Anda di halaman 1dari 17

1

L.H. Wiryanto

BAB III
Ruang Vektor
Vektor (di R2 dan di R3 ) dengan operasi penjumlahan u + v, dan perkalian terhadap
skalar
u
memenuhi 8 sifat yang ada (lihat bab sebelumnya)
tertutup terhadap penjumlahan, yaitu u + v juga vektor
tetutup terhadap perkalian (terhadap skalar), yaitu
u juga vektor
Keseluruhan terdapat 10 sifat, yang disebut sebagai 10 axioma Ruang Vektor.
Abstraksi
Himpunan, diikuti opersai penjumlahan dan perkalian terhadap skalar, yang memenuhi
10 axioma di atas disebut Ruang Vektor.
Contoh (selain vektor di R2 dan R3 )
1. Himpunan matrik ukuran 2x2
M2x2 =

a b
: a, b, c, d R
c d

dengan operasi penjumlahan dan perkalian terhadap skalar didefinikan sebagai


berikut

a
a
b
b
11
12
11
12
A=
, B=
a21 a22
b21 b22

a11 + b11 a12 + b12


a11 a12
A + B :=
, A :=
a21 + b21 a22 + b22
a21 a22
Himpunan tersebut dapat diperiksa memenuhi 10 axioma RV. Jadi (M2x2 , +, )
merupakan ruang vektor.
2. Himpunan polinom derajat kurang atau sama dengan 2
n

P2 = p(x) = a0 + a1 x + a2 x2 : a0 , a1 , a2 R

L.H. Wiryanto

dengan operasi
p(x) = a0 + a1 x + a2 x2
q(x) = b0 + b1 x + b2 x2
(p + q)(x) := (a0 + b0 ) + (a1 + b1 )x + (a2 + b2 )x2
p(x) := (a0 ) + (a1 )x + (a2 )x2
Himpunan P2 dapat diperiksa memenuhi 10 axioma RV. Jadi (P2 , +, ) merupakan ruang vektor.
3. Contoh bukan ruang vektor
1
M2x2
=

1 b
: b, c, d R

c d

dengan operasi seperti pada M2x2 sifat tertutup, baik penjumlahan maupun
perkalian terhadap skalar, tidak dipenuhi.

1 a12
1 b12
1
A=
, B=
M2x2
a21 a22
b21 b22
Tetapi

2
a12 + b12
1
A + B :=
6 M2x2
,
a21 + b21 a22 + b22

begitu juga

a12
1
A :=
6 M2x2
a21 a22
4. Bagaimana dengan
0
M2x2
=

0 b
: b, c, d R

c d

0
M2x2
M2x2 8 sifat, seperti pada himpunan vektor, juga dipenuhi (diturunkan dari M2x2 ), yang berlaku pada setiap himpunan bagian.

Tertutup terhadap penjumlahan karena:

0 a12 0 b12
0
a12 + b12

+
=
a21 a22
b21 b22
a21 + b21 a22 + b22
dan a12 + b12 , a21 + b21 , a22 + b22 R

L.H. Wiryanto

Tertutup terhadap perkalian terhadap skalar karena:

0 a12 0
a12

=
a21 a22
a21 a22

dan a12 , a21 , a22 R

0
M2x2
adalah ruang vektor yang merupakan himpunan bagian dari ruang vektor
0
M2x2 M2x2
disebut Ruang Bagian.

0
Dari contoh M2x2
, secara formal didefinisikan Ruang Bagian sebagai berikut:
V ruang vektor dan W V disebut ruang bagian (dari V ) jika W memenuhi 10
axioma ruang vektor.

Dalam prakteknya memeriksa W ruang bagian cukup diperiksa axioma


tertutup terhadap penjumlahan
tertutup terhadap perkalian terhadap skalar
8 axioma lainnya dipenuhi secara langsung selama W V ruang vektor.
Beberapa pengertian:
1. Kombinasi linear
S = {v1 , v2 , , vn }. w merupakan kombinasi linear dari S jika terdapat skalar
k1 , k2 , , kn yang memenuhi
w = k1 v1 + k2 v2 + + kn vn
2. Membangun ruang vektor
S = {v1 , v2 , , vn } V ruang vektor. S dikatakan membangun V jika untuk
setiap w V dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari S.
3. Bebas linear
S = {v1 , v2 , , vn } himpunan vektor (dalam arti anggota ruang vektor). S
dikatakan bebas linear jika
k1 v1 + k2 v2 + + kn vn = 0
dipenuhi hanya oleh k1 = k2 = = kn = 0.

L.H. Wiryanto

4. Basis
S = {v1 , v2 , , vn } V ruang vektor. S dikatakan basis dari V jika
S membangun V
S bebas linear
Contoh:
Perhatikan SPLH
2x1 + 2x2 x3
x1 x2 + 2x3 +3x4
x1 + x2 2x3
x3 +x4

+x5
+x5
x5
+x5

=0
=0
=0
=0

Tentukan himpunan solusinya kemudian analisa himpunan tersebut terkait dengan


ruang bagian dan beberapa pengertian di atas.
Jawab:
Dengan menggunakan OBE
2
2 1 0 1
1 1 2 3 1
1
1 2 0 1
0
0
1 1 1

0
0
1
0

0 0 3 0
0 0
3
0
1 2 0 1
0 1
1
1

0
0
1
0

0 3 0 3
0 0 3 0
1 2 0 1
0 1 1 1

0
0
1
0

0 0 0 0
0 0 3 0
1 2 0 1
0 1 1 1

Baris ke-2 memberikan x4 = 0


Baris ke-3 memberikan x1 = x2 + 2x3 + x5 = x2 x5
Baris ke-4 memberikan x3 = x4 x5 = x5
Susun dalam vektor

x1
x2
x3
x4
x5

x2 x5
x2
x5
0
x5

x2

1
1
0
0
0

+ x5

1
0
1
0
1

L.H. Wiryanto

Di sini kita menyatakan jawab dari SPLH dalam x2 dan x5 yang dapat diberikan
secara bebas. Sehingga himpunan jawab dari SPLH di atas

V =

x1
x2
x3
x4
x5

1
1
0
0
0

+ t

1
0
1
0
1

: s, t R

V R5 , dimana R5 merupakan ruang vektor. Jadi 8 axioma ruang vektor juga


berlaku pada V .
Tertutup terhadap penjumlahan dan juga perkalian terhadap skalar

1
1

1
0

u = s1 0 + t1 1

0
0

0
1

1
1

0
1

w = s2 0 + t2 1

0
0

1
0

u + w = (s1

u=

s1

+ s2 )

1
1
0
0
0

1
1
0
0
0

+ (t1

+ t1

1
0
1
0
1

+ t2 )

1
0
1
0
1

dimana s1 + s2 , t1 + t2 , s1 , t1 R. Jadi u + w,

u V . Jadi V ruang bagian
5
dari R .
Dari bentuk V kita dapat mengatakan
V dibangun oleh

a =

1
1
0
0
0

dan b =

1
0
1
0
1

{
a, b} bebas linear, karena penjabaran sa + tb = 0 memberikan
s+t=0
s=0
t=0

hanya dipenuhi s = t = 0

L.H. Wiryanto

Jadi {
a, b} basis dari V . Sedangkan banyaknya elemen dalam suatu basis disebut dimensi. Jadi V ruang bagian berdimensi 2.
Catatan:
Untuk menentukan basis cukup diketahui dua dari tiga pengertian bebas linear,
membangun dan dimensi.
S = {v1 , v2 , , vr } bebas linear di ruang vektor V yang berdimensi n(> r).
Basis dari V dapat diperoleh dengan memperluas S
Contoh:
S = {v1 = (1, 3, 2), v2 = (1, 1, 1)}
1. {v1 , v2 } bebas linear di R3 ; ada 1 vektor lagi yang bebas linear
2. Tambahkan v3 = (1, 3, 4) pada S sehingga {v1 , v2 , v3 } basis dari R3 . v3
dapat diperoleh dengan cross product dari v1 dan v2 .
S = {v1 , v2 , , vm } membangun ruang vektor V yang berdimensi n(< m).
Basis dari V dapat diperoleh dari S (mengekstrak m vektor yang ada), menggunakan OBE.
Tinjau vektor di Rn (berdimensi n dan hanya terdapat n vektor bebas linear)
dengan vektor pembangunnya
S = {v1 , v2 , , vm }
Masing-masing vektor berisi
v1 = (v11 , v12 , , v1n )
v2 = (v21 , v22 , , v2n )
..
.
vm = (vm1 , vm2 , , vmn )
Dari m vektor tersebut, m n vektor merupakan kombinasi linear yang lain.
Jika kita bentuk matrik (elemen dari setiap vektor dijadikan baris dari matrik)

A=

v11
v21
..
.

v12
v22

v1n

v2n

vm1 vm2 vmn

L.H. Wiryanto

maka m n baris dapat di-nol-kan, karena merupakan kombinasi linear dari


yang lain dan nilainya dapat didistribusikan pada vektor tersebut. Proses
penggenolan ini dapat dilakukan dengan OBE yang tidak mengubah ruang
vektor.
1. Penukaran baris penukaran urutan vektor
2. Pengalian baris dengan skala mengganti vektor dengan kelipatannya,
tidak mengubah ruang vektor
3. Operasi: baris ke-j diganti dengan baris ke-j ditambah keliptan baris ke-i,
tetap mempertahankan suatu vektor merupakan kombinasi linear dari S
Dengan membentuk matrik eselon dari A, baris tak nol atau vektor di S yang
berpadanan merupakan basis.
Contoh:
Tentukan basis dari ruang vektor V yang dibangun oleh
S = {(1, 0, 1, 1), (3, 3, 7, 1), (1, 3, 9, 3), (5, 3, 5, 1)}
Jawab:

1
3
1
5

0
3
3
3

1 1
7 1
9 3
5 1

OBE

1
0
0
0

0 1 1

3 10 4

0 0 0

0 0 0

Di sini digunakan operasi (menggunakan perintah MAPLE): addrow(A,1,2,3): addrow(%,1,3,1):


addrow(%,1,4,5): addrow(%,2,3,-1): addrow(%,2,4,-1); dan tidak ada perintah penukaran
baris. Terdapat 2 baris tak nol. Jadi V berdimensi 2 dan basisnya {(1, 0, 1, 1), (0, 3, 10, 4)}
atau dari vektor pembangunnya S basisnya {(1, 0, 1, 1), (3, 3, 7, 1))}.
OBE dapat juga dilakukan pada A dengan serangkaian operasi: addrow(A,3,1,1):
addrow(%,3,2,-3): addrow(%,3,4,-5): addrow(%,1,2,2): addrow(%,1,4,4); yang menghasilkan matrik

0 3 10 4

0 0 0 0

1 3 9 3

0 0 0 0

Sehingga basis dari V adalah {(0, 3, 10, 4), (1, 3, 9, 3)} atau dari S diperoleh {(1, 0, 1, 1), (1, 3, 9, 3)}.

L.H. Wiryanto

Contoh ini menunjukkan bahwa basis dari suatu ruang vektor tidak tunggal.
Hasil Kali Dalam
Dari definisi perkalian titik (dot product) dari dua vektor dapat diperiksa memenuhi:
1. u v = v u
2. (
u + v) w = u w + v w
3. k
u v = k(
u v)
4. u u 0 dan u u = 0 hanya dipenuhi oleh u = 0.
Ruang Euclides:
Ruang vektor diikuti perkalian titik.
Perluasan: menjawab pertanyaan bagaimana membangun ruang seperti Eucludes untuk ruang vektor yang bukan vektor (misalnya ruang vektor berisi matrik, polinom
atau fungsi kontinu)?
Perlu mendefinisikan perkalian, seperti perkalian titik, yang lebih umum yang
disebut Hasil Kali Dalam. Untuk membedakan notasi dengan perkalian titik,
kita gunakan notasi hasil kali dalam sebagai < u, v > untuk u dan v anggota
suatu ruang vektor. Definisi tersebut harus memenuhi 4 sifat di atas, yaitu bila
u, v dan w anggota ruang vektor V memenuhi axioma hasil kali dalam
1. < u, v >=< v, u >
2. < u + v, w >=< u, w > + < v, w >
3. k < u, v >=< ku, v >
4. < u, u > 0 dan < u, u >= 0 hanya dipenuhi oleh u = 0.
Sedangkan ruang vektor dengan hasil kali dalam disebut Ruang Hasil Kali Dalam.
Contoh:
C[a,b] = {fungsi kontinu pada selang [a,b]} merupakan ruang vektor.
Definisikan hasil kali dalam-nya untuk f, g C[a,b] menggunakan
< f, g >:=

f (x)g(x)dx

dan periksa definisi ini memenuhi 4 axioma hasil kali dalam.

L.H. Wiryanto

Jadi C[a,b] dengan hasil kali dalam di atas merupakan ruang hasil kali dalam.
Contoh lain:
R2 dengan hasil kali dalam
< u, v >:= 3u1 v1 + 2u2 v2
dimana u = (u1 , u2) dan v = (v1 , v2 ).
Kita tunjukkan definisi tersebut merupakan hasil kali dalam (memenuhi 4 axioma)
Axioma 1:
< u, v > = 3u1 v1 + 2u2 v2
= 3v1 u1 + 2v2 u2
= < v, u >
Axioma 2:
< u + v, w > = 3(u1 + v1 )w1 + 2(u2 + v2 )w2
= (3u1 w1 + 2u2 w2 ) + (3v1 w1 + 2v2 w2 )
= < u, w > + < v, w >
Axioma 3:
< k
u, v > = 3ku1v1 + 2ku2 v2
= k(3u1v1 + 2u2 v2 )
= k < u, v >
Axioma 4:
< u, u
>= 3u21 + 2u22 0 dan tanda = berlaku hanya untuk u1 = u2 = 0
u = 0

Dengan hasil kali dalam, kita dapat gunakan untuk menghitung


Panjang: |
u| =< u, u >1/2
Jarak dua vektor u dan v: d(
u, v) = |
u v|
Sudut antara dua vektor cos =
Contoh:

<
u,
v>
|
u||
v|

10

L.H. Wiryanto

1. Ruang matrik 2x2 dengan hasil kali dalam

u11 u12
v11 v12
u=
,v =
u21 u22
v21 v22

< u, v >:= u11 v11 + u12 v12 + u21 v21 + u22 v22

1 0
Jika u =
0 1

|u| =< u, u >1/2 =

12 + 0 + 0 + 12 =

0 2
Jarak u ke v =
1 0
d(u, v) = |u
v|






1
2

=

1 1

=

Sudut antara u dan v


cos =

12 + (2)2 + (1)2 + 12 =

< u, v >
0
= 5 = /2
|u||v|
2

2. Tentukan vektor yang memenuhi |


u| = 1
(a) Pada ruang Euclides R2
(b) Pada ruang hasil kali dalam R2 dengan
< u, v >= 3u1v1 + 2u2 v2
untuk u = (u1 , u2 ), v = (v1 , v2 )
Jawab:
(a) |
u| = 1 u21 + u22 = 1
merupakan vektor dengan titik ujung pada lingkaran pusat (0,0) jari-jari
1.
(b) |
u| = 1 3u21 + 2u22 = 1
merupakan vektor dengan titik ujung pada elips.

11

L.H. Wiryanto

Proses Gram-Schmidt
Pengantar:
Dua vektor ortogonal jika < u, v >= 0
Dua vektor ortonormal jika < u, v >= 0, |u| = |v| = 1
{
u, v} basis ruang hasil kalid dalam dari R2 . Basis ortogonal diperoleh dengan
proyeksi, u dan vektor proyeksi v pada vektor yang tegak lurus terhadap u.
{
u, v, w}
basis ruang hasil kali dalam dari R3 . Basis ortogonal diperoleh dengan
proyeksi dan cross-product.
Bagaimana untuk ruang hasil kali dalam yang lain?
Keuntungan basis/himpunan ortogonal/ortonormal
1. S = {v1 , v2 , , vn } basis ortogonal dari ruang hasil kali dalam V
Ambil sebarang u V kombinasi linear
u = k1 v1 + k2 v2 + + kn vn
dengan konstanta k1 , k2 , , kn dapat tentukan lebih sederhana
< u, v1 >= k1 < v1 , v1 > k1 =

< u, v1 >
< v1 , v1 >

< u, v2 >= k2 < v2 , v2 > k2 =

< u, v2 >
< v2 , v2 >

dan seterusnya.
Dalam hal S ortonormal, rumus perhitungan konstanta lebih sederhana
lagi, penyebut bernilai 1, sehingga kombinasi linear-nya dapat dinyatakan
sebagai
u =< u, v1 > v1 + < u, v2 > v2 + + < u, vn > vn
2. S = {v1 , v2 , , vn } himpunan ortogonal S bebas linear. Hal ini dapat
dijelaskan
k1 v1 + k2 v2 + + kn vn = 0
< k1 v1 + k2 v2 + + kn vn , v1 >= 0 k1 < v1 , v1 >= 0 k1 = 0

12

L.H. Wiryanto

Begitu juga untuk k2 , k3, , kn , Jadi S bebas linear


Membangun basis ortogonal dari himpunan yang diberikan
Diberikan S = {v1 , v2 , , vn } basis dari ruang hasil kali dalam V .
Misalkan basis ortogonalnya S = {u1 , u2, , un }
Proses menentukan S
1. Tetapkan u1 = v1 (boleh anggota S lain)
2. u2 dibangun dari v2
(a) Proyeksikan v2 pada u1
proju1 v2 =

< v2 , u1 >
u1
< u1 , u1 >

(b) Komponen tegak lurus dari proyeksi


u2 = v2 proju1 v2
3. u3 dibangun dari v3
(a) Proyeksikan v3 pada bidang yang dibangun oleh u1 dan u2
proju1 u2 v3 = 1 u1 + 2 u2
1 , 2 diperoleh dengan mengalikan (hasil kali dalam) kedua ruas terhadap vektor pembangunnya sehingga diperoleh
1 =

< v3 , u1 >
< v3 , u2 >
, 2 =
< u1 , u1 >
< u2 , u2 >

(b) vektor ortogonal


u3 = v3 1 u1 2 u2
4. vektor ortogonal lainnya ditentukan dengan cara serupa pada u3

Catatan:
Untuk vektor ortonormal: tiap langkah di atas vektor yang diper oleh dibagi
dengan panjangnya
u1 =

v2 proju2 v2
v1
, u2 =
,
|v1 |
|v2 proju2 v2 |

L.H. Wiryanto

13

Contoh:
S = {(1, 0, 0), (3, 7, 2), (0, 4, 1)} basis R3
Tentukan basis ortogonal terhadap perkalian titik.
Jawab:
Miasal basis ortogonal {u1 , u2 , u3}
Kita tetapkan u1 = (0, 4, 1)

u2 = (3, 7, 2)

= (3, 7, 2)

u3 = (1, 0, 1)

= (1, 0, 0)

<(3,7,2),(0,4,1)>
(0, 4, 1)
<(0,4,1),(0,4,1)>
26
15
(0, 4, 1) = (3, 17
, 60
)
17
17

<(1,0,0),(0,4,1)>
u
<(0,4,1),(0,4,1)> 1
15
60
867
(3, 17 , 17 )
6426

<(1,0,0),u2 >
u2
<u2 ,u2 >

Vektor Koordinat
S = {v1 , v2 , , vn } basis dari suatu ruang vektor V . Untuk setiap u V dapat
dinyatakan sebagai u = k1 v1 +k2 v2 + +kn vn . Penulisan (
uS ) = (k1 , k2 , , kn )
disebut vektor koordinat dari u terhadap basis S.
Dalam hal S basis ortogonal
(
u)S = (< u, v1 >, < u, v2 >, , < u, vn >)
Contoh:
S = {v1 = (0, 1, 0), v2 = (4, 0, 3), v3 = (3, 0, 4)} basis dari R3 (ruang hasil kali
dalam) dengan hasil kali dalam
1
1
< a, b >= a1 b1 + a2 b2 + a3 b3
25
25
Tunjukkan S ortonormal
Tentukan vektor koordinat dari u = (5, 1, 5) terhadap S
Hitung |
u| begitu juga dengan |(
u)S |
Jawab:
1
1
< v1 , v2 >= 0, q
< v1 , v3 >= 0 dan < v2 , v3 q
>= 25
4.3 + 25
3.4 = 0.
1
1
1
1
|v1 | = 1, v2 | = 25 16 + 25 9 = 1 dan v3 = 25 9 + 25 16 = 1

14

L.H. Wiryanto

Vektor koordinat
< u, v1 >= 1
1
1
< u, v2 >= 25
.5.(4) + 25
.5.3 = 15
1
1
.5.3 + 25
.5.4 = 75
< u, v3 >= 25
Jadi (
u)S = (1, 51 , 75 )
Bagian ketiga di jawab setelah uraian berikut.
Hubungan vektor koordinat dan anggota ruang vektor yang bersangkutan
S = {v1 , v2 , , vn } basis ortonormal dari ruang hasil kali dalam V .
(a)S = (a1 , a2 , , an )
(b)S = (b1 , b2 , , bn )
Hasil kali dalam
< a, b >= < a1 v1 + a2 v2 + + an vn , b1 v1 + b2 v2 + + bn vn >
= < a1 v1 , b1 v1 > + < a1 v1 , b2 v2 > + + < a1 v1 , bn vn >
+ < a2 v2 , b1 v1 > + < a2 v2 , b2 v2 > + + < a2 v2 , bn vn > +
+ < an vn , b1 v1 > + < an vn , b2 v2 > + + < an vn , bn vn >
= a1 b1 + a2 b2 + + an bn
ingat < vi , vj >= < vi , vj >, < vi , vj >= 0 jika i 6= j dan < vi , vi >= 1
untuk {vi , i = 1, 2, n} ortonormal. Sehingga hasil kali dalam pada V sama dengan
perkalian titik pada
ruang yang dibangun oleh vektor koordinat. Akibatnya
q
Panjang |(a)S | = a21 + a22 + + a2n
Jarak d((a)S , (b)S ) =

(a1 b1 )2 + (a2 b2 )2 + + (an bn )2

Contoh di atas dapat digunakan sebagai ilustrasi:


|
u| =
|(
u)S | =

1
1
.25 + 1 + .25 = 3
25
25

1
49
1+
+
=
25 25

(25 + 1 + 49)
= 3
25

Pemetaan Linear
F : V W merupakan pemetaan dari ruang vektor V ke ruang vektor W . F
dikatakan linear jika

15

L.H. Wiryanto

1. F (u + v) = F (u) + F (v) untuk u, v V


2. F (ku) = kF (u), dengan k skalar

Contoh:
1. F (x, y, z) = (2x + y, 3y 4z) merupakan pemetaan linear
u = (x1 , y1 , z1 ), v = (x2 , y2, z2 )
F (u + v) = (2(x1 + x2 ) + (y1 + y2 ), 3(y1 + y2 ) 4(z1 + z2 ))
= (2x1 + y1 + 2x2 + y2 , 3y1 4z1 + 3y2 4z2 )

= (2x1 + y1 , 3y1 4z1 ) + (2x2 + y2 , 3y2 4z2 ) = F (u) + F (v)


k skalar
F (ku) = (2kx1 + ky1 , 3ky1 4kz1 )

= k(2x1 + y1 , 3y1 4z1 ) = kF (u)

2. T : R3 R2 diketahui sebagai pemetaan linear dengan T (1, 0, 0) = (1, 1),


T (0, 1, 0) = (3, 0), T (0, 0, 1) = (4, 7).
Tentukan rumus pemetaan T .
Jawab:
u = (x, y, z) = x(1, 0, 0) + y(0, 1, 0) + z(0, 0, 1)
T (u) = xT (1, 0, 0) + yT (0, 1, 0) + zT (0, 0, 1)
= x(1, 1) + y(3, 0) + z(4, 7)
= (x + 3y + 4z, x 7z)
Seringkali dituliskan dalam bentuk matrik

1
3
4
y
T (x, y, z) =
1 0 7
z

Matrik pada ruas kanan dikenal sebagai matrik penyajian.

16

L.H. Wiryanto

Beberapa bentuk pemetaan linear yang terkenal


1. T : R2 R2

cos sin x
T (x, y) =
sin cos
y

untuk suatu nilai . Secara geomatri pemetaan tersebut merupakan pemutaran


(rotasi) titik (x, y) sebesar . Hal ini dapat dijelaskan melalui koordinat polar.
Misalkan x = r cos , y = r sin ; dan T (x, y) = (x , y ), diperoleh hubungan

cos sin r cos x


x = r cos( + )

sin cos
r sin
y
y = r sin( + )
2. T : Rn Rn
T (
x) =

k
0
..
.

0
k

0
0

..
.

0
0
..
.

Secara geometri pemetaan ini merupakan dilatasi bila k > 1 dan kontraksi bila
0 < k < 1.
3. T : Rn Rn dengan T (
x) = B x
Kita tentukan ruang bagian dari Rn yang hasil pemetaannya merupakan kelipatan dari vektor semula (dilatasi/kontarksi) untuk suatu matrik penyajian
Bnxn .
Ruang bagian tersebut V = {
x : B x = k
x}.
Tuliskan B x = kI x dengan I matrik identitas.
(B kI)
x = 0 (SPLH)
Solusi tak trivial ada bila det(B kI) = 0.
k : nilaieigen
x : vektoreigen
Contoh:
Tentukan nilaieigen dan vektoreigen dari matrik penyajian pemetakan berikut

0 1 0
x

T (x, y, z) = 0 0 0 y

1 0 0
z

17

L.H. Wiryanto

Jawab:

k 1
0

det 0 k
0
=0
1
0 1k
k{k(1 k)} = 0
k = 0 dan k = 1
k=0

0 1 0
x

x bebas, misal

0 0 0 y = 0
y=0

1 0 1
z
z = x

Jadi vektoreigen berada pada V0 = {(x, y, z) = (1, 0, 1) : R}


k=1

1 1 0
x

x=0

0 1 0 y = 0
y=0

1
0 0
z
z bebas, misal
Jadi vektoreigen berada pada V1 = {(x, y, z) = (0, 0, 1) : R}

Anda mungkin juga menyukai