Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ALJABAR LINEAR

“VEKTOR-VEKTOR DI RUANG-2 DAN RUANG-3 ”

Oleh :
Kelompok 5
Kelas II C
Luh Putu Eka Ratna Wulandari (1413011016)
Kadek Ayu Meisa Dewi (1413011033)
Nukita Putri Widiani (1413011120)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2015

1
3.1 VEKTOR (GEOMETRIK)

Perhatikan dua buah titik atau tempat, yaitu titik A dan titik B tertentu. Misalkan
kita berada pada titik A kemudian berpindah tempat ke titik B, maka terjadilah suatu
perpindahan, atau pergeseran, atau translasi dari titik A ke titik B.

A B

Gambar 3.1a

Perpindahan kedudukan dari titik A ke titik B ini ditentukan oleh dua hal, yaitu :

a) Berapa jauh jaraknya; dan,


b) Ke arah mana perpindahan tempat dilakukan.

Setiap perpindahan tempat yang mempunyai jarak tertentu (antara titik A dan titik B)
dan arah tertentu (dari titik A ke titik B) yang digambarkan dengan anak panah (yang
berpangkal di titik A dan berakhir di titik B) dinamakan vektor. Vektor dinyatakan
dengan huruf kecil tebal misalnya: a, k, v, w, dan x .Vektor yang titik awalnya di A dan
titik akhirnya di B dinyatakan dengan simbol:

v = AB

Vektor AB, artinya suatu vektor dengan titik A sebagai titik awal (initial point), titik B
sebagai titik akhir (ujung panah) yang dinamakan titik terminal (terminal point),arahnya
dari A ke B, dan besarnya (panjangnya) adalah jarak dari A ke B (panjang ruas garis
AB).
Simbol lain untuk menyatakan vektor AB, yaitu dengan menuliskan huruf kecil yang
dibubuhi ruas garis dibawahnya, atau boleh pula tanpa ruas garis tetapi ditulis atau
dicetak agak tebal.

A B

AB = a = a =a

Gambar 3.1b

2
Vektor-vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama dinamakan
ekivalen. Karena, kita menginginkan sebuah vektor yang ditentukan oleh panjang dan
arahnya, maka vektor-vektor ekivalen dianggap sebagai sama walaupun vektor-vektor
tersebut mungkin diletakkan pada kedudukan yang berbeda-beda (seperti pada gambar:
3.1c). Jika v dan w ekivalen maka dapat dituliskan :

vw

Gambar 3.1c

Definisi. Jika v dan w adalah sebarang dua vektor, maka jumlah v  w adalah vektor
yang ditentukan sebagai berikut. Tempatkanlah vektor w sehingga titik awalnya
berhimpit dengan titik terminal v . Vektor v  w dinyatakan oleh panah dari titik awal v
terhadap titik terminal w .(Gambar 3.2a).

v+w

Gambar 3.2a

Pada gambar tersebut 3.2b kita telah membentuk dua jumlah, yakni : v  w dan w  v .
Jelaslah bahwa :
v  w  wv

3
Dan bahwa jumlah tersebut berimpit dengan diagonal jajar genjang yang ditentukan
oleh v dan w bila vektor-vektor ini dilokasikan sehingga vektor-vektor tersebut
mempunyai titik awal yang sama. Vektor yang panjangnya nol dinamakan vektor nol
(zero vector) dan dinyatakan dengan 0. Kita definisikan :
0v  v0  v

w
v
v+w

w+v

Gambar 3.2b

Untuk tiap-tiap vektor v , karena tidak ada arah alami untuk vektor nol. Maka,
dalam hal ini kita akan sepakat untuk vektor nol ditetapkan mempunyai sebarang arah
yang akan memudahkan dalam pemecahan soal. Jika v adalah sebarang vektor taknol,
maka  v adalah negatif, didefinisikan bagi vektor yang memilikibesaran sama seperti
v , tetapi diarahkan berlawanan dengan v (lihat gambar 3.3). Vektor ini memiliki sifat
(dimana, kita definisikan -0 = 0) :
v  ( v )  0

-v

Gambar 3.3

Definisi. Jika v dan w adalah sebarang dua vektor, pengurangan w dari v didefinisikan
oleh :

v  w  v  ( w)

4
v-w

-w

Gambar 3.4a

Untuk mendapatkan selisih v  w tanpa menggambarkan  w , dengan menempatkan v


dan w sehingga titik awalnya berimpit; vektor dari titik terminal w ke titik terminal v
adalah vektor v  w (gambar : 3.4b).

v-w

Gambar 3.4b

Definisi. Jika v adalah vektor taknol dan k bilangan riil taknol (skalar), maka hasil kali
kv didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya k kali panjang v dan yang arahnya
sama seperti arah v jika k > 0 dan berlawanan dengan arah v jika k < 0. Kita
definisikan kv = 0 jika k = 0 atau v = 0.

2v
(-1)v -2v

1/2v

Gambar 3.5

5
Pada gambar 3.5 melukiskan hubungan di antara vektor v dan vektor-vektor 1/2 v , (-1)
v , 2 v , dan (-3) v . Salah satunya: pada vektor (-1) v mempunyai panjang yang sama
seperti v tetapi diarahkan berlawanan. Jadi, (-1) v tak lain dari negatif v , yakni :

(-1) v = - v

Sistem koordinat siku-siku diperkenalkan dalam menyederhanakan soal-soal yang


melibatkan vektor. Dalam pembahasan pertama mengenai vektor diruang dua. Misal : v
adalah sebarang vektor pada bidang, dan anggaplah, seperti pada gambar 3.6.
Koordinat-koordinat ( v 1, v 2) dari titik terminal v dinamakan komponen-komponen v ,
dan kita tuliskan sebagai :

v =( v 1, v 2)

Apabila, vektor-vektor ekivalen, v dan w dilokasikan sehingga titik awalnya jatuh di


titik asal, maka jelas bahwa titik-titik terminalnya harus berimpit. Maka, vektor-vektor
tersebut mempunyai komponen-komponen yang sama dan vektor yang mempunyai
komponen-komponen yang sama haruslah mempunyai panjang dan arah yang sama
pula, sehingga vektor-vektor tersebut ekivalen. Sebagai ikhtisar, maka dua vektor

v  (v1 , v2 ) dan w  (w1 , w2 )


ekivalen jika dan hanya jika;

v1  w1 dan v2  w2

v1 ,v2

Gambar 3.6

Gambar 3.7 melukiskan bagaimana menyelesaikan operasi penambahan vektor dan


operasi vektor perkalian oleh skalar dalam komponen-komponen. Jika :

v  (v1 , v2 ) dan w  (w1 , w2 ) , maka v  w  (v1  w1 , v2  w2 )

6
y

Gambar 3.7

Jika v  (v1 , v2 ) dan k adalah sebarang skalar, maka dengan menggunakkan argumen
geometrik yang melibatkan segitiga yang serupa, dapat diperlihatkan bahwa :

kv  kv1 ,kv2

Jadi, misalnya : jika v = (2, -3) dan w = (8, 7), maka

v  w  (2,3)  (8,7)  (2  8,3  7)  (10,4)


4v  4(2,3)  (4(2), 4(3))  (8,12)

Karena, v  w  v  (1) w diikuti oleh rumus (3.1b) dan (3.1c) bahwa:

v  w  (v1  w1 , v2  w2 )

Seperti halnya pada vektor di ruang dua, pada vektor-vektor di ruang-3 dapat
digambarkan oleh tripel bilangan riil, dengan memperkenalkan koordinat siku-siku.
Untuk membentuk sistem koordinat seperti itu, pilihlah titik 0, yang dinamakan titik
asal, dan pilihlah tiga garis yang saling tegak lurus, yang dinamakan sumbu koordinat,
yang melalui titik asal tersebut. Tandai sumbu-sumbu dengan x,y,dan z dan pilihlah
arah positif untuk setiap sumbu koordinat dan juga satuan panjang untuk mengukur
jarak. Setiap pasang sumbu koordinat menentkan bidang yang dinamakan bidang
koordinat (bidang ini disebut : bidang-xy, bidang-xz, bidang-yz). Untuk setiap titik P
diruang-3 kita tetapkan tripel bilangan (x,y,z) yang dinamakan koordinat-koordinat P.

7
Koordinat-koordinat P didefinisikan sebagai panjang bertanda : x= OX, y= OY, z = OZ

Gambar 3.8a

Pada gambar 3.9 kita telah membentuk titik-titik yang koordinatnya adalah
(4,5,6) dan (-3,2,-4).

Sistem-sistem koordinat siku-siku diruang-3 dapat digolongkan ke dalam dua kategori


yakni: a) sistem tangan kiri (left handed)
b) sistem tangan kanan (right handed).
Pada sistem tangan kanan mempunyai sifat bahwa sekrup biasa yang diarahkan positif
pada sumbu-z akan bergerak maju jika sumbu-x positif dirotasikan 90o menuju sumbu-y
positif.

8
Pada sistem tangan kiri memiliki sifat kebalikan dari sistem tangan kanan.

Pada keadaan gambar 3.9, vektor v diruang-3 dilokasikan sehingga titik awalnya berada
dititik asal sistem koordinat siku-siku, maka koordinat-koordinat titik terminal tersebut
dinamakn komponen-komponen v yang dapat dituliskan :

v  (v1 , v2 , v3 )

Gambar 3.9

Contoh 1:

Jika v  (1,3,2) dan w  (4,2,1) , maka :

v  w  (5,1,3),2v  (2,6,4), w  (4,2,1), v  w  (3,5,1)

v  (v1 , v2 ) dan w  (w1 , w2 )

Contoh 2:

9
Pemecahan banyak soal dapat disederhanakan dengan mentraslasikan sumbu koordinat
untuk mendapatkan sumbu baru yang sejajar dengan sumbu aslinya.

Gambar 3.10

Pada gambar 3.10 kita telah mentranslasikan sumbu koordinat xy untuk mendapatkan
sebuah sistem koordinat x’y’ yang titik asalnya 0’ berada dititik (x,y) = (k,l). Titik P
diruang-2 kini mempunyai baik koordinat (x,y) maupun koordinat (x’,y’). Tinjau vektor
O' P . Di dalam sistem xy titik awalnya berada di (k,l) dan titik terminalnya berada di
(x,y) ; jadi, O' P = (x-k,y-l). Dalam sistem x’y’ titik awalnya berada di (0,0) dan titik
terminalnya berada di (x’.y’); jadi, O' P = (x’,y’). Maka :

x’= x-k y’=y-l

Persamaan-persamaan ini dinamakan persamaan translasi.

3.2 NORMA SUATU VEKTOR ; ILMU HITUNG VEKTOR

Padabagianinikitaakanmenetapkanaturandasardariilmuhitungvektor

 SIFAT-SIFAT OPERASI VEKTOR

Teorema1:

Jika u, v, w adalahvektor-vektordalamruangberdimensi 2 danberdimensi 3 dan k dan l


adalahskalar, makahubunganberikutiniakan berlaku.

1. u + v = v + u

10
2. (u+v)+w = u+(v+w)
3. u + 0 = 0 + u = u
4. u + (-u) = 0
5. k(lu) = (kl)u
6. k(u+v)=ku + kv
7. (k+l) u = ku +lu
8. 1u=u

Pembuktian :
Andaikan

 Secara Analitik , untuk vektor diruang-3. u  (u1 , u 2 , u3 ) ; v  (v1 , v2 , v3 ) ; dan


w  (w1 , w2 , w3 )
 Secara Geometris , u , v , dan w dinyatakan oleh PQ , QR , dan RS

1. u  v  v  u
 Secara Analitik
uv= (u1 , u 2 , u3 ) + (v1 , v2 , v3 )
= u1  v1 , u 2  v2 , u3  v3
= (v1 , v2 , v3 ) + (u1 , u 2 , u3 )
=v+u
 Secara Geometris
Jika , u + v = PQ + QR = PR
Juga , v + u = QR + PQ = PR
Maka , u  v  v  u

2. (u  v)  w  u  (v  w)
 Secara Analitik
(u  v)  w = ( (u1 , u 2 , u3 ) + (v1 , v2 , v3 ) ) + (w1 , w2 , w3 )
= ( u1  v1 , u 2  v2 , u3  v3 ) + ( w1 , w2 , w3 )
= u1  v1  w1 , u 2  v2  w2 , u3  v3  w3
= (u1 , u 2 , u3 ) + (v1  w1 , v2  w2 , v3  w3 )
= u + ( (v1 , v2 , v3 ) + ( w1 , w2 , w3 ) )
= u  (v  w)

 Secara Geometris
Jika , (u  v)  w = ( PQ + QR ) + RS = PR + RS = PS

11
Juga , u  (v  w) = PQ + ( QR + RS ) = PQ + QS = PS
Jadi , (u  v)  w  u  (v  w)

3. u  0  0  u  u
 Secara Analitik
u  0 = (u1 , u 2 , u3 ) + 0
= u1  0 , u 2  0 , u 3  0
= 0 + (u1 , u 2 , u3 )
=0+u
0  u = 0 + (u1 , u 2 , u3 )
= 0  u1 , 0  u2 , 0  u3
= u1 , u 2 , u3
=u
 Secara Geometris
Jika, u  0 = PQ + 0 = PQ = u
Juga, 0  u = 0 + PQ = PQ = u
Jadi, u  0  0  u  u

4. u  (u )  0
 Secara Analitik
u  (u ) = (u1 , u 2 , u3 ) + (- (u1 , u 2 , u3 ) )
= (u1 , u 2 , u3 ) + (u1 ,u 2 ,u3 )
= u1  (u1 ), u 2  (u 2 ), u3  (u3 )
=(0,0,0)
=0
 Secara Geometris
Jika, u  (u ) = PQ + (- PQ ) = 0
Maka, u  (u )  0

5. k (u )  (k)u
 Secara Analitik
k (u ) = k ((u1 , u 2 , u3 ) )
= k (u1 , u 2 , u3 )
= (ku1 , ku 2 , ku3 )
= k(u1 , u 2 , u3 )
= k (u )
= ( k  )u
 Secara Geometris
Jika, k (u ) = k (( PQ))

12
= k(PQ)
Juga, ( k )u = (k)( PQ)
= k(PQ)
Jadi, k (u )  (k)u

6. k (u  v)  ku  kv
 Secara Analitik
k (u  v) = k (u1 , u 2 , u3  v1 , v2 , v3 )
= k (u1  v1 , u 2  v2 , u3  v3 )
= ku1  kv1 , ku2  kv2 , ku3  kv3
= (ku1 , ku2 , ku3 )  (kv1 , kv2 , kv3 )
= (k (u1 , u 2 , u3 ))  (k (v1 , v2 , v3 ))
= ku  kv
 Secara Geometris
Jika, k (u  v) = k ( PQ  QR ) = k (PR)
Juga, ku  kv = k ( PQ)  k (QR ) = k ( PQ  QR ) = k (PR)

7. (k  )u  ku  k
 Secara Analitik
( k   )u = (k  )(u1 , u 2 , u3 )
= k (u1 , u 2 , u3 )  (u1 , u 2 , u3 )
= ku  u
 Secara Geometris
Jika, ( k  )u = (k  ) PQ
Juga, ku  u  k ( PQ)  ( PQ) = (k  ) PQ
Jadi, (k  )u  ku  k
8. 1u  u
 Secara Analitik
1u = 1(u1 , u 2 , u3 )
= (u1 , u 2 , u3 )
=u
 Secara Geometris
1u = 1( PQ) = PQ
Jadi, 1u  u

 NORMA SUATU VEKTOR

Panjang suatu vektor u sering disebut sebagai norma u dan dinyatakan sebagai u .

13
Pada Gambar (a).

Anggap vektor u  u1 ,u 2  dalam ruang berdimensi-2. Berdasarkan teorema Phytagoras,

maka kita akan dapatkan :

 u12  u 22
2
u

u  u12  u22

Jadi : u  u12  u22

Pada Gambar (b).

Anggap vektor u  u1 , u 2 , u3  dalam ruang berdimensi-3. Berdasarkan teorema


Phytagoras, maka kita akan dapatkan :

 OR   RP 
2 2 2
u

 OQ   OS   RP 


2 2 2

 u12  u 22  u 32

 u12  u 22  u32

Jadi :

u  u12  u 22  u32

14
Suatu vektor bernorma 1 disebut suatu vektor satuan.

Jika P1  x1 , y1 , z1  dan P2  x2 , y2 , z 2  adalah dua titik dalam ruang berdimensi-3.

Maka jarak d antara kedua titik tersebut adalah norma P1 P2

P1 P2  x2  x1 , y2  y1 , z 2  z1 

Jadi :

d x2  x1 2   y2  y1 2  z 2  z1 2

Demikian juga, jika P1  x1 , y1  dan P2  x2 , y2  adalah dua titik dalam ruang

berdimensi-3. Maka jarak d antara kedua titik tersebut adalah norma P1 P2

P1 P2  x2  x1 , y2  y1 

Jadi :

d x2  x1 2   y2  y1 2
Latihan dan Penyelesaian :

15
1
1. Perlihatkanlah bahwa jika v taknol, maka v mempunyai norma 1.
v
Penyelesaian :
Andaikan v  (v1 , v2 ,..., vn ) maka v  v12  v22  ...  vn2

1 1
v = (v1 , v 2 ,..., v n )
v v  v  ...  v 22
2
1
2
2

v1 v2 vn
= ( , ,..., )
v12  v 22  ...  v n2 v12  v 22  ...  v n2 v12  v 22  ...  v n2

v12 v22 vn2


=   ... 
v12  v22  ...  vn2 v12  v22  ...  vn2 v12  v22  ...  vn2

v12  v 22  ...  v n2
=
v12  v 22  ...  v n2
= 1
=1
2. Misalkan p0  ( x0 , y0 , z 0 ) dan p  ( x, y, z ) . Gambarkanlah himpunan semua
titik x, y, z  untuk mana p  p0  1 .
Penyelesaian :
p  p0 =1
( x  x0 ), ( y  y0 ), ( z  z0 ) =1

( x  x0 ) 2  ( y  y 0 ) 2  ( z  z 0 ) 2 =1
( x  x0 ) 2  ( y  y 0 ) 2  ( z  z 0 ) 2 = 1
( x  x0 )  ( y  y 0 )  ( z  z 0 )
2 2
=1 2

Mengingat bentuk umum dari persamaan lingkaran yaitu


( x  a) 2  ( y  b) 2  ( z  c) 2  r 2 yang berpusat di a, b, c dan jari-jari (r)
Jadi gambar dari sebuah himpunan tersebut yaitu:

16
3.3 HASIL KALI TITIK PROYEKSI

Misalkan u dan v adalah dua vektor di ruang-2 atau ruang-3 dann anggaplah
vektor-vektor ini telah dilokasikan sehingga titik awalnya berimpit. Yang kita artikan
dengan sudut di antara u dan v adalah sudut  yang ditentukan oleh u dan v yang
memenuhi 0     (gambar 3.18)

gambar 3.18

Teorema 1. Jika u dan v adalah vektor-vektor di ruang 2 atau ruang 3 dan adalah
sudut diantara u dan v, maka hasil kali titik atau hasil kali dalam Euclidis (Euclidean
inner product) didefinisikan oleh:

u v cos jika u dan v


u v  
 0 jika u = 0 atau v = 0

Contoh 5:

1. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.19, maka sudut diantara vektor u = (0,
0, 1) dan vektor v = (0, 0, 2) adalah 45 . Jadi

   1 
u  v  u v cos   0 2  0 2  12 0 2  2 2  2 2 
 2

  2

17
gambar 3.19

Misalkan u = u1 , u 2 , u 3  dan v = v1 , v 2 , v 3  adalah dua vector tak nol. Seperti pada
gambar 3.20  adalah sudut diantara u dan v, maka hokum cosines menghasilkan:
2
 u v 2 u v cos 
2 2
PQ

gambar 3.20

karena PQ = v-u, maka dapat kita tuliskan kembali sebagai:

u v cos  
1
2
u  2
v
2
 v u
2

18
atau
u v 
1
2

u v  v u
2 2 2

Dengan mensubstitusikan :

 u12  u 22  u 32  v12  v 22  v 32
2 2
u v
dan
v u  v1  u1   v 2  u 2   v 3  u 3 
2 2

setelah menyederhanakannya akan kita dapatkan :

u  v  u1 v1  u 2 v 2  u 3 v3

Jika u dan v adalahvektor tak nol, maka berdasarkan rumus diatas dapat kita tuliskan
sebagai:

u v
cos  
u v

Contoh 6:
Tinjaulah vektor-vektor
u = 1,1,1 dan v = 2,2,4 . Carilah u  v dan tentukan sudut di antara u dan v
Penyelesaian:

u  v  u1 v1  u 2 v 2  u 3 v3  12  12   14  0

Untuk vektor yang diberikan kita dapat u  3 dan v  24 sehingga:


u v 0
cos    0
u v 3 24

Jadi, cos cos   90

Teorema 2.Misalkan u dan v adalah vektor di ruang 2 atau ruang 3

v  v  v ; yakni v  v  v  2 .
2 1
a.
b. Jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol dan  adalah sudut diantara kedua
vektor tersebut, maka;
 lancip jika dan hanya jika u v  0
 tumpul jika dan hanya jika u v  0
   2 jika dan hanya jika u v  0

Bukti:

19
(a)
(b) Karena sudut θ diantaranya adalah 0, maka dapat diperoleh:

vv  v v cos   v cos 0  v


2 2

(c) karena u  0 , v  0 dan u  v  u v cos  maka u  v mempunyai tanda sama


seperti cos  . Karena  memenuhi 0     maka sudut  lancip jika dan hanya
jika cos   0 ; dan  tumpul jika dan hanya jika cos   0 ; dan    2 jika dan
hanya jika cos   0

Contoh 7:
Jika u   2,1,3, v  2,5,2 dan w  3,0,2 . Maka:

u  v   22  1 5  32  3 Jadi, u dan v membentuk sudut


v  w  23   50  22  10 tumpul, v dan w membentuk sudut
u  w   23  10  32  0 lancip serta u dan w tegak lurus
satu sama lain

Teorema 2(b). Dua vector tak nol adalah tegak lurus jika dan hanya jika hasil kali
titik-titiknya adalaah nol. Vektor tegak lurus disebut vektor orthogonal. Untuk
menetapkan bahwa u dan v adalah vektor orthogonal maka kita dapat menuliskan
uv

Contoh 8:

Tunjukkanlah bahwa di ruang 2 vektor n tak nol = (a,b) tegak lurus terhadap garis
ax+by+c = 0!

Penyelesaian:

Misalkan P1 x1 , y1  dan P2 x 2 , y 2  adalah titik nyata pada sebuah garis, sehingga
dengan demikian:

ax1  by1  c  0
ax 2  by 2  c  0

Karena vektor P1 P2  x 2  x1 , y 2  y1  digerakkan sepanjang garis itu, maka kita


hanya ingin menunjukkan bahwa n dan P1 P2 adalah tegak lurus. Namun pada
pengurangan persamaan diatas kita peroleh:

ax 2  x1   bx2  x1   0

Yang dapat dinyatakan dalam bentuk

20
a, b  x 2  x1 , y 2  y1   0
atau
n  P1 P2  0

Sehingga dengan demikian n dan P1 P2 akan tegak lurus.

Teorema 3.Jika, v dan w adalah vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan k adalah
skalar, maka:
(a) u.v=v.u
(b) u.(v+w) =u.v+u.w
(c) k (u.v) = (ku).v = u.(kv)
(d) v.v> 0 jika v ≠0 danv.v=0 jika v = 0
Bukti:

Kita akan membuktikan (c) untuk vektor di ruang-3. Misalkan u = u1 , u 2 , u 3  dan v
= v1 , v 2 , v 3  ; maka:

k u  v   k u1 v1  u 2 v 2  u 3 v3 

 ku1 v1  ku2 v 2  ku3 v 3


 ku  v

Demikian juga k u  v  uk  v

Jika u dan a ditempatkan sedemikian rupa maka titik awalnya akan menempati titik
Q, kita dapat menguraikan vektor u sebagai berikut (gambar 3.22) : turunkanlah garis
tegak lurus dari atas u ke garis yang melalui a, dan bentuklah vektor w1 dari Q ke alas
garis yang tegak lurus tersebut. Bentuk selanjutnya akan berbeda.

w2  u  w1

gambar 3.21

21
Sebagaimana ditunjukkan gambar 3.21, vektor w1 sejajar dengan a, vektor w2 tegak
lurus dengan a, dan

w1  w2  w1  u  w1   u

Vektor w1 tersebut kita namakan proyeksi orthogonal pada atau kadang-kadang kita
namakan komponen vektor u sepanjang a. hal ini kita nyatakan dengan:

proy a u

Vektor w2 kita namakan komponen vektor u yang orthogonal terhadap a, karena


w2  u  w1 maka vector ini dapat kita tuliskan sebagai:

w2  u  proy a u

Teorema 4. Jika u dan a adalah vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan jika a  0 ,
ua
maka:komponen vector u sepanjang a: proy a u  2
a
a

ua
Komponen vector u yang orthogonal dengana : u  proy a u  u  2
a
a

Bukti:

Misalkan w1  proy a u dan w2  u  proy a u . Karena w1 sejajar dengan a, maka kita


harus mengalikan skalar a, sehingga kita dapat menuliskan dalam bentuk w1  ka

Jadi:

u  w1  w2  ka  w2

Dengan mengambil hasil kali titik dari kedua sisi dengan a maupun dengan
menggunakan teorema 2(a) dan 3 akan menghasilkan:

u  a  ka  w2 a  k a  w2  a
2

Namun, w2 a  0 karena w2 tegak lurus pada a, sehingga menghasilkan:

ua
k
a2

Karena proy a u  w1  ka kita peroleh:

22
ua
proy a u  2
a
a

Contoh 9:

Misalkan u  3,1,2 dan a  2,1,2. Carilah komponen vektor u sepanjang a dan


komponen vektor u yang orthogonal ke a.

Penyelesaian:

u  a  (3)(2)  (1)(1)  (2)(2)  11


 2 2  (1) 2  2 2  9
2
a

Jadi komponen vektor u sepanjang a adalah

ua
proy a u  a
11
2,1,2   22 , 11 , 22 
 9 9 9 
2
a 9

Dan komponen vektor u yang orthogonal ke a adalah

 22 11 22   5 2 4 
u  proy a u  3,1,2   , ,    , , 
 9 9 9  9 9 9

Sebuah rumus untuk panjang vektor u sepanjang a dapat kita peroleh dengan
menuliskan:

ua
proy a u  2
a
a

 ua ua 
 Karena
 a adalah sebuah skalar 
 a
2 a 

ua
Karena

a
2 aa  0
2

Yang menghasilkan:

ua
proy a u 
a

23
Jika  menyatakan sudut diantara u dan a, maka u  a  u a cos  , sehingga dengan
demikian dapat juga kita tuliskan sebagai:

proy a u  u cos 

Sebuah interpretasi geometric dari hasil ini kita berikan dalaam gambar 3.22

gambar 3.22

Contoh 10:

Carilah rumus untuk jarak D diantara titik P0 x 0 , y 0  dan garis ax  by  c  0 !

Penyelesaian:

Misalkan Qx1 , y1  adalah sebarang titik pada garis dan posisi vector n = (a,b)
sehingga dengan demikian titik awalnya terletak di Q

Dengan menggunakan kebajikan contoh 9, vektor n akan tegak lurus terhadap garis
tersebut (gambar 3.24). Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar tersebut, jarak D
akan sama dengan panjang proyeksi orthogonal QP0 pada n, jadi kita peroleh:

QP0  n
D  proy n QP0 
n

Tetapi:

QP0   x 0  x1 , y 0  y1 
QP0  n  a x 0  x1   b y 0  y1 
n  a2  b2

Sehingga:

24
ax 0  by 0  c
D
a2  b2

gambar 3.23

Contoh 11:

Jarak D dari titik (3,-1) kegaris 5x+12y+3 = 0 adalah

Penyelesaian:

53  12 1  3 6 6
D  
5  12
2 2
169 13

25

Anda mungkin juga menyukai