalah sepangkal dengan u dan yang berimpit dengan diagonal
jajaran genjang yang sisinya adalah u dan v. Cara ini disebut hukum jajaran genjang. Seperti
gambar dibawah ini :

Dengan menggunakan gambar seperti di atas dapat dibuktikan bahwa penjumlahan


vektor bersifat komutatif dan asosiatif, yaitu:
u+v = v+u dan (u+v)
+w = u+(v+w)
Selanjutnya jika u suatu vektor, maka 3u adalah vektor yang searah dengan u tetapi
panjangnya tiga kali panjang u; vektor -2u adalah vektor yang arahnya berlawanan dengan
arah udan panjangnya dua kali panjang u. Secara umum, cu adalah kelipatan skala vektor u,
yang panjangnya adalah |c| kali panjang u, searah dengan u jika c positif, dan berlawanan arah
apabila c negatif.
Khususnya (-1)u (juga ditulis –u sama panjangnya dengan u arahnya berlawanan
dengan u. Vektor ini disebut vektor negatif u sebab jika dijumlahkan dengan u hasilnya
adalah vektor nol (yaitu suatu titik).
Vektor nol adalah satu-satunya vektor yang tanpa arah tertentu, dinamakan vektor nol
dinotasikan dengan 0. Vektor ini merupakan unsur satuan penjumlahan yaitu u+0 = 0+u = u.

2
Sehingga kita dapat mendefinisikan pengurangan sebagai berikut :
u – v = u + (-v)

3. Pembahasan Vektor Dengan Pendekatan Aljabar


Dari uraian terdahulu dengan pendekatan geometri dapat disimpulkan bahwa sebuah
vektor adalah keluarga anak panah yang panjangnya dan arahnya sama. Sekarang kita akan
membahas vektor secara aljabar. (lihat gambar dibawah ini)

Kita mulai dengan mengambil sebuah sistem koordinat cartesius pada sebuah bidang.
Sebagai wakil dari vektor u, kita pilih sebuah anak panah yang berpangkal di titik asal. Anak

panah ini ditentukan secara tunggal oleh koordinat u1 dan u2 pada titik ujungnya; ini berarti

bahwa vektor u ditentukan oleh pasangan terurut <u 1, u2>. Jadi selanjutnya kita anggap <u1,

u2> adalah vektor u. Pasangan terurut <u1, u2> ini merupakan vektor secara aljabar. Kita

gunakan simbol pasangan terurut <u1, u2> karena (u1, u2) sudah mempunyai pengertian
tersendiri yaitu koordinat titik pada bidang.

4. Operasi pada Vektor


Misalnya vektor u = <u1, u2>, bilangan u1 dan u2 dinamakan komponen-komponen

vektor u. Sehingga dua vektor u = <u1, u2> dan v = <v1, v2> adalah sama jika u1 = v1 dan u2 =

v2. Kemudian untuk menjumlahkan u dan v, kita jumlahkan komponen-komponennya yang

sesuai yaitu: u+v = <u1+v1, u2+v2). Kemudian untuk mengalihkan vektor u dengan skalar c,

kita kalikan tiap komponennya dengan c. Jadi uc = cu = (cu 1, cu20, khususnya –u = <-u1, -u2>
dan 0 = 0u = <0,0>.
Secara umum untuk sebarang vektor u,v dan w sebarang skalar a dan b, berlaku sifat-sifat
3
sebagai berikut :
1. u + v = v + u
2. (u+v) + w = u + (v+w)
3. u + 0 = 0 + u = u
4. u + (-u) = 0
5. a(bu) = (ab)u = u(ab)
6. a(u+v) = au + av
7. (a+b)u = au + bu
8. 1u = u

5. Panjang dan hasil Kali Titik


Panjang atau besar, |u| sebuah vektor u = <u1, u2> ditentukan oleh | u | √ u1 +u2
2 2

Contoh :
Andaikata u = <4, -3>. Tentukan |u| dan |-2u|. Tentukan pula vektor yang searah dengan u
tetapi dengan panjang 1.
Jawab:
|u|=√ 4 2+ ¿(−3)2=5 dan|−2 u|=|−2||u|=2.5=10 ¿
u
Kemudian untuk mencari vektor v, yang searah dengan u dan panjangnya 1 yaitu vektor
|u|
u |u| u 4 3
karena panjang vector = =1. Sehingga v= =¿ 4 ,−3> ¿ =¿ ,− ¿.
|u| |u| |u| 5 5 5
Kita telah membahas perkalian vektor dengan skalar, yaitu perkalian vektor u dan skalar c.
Hasilnya adalah vektor cu. Sekarang kita tentukan perkalian dua vektor u dan v. Perkalian ini
dinamakan hasil kali titik, yang dilambangkan dengan u.v yang didefinisikan sebagai berikut:

u.v = u1v1 + u2v2.


Jika u, v dan w vektor dan c skalar, maka berlaku sifat-sifat.
1. u.v = v.u
2. u.(v+w) = u.v + u.w
3. c(u.v) = (cu).v = u.(cv)
4. 0.u = 0
2
5. u.u = |u|
Bentuk hasil kali titik u.v, selain dari definisi di atas dapat juga dihitung dengan u.v = |u||v| cos
Ɵ, dimana Ɵ adalah sudut yang dibentuk oleh vektor u dan v.

4
Dari rumus u.v = |u||v| cos Ɵ, tampak bahwa jika vektor u dan v saling tegak lurus, maka Ɵ =
0
90 berarti cos Ɵ = 0. Sehingga diperoleh bahwa u.v = 0.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa :
Dua vektor u dan v saling tegak lurus (Orthogonal) jika dan hanya jika u.v = 0

B. Pengertian Geseran

Setelah mengenal ruas garis berarah, maka dapat didefinisikan geseran.

Definisi:

Suatu pemetaan S disebut geseran/translasi, apabila terdapat suatu ruas garis berarah

AB sedemikian sehingga untuk setiap titik P dalam bidang V berlaku S(P)=Q dengan PQ = AB.

Selanjutnya geseran dengan vektor AB dinyatakan sebagai SAB.

Karena pengertian geseran didasarkan pada vektor, maka didapat suatu teorema:

Teorema: SAB = SCD jika dan hanya jika AB = CD.

Teorema: Misalkan tiga titik A, B, dan C tidak segaris. SAB = SCD jika dan hanya jika CABD
berupa jajar genjang.

Geseran SAB akan merupakan identitas jika A = B. Jelas, bahwa oleh suatu geseran S AB bukan
merupakan identitas, maka setiap titik pasti bukan titik tetap. Jadi tidak ada titik tetap dalam
geseran yang bukan identitas. Tetapi geseran punya garis tetap, yaitu semua garis yang sejajar

dengan vektor geserannya.

Selanjutnya dengan mudah dapat dibuktikan bahwa geseran merupakan transformasi dan
-1
inversnya juga merupakan geseran, yaitu : S AB = SBA.
5
eorema : Geseran adalah suatu isometri.

Bukti:

Misalkan SAB suatu transformasi dengan vektor AB.

Ambil sebarang titik P dan Q dibidang V.

Misalkan P’ = SAB(P) dan Q’ = SAB(Q)

Akan dibuktikan |PQ| = |P’Q’|

Kasus 1:

P, P’, dan Q tidak segaris. Karena P, P’ dan Q tidak segaris, maka menurut teorema, QPP’Q’ akan
merupakan suatu jajaran genjang, sehingga PQ = P’Q’ yang berarti P’Q’ = PQ.

Akibatnya |P’Q’| = |PQ|.

Kasus 2:

P, P’ dan Q segaris. P, P’dan Q segaris, maka Q’ akan terletak pada garis yang memuat ketiga titik
tersebut. Akibatnya :

P’Q’ = PQ’ – PP’

= PQ + QQ’ – PP’

= PQ + PP’ – PP’

= PQ

6
Jadi P’Q’ = PQ. Akibatnya |P’Q’| = |PQ|

Dari kedua kasus tersebut terbukti bahwa S AB merupakan suatu isometri. Selanjutnya karena setiap
isometri merupakan kolineasi, maka dengan bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa geseran
marupakan suatu kolineasi.

Dari kasus pertama juuga terbukti bahwa P’Q’//PQ sehingga dapat disimpulkan adanya teorema
berikut:

Teorema : Geseran mempertahankan arah garis.

Teorema : Hasil kali dua geseran SAB dan SCD akan berupa suatu geseran SPQ dengan PQ =
AB + CD.

Bukti:

Ambil sebarang titik T di bidang V

Akan dibuktikan bahwa SCD ∘ SAB(T) = SPQ(T) Misal T’ = SAB(T) dan T” =

SCD(T’)

Maka TT’ = AB dan T’T” = CD

Padahal selalu dipenuhi TT” = TT’ + T’T”

= AB + CD = PQ Sehingga

SPQ(T) = T” = SAB+CD(T) = SCD ∘ SAB(T) Terbukti SCD ∘ SAB(T) =

SPQ(T)

7
C. Rumus Geseran Dalam Bidang Koordinat

Misalkan diberikan titik-titik A(a,b) dan B(c,d). Geseran SAB dapat dinyatakan secara
analitis sebagai:

SAB((x,y)) = (x+(c-a), y+(d-b))

Y P’(x’,y’)

A P(x,y)

Ini berarti bahwa jika P(x,y) dan S AB(P) = P’, maka P’(x+(c-a), y+(d-b)). Maka geseran

SAB yang memetakan P(x,y) ke P’(x’, y’) dapat dirumuskan sebagai berikut : x’ = x + (c-a) dan

x' x c - a 
y’ = y(d-b) atau dengan penulisan vektor   
  
.

y' y
    d - b
c - a 
Vektor  adalah vektor geseran

d - b 

Setelah diketahui rumus ini maka teorema-teorema di atas dapat juga dibuktikan dengan
menggunakan pendekatan aljabar vektor. Sebagai contoh bukti teorema : Geseran adalah suatu
isometri.

8
a
Misalkan SAB suatu transformasi dengan vektor AB . Misalkan vektor AB = 

b
 
Ambil sebarang titik P(x,y) dan Q(u,v) di bidang V.

Misalkan P’= SAB(P) dan Q’ = SAB(Q).

Maka P’ = (x+a, y+b) dan Q’ = (u+a, v+b). Kemudian

PQ  (u - x)2  (v  y)2

P'Q'  (u  a - (x  a))2  (v  b  ( y  b))2

 (u - x)2  (v  y)2

Jadi di peroleh |PQ| = |P’Q’|

Terbukti bahwa geseran merupakan isometri

9
Teorema : Pada SAB ≠ I, tidak punya titik tetap. Semua garis yang sejajar dengan AB akan menjadi
garis tetap.

Bukti:

Akan dibuktikan secara analitis

Bukti tidak ada titik tetap.

a0

Karena SAB ≠ I, dapat ditulis AB = 

b 0
  

x' x a


Maka rumus SAB dapat ditulis sebagai :  
 


y b
y'    
Misal P(x,y) merupakan titik tetap, maka berlaku: x + a = x dan y+b = y, diperoleh a = 0 dan b = 0.

a0

b 0
Ini bertentangan dengan yang diketahui bahwa AB    

Jadi tidak mungkin terdapat titik tetap.

Bukti bahwa garis yang sejajar AB merupakan garis tetap. Misalkan h merupakan garis tetap.
Dan h: px+qy+c. Selanjutnya karena h garis tetap maka h = h’. Padahal berdasarkan definisi geseran,
persamaan garis h’: p(x’-a) + q(y’-b) + c = 0 atau px’ + by’ + c – ap –bq = 0. Agar h = h’ haruslah

p b
c – ap – bq = c atau ap = -bq atau  q  a = gradien garis h. Ini berarti garis h sejajar dengan AB.

10
Terbukti bahwa garis yang sejajar dengan AB merupakan garis tetap.

Teorema: Himpunan geseran menyusun Grup abelian

Bukti: (diserahkan mahasiswa sebagai latihan)

Contoh 1: Jika A dan B(3,4) adalah titik-titik yang diketahui, g: y+2x+4,

a. Tentukan SAB(P) jika P = (x,y)

b. Tentukan D jika SAB(D) = (1,3)

c. Tuliskan persamaan g’ =

SAB(g) Jawab:

 3 - 2 1

Vektor AB  4 - (-2)6 

a. SAB(P) = SAB(x,y) = (x+1, y+6)

b. Misal D(x,y), dari SAB(D) = (1,3) = (x+1, y+6) diperoleh


x+1 = 1 dan y+6 = 3. Sehingga x = 0 dan y = -3.
Jadi D = (x, -3)

11
c. Untuk sebarang titik (x,y) dipetakan ke titik (x+1, y+6).

Berarti dapat ditulis x’ = x+1 dan y’ = y+6,


sehingga x = x’ – 1.....(1) dan y = y’ – 6......(2)

Substitusikan persamaan 1 dan 2 ke persamaan garis g: y + 2x = 4


diperoleh g’ = (y’ – 6) + 2(x’ – 1) = 4, sehingga didapat g’ : y’ + 2x’ =
12. Jika ditulis dalam koordinat XY diperoleh g’ : y’ + 2x’ = 12.

Contoh 2: Diketahui dua lingkaran L1 dan L2 serta garis g seperti pada gambar berikut. Lukislah garis

h//g yang memotong L1 di A dan B dan memotong L2 di C dan D sedemikian sehingga |AB| = |CD|.

L2

L1

Cara melukis :

Andaikan garis h sudah terlukis seperti gambar dibawah. Maka dengan menggeser L 1 sedemikian

sehingga A berimpit dengan C dan B dengan D, terlihat bahwa garis O 1’O2 tegak lurus pada g. Maka

dengan menggeser L1 searah dengan g sedemikian sehingga O1’O2 tegak lurus pada g, akan diperoleh

titik C dan D sebagai titik potong L1, dengan L2. Maka CD adalah garis h yang ditanyakan.

L2

12
O2

A BC D
h

L1 O1 O1’
g

Atau dengan metode kilas balik yaitu cara menyelesaikan masalah dengan menganalisis balik, dimulai
dari seakan-akan permasalahan sudah dapat diselesaikan. Bertolak dari gambaran penyelesaian,
disusun langkah balik sehingga diperoleh cara mendapatkan penyelesaian. Masalah yang biasa
menggunakan metode ini adalah masalah “Melukis”.

Langkah-langkah menggambar :

1. Proyeksikan titik-titik pusat kedua lingkaran pada g, misalkan hasil proyeksinya M1’ dan M2’.

2. Geser L1 dengan vektor geser M1’M2’ sehingga didapat L1’.

13
3. CD = perpotongan L1’ dan L2’.

4. Garis h adalah garis yang melalui C dan D.

Berikut gambarnya :

L2
L1
M2
M1
M1’’

h
A B C D

g
M1’ M2’

Contoh 3: Diketahui lingkaran L dengan tali busur AB dan CD seperti terlihat berikut. Tentukan titik

P pada L sedemikian sehingga AP memotong CD di E dan BP di F dengan EF = a yang diketahui.

a
E F

A B

Cara melukis:

14
Andaikan titik P telah didapat maka dengan menggeser AP denga EF diperoleh A’P’ = SEF(AP).

Meskipun kenyataanya A’P’ belum dapat dilukis, tetapi A’ dapat dilukis dan diketahui pula bahwa

A’P’ akan melalui F. Dalam segitiga A’BF yang dapat diketahui A’B dan m(<A’FB) = m(<APB).
Maka dapat dicari tempat kedudukan titik F yang berupa lingkaran yang melalui A’ dan B dan
mempunyai sudut keliling sama dengan sudut keliling AB. Titik potong lingkaran tersebut dengan CD
adalah F yang dicari.

Atau
P’

Panjang arah P
terletak pada CD
α

a
D

F
α

CE A’

A B

15
Misalkan lingkaran L dengan tali busur AB dan CD seperti gambar di atas. Tentukan titik P pada L
sehingga AP memotong CD di E dan PB di F dengan panjang diketahui a.

Jawab :

Misalkan A’ = SEF(A)

P’ = SEF(P)

Maka m(<APB) = m(<A’FB).

P bisa dilukis jika F terlukis. Bisakah F


dilukis ? Karena m(<A’FB) = m(<APB) = α.

Diketahui A’ dan B maka tempat kedudukan F diketahui yaitu lingkaran melalui A’B dengan sudut
keliling α.

Dimana langkah-langkah menggambarnya adalah:

1. Translasikan A dengan vektor geser sejajar CD sebesar panjang yang diketahui. (diperoleh A’).

2. Buat lingkaran melalui A’ dan B dengan sudut keliling sama dengan sudut keliling lingkaran L

terhadap A dan B (misal lingkarannya adalah L1).

3. Diperoleh titik F = titik potong CD dengan L1.

4. P merupakan titik potong FB dengan lingkaran L.

5. E merupakan titik potong CD dengan AP.

16
17

Anda mungkin juga menyukai