Oleh :
Kelompok 5
Kelas II C
Luh Putu Eka Ratna Wulandari (1413011016)
Kadek Ayu Meisa Dewi (1413011033)
Nukita Putri Widiani (1413011120)
1
3.1 VEKTOR (GEOMETRIK)
Perhatikan dua buah titik atau tempat, yaitu titik A dan titik B tertentu. Misalkan
kita berada pada titik A kemudian berpindah tempat ke titik B, maka terjadilah suatu
perpindahan, atau pergeseran, atau translasi dari titik A ke titik B.
A B
Gambar 3.1a
Perpindahan kedudukan dari titik A ke titik B ini ditentukan oleh dua hal, yaitu :
Setiap perpindahan tempat yang mempunyai jarak tertentu (antara titik A dan titik B)
dan arah tertentu (dari titik A ke titik B) yang digambarkan dengan anak panah (yang
berpangkal di titik A dan berakhir di titik B) dinamakan vektor. Vektor dinyatakan
dengan huruf kecil tebal misalnya: a, k, v, w, dan x .Vektor yang titik awalnya di A dan
titik akhirnya di B dinyatakan dengan simbol:
v = AB
Vektor AB, artinya suatu vektor dengan titik A sebagai titik awal (initial point), titik B
sebagai titik akhir (ujung panah) yang dinamakan titik terminal (terminal point),arahnya
dari A ke B, dan besarnya (panjangnya) adalah jarak dari A ke B (panjang ruas garis
AB).
Simbol lain untuk menyatakan vektor AB, yaitu dengan menuliskan huruf kecil yang
dibubuhi ruas garis dibawahnya, atau boleh pula tanpa ruas garis tetapi ditulis atau
dicetak agak tebal.
A B
AB = a = a =a
Gambar 3.1b
2
Vektor-vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama dinamakan
ekivalen. Karena, kita menginginkan sebuah vektor yang ditentukan oleh panjang dan
arahnya, maka vektor-vektor ekivalen dianggap sebagai sama walaupun vektor-vektor
tersebut mungkin diletakkan pada kedudukan yang berbeda-beda (seperti pada gambar:
3.1c). Jika v dan w ekivalen maka dapat dituliskan :
vw
Gambar 3.1c
Definisi. Jika v dan w adalah sebarang dua vektor, maka jumlah v w adalah vektor
yang ditentukan sebagai berikut. Tempatkanlah vektor w sehingga titik awalnya
berhimpit dengan titik terminal v . Vektor v w dinyatakan oleh panah dari titik awal v
terhadap titik terminal w .(Gambar 3.2a).
v+w
Gambar 3.2a
Pada gambar tersebut 3.2b kita telah membentuk dua jumlah, yakni : v w dan w v .
Jelaslah bahwa :
v w wv
3
Dan bahwa jumlah tersebut berimpit dengan diagonal jajar genjang yang ditentukan
oleh v dan w bila vektor-vektor ini dilokasikan sehingga vektor-vektor tersebut
mempunyai titik awal yang sama. Vektor yang panjangnya nol dinamakan vektor nol
(zero vector) dan dinyatakan dengan 0. Kita definisikan :
0v v0 v
w
v
v+w
w+v
Gambar 3.2b
Untuk tiap-tiap vektor v , karena tidak ada arah alami untuk vektor nol. Maka,
dalam hal ini kita akan sepakat untuk vektor nol ditetapkan mempunyai sebarang arah
yang akan memudahkan dalam pemecahan soal. Jika v adalah sebarang vektor taknol,
maka v adalah negatif, didefinisikan bagi vektor yang memilikibesaran sama seperti
v , tetapi diarahkan berlawanan dengan v (lihat gambar 3.3). Vektor ini memiliki sifat
(dimana, kita definisikan -0 = 0) :
v ( v ) 0
-v
Gambar 3.3
Definisi. Jika v dan w adalah sebarang dua vektor, pengurangan w dari v didefinisikan
oleh :
v w v ( w)
4
v-w
-w
Gambar 3.4a
v-w
Gambar 3.4b
Definisi. Jika v adalah vektor taknol dan k bilangan riil taknol (skalar), maka hasil kali
kv didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya k kali panjang v dan yang arahnya
sama seperti arah v jika k > 0 dan berlawanan dengan arah v jika k < 0. Kita
definisikan kv = 0 jika k = 0 atau v = 0.
2v
(-1)v -2v
1/2v
Gambar 3.5
5
Pada gambar 3.5 melukiskan hubungan di antara vektor v dan vektor-vektor 1/2 v , (-1)
v , 2 v , dan (-3) v . Salah satunya: pada vektor (-1) v mempunyai panjang yang sama
seperti v tetapi diarahkan berlawanan. Jadi, (-1) v tak lain dari negatif v , yakni :
(-1) v = - v
v =( v 1, v 2)
v1 w1 dan v2 w2
v1 ,v2
Gambar 3.6
6
y
Gambar 3.7
Jika v (v1 , v2 ) dan k adalah sebarang skalar, maka dengan menggunakkan argumen
geometrik yang melibatkan segitiga yang serupa, dapat diperlihatkan bahwa :
kv kv1 ,kv2
v w (v1 w1 , v2 w2 )
Seperti halnya pada vektor di ruang dua, pada vektor-vektor di ruang-3 dapat
digambarkan oleh tripel bilangan riil, dengan memperkenalkan koordinat siku-siku.
Untuk membentuk sistem koordinat seperti itu, pilihlah titik 0, yang dinamakan titik
asal, dan pilihlah tiga garis yang saling tegak lurus, yang dinamakan sumbu koordinat,
yang melalui titik asal tersebut. Tandai sumbu-sumbu dengan x,y,dan z dan pilihlah
arah positif untuk setiap sumbu koordinat dan juga satuan panjang untuk mengukur
jarak. Setiap pasang sumbu koordinat menentkan bidang yang dinamakan bidang
koordinat (bidang ini disebut : bidang-xy, bidang-xz, bidang-yz). Untuk setiap titik P
diruang-3 kita tetapkan tripel bilangan (x,y,z) yang dinamakan koordinat-koordinat P.
7
Koordinat-koordinat P didefinisikan sebagai panjang bertanda : x= OX, y= OY, z = OZ
Gambar 3.8a
Pada gambar 3.9 kita telah membentuk titik-titik yang koordinatnya adalah
(4,5,6) dan (-3,2,-4).
8
Pada sistem tangan kiri memiliki sifat kebalikan dari sistem tangan kanan.
Pada keadaan gambar 3.9, vektor v diruang-3 dilokasikan sehingga titik awalnya berada
dititik asal sistem koordinat siku-siku, maka koordinat-koordinat titik terminal tersebut
dinamakn komponen-komponen v yang dapat dituliskan :
v (v1 , v2 , v3 )
Gambar 3.9
Contoh 1:
Contoh 2:
9
Pemecahan banyak soal dapat disederhanakan dengan mentraslasikan sumbu koordinat
untuk mendapatkan sumbu baru yang sejajar dengan sumbu aslinya.
Gambar 3.10
Pada gambar 3.10 kita telah mentranslasikan sumbu koordinat xy untuk mendapatkan
sebuah sistem koordinat x’y’ yang titik asalnya 0’ berada dititik (x,y) = (k,l). Titik P
diruang-2 kini mempunyai baik koordinat (x,y) maupun koordinat (x’,y’). Tinjau vektor
O' P . Di dalam sistem xy titik awalnya berada di (k,l) dan titik terminalnya berada di
(x,y) ; jadi, O' P = (x-k,y-l). Dalam sistem x’y’ titik awalnya berada di (0,0) dan titik
terminalnya berada di (x’.y’); jadi, O' P = (x’,y’). Maka :
Padabagianinikitaakanmenetapkanaturandasardariilmuhitungvektor
Teorema1:
1. u + v = v + u
10
2. (u+v)+w = u+(v+w)
3. u + 0 = 0 + u = u
4. u + (-u) = 0
5. k(lu) = (kl)u
6. k(u+v)=ku + kv
7. (k+l) u = ku +lu
8. 1u=u
Pembuktian :
Andaikan
1. u v v u
Secara Analitik
uv= (u1 , u 2 , u3 ) + (v1 , v2 , v3 )
= u1 v1 , u 2 v2 , u3 v3
= (v1 , v2 , v3 ) + (u1 , u 2 , u3 )
=v+u
Secara Geometris
Jika , u + v = PQ + QR = PR
Juga , v + u = QR + PQ = PR
Maka , u v v u
2. (u v) w u (v w)
Secara Analitik
(u v) w = ( (u1 , u 2 , u3 ) + (v1 , v2 , v3 ) ) + (w1 , w2 , w3 )
= ( u1 v1 , u 2 v2 , u3 v3 ) + ( w1 , w2 , w3 )
= u1 v1 w1 , u 2 v2 w2 , u3 v3 w3
= (u1 , u 2 , u3 ) + (v1 w1 , v2 w2 , v3 w3 )
= u + ( (v1 , v2 , v3 ) + ( w1 , w2 , w3 ) )
= u (v w)
Secara Geometris
Jika , (u v) w = ( PQ + QR ) + RS = PR + RS = PS
11
Juga , u (v w) = PQ + ( QR + RS ) = PQ + QS = PS
Jadi , (u v) w u (v w)
3. u 0 0 u u
Secara Analitik
u 0 = (u1 , u 2 , u3 ) + 0
= u1 0 , u 2 0 , u 3 0
= 0 + (u1 , u 2 , u3 )
=0+u
0 u = 0 + (u1 , u 2 , u3 )
= 0 u1 , 0 u2 , 0 u3
= u1 , u 2 , u3
=u
Secara Geometris
Jika, u 0 = PQ + 0 = PQ = u
Juga, 0 u = 0 + PQ = PQ = u
Jadi, u 0 0 u u
4. u (u ) 0
Secara Analitik
u (u ) = (u1 , u 2 , u3 ) + (- (u1 , u 2 , u3 ) )
= (u1 , u 2 , u3 ) + (u1 ,u 2 ,u3 )
= u1 (u1 ), u 2 (u 2 ), u3 (u3 )
=(0,0,0)
=0
Secara Geometris
Jika, u (u ) = PQ + (- PQ ) = 0
Maka, u (u ) 0
5. k (u ) (k)u
Secara Analitik
k (u ) = k ((u1 , u 2 , u3 ) )
= k (u1 , u 2 , u3 )
= (ku1 , ku 2 , ku3 )
= k(u1 , u 2 , u3 )
= k (u )
= ( k )u
Secara Geometris
Jika, k (u ) = k (( PQ))
12
= k(PQ)
Juga, ( k )u = (k)( PQ)
= k(PQ)
Jadi, k (u ) (k)u
6. k (u v) ku kv
Secara Analitik
k (u v) = k (u1 , u 2 , u3 v1 , v2 , v3 )
= k (u1 v1 , u 2 v2 , u3 v3 )
= ku1 kv1 , ku2 kv2 , ku3 kv3
= (ku1 , ku2 , ku3 ) (kv1 , kv2 , kv3 )
= (k (u1 , u 2 , u3 )) (k (v1 , v2 , v3 ))
= ku kv
Secara Geometris
Jika, k (u v) = k ( PQ QR ) = k (PR)
Juga, ku kv = k ( PQ) k (QR ) = k ( PQ QR ) = k (PR)
7. (k )u ku k
Secara Analitik
( k )u = (k )(u1 , u 2 , u3 )
= k (u1 , u 2 , u3 ) (u1 , u 2 , u3 )
= ku u
Secara Geometris
Jika, ( k )u = (k ) PQ
Juga, ku u k ( PQ) ( PQ) = (k ) PQ
Jadi, (k )u ku k
8. 1u u
Secara Analitik
1u = 1(u1 , u 2 , u3 )
= (u1 , u 2 , u3 )
=u
Secara Geometris
1u = 1( PQ) = PQ
Jadi, 1u u
Panjang suatu vektor u sering disebut sebagai norma u dan dinyatakan sebagai u .
13
Pada Gambar (a).
u12 u 22
2
u
u u12 u22
OR RP
2 2 2
u
u12 u 22 u 32
u12 u 22 u32
Jadi :
u u12 u 22 u32
14
Suatu vektor bernorma 1 disebut suatu vektor satuan.
Jika P1 x1 , y1 , z1 dan P2 x2 , y2 , z 2 adalah dua titik dalam ruang berdimensi-3.
P1 P2 x2 x1 , y2 y1 , z 2 z1
Jadi :
d x2 x1 2 y2 y1 2 z 2 z1 2
Demikian juga, jika P1 x1 , y1 dan P2 x2 , y2 adalah dua titik dalam ruang
P1 P2 x2 x1 , y2 y1
Jadi :
d x2 x1 2 y2 y1 2
Latihan dan Penyelesaian :
15
1
1. Perlihatkanlah bahwa jika v taknol, maka v mempunyai norma 1.
v
Penyelesaian :
Andaikan v (v1 , v2 ,..., vn ) maka v v12 v22 ... vn2
1 1
v = (v1 , v 2 ,..., v n )
v v v ... v 22
2
1
2
2
v1 v2 vn
= ( , ,..., )
v12 v 22 ... v n2 v12 v 22 ... v n2 v12 v 22 ... v n2
v12 v 22 ... v n2
=
v12 v 22 ... v n2
= 1
=1
2. Misalkan p0 ( x0 , y0 , z 0 ) dan p ( x, y, z ) . Gambarkanlah himpunan semua
titik x, y, z untuk mana p p0 1 .
Penyelesaian :
p p0 =1
( x x0 ), ( y y0 ), ( z z0 ) =1
( x x0 ) 2 ( y y 0 ) 2 ( z z 0 ) 2 =1
( x x0 ) 2 ( y y 0 ) 2 ( z z 0 ) 2 = 1
( x x0 ) ( y y 0 ) ( z z 0 )
2 2
=1 2
16
3.3 HASIL KALI TITIK PROYEKSI
Misalkan u dan v adalah dua vektor di ruang-2 atau ruang-3 dann anggaplah
vektor-vektor ini telah dilokasikan sehingga titik awalnya berimpit. Yang kita artikan
dengan sudut di antara u dan v adalah sudut yang ditentukan oleh u dan v yang
memenuhi 0 (gambar 3.18)
gambar 3.18
Teorema 1. Jika u dan v adalah vektor-vektor di ruang 2 atau ruang 3 dan adalah
sudut diantara u dan v, maka hasil kali titik atau hasil kali dalam Euclidis (Euclidean
inner product) didefinisikan oleh:
Contoh 5:
1. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.19, maka sudut diantara vektor u = (0,
0, 1) dan vektor v = (0, 0, 2) adalah 45 . Jadi
1
u v u v cos 0 2 0 2 12 0 2 2 2 2 2
2
2
17
gambar 3.19
Misalkan u = u1 , u 2 , u 3 dan v = v1 , v 2 , v 3 adalah dua vector tak nol. Seperti pada
gambar 3.20 adalah sudut diantara u dan v, maka hokum cosines menghasilkan:
2
u v 2 u v cos
2 2
PQ
gambar 3.20
u v cos
1
2
u 2
v
2
v u
2
18
atau
u v
1
2
u v v u
2 2 2
Dengan mensubstitusikan :
u12 u 22 u 32 v12 v 22 v 32
2 2
u v
dan
v u v1 u1 v 2 u 2 v 3 u 3
2 2
u v u1 v1 u 2 v 2 u 3 v3
Jika u dan v adalahvektor tak nol, maka berdasarkan rumus diatas dapat kita tuliskan
sebagai:
u v
cos
u v
Contoh 6:
Tinjaulah vektor-vektor
u = 1,1,1 dan v = 2,2,4 . Carilah u v dan tentukan sudut di antara u dan v
Penyelesaian:
v v v ; yakni v v v 2 .
2 1
a.
b. Jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol dan adalah sudut diantara kedua
vektor tersebut, maka;
lancip jika dan hanya jika u v 0
tumpul jika dan hanya jika u v 0
2 jika dan hanya jika u v 0
Bukti:
19
(a)
(b) Karena sudut θ diantaranya adalah 0, maka dapat diperoleh:
Contoh 7:
Jika u 2,1,3, v 2,5,2 dan w 3,0,2 . Maka:
Teorema 2(b). Dua vector tak nol adalah tegak lurus jika dan hanya jika hasil kali
titik-titiknya adalaah nol. Vektor tegak lurus disebut vektor orthogonal. Untuk
menetapkan bahwa u dan v adalah vektor orthogonal maka kita dapat menuliskan
uv
Contoh 8:
Tunjukkanlah bahwa di ruang 2 vektor n tak nol = (a,b) tegak lurus terhadap garis
ax+by+c = 0!
Penyelesaian:
Misalkan P1 x1 , y1 dan P2 x 2 , y 2 adalah titik nyata pada sebuah garis, sehingga
dengan demikian:
ax1 by1 c 0
ax 2 by 2 c 0
ax 2 x1 bx2 x1 0
20
a, b x 2 x1 , y 2 y1 0
atau
n P1 P2 0
Teorema 3.Jika, v dan w adalah vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan k adalah
skalar, maka:
(a) u.v=v.u
(b) u.(v+w) =u.v+u.w
(c) k (u.v) = (ku).v = u.(kv)
(d) v.v> 0 jika v ≠0 danv.v=0 jika v = 0
Bukti:
Kita akan membuktikan (c) untuk vektor di ruang-3. Misalkan u = u1 , u 2 , u 3 dan v
= v1 , v 2 , v 3 ; maka:
k u v k u1 v1 u 2 v 2 u 3 v3
Jika u dan a ditempatkan sedemikian rupa maka titik awalnya akan menempati titik
Q, kita dapat menguraikan vektor u sebagai berikut (gambar 3.22) : turunkanlah garis
tegak lurus dari atas u ke garis yang melalui a, dan bentuklah vektor w1 dari Q ke alas
garis yang tegak lurus tersebut. Bentuk selanjutnya akan berbeda.
w2 u w1
gambar 3.21
21
Sebagaimana ditunjukkan gambar 3.21, vektor w1 sejajar dengan a, vektor w2 tegak
lurus dengan a, dan
w1 w2 w1 u w1 u
Vektor w1 tersebut kita namakan proyeksi orthogonal pada atau kadang-kadang kita
namakan komponen vektor u sepanjang a. hal ini kita nyatakan dengan:
proy a u
w2 u proy a u
Teorema 4. Jika u dan a adalah vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan jika a 0 ,
ua
maka:komponen vector u sepanjang a: proy a u 2
a
a
ua
Komponen vector u yang orthogonal dengana : u proy a u u 2
a
a
Bukti:
Jadi:
u w1 w2 ka w2
Dengan mengambil hasil kali titik dari kedua sisi dengan a maupun dengan
menggunakan teorema 2(a) dan 3 akan menghasilkan:
u a ka w2 a k a w2 a
2
ua
k
a2
22
ua
proy a u 2
a
a
Contoh 9:
Penyelesaian:
ua
proy a u a
11
2,1,2 22 , 11 , 22
9 9 9
2
a 9
22 11 22 5 2 4
u proy a u 3,1,2 , , , ,
9 9 9 9 9 9
Sebuah rumus untuk panjang vektor u sepanjang a dapat kita peroleh dengan
menuliskan:
ua
proy a u 2
a
a
ua ua
Karena
a adalah sebuah skalar
a
2 a
ua
Karena
a
2 aa 0
2
Yang menghasilkan:
ua
proy a u
a
23
Jika menyatakan sudut diantara u dan a, maka u a u a cos , sehingga dengan
demikian dapat juga kita tuliskan sebagai:
proy a u u cos
Sebuah interpretasi geometric dari hasil ini kita berikan dalaam gambar 3.22
gambar 3.22
Contoh 10:
Penyelesaian:
Misalkan Qx1 , y1 adalah sebarang titik pada garis dan posisi vector n = (a,b)
sehingga dengan demikian titik awalnya terletak di Q
Dengan menggunakan kebajikan contoh 9, vektor n akan tegak lurus terhadap garis
tersebut (gambar 3.24). Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar tersebut, jarak D
akan sama dengan panjang proyeksi orthogonal QP0 pada n, jadi kita peroleh:
QP0 n
D proy n QP0
n
Tetapi:
QP0 x 0 x1 , y 0 y1
QP0 n a x 0 x1 b y 0 y1
n a2 b2
Sehingga:
24
ax 0 by 0 c
D
a2 b2
gambar 3.23
Contoh 11:
Penyelesaian:
53 12 1 3 6 6
D
5 12
2 2
169 13
25