L.H. Wiryanto
BAB III
Ruang Vektor
Vektor (di R2 dan di R3 ) dengan operasi penjumlahan u + v, dan perkalian terhadap
skalar
u
memenuhi 8 sifat yang ada (lihat bab sebelumnya)
tertutup terhadap penjumlahan, yaitu u + v juga vektor
tetutup terhadap perkalian (terhadap skalar), yaitu
u juga vektor
Keseluruhan terdapat 10 sifat, yang disebut sebagai 10 axioma Ruang Vektor.
Abstraksi
Himpunan, diikuti opersai penjumlahan dan perkalian terhadap skalar, yang memenuhi
10 axioma di atas disebut Ruang Vektor.
Contoh (selain vektor di R2 dan R3 )
1. Himpunan matrik ukuran 2x2
M2x2 =
a b
: a, b, c, d R
c d
a
a
b
b
11
12
11
12
A=
, B=
a21 a22
b21 b22
P2 = p(x) = a0 + a1 x + a2 x2 : a0 , a1 , a2 R
L.H. Wiryanto
dengan operasi
p(x) = a0 + a1 x + a2 x2
q(x) = b0 + b1 x + b2 x2
(p + q)(x) := (a0 + b0 ) + (a1 + b1 )x + (a2 + b2 )x2
p(x) := (a0 ) + (a1 )x + (a2 )x2
Himpunan P2 dapat diperiksa memenuhi 10 axioma RV. Jadi (P2 , +, ) merupakan ruang vektor.
3. Contoh bukan ruang vektor
1
M2x2
=
1 b
: b, c, d R
c d
dengan operasi seperti pada M2x2 sifat tertutup, baik penjumlahan maupun
perkalian terhadap skalar, tidak dipenuhi.
1 a12
1 b12
1
A=
, B=
M2x2
a21 a22
b21 b22
Tetapi
2
a12 + b12
1
A + B :=
6 M2x2
,
a21 + b21 a22 + b22
begitu juga
a12
1
A :=
6 M2x2
a21 a22
4. Bagaimana dengan
0
M2x2
=
0 b
: b, c, d R
c d
0
M2x2
M2x2 8 sifat, seperti pada himpunan vektor, juga dipenuhi (diturunkan dari M2x2 ), yang berlaku pada setiap himpunan bagian.
0 a12 0 b12
0
a12 + b12
+
=
a21 a22
b21 b22
a21 + b21 a22 + b22
dan a12 + b12 , a21 + b21 , a22 + b22 R
L.H. Wiryanto
0 a12 0
a12
=
a21 a22
a21 a22
0
M2x2
adalah ruang vektor yang merupakan himpunan bagian dari ruang vektor
0
M2x2 M2x2
disebut Ruang Bagian.
0
Dari contoh M2x2
, secara formal didefinisikan Ruang Bagian sebagai berikut:
V ruang vektor dan W V disebut ruang bagian (dari V ) jika W memenuhi 10
axioma ruang vektor.
L.H. Wiryanto
4. Basis
S = {v1 , v2 , , vn } V ruang vektor. S dikatakan basis dari V jika
S membangun V
S bebas linear
Contoh:
Perhatikan SPLH
2x1 + 2x2 x3
x1 x2 + 2x3 +3x4
x1 + x2 2x3
x3 +x4
+x5
+x5
x5
+x5
=0
=0
=0
=0
0
0
1
0
0 0 3 0
0 0
3
0
1 2 0 1
0 1
1
1
0
0
1
0
0 3 0 3
0 0 3 0
1 2 0 1
0 1 1 1
0
0
1
0
0 0 0 0
0 0 3 0
1 2 0 1
0 1 1 1
x1
x2
x3
x4
x5
x2 x5
x2
x5
0
x5
x2
1
1
0
0
0
+ x5
1
0
1
0
1
L.H. Wiryanto
Di sini kita menyatakan jawab dari SPLH dalam x2 dan x5 yang dapat diberikan
secara bebas. Sehingga himpunan jawab dari SPLH di atas
V =
x1
x2
x3
x4
x5
1
1
0
0
0
+ t
1
0
1
0
1
: s, t R
1
1
1
0
u = s1 0 + t1 1
0
0
0
1
1
1
0
1
w = s2 0 + t2 1
0
0
1
0
u + w = (s1
u=
s1
+ s2 )
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
+ (t1
+ t1
1
0
1
0
1
+ t2 )
1
0
1
0
1
dimana s1 + s2 , t1 + t2 , s1 , t1 R. Jadi u + w,
u V . Jadi V ruang bagian
5
dari R .
Dari bentuk V kita dapat mengatakan
V dibangun oleh
a =
1
1
0
0
0
dan b =
1
0
1
0
1
{
a, b} bebas linear, karena penjabaran sa + tb = 0 memberikan
s+t=0
s=0
t=0
hanya dipenuhi s = t = 0
L.H. Wiryanto
Jadi {
a, b} basis dari V . Sedangkan banyaknya elemen dalam suatu basis disebut dimensi. Jadi V ruang bagian berdimensi 2.
Catatan:
Untuk menentukan basis cukup diketahui dua dari tiga pengertian bebas linear,
membangun dan dimensi.
S = {v1 , v2 , , vr } bebas linear di ruang vektor V yang berdimensi n(> r).
Basis dari V dapat diperoleh dengan memperluas S
Contoh:
S = {v1 = (1, 3, 2), v2 = (1, 1, 1)}
1. {v1 , v2 } bebas linear di R3 ; ada 1 vektor lagi yang bebas linear
2. Tambahkan v3 = (1, 3, 4) pada S sehingga {v1 , v2 , v3 } basis dari R3 . v3
dapat diperoleh dengan cross product dari v1 dan v2 .
S = {v1 , v2 , , vm } membangun ruang vektor V yang berdimensi n(< m).
Basis dari V dapat diperoleh dari S (mengekstrak m vektor yang ada), menggunakan OBE.
Tinjau vektor di Rn (berdimensi n dan hanya terdapat n vektor bebas linear)
dengan vektor pembangunnya
S = {v1 , v2 , , vm }
Masing-masing vektor berisi
v1 = (v11 , v12 , , v1n )
v2 = (v21 , v22 , , v2n )
..
.
vm = (vm1 , vm2 , , vmn )
Dari m vektor tersebut, m n vektor merupakan kombinasi linear yang lain.
Jika kita bentuk matrik (elemen dari setiap vektor dijadikan baris dari matrik)
A=
v11
v21
..
.
v12
v22
v1n
v2n
L.H. Wiryanto
1
3
1
5
0
3
3
3
1 1
7 1
9 3
5 1
OBE
1
0
0
0
0 1 1
3 10 4
0 0 0
0 0 0
0 3 10 4
0 0 0 0
1 3 9 3
0 0 0 0
Sehingga basis dari V adalah {(0, 3, 10, 4), (1, 3, 9, 3)} atau dari S diperoleh {(1, 0, 1, 1), (1, 3, 9, 3)}.
L.H. Wiryanto
Contoh ini menunjukkan bahwa basis dari suatu ruang vektor tidak tunggal.
Hasil Kali Dalam
Dari definisi perkalian titik (dot product) dari dua vektor dapat diperiksa memenuhi:
1. u v = v u
2. (
u + v) w = u w + v w
3. k
u v = k(
u v)
4. u u 0 dan u u = 0 hanya dipenuhi oleh u = 0.
Ruang Euclides:
Ruang vektor diikuti perkalian titik.
Perluasan: menjawab pertanyaan bagaimana membangun ruang seperti Eucludes untuk ruang vektor yang bukan vektor (misalnya ruang vektor berisi matrik, polinom
atau fungsi kontinu)?
Perlu mendefinisikan perkalian, seperti perkalian titik, yang lebih umum yang
disebut Hasil Kali Dalam. Untuk membedakan notasi dengan perkalian titik,
kita gunakan notasi hasil kali dalam sebagai < u, v > untuk u dan v anggota
suatu ruang vektor. Definisi tersebut harus memenuhi 4 sifat di atas, yaitu bila
u, v dan w anggota ruang vektor V memenuhi axioma hasil kali dalam
1. < u, v >=< v, u >
2. < u + v, w >=< u, w > + < v, w >
3. k < u, v >=< ku, v >
4. < u, u > 0 dan < u, u >= 0 hanya dipenuhi oleh u = 0.
Sedangkan ruang vektor dengan hasil kali dalam disebut Ruang Hasil Kali Dalam.
Contoh:
C[a,b] = {fungsi kontinu pada selang [a,b]} merupakan ruang vektor.
Definisikan hasil kali dalam-nya untuk f, g C[a,b] menggunakan
< f, g >:=
f (x)g(x)dx
L.H. Wiryanto
Jadi C[a,b] dengan hasil kali dalam di atas merupakan ruang hasil kali dalam.
Contoh lain:
R2 dengan hasil kali dalam
< u, v >:= 3u1 v1 + 2u2 v2
dimana u = (u1 , u2) dan v = (v1 , v2 ).
Kita tunjukkan definisi tersebut merupakan hasil kali dalam (memenuhi 4 axioma)
Axioma 1:
< u, v > = 3u1 v1 + 2u2 v2
= 3v1 u1 + 2v2 u2
= < v, u >
Axioma 2:
< u + v, w > = 3(u1 + v1 )w1 + 2(u2 + v2 )w2
= (3u1 w1 + 2u2 w2 ) + (3v1 w1 + 2v2 w2 )
= < u, w > + < v, w >
Axioma 3:
< k
u, v > = 3ku1v1 + 2ku2 v2
= k(3u1v1 + 2u2 v2 )
= k < u, v >
Axioma 4:
< u, u
>= 3u21 + 2u22 0 dan tanda = berlaku hanya untuk u1 = u2 = 0
u = 0
<
u,
v>
|
u||
v|
10
L.H. Wiryanto
u11 u12
v11 v12
u=
,v =
u21 u22
v21 v22
< u, v >:= u11 v11 + u12 v12 + u21 v21 + u22 v22
1 0
Jika u =
0 1
12 + 0 + 0 + 12 =
0 2
Jarak u ke v =
1 0
d(u, v) = |u
v|
1
2
=
1 1
=
12 + (2)2 + (1)2 + 12 =
< u, v >
0
= 5 = /2
|u||v|
2
11
L.H. Wiryanto
Proses Gram-Schmidt
Pengantar:
Dua vektor ortogonal jika < u, v >= 0
Dua vektor ortonormal jika < u, v >= 0, |u| = |v| = 1
{
u, v} basis ruang hasil kalid dalam dari R2 . Basis ortogonal diperoleh dengan
proyeksi, u dan vektor proyeksi v pada vektor yang tegak lurus terhadap u.
{
u, v, w}
basis ruang hasil kali dalam dari R3 . Basis ortogonal diperoleh dengan
proyeksi dan cross-product.
Bagaimana untuk ruang hasil kali dalam yang lain?
Keuntungan basis/himpunan ortogonal/ortonormal
1. S = {v1 , v2 , , vn } basis ortogonal dari ruang hasil kali dalam V
Ambil sebarang u V kombinasi linear
u = k1 v1 + k2 v2 + + kn vn
dengan konstanta k1 , k2 , , kn dapat tentukan lebih sederhana
< u, v1 >= k1 < v1 , v1 > k1 =
< u, v1 >
< v1 , v1 >
< u, v2 >
< v2 , v2 >
dan seterusnya.
Dalam hal S ortonormal, rumus perhitungan konstanta lebih sederhana
lagi, penyebut bernilai 1, sehingga kombinasi linear-nya dapat dinyatakan
sebagai
u =< u, v1 > v1 + < u, v2 > v2 + + < u, vn > vn
2. S = {v1 , v2 , , vn } himpunan ortogonal S bebas linear. Hal ini dapat
dijelaskan
k1 v1 + k2 v2 + + kn vn = 0
< k1 v1 + k2 v2 + + kn vn , v1 >= 0 k1 < v1 , v1 >= 0 k1 = 0
12
L.H. Wiryanto
< v2 , u1 >
u1
< u1 , u1 >
< v3 , u1 >
< v3 , u2 >
, 2 =
< u1 , u1 >
< u2 , u2 >
Catatan:
Untuk vektor ortonormal: tiap langkah di atas vektor yang diper oleh dibagi
dengan panjangnya
u1 =
v2 proju2 v2
v1
, u2 =
,
|v1 |
|v2 proju2 v2 |
L.H. Wiryanto
13
Contoh:
S = {(1, 0, 0), (3, 7, 2), (0, 4, 1)} basis R3
Tentukan basis ortogonal terhadap perkalian titik.
Jawab:
Miasal basis ortogonal {u1 , u2 , u3}
Kita tetapkan u1 = (0, 4, 1)
u2 = (3, 7, 2)
= (3, 7, 2)
u3 = (1, 0, 1)
= (1, 0, 0)
<(3,7,2),(0,4,1)>
(0, 4, 1)
<(0,4,1),(0,4,1)>
26
15
(0, 4, 1) = (3, 17
, 60
)
17
17
<(1,0,0),(0,4,1)>
u
<(0,4,1),(0,4,1)> 1
15
60
867
(3, 17 , 17 )
6426
<(1,0,0),u2 >
u2
<u2 ,u2 >
Vektor Koordinat
S = {v1 , v2 , , vn } basis dari suatu ruang vektor V . Untuk setiap u V dapat
dinyatakan sebagai u = k1 v1 +k2 v2 + +kn vn . Penulisan (
uS ) = (k1 , k2 , , kn )
disebut vektor koordinat dari u terhadap basis S.
Dalam hal S basis ortogonal
(
u)S = (< u, v1 >, < u, v2 >, , < u, vn >)
Contoh:
S = {v1 = (0, 1, 0), v2 = (4, 0, 3), v3 = (3, 0, 4)} basis dari R3 (ruang hasil kali
dalam) dengan hasil kali dalam
1
1
< a, b >= a1 b1 + a2 b2 + a3 b3
25
25
Tunjukkan S ortonormal
Tentukan vektor koordinat dari u = (5, 1, 5) terhadap S
Hitung |
u| begitu juga dengan |(
u)S |
Jawab:
1
1
< v1 , v2 >= 0, q
< v1 , v3 >= 0 dan < v2 , v3 q
>= 25
4.3 + 25
3.4 = 0.
1
1
1
1
|v1 | = 1, v2 | = 25 16 + 25 9 = 1 dan v3 = 25 9 + 25 16 = 1
14
L.H. Wiryanto
Vektor koordinat
< u, v1 >= 1
1
1
< u, v2 >= 25
.5.(4) + 25
.5.3 = 15
1
1
.5.3 + 25
.5.4 = 75
< u, v3 >= 25
Jadi (
u)S = (1, 51 , 75 )
Bagian ketiga di jawab setelah uraian berikut.
Hubungan vektor koordinat dan anggota ruang vektor yang bersangkutan
S = {v1 , v2 , , vn } basis ortonormal dari ruang hasil kali dalam V .
(a)S = (a1 , a2 , , an )
(b)S = (b1 , b2 , , bn )
Hasil kali dalam
< a, b >= < a1 v1 + a2 v2 + + an vn , b1 v1 + b2 v2 + + bn vn >
= < a1 v1 , b1 v1 > + < a1 v1 , b2 v2 > + + < a1 v1 , bn vn >
+ < a2 v2 , b1 v1 > + < a2 v2 , b2 v2 > + + < a2 v2 , bn vn > +
+ < an vn , b1 v1 > + < an vn , b2 v2 > + + < an vn , bn vn >
= a1 b1 + a2 b2 + + an bn
ingat < vi , vj >= < vi , vj >, < vi , vj >= 0 jika i 6= j dan < vi , vi >= 1
untuk {vi , i = 1, 2, n} ortonormal. Sehingga hasil kali dalam pada V sama dengan
perkalian titik pada
ruang yang dibangun oleh vektor koordinat. Akibatnya
q
Panjang |(a)S | = a21 + a22 + + a2n
Jarak d((a)S , (b)S ) =
1
1
.25 + 1 + .25 = 3
25
25
1
49
1+
+
=
25 25
(25 + 1 + 49)
= 3
25
Pemetaan Linear
F : V W merupakan pemetaan dari ruang vektor V ke ruang vektor W . F
dikatakan linear jika
15
L.H. Wiryanto
Contoh:
1. F (x, y, z) = (2x + y, 3y 4z) merupakan pemetaan linear
u = (x1 , y1 , z1 ), v = (x2 , y2, z2 )
F (u + v) = (2(x1 + x2 ) + (y1 + y2 ), 3(y1 + y2 ) 4(z1 + z2 ))
= (2x1 + y1 + 2x2 + y2 , 3y1 4z1 + 3y2 4z2 )
1
3
4
y
T (x, y, z) =
1 0 7
z
16
L.H. Wiryanto
cos sin x
T (x, y) =
sin cos
y
sin cos
r sin
y
y = r sin( + )
2. T : Rn Rn
T (
x) =
k
0
..
.
0
k
0
0
..
.
0
0
..
.
Secara geometri pemetaan ini merupakan dilatasi bila k > 1 dan kontraksi bila
0 < k < 1.
3. T : Rn Rn dengan T (
x) = B x
Kita tentukan ruang bagian dari Rn yang hasil pemetaannya merupakan kelipatan dari vektor semula (dilatasi/kontarksi) untuk suatu matrik penyajian
Bnxn .
Ruang bagian tersebut V = {
x : B x = k
x}.
Tuliskan B x = kI x dengan I matrik identitas.
(B kI)
x = 0 (SPLH)
Solusi tak trivial ada bila det(B kI) = 0.
k : nilaieigen
x : vektoreigen
Contoh:
Tentukan nilaieigen dan vektoreigen dari matrik penyajian pemetakan berikut
0 1 0
x
T (x, y, z) = 0 0 0 y
1 0 0
z
17
L.H. Wiryanto
Jawab:
k 1
0
det 0 k
0
=0
1
0 1k
k{k(1 k)} = 0
k = 0 dan k = 1
k=0
0 1 0
x
x bebas, misal
0 0 0 y = 0
y=0
1 0 1
z
z = x
1 1 0
x
x=0
0 1 0 y = 0
y=0
1
0 0
z
z bebas, misal
Jadi vektoreigen berada pada V1 = {(x, y, z) = (0, 0, 1) : R}