VEKTOR-VEKTOR
DALAM RUANG
BERDIMENS1-2 DAN
RUANG BERDIMENS1-3
Pembaca yang menguasai isi bab ini bisa langsung melangkah ke Bab 4 tanpa
kehilangan kesinambungan
Yang di beritugas
Nama : Gilang Akbar Fathon
NIM : 216651009
Kelas : TIM 1A
Program Studi : Teknik Informatika Multimedia
Banyak besaran fisika. seperti luas, panjang, massa. dan suhu. teruraikan secara
lengkap begitu besarnya besaran tersebut diberikan. Besaran-besaran seperti itu
disebut skalar. Besaran-besara lainnya, yang di sebut vektor. tidak secara
lengkap terdefinisikan sampai besar dan arahnya direntukan. Misalnya. per-
gerakan angin biasanya diuraikan dengan memberikan laju dan arah. katakanlah
20 meter per jam ke arah timur laut. Laju angin dan arah angin bersama-sama
membentuk suatu besaran vektor dan disebut sebagai kecepatan. Contoh vektor
lainnya adalah gaya dan berat. Dalam bagian ini vector-vektor dalam ruang
berdimensi-2 dan ruang berdimensi-3 akan diperkenalkan secara geometris,
operasi-operasi aritmetika pada vektor akan didefinisikan, dan beberapa sifat
dasar operasi-operasi ini akan disebutkan,
VEKTOR Vektor bisa disajikan secara geometris sebagai ruas garis berarah atau panah dalam
GEOMETRI mang berdimensi-2 dan ruang berdimensi-3; arah panah menentukan arah vektor.
S dan panjang panah menentukan besarnya.Ekor dari panah tersebut disebut titik
pang-
kal vektor, dan ujung panah disebut titik ujung Kita akan menuliskan vektor
dengan
huruf kecil tebal (misalnya, a, k, v, w, dan x). Ketika mendiskusikan vector, kita
akan menyebut bilangan sebagai vector. Semua vector kita adalah bilangan real
dan akan dinyatakan dengan huruf kecil miring (misalnya, u, k, v, w, dan x).
Jika, sebagaimana pada Gambar la, titik pangkal suatu vector v adalah A dan
titik ujungnya adalah B, maka kita tuliskan
Vektor-vektor yang panjang dan arahnya sama, sepcrti pada Gambar 1b, disebut
ekuivalen. Karena kita ingin suatu vector ditentukan hanya oleh panjang dan
arahnya, maka vector-vektor yang ekuivalen dipandang sama walaupun mungkin
terletak pada posi5i yang berbeda. Jika v dan w ekuivalen, kita tuliskan
v=w
Pada Gambar 2b, kita telah menyusun dua jumlah, v + w (panah biru) dan w +
v (panah putih). Terbukti bahwa
dan bahwa jumlah tersebut sama dengan diagonal jajaran genjang yang ditentukan
oleh v dan w jika vektor-vektor ini diletakkan sehingga keduanya mempunyai titik
pangkal yang sama.
Vektor yang panjangnya nol disebut vektor nol dan dinyatakan dengan 0. Kita
definisikan
0+ v=v+ 0
untuk setiap vektor v. Karena tidak ada arah alami untuk vektor no!, kita setuju
bahwa vektor nol bisa mempunyai sebarang arah yang sesuai dengan masalah
yang sedang dipertimbangkan.
Jika v adalah sebarang vektor tak-nol, maka —v, negatif dari v, didefinisikan
sebagai vektor yang besarnya sama dengan v, tetapi arahnya terbalik (Gambar 3).
Definisi Jika v dan w adalah dua vektor sebarang, maka selisih w dari v
didefinisikan sebagai
v+(−v)=0
(Gambar 4a)
Untuk mendapatkan selisih v - w tanpa menyusun - w, posisikan v dan w
sehingga titik-titik pangkalnya berimpitan; vektor dari titik ujung w ke titik ujung
v adalah vektor v — w (Gambar 4b)
Definisi. Jika v adalah suatu vektor tak-nol dan k adalah suatu bilangan real
tak-nol (skalar), maka hasil kali kv didefinisikan sebagai vektor Yang pan.
jangnya | k | kali panjang v dan Yang arahnya sama dengan arah v jika k ˃ 0
dan berlawanan arah dengan v jika k < 0. Kita definisikan kv = 0 jika k = 0
atau. V = 0
1
Gambar 5 mengilustrasikan hubungan antara suatu vektor v dan vektor v,
2
(-1)v, 2v, dan (-3)v. Perhatikan bahwa vektor (-1) v mcmpunyai panjang yang
sama dengan v, tetapi berlawanan arah. Jadi, (-1)v hanyalah negatif dari v; yaitu,
(−1)=v
VEKTOR.VEKT
Masalah-masalah yang melibatkan vektor seringkali bisa disederhanakan dengan
OR
DALAM memperkenalkan suatu sistem koordinat segi empat. Untuk saat ini kita akan
SISTEM membatasi diskusi pada vektor-vektor dałam ruang berdimensi 2 (bidang). Ang-
KOORDINAT gap v adalah sebarang vektor pada bidang, dan asumsikan, sebagaimana pada
Gambar 6, bahwa v telah diletakkan sehingga titik pangkalnya berada pada titik
v+ w=( v 1+ w1 , v 2+ w2 )
Gambar 7
jika v=( v 1 , v 2) dan k adalah sebarang skalar, maka dengan menggunakan suatu
uraian geometris yang melibatkan segitiga-segitiga serupa, bisa ditunjukkan (La-
tihan 15) bahwa
kv =(kv 1 , kv 2 ) (2)
Karenav−w=v+(−1) w, maka dari Rumus (l) dan (2) kita dapatkan bahwa
(Periksalah.)
VEKTOR- Sama seperti vektor-vektor pada bidang yang bisa diuraikan dengan pasangan
VEKTOR bilangan real, vektor-vektor dalam ruang berdimensi-3 bisa diuraikan dengan tiga
DALAM RUAHG bilaagan real dengan memperkenalkan suatu sistem koordinat segi empat. Untuk
BERDIMENSI 3 membangun suatu sistem koordinat tersebut, pilih suatu titik O, yang disebut titik
asal, dan pilih tiga garis yang saling tegak Iurus, yang disebut sumbu-sumbu
koordinat, Yang melalui titik asal. Beri nama sumbu-sumbu ini dengan x, y, dan z,
dan pilih suatu arah positif untuk masing-masing sumbu koordinat dan juga satu
satuan panjang untuk mengukur jarak (Gambar 9a). Setiap pasangan sumbu koor-
dinat menentukan suatu bidang yang disebut suatu bidang koordinat. Bidang.bi-
dang koordinat ini disebut sebagai bidang-xy, bidang-xz, dan bidang-yz. Untuk
setiap titik P dalam ruang berdimensi-3 kita beri tiga bilangan (x, y, z), yang
disebut koordinat P, sebagai berikut: Lewatkan tiga bidang yang sejajar dengan
bidang koordinat Yang melalui, dan nyatakan titik potong ketiga bidang ini
dengan tiga sumbu koordinat X, Y, dan Z (Gambar 9b).
Gambar 9
Koordinat P didefinisikan sebagai panjang bertanda
Pada Gambar 10 kami telah menyusun titik-titik yang koordinatnya adalah ( 4 , 5 ,6)
dan (−3 , 2 ,−4).
Gambar 10
Sistem koordinat segi empat dalam ruang berdimensi-3 mempunyai dua kate-
gori, tangan-kiri dan tangan-kanan. Suatu sistem tangan-kanan mempunyai sifat
yang ditunjukkan oleh suatu sekrup biasa dalam arah positif pada sumbu-z jika
sumhu-x positifdiputar 90˚ kearah sumbu-y positif (Gambar I |a). sisie•u tersebut
disebut sistem tangan-kiri jika sekrup diputar ke arah untuk mengendurkan (Gam-
bar 1 |b).
KOMENTAR. Dalam buku ini kami hanya akan menggunakan sistem koordinat
tangan-kanan.
Gambar 11
Jika, seperti pada Gambar 12, suatu vektor v dalam ruang berdimensi-3
diposisikan sehingga !itik pangkalnya ada pada titik asal sistem koordinat segiem-
pat, maka koordinat titik ujungnya disebut komponen v dan kita tulis
v=(v 1 , v 2 , v 3 )
Gambar 12
Jika v=(v 1 , v 2 , v 3 ) dan w=w1 , w2 , w3 adalah dua vektor pada ruang ber-
dimensi-3, maka uraian yang serupa dengan yang digunakan untuk vektor pada
bidang bisa digunakan untuk menyusun hasil berikut ini
⃗P1 P2 =¿)
Yaitu, komponen P1 P2 diperoleh dengan mengurangkan koordinat titik pangkal
⃗
dari koordinat titik ujung. Hal ini bisa dilihat dengan menggunakan Gambar 13:
Vektor ⃗P1 P2 adalah selisih vektor ⃗
OP 2 dan ⃗OP 1, sehingga
P1 P2 =⃗
⃗ OP2 −⃗
OP1=(x 2 , y 2 , z 2 )−(x 1 , y 1 , z 1)=(x 2−x 1 , y 2− y 1 , z 2−z 2 )
Dalam ruang berdimensi-2 vektor dengan titik pangkal P1 (x 1 , y 1) dan titik ujung
P2 ( x 2 , y 2 ) adalah
Gambar 13
P1 P2 =(x 2−x 1 , y 2− y 1)
⃗
Pada Gambar 14a kita telah menggeser sumbu suatu sistem koordinat-xy untuk
mendapatkan suatu sistem koordinat-fy' yang titik awalnya O' berada pada titik
( x , y )=(k , l)Suatu titik P pada ruang berdimensi-2 sekarang mempunyai koordinat
( x , y ) dan koordinat ( x ' , y ') Untuk melihat bagaimana keduanya terkaitkan, tinjau
vektor ⃗ O ' P 2 (Gambar 14b). Pada sistem-xy titik pangkalnya ada pada (k, l) dan titik
ujungnya ada pada titik (x, y), sel:ingga ⃗ O ' P 2 ¿( x −k , y−l) pada sistem-x'y'
titik pangkalnya ada pada (0, 0) dan titik ujungnya ada pada (x', y’), schingga
O ' P 2 ¿( x ' , y ') . Oleh karena itu
⃗
Gambar 14
Contoh 3 Anggap suatu sistem koordinat-xy digeser untuk memperoleh suatu
sistem koordinat-x'y' Yang titik asalnya mempunyai koordinat−xy (k , l)=( 4 , 1).
1. Gambar suatu sistem koordinat tangan-kanan dan ietakkan titik-titik Yang mempunyai
koordinat
(a) (3 , 4 ,5) (b) (−3 , 4 ,5) (c) (3 ,−4 , 5) (d)(3 , 4 ,−5)
(e) (−3 ,−4,5) (f) (−3 , 4 ,−5) (g) (3 ,−4 ,−5) (h) (−3 ,−4 ,−5)
(i) (−3 , 0 , 0) (j) (3 , 0 , 3) (k)(0 , 0 ,−3) (l) (0 , 3 , 0)
2. Sketsakan vektor-vektor berikut ini dengan titik pangkal diletakkan pada titik asal:
(a) v1 =( 3 ,6 ) (b) v 2=(−4 ,−8 ) (c) v3 =(−4 ,−3 ) (d) v 4=( 5 ,−4 ) (e) v5 =(3 , 0)
(f) v 6=( 0 ,−7 ) (g) v7 =( 3 , 4 , 5 ) (h) v 8=( 3 , 3 ,0 ) (i) v 9=( 0 ,0 ,−3)
3. Cari komponen vektor mempunyai titik pangkal P1 dan titik ujung P2.
(a) P1 (4 , 8), P2 (3 , 7) (b) P1 (3 ,−5), P 2 (−4 ,−7) (h) P1 (0 , 0 , 0), P2 (a , b , c )
(d) P1 (0 , 0) , P2 (a ,b) (e)
(g) P1 (a , b , c ), P2 (0 , 0 , 0) P1 (3 ,−7 ,2), P2 (−2 , 5 ,−4) (c) P1 (−5 , 0), P2 (−3 , 1)
(f) P1 (−1 , 0 ,2) , P2 (0 ,−1 , 0)
4. Cari suatu vektor tak-nol u dengan titik pangkal P(−1 , 3 ,−5) sedemikian sehingga
(a) u mempunyai arah yang sama dengan v=(6 ,7 ,−3)
(b) u berlawanan arah dengan v=(6 ,7 ,−3)
5. Cari suatu vektor tak-nol u dengan titik ujung Q(3 , 0 ,−5) sedemikian sehingga
(a) u mempunyai arah yang sama dengan v=(4 ,−2 ,−1)
(b) u berlawanan arah dengan v=(4 ,−2 ,−1)
12. Anggap suatu sis'em koordinat-xy digeser untuk mendapatkan scatu Sistem koordi-
nat-x'y' yang titik asal O'-nya mempunyai koordinat-xy (2 ,−3).
(a) Cari koordinat-x’y‘ titik P yang koordinat-x’y‘ -nya adalah (7 , 5).
(b) Cari koordinat-xy titik Q yang koordinat-x’y; -nya adalah (−3 , 6)
(c) Gambar sumbu koordinat-xy dan x'y' dan letakkan titik P dan Q.
13. Anggap suatu sistem koordinat-xyz digeser untuk mendapatkan suatu sistelll koordi-
nat-x'y’z‘. Anggap v adalah suatu vektor yang komponen-komponennya adalah v =
( v 1 , v 2 , v 3 )dalam sistcm xyz. Tunjukkan bahwa v mempunyai komponen yang sama
dalam sistem-x'y‘z'.
Pada bagian ini kita akan meneiapkan aturan dasar dari arilmetika vektor
SIFAT-SIFAT Teorema berikut ini mendaftarkan sifat-sifat vektor yang paling penting dalam
OPERAS' ruang berdimensi-2 dan ruang berdimensi-3.
VEKTOR
(a) u + v = v + u (b) (u + v) + w = u + (v + w)
(b) u + 0 = 0 + u = u (d) u + (- u) = 0
(c) k(lu) = (kl)u (f) k(u + v) = ku + kv
(g) (k + l)u = ku + lu (h) lu = u
Bukti bagian (b) (analiris). Kami akan memberikan bukti untuk vektor dalam
ruang berdimensi-3; bukti untuk ruang berdimensi-2 serupa dengannya. Jika u =
(u1 , u2 , u3 ), v=(v 1 , v 2 , v 3 ) dan w =( w1 , w2 , w3), maka
Dari definisi hasil kali ku, Panjang vector ku adalah|k| kali Panjang u. Jika dinyantakan
dalam suatu persamaan, pernyataan ini mengatakan bahwa
‖ku‖=|k|‖u‖
Rumus berguna ini dapat diterapkan baik dalam ruang berdimensi-2 maupun ruang
berdimensi-3.
Himpunan Latihan 3.2
1. Cari norma v.
(a) V = (4,-3) (c) v = (-5, 0) (e) v = (-7, 2, -1)
(b) V = (2, 3) (d) v = (2, 2, 2) (f) v = (0, 6, 0)
2. Cari jarak antara P1 dan P2
a. P1(3, 4). P2 (5, 7) b. P1 (-3,6), P2 (-1, -4)
c. P1 (7,-5,1), P2 (-7,-2,-1) d. P1 (3, 3, 3), P2 (6, 0, 3)
3. Anggap u = (2,-2,3), v = (1, -3, 4), w = (3,6,-4). Pada masing-masing bagian hitunglah
ekspresi yang ditunjukkan.
1
a. ‖u+ v‖ c. ‖−2 u‖+ 2‖u‖ e. w
‖w‖
1
b. ‖u‖+‖v‖ d. ‖3 u−5 v +w‖ ‖ ‖
f.
‖w‖
w
8. Anggap pn = (xn, yn, zn) dan p = (x, y, z). uraikan himpunan semua titik (x, y, z) yang
memenuhi ‖ p−p n‖=1
9. Buktikan secara geometris bahwa jika u dan v adalah vektor-vektor dalam ruang
berdimensi-2 atau berdimensi-3, maka ‖u+ v‖≤‖u‖+‖v‖
10. Buktikan bagian (a),(c), dan (e) dari teorema 3.2.1 secara analitis.
11. Buktikan bagian (d), (g), dan (h) dari teorema 3.2.1 secara analitis.
12. Buktikan bagian (f) dari teorema 3.2.1 secara geometris.
HASIL KALI TITIK Anggap u dan v adalah dua vektor tak-nol dalam ruang berdimensi-2 atau
DARI VEKTOR ruang berdimensi-3, dan anggap vektor-vektor ini telah diposisikan sehingga
titik-titik pangkalnya berimpitan. Yang kami maksud dengan sudut antara u
dan v adalah sudut θ yang ditentukan oleh u dan v yang memenuhi 0 ≤ θ ≤ π
(Gambar 1)
Definisi. Jika u dan v adalah vektor-vektor dalam ruang berdimensi-2 atau
berdimensi-3 dan θ adalah sudut antara u dan v, maka hasil kali titik atau
hasil kali dalam Euclidean u • v didefinisikan sebagai
Contoh 1 sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 2, sudut antara vektor u = (0,0,1) dan
v = (0,2,2) adalah 45°. Jadi,
Anggap u = (u1, u2 , u3,) dan v =( v1, v2, v3,) adalah dua vektor tak-nol. Jika,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar 3, θ adaiah sudut antara u dan v,
maka hukum cosinus menghasilkan
2 2 2
PQ‖ =‖u‖ +‖v‖ −2‖u‖‖v‖cos θ
‖⃗ (2)
MENCARI SUDUT Jika u dan v adalah vektor-vektor tak-nol, maka rumus (1) bisa ditulis ulang se-
ANTAR VEKTOR bagai
u∙v
cosθ=
‖u‖‖v‖
Contoh 2 Tinjau vektor
u= (2, -1, 1) dan v = (1, 1, 2)
cari u ∙ v dan tentukan sudut θ antara u dan v.
Penyelesaian.
u ∙ v=u 1 v 1 +u2 v 2 +u3 v 3 =( 2 )( 1 ) + (−1 ) ( 1 )+ (1 )( 2 )=3
Untuk vektor yang diberikan kita dapatkan ‖u‖=‖v‖=√ 6, sedemikian sehingga dari (5)
u∙v 3 1
cosθ= = =
‖u‖‖v‖ √6 √ 6 2
Jadi, θ=60 ° .
Contoh 3 Cari sudut antara diagonal suatu kubus dengan salah satu ruasnya.
Penyelesaian. Anggap k adalah Panjang suatu ruas dan gambarlah suatu sistem koordinat
seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.
Jika kita anggap u1 = (k, 0, 0), u2 = (0, k, 0) dan u3 = (0, 0, k), maka vektor
d= ( k , k , k )=u1 +u 2+u 3
Adalah suatu diagonal kubus tersebut. Sudut antara d dan ruas u1 memenuhi
u1 ∙d k2 1
cosθ= = =
u
‖ 1‖ ‖ d ‖ ( k )( √ 3 k ) √ 3
2
Jadi,
Teorema 3.3.1 Anggap u dan v adakah vektor-vektor dalam ruang berdimensi-2 atau
berdimensi-3
1
a) v ∙ v=‖v‖2 ; yaitu ,‖v‖=( v ∙ v ) 2
b) Jika u dan v adalah vektor-vektor tak-nol dan adalah sudut antara kedua vektor
tersebut, maka
θ lancip jika danhanya jika u ∙ v> 0
θ tumpul jika dan hanya jika u ∙ v< 0
θ=π /2 jika dan hanya jika u∙ v=0
P1 P2 =( x 2−x 1 , y 2− y 1) ada pada garis tersebut (Gambar 5), kita hanya perlu
karena vektor ⃗
menunjukkan bahwa n dan ⃗ P1 P2 tegak lurus. Tetapi dengan mengurangkan persamaan-
persamaan dalam (6) kita peroleh
a ( x 2−x 1 ) +b ( y 2− y 1) =0
Teorema berikut ini mendaftarkan sifat - sifat yang paling penting dari hasil kali titik.
Teorema ini berguna dalam perhitungan yang melibatkan vektor.
Teorema 3.3.2. jika u, v, dan w adalah vektor - vektor dalam ruang berdimensi 2 atau 3 dan
k adalah suatu skalar, maka :
(a) u . v = v . u
(b) u . (v + w) = u . v + u . w
(c) k(u . v) =(ku) . v = u . (kv)
(d) v . v¿ 0 jika v ≠ 0, dan v . v = 0 jika v = 0
Bukti. Kami akan membentukan (c) untuk vektor dalam ruang berdimensi 3 dan
meninggalkan bukti - bukti lainnya sebagai latihan. Anggap u = (u1, u2, u3) dan v = ( v1, v2,
v3) ; dan v = (v1, v2, v3); maka
Demikian juga
k ( u ∙ v )=u ∙( kv)
PROYEKSI Dalam banyak aplikasi, kita akan tertarik untuk “mendekomposisi” suatu vektor u
ORTOGONAL menjadi jumlah dua suku, satu sejajar dengan vektor tak - nol a yang ditentukan dan
lainnya tegak lurus dengan a. jika u dan a diposisikan sehingga titik - titik pangkalnya
berhimpitan pada suatu titik Q, kita bisa mendekomposisikan vektor u sebagai berikut
(Gambar 6): tarik garis tegak lurus ke bawah dari ujung u ke garis melalui a, dan bentuk
vektor w1 dari Q ke kaki garis tegak lurus ini. Berikutnya susunlah selisih
w 2=u−w1
Sebagaimana yang ditunjukan pada Gambar 6, vektor w, sejajar dengan a, vektor w2 tegak
lurus dengan a, dan
w 1+ w2=w1 + ( u−w 1) =u
Vektor w1 disebut proyeksi ortogonal dari u pada a atau kadang - kadang komponen
vektor dari u yang sejajar dengan a. hal ini dinyatakan dengan
Proya u (7)
Vektor w2 disebut komponen vektor u yang ortogonal terhadap a. karena kita dapati w2 =
u - w1, vektor ini bisa ditulis ulang dalam notasi (7) sebagai
w 2=u−pro y a u
Teorema berikut ini memberikan rumus untuk menghitung vektor proya u dan u−pro y a u .
Teorema 3,3,3. Jika u dan a adalah vektor - vektor dalam ruang berdimensi 2 atau
ruang berdimensi 3 dan jika a≠ 0, maka
u .a
Proy a u = 2 a ( komponen vektor u sejajar dengan a)
‖a‖
u .a 2
U - Proy a u = u - a ( komponen vektor u yang ortogral terhadap a)
‖a‖
Bukti. Anggap w1 = proy a u dan w2 = u - proy a u. karena w1 sejajar dengan a, maka w1
pastilah penggandaan skalar dari a, sehingga bisa ditulis dalam bentuk w1 = ka. Jadi
U =w1 + w2=ka+ w2 (8)
Dengan mengalikan kedua ruas (8) dengan a dan dengan menggunakan Teorema 3.3.1a dan
3.3.2 kita akan mendapatkan
2
u ∙ a=( ka+w 2 ) ∙ a=k ‖a‖ + w2 ∙ a (9)
u.a
‖Pro y au‖ = ‖ ‖‖a‖
2
a
u.a
= | |
‖a‖
2 ‖a‖
Rumus (5)
Bagian 3 . 2
|u . a| Karena ‖a‖2 ¿
= 2 ‖a‖
‖a‖ 0
Yang menghasilkan
|u . a|
‖Proy a u‖ = (10)
‖a‖
Jika θ menyatakan sudut antara u dan a, maka u . a = ‖u‖ ‖a‖ cos θ, sehingga Bisa juga
ditulis sebagai
Sebagai contoh, kami akan menggunakan metode vektor untuk menurunkan suatu
rumus untuk jarak dari suatu titik pada bidang ke suatu garis.
Contoh 7 cari suatu rumus untuk jarak D antara titik Pu (xu, yu) dan garis ax + by + c = 0.
Penyelesaian. Anggap Q(x1, y1) adalah sebarang titik pada garis tersebut dan letakkan vektor
n=( a ,b)
Sedemikian sehingga titik pangkalnya ada di Q.
Dari contoh 5, vektor n tegak lurus dengan garis (Gambar 8), sebagaimana yang
⇒
ditunjukan dalam gambar tersebut, jarak D sama dengan panjang proyeksi ortogonal dari QPu
terhadap n; jadi, dari (10),
QP 0.n|
|⃗
D = ‖Pro y n⃗
QP 0‖ =
‖n‖
Tetapi
QP 0=( x 0−x 1 , y 0− y 1 )⃗
⃗ QP 0 ∙ n=a ( x 0−x 1 ) +b ( y 0− y1 )‖n‖= √ a 2+ b2
Sedemikian sehingga
D=
|a ( x 0 −x1 ) + b( y 0− y1 )| (12)
√ a2 +b2
Karena titik Q (x1, y1) terletak pada garis tersebut, maka koordinatnya memenuhi persamaan
garis tersebut, sehingga
ax 1 +by 1 +c=0
Atau
C=−ax 1−by1
Dengan mensubtitusikan ekspresi ini pada (12) kita akan mendapatkan rumus
|ax0 +by 0 + c|
D= (13)
√ a2 +b2
Contoh 8 Dari Rumus (13) kita dapatkan bahwa jarak D dari titik (1, -2) ke garis 3x + 4y
- 6 =0 adalah
|(3)(1)+ 4(−2)−6| |−11| 11
D= = =
2
√3 + 4 2
√ 25 5
7. Anggap u = ( 5, -2, 1), v = (1, 6, 3), dan k = -4. periksa teorema 3,3,4 untuk nilai -
nilai tersebut.
8. (a) tunjukan bahwa v = (a, b) dan w = (-b, a) adalah vektor - vektor ortogonal.
(b) gunakan hasil pada bagian (a) untuk mencari dua vektor yang ortogonal terhadap v =
(2, -3)
(c) Cari dua vektor satuan yang ortogonal terhadap (-3, 4).
9. Anggap u = (3, 4), v = (5, -1), dan w = (7, 1). hitunglah yang berikut ini.
(a) U. (7v + w) (b) ‖(u . w) w‖ (c) ‖u‖( v . w) (d) (‖u‖ v ¿ . w
10. Jelaskan megapa setiap ekspresi berikut ini tidak masuk akal.
(a) u . (v . w) (b) (u . v) + w (c) ‖u . v‖ (d) k. (u + v)
11. Gunakan vektor - vektor untuk mencari consinus sudut dalam dari segitiga dengan
titik - titik sudut (0, -1), (1, -2), dan (4, 1).
12. Tunjukan bahwa A(3, 0, 2), B(4, 3, 0), dan C(8, 1, -1) adalah titik - titik sudut segitiga
siku - siku. Di titik sudut manakah sudut siku - sikunya terletak?
13. Anggap bahwa a . b = a . c dan a ≠ 0. apakah dengan demikian maka b = c? jelaskan.
14. Anggap p = (2, k) dan q = (3, 5). cari k sedemikian hingga
(a) P dan q sejajar
(b) P dan q ortogonal
(c) Sudut antara p dan q adalah π /3
(d) Sudut antara p dan q adalah π/4
15. Gunakan rumus (13) untuk menghitung jarak antara titik dan garis berikut ini.
(a) 4x + 3y + 4 = 0; (-3, 1)
(b) Y = -4x + 2; (2, -5)
(c) 3x + y = 5; (1, 8)
20. Gunakan hasil pada latihan 19 untuk memperkirakan, sampai derajat terdekat, sudut yang
dibentuk oleh diagonal suatu kotak dengan ukuran 10 cm x 15 cm x 25 cm dengan ruas
kotak tersebut. Catatan : diperlukan sebuah kalkulator atau tabel trigonometri.)
21. Mengacu pada latihan 19, tunjukan bahwa v1 adalah vektor - vektor yangtegak lurus
dalam ruang berdimensi 3 jika dan hanya jika csinus arahnya mememnuhi
Cos a1 cos a2 + cos b1 cos b2 + cos y1 cos y2 = 0
22. Tunjukan bahwa jika v adalah ortogonal terhadap w1 dan w2, maka v ortogonal terhadap
k1w1 + k2w2 untuk semua skalar k1 dan k2.
23. anggap u dan v adalah vektor - vektor tak - nol dalam ruang berdimensi 2 atau ruang
berdimensi 3, dan anggap k = ‖u‖ dan I = ‖u‖ . tujukan bahwa vektor w = lu + kv
membagi sudut antara u dan v.
Yang di beritugas
Nama : Muhammad Rinaldy Yudhistira
NIM : 216651017
Kelas : TIM 1A
Program Studi : Teknik Informatika Multimedia
3.4 HASIL KALI SILANG
dalam banyak penerapan vektor untuk masalah - masalah geometri, fisika, dan teknik,
ingin dibentuk suatu vektor dalam ruang berdimensi 3 yang tegak lurus terhadap dua vektor
yang diketahui. Pada bagian ini kami akan memperkenalkan sebuah jenis perkalian vektor
yang menghasilkan vektor - vektor seperti itu
Definisi. Jika u = (u1, u2 , u3) dan v = (v1, v2, v3) adalah vektor - vektor dalam ruang
berdimensi 3, maka hasilkali silang u x v adalah vektor yang didefinisikan sebagai
u 2 u3 u 1 u3 u 1 u2
uxv=( | | | || |
v2 v 3
,- .
v1 v 3 v1 v 2
)
[ 12−2
301 ]
uxv=( |2−2 ,
1−2 1 2
0 1 | | 3 1 | |3 0|
, )
Teorema 3.4.1. jika u, v dan w adalah vektor - vektor dalam ruang berdimensi 3,
maka :
Bukti (a). anggap u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3 ). maka
u . (u x v) = (u1, u2, u3).(u2v3 - u3v2, u3v1 - u1v3, u1v2 - u2v1)
= u1 (u2v3 - u3v2) + u2(u3v1 - u1v3) + u3(u1v2 - u2v1)
=0
‖u‖2 ‖v‖2 - (u . v)2 =n (u21 + u22 + u23)(v12 + v 22 + v32) - (u1v2 - u2v1)2 (3)
Bukti tersebut bisa dilengkapkan dengan “mengalikan” ruas kanan dari (2) dan (3)
Bukti (d) dan (e). lihat latihan 26 dan 27
Contoh 2 tinjau vektor - vektor
u = (1, 2, -2) dan v = (3, 0, 1)
Pada contoh 1 kita telah menunjukan bahwa
u x v = (2, -7, -6)
Karena
u . (u x v) = (1)(2) +(2)(-7) + (-2) (-6) = 0
Dan
v . (u x v) = (3)(2) +(0)(-7) + (1)(-6) = 0
u x v ortogonal terhadap u dan v sebagaimana yang dijamin oleh Teorema 3.4.1
Sifat - sifat aritmetika utama dari hasil kali silang didaftarkan pada teorema berikut
ini.
Teorema 3.4.2. jika u, v, dan w adalah sebarang vektor dalam ruang berdimensi
3 dan k adalah sebarang skalar, maka :
(a) u x v = - (v x u)
(b) u x (v + w) = (u x v) + (u x w)
(c) (u + v) x w = (u x w) + (v x w)
(d) k(u x v ) = (ku) x v = u x (kv)
(e) u x 0 = 0 x u = 0
(f) u x u =0
Bukti bisa segera kita dapatkan dari rumus (1) dan sifat - sifat determinan; misalnya, (a)
bisa dibuktikan sebagai berikut :
Bukti (a). mempertukarkan u dan v pada (1) berarti kita mempertukarkan baris - baris tiga
determinan pada ruas kanan dari (1) dan oleh karena itu mengubah tanda setiap komponen
dalam hasil kali silangnya. Jadi, u x v =--( v x u).
Gambar 2 bisa membantu kita untuk mengingat hasil - hasil ini. Dengan
mengacu pada diagram ini, hasil kali silang dari dua vektor berturut - turut
searah dengan jarum jam adalah vektor yang berikutnya, dan hasil kali silang
dua vektor berturut - turut berlawanan arah dengan jarum jam adalah negatif
dari vektor berikutnya.
Adalah berharga untuk memperhatikan bahwa suatu hasil kali silang bisa disajikan secara
simbolis dalam bentuk determinan 3 x 3:
u 2 u3 u 1 u3 u 1 u2
uxv=¿= | | | | | |
v2 v3
i-
v 1 v3
j+
v1 v2
k (4)
i jk
| |
u x v = 1 2−2
301
Pembaca mungkin akan merasa akan merasa perlu melatih aturan ini dengan hasil kali
Ixj=k j x k= I kxi=j
Jika u dan v adalah vektor - vektor dalam ruang berdimensi 3, maka norma dari u x v
mempunyai suatu interprestasi geometris yang berguna. Identitas Lagrange, yang diberikan
dalam Teorema 3.4.1, menyatakan bahwa
Tetapi adalah ketinggian jajaran genjang yang di tentukan oleh u dan v (Gambar 4).
Jadi,
A = (alas)(tinggi) =
Hasil ini benar bahkan jika u dan v kolinear, karena jajaran genjang yang ditentukan oleh u
dan v mempunyai luas nol dan dari (6) kita dapatkan karena dalam kasus ini.
Jadi kita mendapatkan teorema berikut ini
Teorema 3.4.3 jika u dan v adalah vektor-vektor dalam ruang berdimensi 3, maka
sama dengan luas jajaran genjang yang ditentukan oleh u dan v.
Contoh 4 Cari luas segitiga yang dibentuk oleh titik-titik P1(2, 2, 0), P2(-1,0,2), dan P3(0, 4,
3).
Penyelesaian Luas A segitiga adalah luas jajaran genjang yang dibentuk oleh vektor
dan (Gambar 5). Dengan menggunakan metode yang didiskusikan dalam Contoh 2
bagian 3.1, dan Jadi
HASIL KALI
Definisi. jika u, v, dan w adalah vector-vektor dalam
SKALAR GANDA TIGA ruang berdimensi 3, maka
Hasil kali skala ganda tiga dari u = (u 1, u2, u3), v = (v1, v2, v3), dan w =
(w1, w2, w3) bisa dihitung dari rumus
u.
=3 – (-2) + (-5)
= 60 + 4 – 15 = 49
u. (v w) = w. ( u v) = v. ( w u)
det
Sama dengan luas jajara ngenjang dalam ruang berdimensi 2 yang dibentuk oleh vektor u = ( u 1, u2) dan v = ( v1, v2). (Lihat Gambar 7a)
beritugas
Yang di (b). Nilai mutlak determinan
| |
u×v 1 2 0 =
u u
v1 v2 0
u 1 u2
| |
v1 v2
= k=det
u1 u 2
v1 v2
k [ ]
Gambar 7
Sekarang dari Teorima 3.4.3 dan fakta bahwa ‖k‖= 1 kita dapatkan bahwa luas A jajaran
genjang yang dibentuk oleh u dan v adalah
u1 u 2 u u u u
A= ‖u × v‖ = ‖det [ ] | [ ]| | [ ]|
v1 v2
k‖= det 1 2 ‖k‖= det 1 2
v1 v2 v1 v2
Bukti (b). Sebagaimana yang ditunjukan pada Gambar 8b, ambil alas parallelepiped yang di
bentuk oleh u, v, dan w menjadi jajaran genjang yang dibentuk oleh v dan w. Dari Teorima
3.4.3 kita dapatkan bahwa luas alas tersebut adalah ‖v x w‖ dan, sebagaimana yang
diilustrasikan pada Gambar 8b, tinggi h parallelepiped tersebut adalah Panjang proyeksi
orthogonal u terhadap v dan w. Oleh karena itu, berdasarkan Rumus (10) bagian 3.3
|u ⋅(v x w)|
h ‖ proj y ×w u‖=
‖v x w‖
|u ⋅( v x w)|
V = (luas alas) ⋅ tinggi ‖v x w‖= =|u ⋅(v x w)|
‖v x w‖
Gambar 8
Sehingga dari (7)
u1 u2 u3
| [
V= det v1 v2 v3
w 1 w2 w3 ]|
Yang menyelesaikan bukti tersebut.
u1 u2 u3
| |
u. (v x w) = v 1 v 2 v 3 = 0
w1 w 2 w 3
Pada awal buku ini, kita mendefinisikan suatu vkctor sebagai suatu ruas garis
INDEPENDENSI
Berarah atau anak panah dalam ruangan berdimensi 2 atau ruang berdimensi 3.
HASIL KALI Sistem koordinat dan komponen diperkenalkan kemudian untuk
menyederhanakan perhitungan yang melibatkan vekor. Jadi, suatu vektor
SILANG DAN mempunyai suatuu “ke-beradaan matematis” tidak peduli apakah suatu system
KOORDINAT koordinat telah di perkenalkan. Lebih jauh, komponen suatu vektor tidak di
temukan oleh vector itu saja; komponen-komponen tersebut tergantung juga
pada system koordinat yang di pilih. Misalnya, pada Gambar 9 kami telah
menunjukan suatu vector tetap v dalam bidang dan dua system koordinat yang
berbeda. Dalam system koordinat-xy komponen-komponen v adalah (1, 1) dan
sistem-x1y1 komponen-komponen ini adalah (√ 2, 0 ).
Hal ini membangkitkan suatu pertanyaan penting mengenai definisi
kita akan hasil kali silang. Karena kita mendefinisikan hasil kali silang u × v
dalam bentuk komponen-komponen u dan v, dan karena komponen-komponen
ini tergantung pada sistem koordinat yang dipilih, maka tampakna mungkin
saja dua vector tetap u dan v mempunyai hasil kali silang yang berbeda dalam
sistem koordinat yang berbeda. Untungnya, tidak demikianlah halnya. Untuk
melihay bahwa hal tersebut tidak demikian, kita hanya perlu mengingat bahwa
u × v tegak lurus terhadap u maupun terhadap v.
Orientasi u × v ditentukan oleh aturan tangan kanan.
‖u × v‖ = ‖u‖ ‖v‖ sin θ
Ketiga sifat ini secara lengkap menentukan vektor u × v: sifat pertama dan
kedua menentukan arah, dan sifat ketiga menentukan panjangnya. Karena
sifat-sifat u × v ini hanya tergantung pada Panjang dan posisi relative u × v
akan tetap tiadak berubah jika suatu sistem koordinat tangan kanan yang
berbeda digunakan. Jadi, kita katakana bahwa definisi u × v bebas koordinat.
Ini merupakan hasil penting bagi parah ahli fisika dan insinyur yang sering
bekerja dengan banyak sistem koordinat dalam masalah yang sama.
Gambar 9
Contoh 6 Tinjau dua vektor yang saling tegak lururs u dan v, yang masing-masing
panjangnya adalah 1 ( seperti yang di tunjukan pada Gambar 10a). Jika kita
menggunakan suatu sistem koordinat-xyz seperti yang ditunjukan pada Gambar 10b,
maka
u= ( 1, 0,0) = i dan v= ( 0, 1, 0) = j
Sehingga
u × v = i × j = k = (0, 0, 1)
Akan tetapi, jika kita menggunakan suatu sistem koordinat-x1y1z1 seperti yang
ditunjukan pada Gambar 10c, maka
u = (0, 0, 1) = k dan v = ( 1, 0, 0) = i
Sehingga
u × v = k ×i= j = (0, 1, 0)
Gambar 10
Tetapi jelas dari Gambar 10b dan 10c bahwa vektor (0, 0, 1) dalam sistem- xyz
sama dengan vektor (0, 1, 0) dalam sistem x 1y1z1. Jadi, kita mendapatkan
vektor u ×yang sama baik jika kita menghitung dengan koordinat dari sistem-
xyz ataupun jika kita menghitung dengan koordinat dari sistem-x1y1z1.
9. Anggap u . ( v × w) = 3 cari
Pada bagian ini kita akan menggunakan vektor untuk merupakan persamaan
garis dan bidang dalam ruang berdimensi3, dan kita akan menggunakan per-
samaan-persamaan ini untuk menyelesaikan masalah-masalah geometris
dasar.
BIDANG- BIDANG Dalam geometri analitis bidang, sebuah garis bisa didapatkan dengan
DALAM RUANG menentukan kemiringan dan salah satu titiknya. Demikian juga, sebuah bidang
dalam ruang berdimensi tiga bisa di dapatkan dengan menentukan inklinasi
BERDIMENSI 3 dan salah satu
titiknya. Sebuah metode yang mudah untuk menguraikan inklinasi adalah
dengan menentukan suatu vektor tak-nol (disebut suatu normal) yang tegak
lurus dengan bidang tersebut.
Anggap kita ingin persamaan bidang tersebut melalui titik P0( x0, y0, z0)
dan mempunyai vektor tak-nol n = (a,b,c) sebagai normal. Terbukti dari
Gambar 1 bahwa bidang tersebut persis mengandung titik-titik P(x,y,z) itu
dimana veckor P0⃗
Porthogonal terhadap n, yaitu
P0 P = 0
n.⃗ (1)
Karena P0P = (× - x 0 , y- y 0, z- z 0), maka persamaan (1) bisa di tulis sebagai
Gambar 1
Contoh 1 Cari sebuah persamaan bidang yang melalui titik (3,-1, 7) dan tegak
lurus terhadap vektor n = (4, 2,-5).
Penyelesaian. Dari (2) bentuk normal-titiknya adalah
4( x- 3) + 2(y + 1) – 5( z - 7) = 0
Dengan mengalikan dan mengumpulkan suku-suku, (2) bisa ditulis ulang dalam
bentuk
ax + by + cz + d = 0
di mana a, b, c dan d adalah konstanta, dan a, b, dan c tidak semuana nol. Misalnya,
persamaan dalam Contoh 1 bisa di tulis ulang sebagai
4x + 2y-5z +25 = 0
Sebagaimana yang ditunjukan oleh teorema berikut ini, setiap persamaan
berbentuk ax + by+ cz +d = 0 mewakili sebuah bidang dalam ruang berdimensi 3.
(a) Tidak mempunyai penyelesaian (3 bidang sejajar). (b) Tidak mempunyai penyelasaian (2
bidang sejajar). (c)
Tidak mempunyai penyelasaian (3 bidang tanpa irisan Bersama). (d) Tak-hingga banyaknya
penyelasaian (3
bidang yang berimpit). (e) Tak hingga banyaknya penyelesaian (3 bidang yang beririsan
pada sebuah garis). (f)
Satu penyelesaian (3 bidang yang berpotongan di sebuah titik). (g) Tidak mempunyai
penyelasaian (2 bidang
berimpit yang sejajar dengan bidang ketiga). (h) Tak-hingga banyaknya penyelasaian (2
bidang berimpit yang
memotong bidang ketiga).
Gambar 2
Contoh 2 Cari persamaan bidang yang melalui titik-titik P1(1, 2,-1), P2(2, -3,
1), Dan P3(3, -1, 2).
Penyelesaian. Karena ketiga titik tersebut terletak pada bidang, maka koordinat-
Koordinatnya harus memenuhi persamaan umum ax + by + cz + d = 0 dari
bidang tersebut. Jadi,
a + 2b - c + d = 0
2a + 3b + c + d = 0
3a - b + 2c + d = 0
Dengan menyelesaikan sistem ini kita akan mendapatkan
9 1 3
a= t, b= t, c= t, d=t
16 16 16
Misalnya, anggap t = -16, maka kita akan mendapatkan persamaan
9x + y – 5z – 16 = 0
Kita perhatikan bahwa setiap pilihat t lainnya memberikan suatu penggandaan
dari persamaan ini, sehingga sebarang nilai t ≠ 0 juga akan memberikan suatu
persamaan bidang yang sahih.
Penyelesaian Alternatif. Karena P1(1, 2, -1), dan P2(2, 3, 1), dan P3(3, -1, 2)
Gambar 3
Contoh 3 Persamaan
(-1, 2, 5) ⋅ (x – 6, y – 3, z + 4) = 0
adalah persamaan bidang dalam bentuk vektor yang melalui titik (6, 3, -4) dan
tegak lurus terhadap vektor n = (-1, 2, 5).
x = x0 + ta, y = y0 + yb, z = z0 + tc
Gambar 4 P0P sejajar dengan v.
Batas
Contoh 4 Garis yang melalui titik (1, 2, -3) dan sejajar dengan vector v = (4, 5,
-7) mempunyai persamaan parametric
x = 1 + 4t, y = 2 + 5t, z = -3 -7t ( ∞ < t < + ∞) ▲
Contoh 5
a) Cari persamaan parametik untuk garis l yang melalui titik-titik P1(2, 4, -1) dan
P2(5, 0,7).
b) Di manakah garis tersebut memotong bidang –xy?
Penyelesaian (a) Karena vector ⃗ P1 P2 = (3, -4, 8) sejajar dengan l dan P1(2, 4, -1)
terletak pada l, maka garis l diberikan oleh
x = 2 + 3t , y = 4 - 4 t , z = -1 + 8t ( ∞ < / < + ∞)
penyelesaian (b) Garis tersebut memotong bidang –xy pada titik dimana z = -1 +
1
8t = 0, yaitu, dimana t = . Dengan mensubstitusikan nilai t dalam persamaan
2
parametik untuk l kita akan mendapatkan titik potong
(x,y,z) = ( 198 , 72 , 0 ) ▲
Contoh 6 Cari persamaan parametric untuk garis potong bidang-bidang
3x + 2y 4z 6 = 0 dan x 3y 2z 4 = 0
Penyelesaian Garis potong terdiri dari semua titik (x,y,z) yang memenuhi dua
persamaan dalam system
3x+ 2y4z = 6
x3y2z = 4
Dengan menyelesaikan sistem ini kita akan mendapatkan
26 16 −6 2
x= + t, y= − t, z = t
11 11 11 11
oleh sebab itu, persamaan parametric untuk l adalah
26 16 −6 2
x= + t, y= − t , z = t ( ∞ < / < + ∞) ▲
BENTUK 11 11 11 11
VEKTOR DARI notasi vector memberikan sebuah cara alternative yang berguna untuk menuliskan persamaan
parametric sebuah garis: mengacu pada Gambar 3, anggap r = (x,y,z) adalah vector dari titik
PERSAMAAN asal ke titik P(x,y,z), anggap r0 = (x0, y0, z0) adalah vector dari titik asal ke titik P0(x0,y0,z0),
dan anggap v = (a,b,c) adalah sebuah vector
SEBUAH GARIS
Gambar 5
P0 P = r r0, sehingga rumus
Yang sejajar dengan garis tersebut (gambar 5). Maka ⃗
(6) bisa ditulis ulang sebagai
r r0 = tv
dengan memperhitungkan kisaran nilai t, persamaan ini bisa ditulis ulang sebagai
Adalah persamaan garis dalam bentuk vector yang melalui titik (2, 0, 3) yang sejajar
dengan vector v = (4, 7, 1). ▲
BEBERAPA
MASALAH Kita akhiri bagian ini dengan membicarakan dua “masalah jarak” dasar dalam ruang berdimensi 3:
TENTANG JARAK
Masalah
a) Cari jarak antara sebuah titik dan sebuah bidang.
b) Cari jarak antara dua bidang yang sejajar.
Kedua masalah tersebut berkaitan. Jika kita bisa mencari jarak antara sebuah titik dan sebuah bidang,
maka kita bisa mencari jarak antara dua bidang yang sejajar dengan menghitung jarak antara dua
bidang yang sejajar dengan menghitung jarak antara salah satu bidang dengan sebarang titik P0 pada
bidang satunya lagi (Gambar 6).
|ax0 +by 0 + cz 0+ d|
D=
√a 2+ b2 +c 2
Bukti, Anggap Q,(x1,y1,z1) adalah sebarang titik pada bidang tersebut. Posisikan normal n =
(a,b,c) sedemikian sehingga titik pangkal nya ada pada Q. sebagai mana yang diilustrasikan
pada Gambar 7, jarak D sama dengan panjang proyeksi orthogonal ⃗ QP 0 pada n. Jadi, dari
bagian 3.3 (10).
QP 0 . n|
|⃗
D=‖ projn ⃗
QP0‖=
‖n‖
Tetapi
QP 0=( x 0−x 1 , y 0− y 1 , z 0−z 1 )
⃗
QP 0 . n=a ¿
⃗
‖n‖= √a 2+ b2 +c 2
Jadi,
D=¿¿
Karena titik Q(x1,y1,z1) terletak pada bidang tersebut, maka koordinatnya memenuhi
persamaan bidang, jadi
ax 1 +by 1 +cz 1+ d=0
Atau
d=−ax 1−by 1−cz 1
Dengan mensubstitusikan ekspresi ini pada (10) kita akan mendapatkan (9). ▌
Komentar. Perhatikan kemiripan antara (9) dengan rumus untuk jarak antara sebuah titik
dan sebuah garis dalam ruang berdimensi 2 [Bagian 3.3(13)].
Contoh 8 Cari jarak D antara titik(1,-4,-3) dan bidang 2x – 3y + 6z = -1.
Penyelesaian. Untuk menerapkan (9), pertama-tama kita menuliskan ulang persamaan
bidang dalam bentuk
2x – 3y + 6z + 1 = 0
Maka
Diketahui dua bidang, keduanya bisa berpotongan, di mana kita bisa menanyakan garis
atau titik potongnya, sebagaimana dalam Contoh 6, atau sejajar, dimana kita bisa
menanyakan jarak antara keduanya. Contoh berikut ini mengilustrasikan masalah yang kedua.
Contoh 9 Bidang-bidang
x + 2y – 2z = 3 dan 2x + 4y – 4z = 7
sejajar karena normalnya (1,2, -2) dan (2, 4, -4), adalah vector-vektor yang paralel. Cari jarak
antara keduanya.
Penyelesaian. Untuk mencari jarak D antara kedua bidang tersebut, kita bisa memilih
sebarang titik pada salah satu bidang dan menghitung jaraknya ke bidang lainnya. Dengan
menetapkan y = z = 0 dalam persamaan x + 2y – 2z = 3. Kita
dapatkan titik P0 (3 , 0 , 0) pada bidang ini. Dari (9), jarak antara P0 dan bidang 2x + 4y – 4z =
7 adalah
|( 2 ) ( 3 ) +4 ( 0 ) + (−4 ) ( 0 )−7| 1
D= = ▲
√ 22 +4 2+(−4)2 6
a) -3x + 7y + 2z = 10 (b) x – 4z = 0
4. Cari sebuah persamaan untuk bidang yang melalui titik-titik yang diberikan dibawah
ini.
a) P(-4, -1, -1). Q(-2, 0, 1), R(-1, -2, -3)
b) P(5, 4, 3), Q(4, 3, 1), R(1, 5, 4)
5. Tentukan apakah bidang-bidang dibawah ini sejajar.
a) 4x – y + 2z = 5 dan 7x – 3y + 4z = 8
b) x – 4y – 3z – 2 = 0 dan 3x – 12y – 9z – 7 = 0
1 1
c) 2y= 8x – 4z + 5 dan x = z + y
2 2
6. Tentukan apakah garis dan bidang berikut sejajar.
a) x = -5 – 4t, y = 1 – t, z = 3 + 2r-9=0
b) x=3f, y=1+2f, z=2-1; 4x – y + 2z = 1
7. Tentukan apakah garis-garis berikut tegak lurus.
a) 3x – y + z – 4t, y = 0, x + 2z = -1 b) x – 2y + 3z = 4, -2z + 5y + 4z = -1
8. Tentukan apakah baris dan bidang tegak lurus
x−x 0 y− y 0 z−z 0
= =
a b c
ini disebut persamaan simetris garis.
42. Cari persamaan simetris pada laihan 9 bagian (a) dan (b). [Catatan. lihat latihan 41
untuk termonologinya.]
43. Pada setiap bagian cari persamaan untuk dua bidang yang perpotongannya adalah
garis yang diberikan.
a) x = 7 – 4t, y = -5 – 2t, z = 5 + 1 ( ∞ < / < + ∞)
b) x = 4t, y = 2t, z = 7t ( ∞ < / < + ∞)
[Petunjuk. Setiap kesamaan dalam persamaan simetris sebuah garis mewakili suatu
bidang yang mengandung garis tersebut. Lihat Latihan 41 untuk termonologinya.]
44. Dua bidang yang berpotongan dalam ruang berdimensi 3 menentukan dua sudut
perpotongan, suatu sudut lancip (0 ≤ θ ≤ 90°) dan suplemennya 180° −θ (Gambar
8a). Jika n, dan n, adalah normal tak-nol terhadap bidang-bidang tersebut, maka sudut
antara n, dan n, adalah θ atau 180° −θ, tergantung pada arah normal tersebut
(Gambar 8b). Pada setiap bagian di bawah ini cari sudut lancip perpotongan bidang sampai
derajat terdekat.
a) x = 0 dan 2x – y + z – 4 = 0
b) x + 2y – 2z = 5 dan 6x – 3y + 2z = 8
[Catatan. Diperlukan sebuah kalkulator.]