Anda di halaman 1dari 44

VEKTOR DI DUA DAN TIGA DIMENSI

Nama Kelompok :

1. Nur Nihayatul Wafiroh (14 – 550 – 0161)


2. Muslifatus Syaniah (15 – 550 – 0001)
3. Dwi Irma Oktavia (15 – 550 – 0005)
4. Siti Anisah (15 – 550 – 0015)
5. Fitrianingsih (15 – 550 – 0021)
6. Effryani Budi Insyirah (15 – 550 – 0023)
7. Ida Praselia Wandi (15 – 550 – 0026)
8. Isnaini Ni’amul Firdayanti (15 – 550 – 0042)
9. Siti Mukharrom (15 – 550 – 0086)
10. Riris Masyithoh A.C (15 – 550 – 0130)
11. Juniar Widya Paramita (15 – 550 – 0144)

KALKULUS LANJUT

0
Universitas PGRI Adibuana Surabaya
2017

1
1. VEKTOR DALAM BIDANG

Vektor disajikan secara geometri.


Biasanya vektor dinotasikan dengan huruf kecil yang dicetak tebal seperti u, v, dan w.
 Dua vektor u dan v dikatakan setara jika kedua vektor memiliki besar dan arahn
yang sama , dalam hal ini kita tulis u = v
 Tiga vektor setara diilustrasikan pada gambar 1.2. Di sisni tidak dibedakan antara
vektor setara sehingga kita bisa menggeser vektor dari satu lokasi ke lokasi lain
selama besarnya sama dan tetap mempertahankan arah.
 Gambar 1.3 menyatakan vektor dengan titik pangkal P dan titik ujung Q ditulis PQ.

Penjumlahan Vektor
Dua vektor tidak sejajar dapat dijumlahkan menurut aturan jajar genjang diilustrasikan
pada gambar 1.4. Dibuat jajargenjang, menyatakan u + v
(lihat gambar 1.4 a).

Cara lain untuk mencari u + v yaitu dengan cara mengkontruksi segitiga dengan
menempatkan pangkal vektor v pada ujung vektor u (lihat gambar 1.4 b). Dapat dilihat
bahwa : u + v = v + u

2
Dengan kata lain, penjumlahan vektor adalah komutatif. Penjumlahan vektor juga
bersifat asosiatif, yaitu : u + (v + w) = (u + v) + w
 Vektor nol dinotasikan dengan 0 dengan besar 0 dan mempunyai arah ke segala arah.
Vektor nol direpresentasikan sebagai titik tunggal.
 Jika v bukan vektor nol, maka –v adalah vektor yang memiliki panjang yang sama
tetapi mempunyai arah yang berlawanan dengan vektor v.
 Pengurangan vektor didefinisikan sebagai u – v = u+ (-v), demikian u-v adalah
vektor ketika ditambahkan dengan v hasilnya u.

Definisi ini diilustrasikan pada gambar 1.5, dapat disimpulkan bahwa v–v = 0

Perkalian Skalar
Vektor dapat dikalikan dengan skalar sebagai berikut :
 Jika k > 0 dan v bukan vektor nol, maka kv adalah vektor yang memiliki arah yang
sama dengan v dengan besar k kali besar v.
 Jika k < 0, maka kv vektor yang berlawanan arah dengan v dan besaran kv adalah
k kali besarnya v.
 Jika k = 0 kita mendefinisikan kv sebagai vektor nol, dan v = 0 maka kv = 0 untuk
semua skalar k.
1
 Gambar 1.6 menggambarkan vektor v, vektor 2v dan - 2v.

3
Aljabar Vektor
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Misalkan vektor v = (P 1 P2 ) dan koordinat dari P₁ dan P₂ berturut-turut adalah

(x₁,y₁) dan (x₂,y₂) seperti ditunjukan pada gambar 1.7, perpindahan horisontal dari P₁
ke P₂ adalah (x₂ - x₁) dan perpindahan vertikal (y₂ -y₁) adapun (x₂ - x₁) merupakan
komponen horisontal (atau x komponen) dan (y₂ -y₁) merupakan komponen vertikal
(atau komponen y) dari v. Vektor posisi dari A(a₁ , a₂ , ... ,an) adalah suatu vektor
yang titik awalnya adalah titik asal 0 dan titik ujung nya adalah ⃗A, dan di tulis 0A =
(a₁ , a₂ , ... ,an)

Singatnya, kita memiliki persamaan berikut :


1. Jika P₁ = (x₁ , y₁) dan P₂ = (x₂ , y₂) maka (P⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
1 P2 ) = (x₂ - x₁ , y₂ -y₁)
2. Jika v = (a,b) dan titik awal v adalah P₁ = (x₁ , y₁),
maka titik terminal P₂ = (x₂ + a , y₂ + b). Secara khusus jika P₁ adalah titik
⃗⃗⃗⃗ ) dan P₁P₂ adalah vektor posisi dari P₂.
asal, maka P₂ = (ab

Berdasarkan definisi ini dapat dibuktikan bahwa dari suatu titik dapat dibuat tepat
satu buah vektor posisi dengan kata lain setiapa titik dalam ruang memiliki vektor
posisi yang berbeda beda.

Contoh 1,1
(a) Vektor ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 adalah bentuk aljabar, dimana A (-1,2) dan B (3,-4). Gambarkan vektor
geometrisnya!
Jawab:
⃗⃗⃗⃗⃗ = (3 – (-1), -4 - 2) = (4, -6)
𝐴𝐵

(b) Vektor (-2,3) dengan titik (4,-1), dimana titik terminalnya?


Jawab:
Dimulai dari titik (4,-1), kita geser 2 unit ke kiri dan 3 unit ke atas, maka
ditemukan titik terminal (2,2)

4
Sifat Vektor
Sifat vektor dalam representasi aljabar.

Definisi 1.1 Vektor Ruang Dua Dimensi


untuk pasangan terurut (a,b) dan (c,d) bilangan real,
1. (a,b) = (c,d) jika dan hanya jika a=c dan b=d
2. (a,b) + (c,d) = (a+c,b+d)
3. k(a,b) = (ka, kb) untuk setiap skalar k.
Himpunan semua pasangan terurut dari bilangan real dengan definisi
kesamaan, penjumlahan, dan perkalian oleh skalar yang diberikan oleh
persamaan 1,2 dan 3 yang disebut vektor ruang dua dimensi, dan masing
masing pasangan terurut disebut vektor dua dimensi.

Teorema 1.1
Jika u = (a,b), v = (c,d) dan w = (e,f) adalah vektor yang diberikan, maka:
1. u + v =v + u
2. u + (v + w) = (u + v) + w

Dan untuk setiak k dan l sebagai skalar


3. k (u + v) = ku + kv
4. (k + l) u = ku + lu
5. K (lu) = (kl) u

Definisi 1.2
Vektor nol, vektor negatif dan pengurangan vektor
1. unsur (0,0) disebut vektor nol dan dilambangkan dengan 0.
2. jika u = (a,b) adalah sebarang vektor, maka –u = (-a,-b)
3. jika u = (a,b) dan v = (c,d) adalah sebarang vektor, maka : u-v = u + (-v)

Teorema 1.2
Untuk sebarang vektor u = (a,b)
1. u + 0 = u
2. u + (-u) + 0
3. 1u = u
4. (-1)u = -u
5. 0u = 0
6. k0 = 0 untuk sebarang k

Keterangan :
Penjumlahan 0 dengan sebarang vektor adalah vektor itu sendiri. 0 disebut
identitas aditif. Dan karena ketika –u dijumlahkan dengan u memberikan hasil 0,
maka –u adalah invers aditif u.

5
Besar Vektor
Untuk vektor u = (a,b) , secara geometri yang dapat diwakili oleh vektor posisi titik
(a,b) seperti gambar 1.11. Panjang dari vektor secara geometris dengan menggunakan
Teorema Pythagoras, adalah √𝑎2 + 𝑏 2 .

Definisi 1.3 Besar Vektor


Jika diketahui sebarang vektor u= (a,b). Besar (atau panjang) dari u, dinotasikan
dengan |u| , di definisikan sebagai |u| = √𝑎2 + 𝑏 2 .

Keterangan :
Ada kesamaan dalam menggunakan simbol antara besar vektor dan nilai absolut
dari bilangan real. Jika x adalah bilangan real, maka |x| adalah jarak geometris dari 0
ke x pada garis bilangan. Dan vektor u diinterpretasikan secara geometris dariii titik
ass, maka |u| adalah jarak dari titik asal ke titik terminal u.
Komponen vektor menentukan besar dan arah vektor, seperti ditunjukkan definisi
1.3. karena jika u = (a,b) maka arah u adalah sama dengan vektor posisi ditunjukkan
pada gambar 1.11 dengan arah dari titik (0,0) ke titik (a,b).

Teorema 1.3
Jika diketahui dua vektor u = (a,b) , (c,d) dan untuk sebarang skalar k. Maka:
1. |u| ≥ 0 dan |u| = 0 jika dan hanya jika u = 0
2. |u|
3. |ku| = |k| |u|
4. |u + v| ≤ |k| + |u| ketidaksamaan segitiga

Bukti :
Bukti sifat 1,2, dan 3 digunakan sebagai latihan. Bukti sifat 4 dibahas pada bagian
berikutnya, tapi keabsahannya terbukti secara geometris seperti pada gambar 1.12,
gambar tersebut menunjukan bahwa ketidaksamaan yang mencerminkan fakta

6
bahwa panjang satu sisi segitiga kurang dari jumlah panjang dua sisi lainnya (yang
disebut “ketidaksamaan segitiga”)

Vektor Satuan dan Vektor Basis

Vektor satuan adalah vektor dengan besar 1. Contoh vektor satuan seperti 〈1,0〉, 〈0,1〉,
√2 √2 1 𝑣
dan 〈 2 , − 〉, untuk setiap vektor tidak nol v maka ( ) v =
|v| |v|
adalah vektor satuan
2

dalam arah yang sama dengan v. Kenyataan bahwa panjangnya adalah satu. Dapat dilihat
bahwa

𝑣 1
| | = ( ) |v| = 1
|v| |v|

Untuk membuat vektor tidak nol vmenjadi vektor satuan, yaitu dengan membagi v
dengan panjangnya sendiri seperti jika vektor 𝑠 adalah vektor satuan dari vektor 𝑣 maka

𝑣
nilai dari vektor 𝑠 adalah ⃗⃗𝑠 = ||𝑣⃗ ||

Contoh:

Hitunglah vektor satuan dari P1 (2,-2) menuju P2 (5,2)

Jawab:

Jika u = ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐏𝟏 𝐏𝟐 maka u = 〈5 − 2,2 − (−2)〉 = 〈3,4〉 jadi vektor satuan u adalah

𝑢 〈3,4〉 〈3,4〉 3 4
= √25 = = 〈5 , 5〉
∣u∣ 5

7
𝑣
Jika v adalah vektor tidak nol, maka adalah vektor satuan, sehingga untuk setiap
∣v∣
𝑣
kv dengan k skalar, k∣v∣ adalah vektor yang besarnya ∣ k ∣ yang memiliki arah yang sama

dengan v jika k > 0 sedangkan berlawanan arah 𝑘 < 0.

Contoh:

Hitunglah vektor dengan arah yang sama dengan vektor v 〈−1,2〉 yang besarnya 10.

Jawab:

𝑣 1 2
10 ∣v∣ = 10 〈− , 〉 = 〈−2√5, 4√5〉
√5 √5

Vektor satuan 〈1,0〉 dan 〈0,1〉 sangat penting dan diberi nama khusus i = 〈1,0〉 dan
jy= 〈0,1〉 jadi i adalah sebuah vektor satuan pada arah x positif dan j adalah sebuah vektor
satuan pada arah y positif. Misalkan untuk sebarang vektor u = 〈𝑎, 𝑏〉. Kita dapat
menuliskan u = 〈𝑎, 0〉 + 〈0, 𝑏〉 = 𝑎〈1,0〉 + 𝑏〈0,1〉 atau 〈𝑎, 𝑏〉 = 𝑎𝒊 + b𝐣

Penulisan 𝑎𝒊 + b𝐣 disebut kombinasi linear dari i dan j. Jadi setiap vektor dimensi
dua secara tunggal dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari i dan j. Karena sifat
ini vektor i dan j disebut basis untuk ruang vektor dimensi dua atau vektor basis.
vektor basis atau vektor satuan baku adalah vektor yang mempunyai 1 dan terletak
sepanjang sumbu – sumbu koordinat yaitu untuk 𝑅 2 , vektor satuan baku ditulis: i =
(1,0) dan j = (0,1) dengan demikian setiap vektor v = (v1,v2) dapat ditulis v= v1 (1,0) +
v2(0,1) = v1i + v2 j

8
Contoh:

Jika P1 = (7,-4) dan P2 = (-3,1). Ubahlah ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗


𝐏𝟏 𝐏𝟐 sebagai kombinasi linear dari i dan j

Jawab:

⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐏𝟏 𝐏𝟐 = 〈(−3) − 7,1 − (−4)〉 = 〈−10,5〉 = −10𝒊 + 5𝒋

Maka didapatkan representasi 𝑎𝒊 + b𝐣 sebagai alternatif untuk 〈𝑎, 𝑏〉. Jadi misalkan
kita mempunyai vektor 2i – 3j itu sama artinya dengan vektor 〈2, −3〉 dengan
menggunakan representasi diatas, didapat hubungan

∣ 𝑎𝒊 + b𝐣 ∣ = √𝑎2 + 𝑏2

Vektor sejajar

Dua vektor atau lebih sejajar memiliki kemiripan vektor yang sama yaitu searah atau
berlawanan arah antara vektor – vektor tersebut dimana panjang – panjang vektornya
tidak harus sama. Dengan kata lain, jika dua vektor sejajar maka salah satu vektor adalah
kelipatan dari vektor lainnya. Perhatikan gambar berikut.

Sesuai dengan hubungan geometris antara u dan ku, kita dapat definisi sebagai berikut.

Definisi 1.4 Vektor Sejajar

Vektor 0 sejajar dengan setiap vektor.

Dua vektor tidak nol u dan v dikatakan sejajar jika terdapat sebuah skalar k yang
tidak nol sedemikian hingga v = ku

9
⃗⃗⃗ ⁄⁄ 𝑣 yaitu:
Dari definisi tersebut maka ada beberapa kemungkinan nilai k jika vektor 𝑢

1. jika k > 0 , maka 𝑢


⃗⃗⃗ searah dengan 𝑣
2. jika 𝑘 < 0 , maka ⃗⃗⃗
𝑢 berlawanan arah dengan 𝑣
3. jika 𝑘 = 1 , maka 𝑢
⃗⃗⃗ sama dengan 𝑣
4. jika 𝑘 = −1 , maka panjang kedua vektor sama dan berlawanan arah

2. Perkalian Titik (Dot Product)


Pada bagian sebelumnya telah dipelajari penjumlahan dan pengurangan vektor serta
perkalian oleh skalar. Selanjutnya kan diperkenalkan perkalian titik (dot product) antara
dua vektor.

Definisi Perkalian Titik


Jika vektor u =(U1,U2) dan vektor v = (V1,V2) adalah dua vektor sebarang, maka
perkalian titik dari u dan v , ditulis u.v didefinisikan sebagai u.v = U1.V1 + U2. V2

Keterangan:
1. Perhatikan bahwa hasil perkalian titik (dot product) dari dari dua vektor bukan vektor
tetapi sebuah skalar. Untuk alasan ini perkalian titik (dot product) kadang – kadang
disebut sebagai produk skalar
2. Jika u dan v ditulis dalam bentuk u = u1i + u2j dan v = v1i + v2j.
Maka:
u . v = ( u1i + u2j).( v1i + v2j) = u1.v1 + u2. v2

Contoh
Jika u = 〈3, −2〉 dan 𝐯 = 〈−4, −5〉 tentukan u.v
Jawab:
u.v = 3.(-4) + (-2).(-5) = -12 + 10 = 2
Cara lain dengan mengginakan penulisan u dan v dalam vektor basis i dan j,
maka u.v = (3i -2j).(-4i- 5j) = -12 + 10 = -2

Sifat perkalian skalar


Perkalian titik (dot product) dua vektor memenuhi beberapa sifat perkalian dari
bilangan real, seperti yang ditunjukkan oleh teorema berikut:

10
Teorema 1.4
jika u , v dan w adalah vektor dan k adalah skalar, maka:
1) u . v = v . u
2) u. (v + w) = u.v + u.w
3) k (u . v) = (ku).v = u. (kv)
4) u . 0 = 0
5) u . u = ∣ 𝒖 ∣𝟐

Disini akan di buktikan sifat ke-2, selanjutnya bukti dari sifat lainnya digunakan untuk
latihan.

Misalkan u = (u1, u2), v = (v1,v2), dan w = (w1, w2).

Ruas kiri

u.(v + w) = (u1, u2) . [(v1,v2) + (w1, w2)]

= (u1, u2) . (v1 + w1 , v2 + w2) Definisi 11.1

= u1 (v1 + w1) + u2 (v2 + w2) Definisi 11.5

= (u1v1 + u1w1) + (u2v2 + u2w2) Sifat Distribusi Bilangan Real

Ruas kanan

u.v + u.w = (u1, u2) . (v1,v2) + (u1, u2) . (w1, w2)

= (u1v1 + u2v2) + (u1w1) + (u1w1 + u2w2) Definisi 11.5

= (u1v1 + u1w1) + (u2v2 + u2w2) Komutatif

Ruas kiri sama dengan ruas kanan, maka terbukti bahwa u.(v + w) = u.v + u.w

11
Sudut Antara Dua Vektor

Sifat penting dari perkalian titik (dot products) ada hubungannya dengan sudut antara
dua vektor, yang sekarang kita definisikan.

Definisi 1.6

Sudut Antara Dua Vektor

Sudut antara dua vektor u dan v yang tidak nol adalah sudut positif terkecil antara
perwakilan geometris u dan v yang memiliki titik awal yang sama.

Jika sudut antara u dan v adalah θ , dengan 0 ≤ θ≤π. Sudut ini bernilai 0 jika u dan v
berada dalam arah yang sama, dan bernilai π jika kedua vektor berada dalam arah yang
berlawanan.

Teorema 1.5

Jika θ adalah sudut antara dua vektor tidak nol u dan v, maka :

u.v = │ u││v │ cos θ (1.4)

Bukti :

Asumsikan u dan v tidak sejajar, dan pilih wakil vektor secara geometris. Jika u dan
v memiliki komponen yang masing-masing ((u1, u2) dan (v1,v2)), maka berarti titik
terminal A dari u adalah (u1, u2) dan titik terminal B dari v = (v1,v2).

⃗⃗⃗⃗⃗ = v-u , sehingga dengan menggunkan aturan cosinus didapat :


Vektor 𝐴𝐵

│ v-u │2 = │u│2 + │v│2 - 2│u ││ v│ cos θ

12
Atau

(v1-u1)2 + (v2-u2)2 = u12 + u22 + v12

= v22 - 2│u ││ v│ cos θ

=│u ││ v│ cos θ

= u1v1 + u2v2

= u.v

Hukum cosinus menyatakan bahwa dalam segitiga sisi a, b, dan c. Jika c adalah sisi
sudut berlawanan, maka c2 = a2 – b2 – 2ab cos C

Jika u dan v sejajar, maka v = ku dan θ =0 atau θ = π untuk k > 0 atau k < 0,

 Untuk k > 0, kita menggunakan cos θ = cos 0 = 1,


dan │u ││ v│ cos θ = │u ││ku│(1) = k│u│2 = k (u. u) = u . (ku) = u.v
sehingga hasilnya benar dalam kasus ini.
 Untuk k < 0, cos θ = cos π = -1,
dan │u ││ v│ cos θ = │u ││ku│(-1) = - │k│u│2 = k (u. u) = u . (ku) = u.v
Dengan menggunakan fakta bahwa jika k < 0, maka : -│k│ = - (k) = k

Dari persamaan 1.4 jika u dan v bukan nol, maka

𝒖. 𝑣
cos θ = ..... (1.5)
│𝑢 ││ 𝑣│

Akibat berikut ini merupakan konsekuensi langsung dari Persamaan 1.5

Akibat 15a

Ketidaksamaan Cauchy-Schwarz

Untuk setiap dua vektor u dan v, │𝑢 . 𝑣│ ≤ │𝑢 ││ 𝑣│ (1.6)

13
Bukti :

Bukti trivial, jika salah satu u dan v adalah vektor nol karena kedua sisi Persamaan
1.6 adalah nol. Untuk vektor tidak nol u dan v, dengan θ sudut antara mereka, maka
dengan menggunakan Persamaan 1.5

𝒖. 𝑣
= │cos θ│ ≤ 1 Jadi, │𝑢 . 𝑣│ ≤ │𝑢 ││ 𝑣│
│𝑢 ││ 𝑣│

Konsekuensi ini memungkinkan untuk memberikan bukti secara aljabar dari


Ketidaksamaan segitiga

|𝑢 + 𝑣|2 = (𝑢 + 𝑣)(𝑢 + 𝑣)

= 𝑢. 𝑢 + 2𝑢𝑣 + 𝑣. 𝑣

= |𝑢|2 + 2𝑢𝑣 + |𝑣|2 ≤ |𝑢|2 + 2 |𝑢𝑣| + |𝑣|² ≤ |𝑢|2 + 2 |𝑢||𝑣| + |𝑣|²

= |𝑢|2 + |𝑣|²

Sekarang kita ambil akar kuadrat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan :

│u + v│ ≤ │u │ + │ v│

Vektor Ortogonal

𝜋
Jika sudut antara dua vektor tidak nol adalah , maka dua vektor dikatakan ortogonal.
2

Secara geometris vektor ortogonal tegak lurus satu sama lain.

𝜋
 Diberikan cos 2 = 0. Sesuai dengan Teorema 1.5 jika u dan v ortogonal maka u . v = 0

 Sebaliknya, jika u . v = 0 dengan cos θ = 0 dan menggunakan Persamaan 1.5 dengan


𝜋
θ= 2 maka u dan v adalah ortogonal.

 Jika salah satu u atau v adalah vektor nol, kemudian u . v = 0 maka u dan v
ortogonal.

14
Akibat 15b

Dua vektor u dan v adalah ortogonal jika dan hanya jika : u . v = 0 (1.7)

Contoh:

Tunjukkan bahwa vektor u = (6, -4) dan v = (-2, -3) adalah ortogonal.

Jawab:

Karena u . v = 6(-2) + (-4)(-3) = -12 + 12 =0.

Berdasarkan Akibat 1.5b, u dan v adalah ortogonal. Hal ini ditunjukkan oleh vektor u
dan v sebagai vektor posisi dari titik-titik (6, -4) dan (-2, -3).

Komponen dari suatu Vektor Terhadap Vektor lain

Jika kita menuliskan u = ai + bj, bilangan a dan b masing-masing adalah komponen


dari u dalam arah i (horizontal) dan j (vertikal). Hal ini digunakan juga untuk menemukan
komponen vektor arah selain horizontal dan vertikal.

Misal sebarang vektor u akan dicari komponen vektor u dalam arah vektor tidak nol
⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑂𝑄
v, untuk digunakan wakil vektor secara geometris 𝑂𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dari u dan v, dibuat dari
ruas garis P yang tegak lurus ke garis hubung O dan Q dan memotong di P’.

Misalkan θ adalah sudut antara u dan v. Kemudian kita mendefinisikan komponen u


sepanjang v, dinotasikan Compvu, oleh

Compv u = │u │cos θ ..... (1.7)

𝜋 𝜋
Jika 0 ≤ θ ≤ 2 , lalu Compv u ≥ 0. Sedangkan jika ≤ θ ≤ π, Compv u < 0. Jika u ≠ 0,
2
𝒖. 𝑣
dengan Persamaan 1.5. Kita mempunyai cos θ = jadi persamaan 1.7 menjadi :
│𝑢 ││ 𝑣│

𝒖. 𝑣
Compv u = (1.8)
│ 𝑣│

15
Hasil ini juga berlaku untuk u = 0. Sangat mudah untuk menunjukkan bahwa jika u =
ai + bj dan 𝑣 vektor dengan arah sumbu x positif, lalu Compv u = a. Hampir sama, jika 𝑣
vektor dengan arah sumbu-y positif, maka Compv u = b. Jadi, definisi kita generalisasi
komponen horizontal dan vertikal.

Usaha

Sebagai aplikasi dari konsep ini, usaha yang dilakukan oleh gaya F konstan dalam
sebuah partikel bergerak sepanjang garis lurus dari P ke Q. Jika F bekerja dalam arah ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑄
⃗⃗⃗⃗⃗ │. Misalkan θ sudut antara
, maka usaha sama dengan tenaga kali jarak, kerja = │F│ │𝑃𝑄
F dengan ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑄 . Maka, usaha didefinisikan sebagai komponen dari F terhadap ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑄 , dikali
dengan jarak.

PROYEKSI VEKTOR

Jika vektor u= 〈𝑎, 𝑏〉 ditulis dalam bentuk u= ai + bj. Maka u dapat diekspresikan
sebagai jumlah dua vektor saling tegak lurus, satu vektor horizontal dan yang lainnya
vertikal. Kadang u juga dapat diekspresikan sebagai jumlah dua vektor saling tegak lurus,
satu dengan arah non horizontal dan yang lain tegak lurus terhadap arah ini.

Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan vektor tertentu dan arah yang ditentukan oleh
vektor v . Dikontruksi sisi persegi panjang 𝑤1 dan 𝑤2 memiliki u sebagai diagonal dan
sepanjang sisi v. kemudian u = 𝑤1 + 𝑤2 kita sebut 𝑤1 vektor proyeksi u dan v dan
dinotasikan provjv u. vektor 𝑤2 disebut proyeksi orthogonal vektor u

1
u = 𝑃𝑟𝑜𝑗𝑣𝑢 + Proj 𝑣 u (1.10)

𝑤1 dapat diperoleh dengan mengalikan komponen u terhadap v dengan vektor unit

𝑣
𝑃𝑟𝑜𝑗𝑣𝑢 = (𝐶𝑜𝑚𝑝𝑣𝑢 ) |𝑣| (1.11)

16
Jika kita ganti 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑣𝑢 dengan nilai dari persamaan 1.8, kita peroleh

𝑢.𝑣 𝑣 𝑢.𝑣
𝑃𝑟𝑜𝑗𝑣𝑢 = ( |𝑣| ) |𝑣| = (|𝑣|2 )v ( 1.12)

Dan dari persamaan 1.9, maka didapat

1 𝑢.𝑣
Proj𝑣 𝑢 = 𝑢 − 𝑃𝑟𝑜𝑗𝑣 = u- (|𝑣|2 )v ( 1.13)

3. VEKTOR DI RUANG

Sistem Koordinat Dimensi Tiga

Konsep vektor untuk ruang dimensi tiga merupakan perluasan vektor dimensi dua
dengan memperkenalkan sistem koordinat persegi panjang. Dimulai dengan bidang
koordinat horizontal yang memiliki dua dimensi pada sistem koordinat persegi panjang
dengan sumbu x dan y seperti yang kita kenali selama ini. Melalui titik asal diperkenalkan
sumbu vertikal, yang disebut sumbu z, dengan arah positif keatas. Sekarang kita memiliki
tiga sumbu yang saling tegak lurus berorientasi sesuai dengan apa yang disebut aturan
kanan: jika anda menunjuk jari telunjuk tangan kanan dalam arah x positif dan jari
tengah ke arah y positif, maka ibu jari anda akan menunjuk kea arah z positif.

Sepasang sumbu dapat menentukan suatu bidang, misal bidang xy, bidang xz dan
bidang yz. Dimana bidang xy sebagai bidang horizontal. Misal P menunjukkan titik
tertentu dalam ruang. Melalui P dapat dibuat bidang sejajar dengan memotongkan sumbu
x, sumbu y, dan sumbu z pada 𝑥0 , 𝑦0 dan 𝑧0 maka tiga angka ini disebut koordinat P yang
kita sebutnya sebagai triple (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ).

Tiga koordinat bidang membagi ruang menjadi delapan daerah yang disebut oktan
dimana semua koordinat positif disebut oktan pertama. Dalam menggambar sebuah titik
disarankan untuk membuat sebuah garis, seperti yang telah kita lakukan dalam
menggambar titik P(3,4,6) .

17
3. Vektor Di Ruang

Rumus Jarak

Untuk mentukan rumus panjang vektor. Kita perlu mengetahui jarak antara dua titik
dalam ruang. Misal diketahui dua titik P1 (x1, y1,z1 ) dan P2 (x2, y2,z2 ). Buatlah balok
dengan sisi sejajar dengan bidang koordinat sehingga P1 dan P2 berada di titik sudut
bidang yang berhadapan dari balok, seperti dalam gambar 1.28.

Dari P1QR didapat segitiga P1QR adalah segitiga siku – siku pada bidang horizontal,
dan segitiga P1RP2 adalah segitiga siku – siku pada bidang verikal. Menggunakan d (P1,
P2 ) berarti jarak dari P1, ke P2. Kita dapat segitiga. Dengan teorema pythagoras,

[ d (P1. R)]2 = [ d (P1. Q2)]2 + [d (Q.R)]2

Dan dari yang kedua

[ d (P1. P2)]2 = [ d (P1. R)]2 + [d (R.P2)]2

Jadi

[ d (P1. P2)]2 = [ d (P1. Q)]2 + [d (Q .R)]2 + [d


(R1. P2)]2

18
Tapi

d (P1. Q) = |𝑦1 − 𝑦1 |, d (Q,R) = |𝑥2 − 𝑥1 |,

d (R.P2) = |𝑥2 − 𝑥1 |

Dan

Dengan menstubtitusi, kita dapatkan rumus jarak :

d (P1. P2) = √ ( 𝑥2 − 𝑥1 )2 + (𝑦2 − 𝑦1 )2 + (𝑧2 − 𝑧1 )2 (1.14)

Contoh 1.12

Diberika P (3, -4, 5) dan Q (-2, 3, 4). Hitunglah jarak P ke Q.

Jawab:

Kami menunjukkan titik-titik dalam Gambar 1.29, dengan persamaan 1.14

d(P, Q) = √(3 + 2)2 + (−4 − 3)2 + (5 − 4)2

= √25 + 49 + 1

= √75

= 5√3

Vektor Demensi Tiga

Dengan gagasan vektor pada demensi dua akan diperluas ke demensi tiga. Misalkan
vektor geometris memiliki titik awal di P1 (x1, y1,z1 ) dan di titik terminal P2(x2, y2, z2 ).
Kemudian, analogikan dengan titik dua dimensi dan kita identifikasi triple ( 𝑥2 −
𝑥1 , 𝑦2 − 𝑦1 , 𝑧2 − 𝑧1 ) dengan vektor P1 P2. Sebaliknya, jika diberi triple (a, b, c). Kita
mengidentifikasi dengan tripe vektor geometris yang memiliki pemindahan x adalah a,
pemindahan y adalah b, dan perpindahan z adalah c. Vektor dengan titik awal pada titik

19
asal dan terminal di (a, b, c) disebut vektor posisi (a, b, c). Sesuai dengan definisi
geometris kesetaraan, penjumlahan, dan perkalian dengan skalar, kita memiliki sifat
berikut :

1. ( 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) jika dan hanya jika 𝑎1 = 𝑏1 , 𝑎2 = 𝑏2 , 𝑎3 = 𝑏3

2. ( 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) + (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) = ( 𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3 )

3. k ( 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) = ( 𝑘𝑎1 , 𝑘𝑎2 , 𝑘𝑎3 ) untuk semua skalar k

Definisi himpunan seperti ini disebut ruang vektor dimensi tiga, dan setiap unsur
ruang ini disebut vektor dimensi tiga. Jika u (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ), maka 𝑢1 , 𝑢2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑢3 kita sebut
komponen dari u. Negatif dari u adalah –u = (−𝑢1 , − 𝑢2 , −𝑢3 ), dan vektor nolnya adalah
(0,0,0). Definisi pengurangannya adalah u – v = u +(-v). Besarnya vektor u = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 )
didefinisikan dengan:

|𝑢| = √𝑢𝟏𝟐 + 𝒖𝟐𝟐 + 𝒖𝟐𝟑 1.15

Besarnya adalah sesuai dengan persamaan 1.14, yaitu panjang wakil geometri u. Dot product
dari dua vektor u = { 𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 } dan v = { 𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 } didefinisikan dengan:

u. v = u1 v1 + u2 v2 + u3 v3 1.16

Sudut 𝜃 antara dua vektor tidak nol u dan v didefinisikan sebagai vektor untuk dua
dimensi, dan persamaan cos 𝜃 sebagai berikut :

𝑢.𝑣
cos 𝜃 = |𝑢| |𝑣| 11.17

Buktinya sama seperti sebelumnya. Dengan perjanjian bahwa perjanjian bahwa vektor 𝜃 adalah
ortogonal untuk setiap vektor, kita mendapati bahwa u dan v adalah ortogonal jika dan hanya
jika u.v = 0

20
𝑢
Untuk setiap vektor tidak nol u. |𝑢|
adalah vektor satun, karena besarnya adalah satu

vektor satuan. Vektor satuan i = (1,0,0), j= (0,1,0) dan k = (0,0,1) mmbentuk dasar untuk
ruang vektor dimensi tiga.

(a, b,c) = ai + bj +ck 1.18

Dengan demikian ini berarti bahwa setiap vektor dimensi tiga dapat dinyatakan
sebagai kombinasi linear dari i, j, dan k. Perhatikan bahwa i, j = i, k = j, k = 0, sehingga
i, j, dan k saling ortogonal. Secara geometris, vektor satuan dengan titik awal di titik
pangkal koordinat, vektor satuan searahsumbuh x positif, sumbu y, dan sumbu z, masing–
masing seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.30

Definisi dan teorema dalam bagian 1.1 dan 1.2 memiliki ekstensi untuk vektor dimensi
tiga, dan kami tidak akan mengulanginya. Bukti dari teorema ini hampir sama dengan
bukti – bukti untuk kasus dua dimensi. Beberapa hasil diilustrasikan dalam contoh
berikut.

Contoh 1.13

Bila u = ( 1, -2, 2) dan v = (-3, -4, 5). Hitunglah nilai dari soal berikut :

a) |3𝑢 − 2𝑣|
b) Sudut antara u dan v

Jawab:

a) 3𝑢 − 2𝑣 = 3 (1, −2, 2)-2 (−3, −4, 5)


= (3,-6,6) – (-6, -8, 10 )
= (3, -6,6) + (6, 8, -10)
= (9, 2, -4)

21
Jadi, |3𝑢 − 2𝑣| = √81 + 4 + 16 = √101
𝑢.𝑣 (1,−2,2).(−3,−4,5 )
b) cos 𝜃 = |𝑢| |𝑣|=
√1+4+4.√9 +16+25
−3+8+10 15 1
= = =
3 √50 3 ( 5 √2 ) √2

π
Jadi θ = 4

Contoh 1.14

Cari usaha yang dilakukan oleh gaya F = 4i + 5j – 8k dalam memindahan partikel dari
P (-1, 2, 4 ) ke titik Q ( 3, 6, -8). Dengan anggapan |𝐹| dalam newton dan jarak dalam
meter.

Jawab:

̅̅̅̅ = (4,4, -12) = 4i + 4j – 12k


𝑃𝑄

Jadi dengan persamaan 1.19

̅̅̅̅ ) = (4i + 4j – 12k)


W= F. (𝑃𝑄

= 16 + 20 + 96 = 132 joules

Contoh 1.15

Tentukan coumpvu and projv u = 4i + 4j – 12k dan v = 3i – 2j + 5k

Penyelesaian dari persamaan 11.8

𝑢.𝑣 4 ( −3)+ (−6)(−2)+ (1)(5) 5


Compvu = |𝑣|
= =
√9+4+25 √38

Dari persamaan 11.11

𝑣 5 −3𝑖 −2𝑗+5𝑘 15 5 25
Projvu = (Compvu) = |𝑣|
=( )( ) = − 38 𝑖 − 19 𝑗 + 𝑘
√38 √38 38

22
Sudut Arah Cosinus Arah

Sudut yang terbentuk oleh vektor nol u yang dibuat dengan i, j, dan k disebut sudut
arah untuk u dan ditunjuk oleh masing–masing 𝛼, 𝛽, dan 𝛾 seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1.31.

Cosinus sudut ini disebut cosinus arah u, jika u = ( u1, u2, u3 ) kita dapatkan

𝑢 𝑖 𝑢1 𝑢.𝑗 𝑢2 𝑢.𝑘 𝑢3
Cos 𝛼 = |𝑢| |𝑖|
= |𝑢|
, cos 𝛽 = |𝑢 ||𝑗|
= |𝑢|
, cos 𝛾 = |𝑢 ||𝑘|
= |𝑢|
1.19

Jika kita kuadratkan dan jumlahkan, maka kita dapatkan

𝑢12 𝑢22 𝑢32


Cos2 𝛼 + Cos2 𝛽 + Cos2 𝛾 = + +
|𝑢|2 |𝑢|2 |𝑢|2

Atau

Cos2 𝛼 + Cos2 𝛽 + Cos2 𝛾 = 1 1.20

Jika u adalah vektor satuan, maka denga persamaan 1.19 didapat nya cosinus arah :

u= 〈Cos 𝛼 , Cos 𝛽 , Cos 𝛾〉

23
Contoh 1.16

Cari cosinus arah vektor dengan titik awal P (7, -2, 4) dan terminal titik Q (5,3,0)

Jawab:

̅̅̅̅ = 〈−2, 5, −4〉, maka


Jika 𝑢 = 𝑃𝑄

|𝑢| = √4 + 25 + 16 = √45 = 3√5, maka dengan persamaan 1.19,

−2 5 −4
Cos 𝛼 = Cos 𝛽 = Cos 𝛾 =
3 √5 3 √5 3 √5

Contoh 1.17

Sebuah vektor u membentuk sudut 600 dengan sumbu x positif dan sumbu y positif.
Berapa besar sudut dibentuk dengan sumbu z positif ? apa saja komponen dari u ?

Jawab:

𝜋
Dengan memberikan informasi, 𝛼 = 𝛽 3 dan dengan persamaan 1.20

1 1 1
Cos2 𝛾 =1 Cos2 𝛼 − Cos2 𝛽 = 1 − 4 − =
4 2

𝜋 3𝜋
Jadi Cos 𝛾 = ±1√2 , maka 𝛾 = or . Ada dua kemunkinan untuk itu :
4 4

1 1 1 1 1 1
𝑢 = 〈2 , 2 , 〉 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑢 = 〈 , , − 〉
√2 2 2 √2

24
4. PERKALIAN SILANG (The Cross products)

Untuk vektor dimensi tiga u dan v ada jenis perkalian kedua yang disebut perkalian
silang (Cross products), perkalian silang ditulis dengan 𝑢 𝑥 𝑣, yang menghasilkan vektor
lain (bukan skalar seperti dot products). Untuk alasan ini perkalian silang kadang disebut
juga dengan produk vektor.

DEFINISI 1.7 Perkalian Silang

Perkalian silang vektor u = {𝑢1, 𝑢2, 𝑢3 } dan v = {𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 } adalah

𝑢 𝑥 𝑣 = {𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 , 𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 , 𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1 } (1.21)

Notasi Determinan untuk perkalian silang

Definisi 1.7 dapat lebih mudah diingat menggunakan notasi determinan, A determinan
orde 2x2 didefinisikan oleh:

𝑎 𝑏1
| 1 | = 𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1
𝑎2 𝑏2

Contoh:

3 2
| | = = 3(4) – (2)(−1) = 12 + 2 = 14
−1 4

Determinan orde ketiga dapat di serupakan sebagai berikut:

𝑎1 𝑎2 𝑎3
𝑏3 | = 𝑎1 |𝑏2 𝑏3 𝑏 𝑏3 𝑏 𝑏2
|𝑏1 𝑏2 | − 𝑎2 | 1 | + 𝑎3 | 1 |
𝑐2 𝑐3 𝑐1 𝑐3 𝑐1 𝑐2
𝑐1 𝑐2 𝑐3

Setiap determinan orde 2x2 dapat dihitung menggunakan rumus seperti di atas. Rumus
diatas disebut sebagai ekspansi baris pertama. Hal ini memungkinkan untuk
mengekspansi oleh setiap baris atau kolom, tetapi dengan meng-ekspansi baris pertama
adalah cara yang paling mudah. Untuk mengilustrasinya, perhatikan contoh berikut:

25
2 −1 −3
2 1 4 1 4 2
|4 2 1 |= 2 | | – (−1) | | + (−3) | |
5 −4 0 −4 0 5
0 5 −4

= 2(−8 − 5) + (−16) – 3 (20)

= −26 – 16 – 60 = −102

Perhatikan bahwa Persamaan 1.21 dapat ditulis dalam bentuk:

𝑢2 𝑢3 𝑢1 𝑢3 𝑢1 𝑢2
𝑢 𝑥 𝑣 = 〈|𝑣 𝑣3 | . − | 𝑣1 𝑣3 | . |𝑣1 𝑣2 |〉
2

Karena dapat diselidiki dengan mengevaluasi determinan orde kedua dan


membandingkan hasilnya dengan Persamaan 1.21. Kita dapat menulis 𝑢 𝑥 𝑣 sebagai:

𝑢2 𝑢3 𝑢1 𝑢3 𝑢1 𝑢2
𝑢 𝑥 𝑣 = |𝑣 𝑣3 | 𝑖 − |𝑣1 𝑣3 | 𝑗 + |𝑣1 𝑣2 | 𝑘 (1.22)
2

Adapun cara mudah untuk mengingat rumus determinan orde ketiga ini adalah

𝑖 𝑗 𝑘
|𝑢1 𝑢2 𝑢3 |
𝑣1 𝑣2 𝑣3

Baris pertama yang terdiri dari vektor bukan bilangan, ini bukan penentu yang tepat.
Namun, jika kita mengekspansi dengan bilangan di baris pertama, kita mendapatkan
(menulis skalar kali vektor bukan sebaliknya)

𝑢2 𝑢3 𝑢1 𝑢3 𝑢1 𝑢2
|𝑣 𝑣3 | 𝑖 − |𝑣1 𝑣3 | 𝑗 + |𝑣1 𝑣2 | 𝑘
2

Dan dapat dilihat hasilnya degan membandingkan persamaan 1.22 menjadi i,j,k notasi
u x v. Jadi, dengan memasukkan vektor pada baris pertama, didapat:

𝑖 𝑗 𝑘
𝑢 𝑥 𝑣 = |𝑢1 𝑢2 𝑢3 | (1.23)
𝑣1 𝑣2 𝑣3

26
Contoh 1.18

Tentukan u x v dimana u =(3,-1,4) dan v = (-2,2,5)

Jawab:

𝑖 𝑗 𝑘
−1 4 3 4 3 −1
𝑢 𝑥 𝑣 = | 3 −1 4| = | |𝑖 − | |𝑗 + | |𝑘
3 5 −2 5 −2 2
−2 2 5

= (-5-8)i – (15+8)j + (6-2)k

= -13i – 23j +4k


Jadi u x v = (-13,-23,4)

Interpretasi geometrik Perkalian silang

Salah satu sifat yang paling penting dari perkalian silang diberikan oleh teorema berikut.

Teorema 1.6 Vektor u x v adalah ortogonal terhadap u dan v

Bukti: akan ditunjukkan bahwa u.(u x v) = 0 dan memberikan tugas latihan untuk
menunjukkan bahwa v.(u x v) = 0. Dengan persamaan 1.21.

𝒖 . (𝒖 𝑥 𝒗) = 〈𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 〉 〈(𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 ), (𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 ), (𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1 )〉

= 𝑢1 (𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 ) + 𝑢2 (𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 ) + 𝑢3 (𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1 )

= 𝑢1 𝑢2 𝑣3 − 𝑢1 𝑢3 𝑣2 + 𝑢2 𝑢3 𝑣1 − 𝑢2 𝑢1 𝑣3 + 𝑢3 𝑢1 𝑣2 − 𝑢3 𝑢2 𝑣1

=0
Jadi u dan v ortogonal terhadap u x v

Jika u dan v adalah vektor tidak nol dan tidak sejajar, maka kita dapat
mengetahui dari teorema sebelumnya u x v adalah ortogonal untuk
kedua u dan v, Representasi geometris u, v, dan uxv diambil dengan titik
awal yang sama. Kemudian u x v tegak lurus dengan bidang yang berisi
u dan v, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.32. Arah u x v

27
ditentukan menurut jari-jari tangan kanan memutar u ke v (melalui sudut kurang dari π),
maka ibu jari diperpanjang akan mengarah para arah u x v.

Besarnya u x v berkaitan dengan besaran u dan v seperti yang diberikan dalam teorema
berikut.

Teorema 1.7

Jika 𝜃 adalah sudut antara vektor bukan nol u dan v, maka

|𝑢 𝑥 𝑣|=|𝑢| |𝑣| sin 𝜃

Bukti : dengan persamaan 1.21 kita dapatkan

|𝑢 𝑥 𝑣|² = (𝑢2 𝑣3 − 𝑢3 𝑣2 )² + (𝑢3 𝑣1 − 𝑢1 𝑣3 )² + (𝑢1 𝑣2 − 𝑢2 𝑣1 )²

Sebagai tugas latihan, tunjukkan bahwa jika sisi kanan diperluas, maka dapat ditulis
dalam bentuk:

(𝑢1 2 + 𝑢2 2 + 𝑢3 ²)( 𝑣1 ² + 𝑣2 ² + 𝑣3 ²) – (𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 + 𝑢3 𝑢3 )²

Dengan demikian

|𝑢 𝑥 𝑣|² = |𝑢|² |𝑣|² – (𝑢 . 𝑣)²

u . v = |𝑢| |𝑣| cos , kita mempunyai

|𝑢 𝑥 𝑣|² = |𝑢|² |𝑣|² – |𝑢|² |𝑣|² cos² 𝜃

= |𝑢|2 |𝑣|2 (1- cos 𝜃)

= |𝑢|2 |𝑣|2 sin2 𝜃

Dengan mengambil akar kuadrat, maka akan didapatkan hasil yang diinginkan

Akibat 1.7

Dua vektor dimensi tiga u dan v sejajar jika dan hanya jika : u x v =0

28
Bukti : Jika salah satu u dan v adalah vektor 0, sangat mudah untuk dibuktikan. Jika
keduanya merupakan vektor bukan nol maka kedua vektor tersebut sejajar jika dan hanya
jika 𝜃 = 0 atau 𝜃 = π atau ekuivalen dengan sin 𝜃 = 0. Jadi, dengan persamaan 1.24, dua
vektor dikatakan sejajar jika dan hanya jika |𝑢 𝑥 𝑣| = 0, dan karenanya, jika dan hanya
jika u x v = 0.

Luas Pararellogram

Persamaan 1.24 memiliki interpretasi geometris yang menarik. Jika u dan v adalah
vektor bukan nol, dengan 𝜃 sudut antara dua vektor tersebut. Pilih perwakilan geometris
u dan v yang memiliki titik awal yang sama. Lengkapi jajar genjang dengan u dan v
sebagai sisi yang berdekatan, seperti pada Gambar 1.33. Dari angka itu kita melihat
bahwa h tinggi dari jajar genjang dari alas u adalah

h = |𝑣| sin 𝜃

Dengan demikian |𝑢|h = |𝑢|𝜃 |𝑣| sin 𝜃, Jadi dengan Teorema 1.7

|𝑢 𝑥 𝑣| = luas jajaran genjang dengan sisi yang berdekatan u dan v

Contoh 1.9

Cari daerah dari segitiga dengan titik sudut A (2,1,4) B (3,-1,7), dan C (-1,2,5)

Penyelesaian :

Jika u = ̅̅̅̅
𝐴𝐵 dan v = ̅̅̅̅
𝐴𝐶 . Maka luas segitiga adlah setengah luas jajar genjang ditentukan
oleh u dan v, atau

1
Luas = 2 |𝑢 𝑥 𝑣|

Pertama kita tentukan u x v :

̅̅̅̅ = (1,-2,3)
u = 𝐴𝐵

v = ̅̅̅̅
𝐴𝐶 = (-3,1,1)

29
𝑖 𝑗 𝑘
−2 3 1 3 1 −2
𝑢 𝑥 𝑣 = | 1 −2 3| = | |𝑖 − | |𝑗 + | |𝑘
1 1 −3 1 −3 1
−3 −𝑖 1

= -5i – 10j – 5k

Jadi Luas segitiga adalah

1 1 1 5
Luas = 2 |𝑢 𝑥 𝑣| = 2 √25 + 100 + 25 = √150 = 2 √6
2

Sifat Aljabar Perkalian silang

Teorema berikutnya akan membahas beberapa sifat lain dari perkalian silang. Bukti
dari setiap bagian dapat ditunjukkan dengan apikasi langsung dari Definisi 1.7. Dalam
beberapa kasus bukti bisa diasilitasi, dengan menggunakan persamaan 1.23 dan dua
sifat determinan berikut :

1. Jika dua baris dalam determinan identik, nilai determinan adalah 0


2. Jika dua baris dalam determinan ditukar, maka akan menghasilkan bilangan negatif
dengan determinan yang asli.

Tugas berikutnya anda akan diminta untuk menyelidiki sifat-sifat untuk determinan
orde ketiga, dan anda juga akan diminta untuk membuktikan beberapa teorema.

Teorema 1.8

Untuk Vektor Dimensi tiga u,v, dan w berlaku :

1. u x v = - (v x u) Anti Komutatif Sifat


2. k(u x v) = (ku) x V = u x (kv) untuk semua skalar k
3. ux0=0
4. uxu=0
5. u x (v+w) = u x v + u x w sifat distributif kiri
6. (u+v) x w = u x w+v x w sifat distributif kanan
7. u x (v x w) = (u.w) v – (u.v) w
8. u . (v x w) = (u x v) . w

30
Teorema tersebut dapat digunakan untuk mempelajari perkalian silang yang
melibatkan pasangan dari vektor dasar i,j,dan k. Penerapan langsung dari definisi 1.7
adalah sebagai berikut :

ixj=k jxk=i kxi=j

Dengan sifat 1 dalam teorema 1.8, jika faktor di sebelah kiri dibalik, tanda di sebelah
kanan menjadi negatif. Artinya,

j x i = -k k x j = -i j x k = -j

Salah satu cara untuk mempermudah mengingat hubungan ini adalah dengan
menggunakan diagram dalam gambar 1.34. Jika berputar searah jarum jam, maka
perkalian vektor dengan vektor berikutnya menghasilkan vektor berikutnya lagi. Jika
berputar berlawanan arah jarum jam, maka akan menghasilkan produk negatif dari vektor
berikutnya.

Perkalian silang pada umumnya tidak bersifat komutatif atau


asosiatif. Sifat non komutatif tersebut dapat terlihat di sifat 1 dari
teorema 1.8. Dan sifat non-asosiatif dapat dilihat, misalnya dengan
perhitungan sebagai berikut :

( i x j) x j = k x j = -i tetapi i x ( j x j) = i x 0 = 0 Gambar 1.36

Hasil kali campuran (Triple Skalar Product)

Produk u. (v x w) disebut produk triple skalar atau hasil kali campuran dari u, v, dan
w. Penerapkan definisi 1.7 untuk v x w kita dapatkan :

u.(v x w) = 𝑢1 (𝑣2 𝑤3 − 𝑣3 𝑤2 ) + 𝑢2 (𝑣3 𝑤1 − 𝑣1 𝑤3 ) + 𝑢3 (𝑣1 𝑤2 − 𝑣2 𝑤1

𝑣2 𝑣3 𝑣1 𝑣3 𝑣1 𝑣2
= 𝑢1 |𝑤 𝑤3 | − 𝑢2 |𝑤1 𝑤3 | + 𝑢3 |𝑤1 𝑤2 |
2

31
Pada sisi kanan merupakan hasil ekspansi dengan bilangan dibaris pertama.
Determinan baris tersebut adalah masing- masing komponen u,v dan 𝑤1dengan
demikian:

𝑢1 𝑢2 𝑢3
𝑢. (𝑣 × 𝑤) = | 𝑣1 𝑣2 𝑣3 | (1.25)
𝑤1 𝑤2 𝑤3

Volume parallelepipedium

Hasil kali campuran memiliki interpretasi geometris yang menarik. Jika u, 𝑣 dan 𝑤
adalah vector bukan nol yang tidak terletak pada bidang yang sama. Ambil perwakilan
geometris u, 𝑣 dan 𝑤 yang memiliki titik awal yang sama dan mengkontruksi
parallelepipedium, dengan vector ini sebagai rusuk seperti ditunjukkan pada gambar
1.35. menggunakan basis jajar genjang yang ditentukan oleh 𝑣 dan 𝑤 h adalah ketinggian
yang diperoleh dari nilai absolut komponen 𝑢 tegak lurus dengan alas, yaitu

ℎ= |𝐶𝑜𝑚𝑝 𝑣×𝑤 𝑢|

Seperti yang terlihat, sisi bawah adalah |𝑣 × 𝑤|dan volume parallelepipedium adalah
luas alas kali tinggi. Jadi kita dapatkan :

𝑣𝑜𝑙 = ℎ|𝑣 × 𝑤| = |𝐶𝑜𝑚𝑝 𝑣×𝑤 𝑢||𝑣 × 𝑤|

|𝑢.(𝑣×𝑤)|
= |𝑣 × 𝑤|
𝑣×𝑤

= |𝑢. (𝑣 × 𝑤)|

Jadi, kita temukan bahwa:

Volume parallelepipedium dengan rusuk yang berdekatan u, 𝑣 dan 𝑤 adalah


volume = |𝑢. (𝑣 × 𝑤)|

32
Contoh:

Diberikan titik A(3,−1,1), B(2,3,−2), C(0,1,3), D(−1,2,4). Hitunglah volume


parallelepipedium yang ditentukan oleh vector ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵, ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶, 𝑑𝑎𝑛 ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐷

Jawab:

Jika 𝑢 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵= (−1,4, −3)

𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 = (−3,2, 2)

⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = (−4,3, 3)
𝑤 = 𝐴𝐷

Dengan persamaan 1.25

−1 4 −3
2 2 −3 2 −3 2
𝑢. (𝑣 × 𝑤)=|−3 2 2 |= −1 | | − 4| | − 3| |
3 3 −4 3 −4 3
−4 3 3

= 0-4(−1)-3(−1)= 7

Maka volumenya adalah |𝑢. (𝑣 × 𝑤)|= |7|= 7

Vector sebidang

Volume parallelepipedium ditentukan oleh u, 𝑣 dan 𝑤 sebagai |𝑢. (𝑣 × 𝑤)|,


diasumsikan vector tidak sebidang. Namun, analisis dari perhitungan diatas
menunjukkan bahwa untuk setiap vector tidak nol u, 𝑣 dan 𝑤.

|𝑢. (𝑣 × 𝑤)| = |𝐶𝑜𝑚𝑝 𝑣×𝑤 𝑢||𝑣 × 𝑤|

Jika u pada bidang yang sama dengan 𝐯 dan w, 𝐶𝑜𝑚𝑝 𝑣×𝑤 u = 0. Maka 𝑣 × 𝑤
adalah ortogonal terhadap u. sebaliknya, jika 𝐶𝑜𝑚𝑝 𝑣×𝑤 u = 0 dan u adalah ortogonal
𝑣 × 𝑤 maka u dalam bidang v dan w. oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jika u,v
dan w memiliki titik awal yang sama.

u, v dan w adalah sebidang jika dan hanya jika u(𝑣 × 𝑤)= 0

33
5. GARIS DALAM RUANG

Persamaan vector

Sebuah garis dalam ruang dapat digambarkan dengan sebuah titik pada garis dan arah
garis. Cara menggambarkan sebuah garis ini mirip dengan kasus dua dimensi dimana
titik dan kemiringan diberikan . l adalah garis yang melewati 𝑝0 (𝑥𝑜 ,𝑦𝑜 ,𝑧𝑜 ) dan vector
arah v =(a, b,c). posisi v sehingga titik awal adalah pada 𝑝0 . Sebuah titik P (x,y, z) akan
berada di l jika dan hanya jika ⃗⃗⃗⃗⃗
𝒑𝒐 𝐩 = t v (1.26) untuk beberapa scalar t dengan t sebarang
bilangan real, P menelusuri sepanjang garis.

Persamaan 1.26 dapat dinyatakan dalam bentuk lain dengan menggunakan vector
posisi. Disebutkan bahwa jika P(x,y,z) adalah titik dalam ruang, maka vector posisi
⃗⃗⃗⃗⃗ yang memiliki titik awal pada titik pangkal koordinat dan terminal di
adalah vector 𝑂𝑃
P. komponen dari vector posisi P adalah tepat koordinat dari p yang dinotasikan dengan
(x,y,z). sekarang jika 𝑟𝑜 dan r menjadi vector posisi dari titik 𝑝𝑜 dan p pada garis l. ⃗⃗⃗⃗
𝑝𝑜 p
= r- 𝑟𝑜 . Jadi persamaan 1.26 dapat ditulis dalam bentuk: r = 𝒓𝒐 + tv untuk −∞ < 𝒕 < ∞
(1.27). Persamaan tersebut dinamakan dengan persamaan vector garis l .

Contoh:

Cari persamaan vector garis l yang melalui titik P (2,-1, 4) dan Q (3,2,--1)

Jawab:

Kita bisa menggunakan titik P atau Q sebagai titik tetap dengan vector posisi 𝒓𝒐 dari
persamaan 1.27 misal titik yang diambil titik P maka kita dapatkan 𝒓𝒐 (2,-1,4). Vector
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = (1,3,-5). Persamaan vector untuk l adalah : r = (2,-
arah v dapat diambil sebagai 𝑃𝑄
1,4) +t (1,3,-5) = (2+t,-1+3t, 45t).

Catatan: Jika t = 0, r adalah vector posisi P. Dan jika t = 1, r adalah vektor posisi dari Q.

34
Persamaan Parameter Garis

Jika kita menulis persamaan 1.27 dalam bentuk kompenen, maka kita dapatkan
(𝑥, 𝑦, 𝑧) = (𝑥0, 𝑦0, 𝑧0 ) + 𝑡(𝑎, 𝑏, 𝑐)
= 𝑥0 + 𝑎𝑡, 𝑦0 + 𝑏𝑡, 𝑧0 + 𝑐𝑡
Dan menghasilkan:

𝑥 = 𝑥0 + 𝑎𝑡
{𝑦 = 𝑦0 + 𝑏𝑡 −∞ < 𝑡 < ∞ 1.28)
𝑧 = 𝑧0 + 𝑐𝑡

Persamaan 1.28 adalah persamaan parameter untuk garis l .


Jika kita mengetahui persamaan vektor untuk l. Kita dapat menulis persamaan
parametrik ataupun sebaliknya.
Persamaan parametrik dengan menghilangkan parameter t.

Bidang Arah

Bilangan a, b, dan c pada persamaan 1.28 yang merupakan kompenen bilangan arah
vektor v untuk l disebut juga dengan bilangan arah untuk l, kemudian, kv = (ka, kb, kc)
juga merupakan bilangan arah vektor untuk l dengan k adalah bilangan skater tidak nol,
berarti ka, kb, dan kc juga bilangan arah untuk l. bilangan arah untuk l setara dengan
vektor arah untuk l.

Sudut antara Dua Garis

Sudut antara dua garis 𝑙1 dan 𝑙2 disebut juga dengan sudut arah antara vektor 𝑙1 dan
vektor 𝑙2 atau suplemennya yang tidak melebihi 𝜋⁄2. Jika u adalah vektor arah untuk 𝑙1
dan v adalah vektor arah untuk 𝑙2 . Kemudian berdasarkan definisi dan persamaan 1.5 ,
sudut ∅ antara 𝑙1 dan 𝑙2 memenuhi:
|𝑢. 𝑣| 𝑛
cos ∅ = .0 ≤ ∅ ≤
|𝑢|. |𝑣| 2
Nilai absolut dari u.v diperlukan untuk memastikan bahwa 𝑐𝑜𝑠∅ ≥ 0. Garis tersebut
sejajar jika u dan v adalah sejajar l, dan keduanya ortogonal jika u dan v adalah
ortogonal.

35
6. Bidang

Persamaan Bidang
Diberikan titik 𝑃𝑜(𝑥0, 𝑦0, 𝑧0 )dan vektor titik nol n = (a, b, c).
Himpunan semua titik P sedemikian sehingga → dan ortogonal disebut dengan bidang.
𝑃𝑂 𝑃

Vector n disebut vektor normal bidang. Kondisi ortogonal dapat ditulis sebagai.

𝑛.→ = 0 (1.30)
𝑃0 𝑃

Seperti persamaan garis, jiak kita membiarkan 𝑟0 dan r menjadi vektor posisi dari 𝑃0 dan
P, maka → =r - 𝑟0 , jadi persamaan 1.30 menjadi:
𝑃𝑂 𝑃

n. (r - 𝑟0 ) = 0 (1.31)

Persamaan diatas kita namakan persamaan 1.31 ( persamaan vektor pada bidang)
dalam hal komponen, r - 𝑟0 = (𝑥 − 𝑥0 , 𝑦 − 𝑦0 , 𝑧 − 𝑧0 ). Jadi persamaan 1.31 menjadi :

𝑎(𝑥 − 𝑥0 ) + 𝑏(𝑦 − 𝑦0 ) + 𝑐(𝑧 − 𝑧0 ) = 0 (1.32)

Persamaan tersebut kita namakan persamaan 1.32 sebagai bentuk standar dari
persamaan normal bidang (a, b, c) melalui titik (𝑥𝑜 , 𝑦0 , 𝑧0 ). Baik persamaan vektor
maupun bentuk standar keduanya tunggal, karena kita dapat menggunakan titik 𝑃0 di
bidang sejajar dan setiap vektor normal n. Namun, perlu diketahui bahwa semua vektor
normal untuk bidang sejajar.

Contoh 1.30

Carilah persamaan bidang yang melewati titik (3, -1,4) dan mempunyai vektor normal
(2,5, - 3).

36
Jawab:

Dari persamaan 1.32, kita dapatkan

2(𝑥 − 3) + 5(𝑣 + 1) − 3(𝑧 − 4) = 0

Setelah disederhanakan, kita dapatkan 2𝑥 + 5𝑦 − 3𝑧 + 11 = 0

Jika kita mengalikan dengan persamaan 1.32 seperti pada contoh 1.30, maka akan
didapatkan persamaan dalam bentuk

𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐𝑧 + 𝑑 = 0 (1.33)

Dimana 𝑑 = −(𝑎𝑥0 + 𝑏𝑦 + 𝑐𝑧0 ).

Mencari Vektor Normal

Vektor normal tidak selalu diberikan langsung tetapi dapat ditemukan dari informasi
yang diberikan.Seringkali ,untuk menemukan vector dalam bentuk normal melibatkan
suatu perkalian silang . Sebagaimana ditunjukkan dua contoh berikut .

Contoh 1.31

Cari persamaan bagi bidang yang memuat titik P(1,0,-


3) , Q(2,-5,-6) , dan R(6,3,-4)

Penyelesaian :

Lihat gambar 1.42

Vektor ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ terletak pada bidang ,sehingga


𝑃𝑄 dan 𝑃𝑅
vektor normal dapat ditemukan dengan mengambil

⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ = (5, 3, −1)


𝑃𝑄 = (1, −5, −3) dan 𝑃𝑅

𝑖 𝑗 𝑘
⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ = |1 −5 −3| = |−5 −3| 𝑖 − |1 −3| 𝑗 + |1 −5| 𝑘
𝑃𝑄 x 𝑃𝑅
3 −1 5 −1 5 3
5 3 −1

= 14i – 14j + 28k

perkalian silang mereka :

37
Karena setiap vektor tidak nol tegak lurus ke bidang normal, pilih n =
1
4( 14𝑖 − 14𝑗 + 28𝑘 ) = (1,-1,2). Kita dapat menggunakan salah satu dari P,Q, atau R
sebagai titik (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ).

Pilih P maka kita dapatkan persamaan dalam bentuk standar

r (x – 1) – (y – 0) + 2(z + 3) = 0

atau dalam bentuk umum

x – y + 2z + 5 = 0

Contoh 1.32

Tentukan persamaan bidang yang memuat garis r = (2 – t, 3 + 4t, -1 – 2t)

dan melalui titik (5,-2,7)

Penyelesaian :

Untuk menggunakan persamaan 1.32, kita membutuhkan vektor normal bidang dan titik
pada bidang . Untuk menemukan vektor normal , kita dapat mengambil perkalian silang
dua vektor dalam bidang. Salah satu vektor dalam bidang adalah vektor arah dari garis
yang diberikan . Karena persamaan garis adalah r = (2 – t, 3 + 4t, -1 – 2t) maka vektor
arah untuk bidang v adalah:

V = (-1, 4, -2)

Untuk mencari vektor lain pada bidang, kita dapat memilih sebarang titik 𝑃0 pada garis
yang diberikan dan kemudian gunakan vektor 𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
0 𝑄 dimana Q adalah titik (5, -2, 7). Titik
𝑃0 pada garis ditemukan dengan mengambil t = 0 , memberikan 𝑃0 (2,3, -1). Dengan
demikian ,

⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃0 𝑄= (3, -5,8)

Jadi normal n adalah

v x ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃0 𝑄 = (-1, 4, -2) x (3, -5, 8) = (22, 2, -7)

kita dapat menulis persamaan bidang sebagai berikut :

22( x – 2) + 2(y – 3) – 7(z + 1) = 0

Atau dalam persamaan ,

22x + 2y – 7z – 57 = 0

38
Bidang Sejajar dan Tegak Lurus , Sudut Antara Dua Bidang

Dua bidang dikatakan sejajar jikanormalitas kedua bidang tersebut sejajar,dan dua bidang
dikatakan tegak lurus jika normalitas kedua bidang tersebut ortogonal. Garis dan bidang
adalah ortogonal jika sudut antara dua bidang dengan normalitas 𝑛1 dan 𝑛2 atau
𝜋
suplemennya yang tidak melebihi 2 . Kita sebut sudut ini dengan sudut θ maka :

|𝑛1 . 𝑛2 | 𝜋
Cos θ = |𝑛1 ||𝑛2 |
, 0≤ 𝜃 ≤ (1.34)
2

Pada gambar 1.44 kita dapat melihat bidang yang sejajar , tegak lurus, dan bidang
berpotongan di sudut 𝜃 .

Contoh 1.33

Carilah sudut antara bidang dalam bentuk ax + by + cz + c = 0 adalah (a,b,c). Jadi


normalitas terhadap bidang yang diberikan adalah (2,-3,4) dan (1,1,-2)

Jadi, dengan persamaan 1.34 didapatkan 𝜃


( (2,−3,4) . (1,1,−2) ) (2−3−8) 9
Cos 𝜃 = |(2,−3,4)| |(1,1,−2)|
= =
√29√6 √174

Dengan menggunakan kalkulator kita dapatkan 𝜃 = 46,98

Contoh 1.34

Carilah persamaan bidang yang memuat garis r = (2 + t)i + (-3 + 4t)j + (1 – t)k dan tegak
lurus terhadap bidang 3x – 4y + 5z + 7 = 0

Jawab:

Karena bidang yang akan dibuat memuat garis

r = (2 + t)i + (-3 + 4t)j + (1 – t)k

= (2,-3,1) + t(1,4,-1)

Normalitas harus ortogonal dengan vektor arah garis

(1, 4, -1) = i + 4j – k

Bidang yang akan dibuat juga tegak lurus ke bidang 3x – 4y + 5z + 7 = 0 . Dengan vektor
normal (3,-4,5) = 3i – 4j + 5k. Jadi normalitas terhadap bidang yang diinginkan ortogonal

39
terhadap vektor normal tersebut. Oleh karena itu kita dapat memperoleh normalitas
terhadap bidang yang kita inginkan dengan menggunakan perkalian silang .

(i + 4t – k) x (3i – 4j + 5k) = 16i – 8j – 16k

Kita gunakan n normal 2i + j . 2k . Sebuah titik dalam bidang dapat diambil sebagai titik
pada garis yang diberikan. Yang terkait dengan t = 0 adalah (2,-3,1). Dengan demikian,
persamaan yang diinginkan adalah

2(2x – 2) – (y + 3) – 2(2 + 1) = 0

Atau dalam bentuk umum

2x – y + 2 – 8 = 0

Sketsa Bidang

Kita akan membuat sketsa beberapa gambar bidang. Karena bidang yang tak terbatas
, kita tidak mungkin menggambar seluruh grafik bidang, tapi kita bisa membuat sebagian
gambar dengan menunjukkan jejak pada koordinat bidang. Ini adalah garis – garis
perpotongan bidang yang diberikan dengan bidang koordinat. Mencari titik potong pada
koordinat sangat membantu dalam mendapatkan jarak.

Misal diketahui bidang

2x + 3y + 4x – 12 = 0

Memotong di sumbu x = 6 ( dengan y = 0 dan z = 0), memotong di sumbu y = 4


(dengan x=0 dan z=0) , dan meotong di sumbu z=3 (dengan x=0 dan y=0). Hubungkan
titik – titik tersebut sehingga membentuk jejak seperti yang ditunjukkan pada gambar
1.45. persamaan dua dimensi dari jejak yang ditemukan dengan menetapkan salah satu
variabel sama dengan 0. Misalnya jika kita set z = 0 dalam persamaan bidang ini.

2x + 3y = 12

Persamaan tersebut merupakan persamaaan dibidang xy. Tidak semua bidang


memiliki perpotongan pada setiap sumbu. Pada contoh berikut ini, kita menggambarkan
beberapa bidang.

Contoh 1.35

Jelaskan bidang yang memiliki persamaanberikut dan sketsa grafiknya .

(a) x=3
(b) z=4
(c) 2x + 3y = 6

40
Penyelesaian :

Ingatlah bahwa vektor normal bidang ax + by + cz + d = 0 dan arah (a,b,c)

(a) Dengan persamaan x = 3 adalah dalam bentuk ax + by + cz + d = 0 dengan a = 1, b=0


, c =0 dan d = -3, jadi vektor normal adalah (1,0,0) = i , bidang tegak lurus terhadap
sumbu x , sehingga sejajar dengan bidang yoz . memotong di sumbu x = 3. Grafik ini
ditunjukkan pada gambar 1.46 (a). Bidang terdiri dari semua titik (x,y,z) dimana x
adalah selalu sama dengan 3 , y dan z dapat memiliki semua

(b)Vektor normal (0,0,1) = k. Jadi bidang ini tegak lurus terhadap sumbu z, berpotongan
pada sumbu z = 4, ini adalah sejajar dengan bidang -xy dan 4 unit diatasnya . Grafik
ini ditampilkan pada gambar 1.46 (b)
(c) Memotong pada sumbu x = 3 , dan memotong pada sumbu y = 2. Jejak xy memiliki
persamaan yang sama dengan bidang , karena membiarkan z = 0 tidak mengubah
persamaan. Sebuah vektor normal (2,3,0) yang merupakan vektor pada bidang
horizontal, sehingga bidang itu sendiri adalah bidang vertikal yang sejajar dengan
sumbu z . grafiknya ditunjukkan pada gambar 1,46 (c)

Garis Perpotongan Dua Bidang

Dua bidang yang tidak sejajar akan berpotongan dan membentuk sebuah garis . kita dapat
menemukan persamaan garis yang dibentuk dari persamaan bidang dengan prosedur
yang ditunjukkan pada contoh berikut.

Contoh 1.36

Cari persamaan vektor garis dari perpotongan bidang 3x – 4y + 2z = 7 dan x + 2y – 3z =


4

Penyelesaian :

Untuk menemukan persamaan garis yang berpotongan , kita membutuhkan sebuah vektor
arah garis dan titik diatasnya.
*catatan*: pertama bidang yang berpotongan membentuk vektor normal 𝑛1 = (3,-4,2)
dan 𝑛2 = (1,2,-3). (tidak sejajar karena tidak merupakan kelipatan dari yang lain ). Jadi

41
kedua bidang tersebut tidak sejajar dan membentuk garis perpotongan dengan kedua
bidang , maka 𝑛1 dan 𝑛2 ortogonal untuk kedua normalitas mereka. v adalah vektor
arahgaris , karena itu diberikan perkalian silang normal :

V = 𝑛1 x 𝑛2 = (3,-4,2) x (1,2,-3) = (8,10,10)

Kita dapat menemukan sebuah titik pada garis dengan menyelesaikan secara simultan
persamaan dari bidang . Karena ada tiga variabel dan dua persamaan, kita dapat memilih
satu variabel acak dan memecahkan untuk dua lainnya. Dengan membiarkan z = 0 , kita
memiliki

3x – 4y = 7
x + 2y = 4
1 1
Hasil yang ditemukan x = 3, y = 2. Jadi titik pada garis adalah (3, 2 , 0). Sebuah
persamaan vektor garis adalah karena itu .
1 1
r = (3, 2 , 0) + t(8,10,10) atau r = (3 + 8t, 2 + 11t, 10t)

Jarak Titik ke Bidang

Kita dapat menyamakan jarak titik kebidang dengan menurunkan rumus untuk jarak antara
bidang dan titik yang tidak berada pada bidang. Jika ax + by + cz + d = 0 adalah persamaan
bidang, titik 𝑃1 (𝑋1 , 𝑌1 , 𝑍1 )

Berada diluar bidang dan titik 𝑃0 (𝑋0 , 𝑌0 , 𝑍0 )


adalah titik pada bidang (seperti gambar
1.48). (d) menunjukkan jarak antara bidang
dan titik 𝑃1 adalah panjang proyeksi ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃0 𝑃1
dengan panjang normal n = (a,b,c). Panjang
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
proyeksi ini adalah |𝐶𝑜𝑚𝑝𝑛 𝑃 0 𝑃1 |.

Jadi dengan persamaan 1.48 kita mempunyai

[𝑛 . ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃0 𝑃1 ]
d = |𝐶𝑜𝑚𝑝𝑛 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃0 𝑃1 | = [𝑛]

(𝑎,𝑏,𝑐) . (𝑥1 − 𝑥0 , 𝑦1 − 𝑦0 , 𝑍1 − 𝑍0 )
= √𝑎2 + 𝑏2 + 𝑐 2

𝑎(𝑥1 − 𝑥0 ) + 𝑏( 𝑦1 − 𝑦0 ) + 𝑐(𝑍1 − 𝑍0 )
= √𝑎2 + 𝑏2 + 𝑐 2

𝑎𝑥1 + 𝑏𝑦1 + 𝑐𝑧1 − (𝑎𝑥0 + 𝑏𝑦0 + 𝑐𝑧0 )


= √𝑎2 + 𝑏 2 + 𝑐 2

42
Karena 𝑝0 berada pada bidang koordinat memenuhi persamaan bidang. Jadi
𝑎𝑥0 + 𝑏𝑦0 + 𝑐𝑧0 = -d. Jadi kita memperoleh rumus berikut.

Jarak (d) antara bidang ax + by + cz + d = 0 dan titik (𝑥1 , 𝑦1 , 𝑧1 ) 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ


𝑎𝑥1 + 𝑏𝑦1 + 𝑐𝑧1 + 𝑑
d = | √𝑎2 + 𝑏 2 + 𝑐 2
| (1.35)

Contoh 1.37

Hitunglah jarak antara bidang 3x – 4y + 5z – 8 = 0 dan titik (2,1,-1)

Jawab:

Dengan persamaan 1.35


3(2)− 4(1)+ 5(−1) − 8 11
d =| | =
√9 + 16 + 25 5√2

43

Anda mungkin juga menyukai