Anda di halaman 1dari 47

MODUL PEMBELAJARAN

MATEMATIKA IV

Oleh :
Stephani Rangga Larasati

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKUKTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

1
VEKTOR DAN SKALAR

Masih ingatkah Anda tentang vektor? Apa beda vektor dengan skalar? Ya,
vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah, sedangkan skalar adalah
besaran yang memiliki nilai tetapi tidak memiliki arah.
Coba sebutkan apa saja yang termasuk vektor dan apa saja yang termasuk
skalar? Ya, panjang, waktu, volume, serta usaha termasuk skalar, sedangkan
yang termasuk vektor adalah kecepatan, gaya, perpindahan, dan percepatan.
Selain contoh di atas, coba Anda sebutkan contoh vektor dan skalar yang
lainnya!
Berikut ini definisi vektor secara lengkap.
Secara grafik
Coba lihat gambar di bawah ini!

Apa yang Anda lihat pada gambar di atas? Ada sebuah anak panah yang
berawal di titik O dan berujung di titik P. Gambar tersebut merupakan
sebuah vektor, dimana titik O adalah titik pangkal (titik awal) vektor dan titik
P adalah titik akhir (titik ujung) vektor. Titik ujung vektor menunjukkan arah
yang dituju.

Secara analisis
Vektor dilambangkan oleh sebuah huruf. Anak panah diletakkan di atas huruf
atau dengan menebalkan huruf tersebut, yang menandakan bahwa vektor
memiliki arah. Jadi, vektor OP dilambangkan dengan . Besar dinyatakan
dengan .

Berikut sifat-sifat aljabar vektor.


Jika A, B, dan C adalah vector-vektor dan m, n adalah skalar-skalar, maka :
1. A + B = B+A Hukum komutatif penjumlahan
2. A + (B+C) = (A+B)+C Hukum Asosiatif penjumlahan
3. mA=Am Hukum komutatiff perkalian
4. m(nA)=(mn)A Hukum asosiatif perkalian
5. (m + n)A = mA + nA Hukum distributive
6. m (A+B) = mA + mB Hukum distributif

2
Contoh

Jika A dan B seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Gambarkanlah A – 2B


B

Penyelesaian

Langkah-langkahnya sebagai berikut.


a. Buat vektor -2B, di mana panjangnya 2 |B| dan arahnya berlawanan
dengan arah B
b. Pindahkan -2B dengan meletakkan titik pangkalnya pada titik ujung A
c. Hubungkan titik pangkal A dengan titik ujung -2B yang baru
dipindahkan, maka didapat A – 2B

-2B

A
A -2B

Latihan
1. Misalkan titik-titik P(1, -2), Q(-3, 4), dan R(2, -3). Tentukanlah
(a) PQ
(b) QR,
( c )PQ – QR
(d) -3RP
Penyelesaian
(a) PQ = (-3 - ..., ... + ... ) = (-4, ...)
(b) QR = ( ... + ..., ...–4) = (... , ... )
(c) PQ – QR = (-4, ...)–( ... , ... )
= (-4 - ... , ... + ... )
= ( ... , 13)
(d) -3RP = -3( ... – 2 , ... + ...) = -3( ..., ...) = ( ... , ... )

2. Dua buah sisi sebuah segitiga dibentuk oleh vektor-vektor V = 3i + 4j dan


W= 5i +2j. Hitunglah panjang sisi-sisi segitiga yang dibentuk oleh kedua
vektor tersebut.

3. Sebuah mobil bergerak sejauh 100 km menuju ke arah barat, kemudian


dilanjutkan sejauh 60 km menuju barat laut, dan 80 km menuju timur.
a. Gambarkan dengan grafik perpindahan yang dilakukan bus tersebut.
Untuk itu gunakan skala 1 cm untuk mewakili 20 km
b. Jika R adalah perpindahan yang dilakukan oleh bus tersebut, hitunglah
c. panjang dan arah R dengan menggunakan grafik dan secara analitik

3
PERKALIAN TITIK DAN SILANG

Perkalian Titik
Perkalian titik dua buah vektor akan menghasilkan sebuah skalar.

Secara analitik:
Misalkan A = A1i+A2j+A3kdengan sistem koordinat x,y dan z, makaA.B
didefinisikan :

Untuk vektor satuan terdapat hubungan-hubungan yang khusus dalam operasi


perkalian titik, yang merupakan sifat-sifat yang digunakan dalam perkalian titik, yaitu

dan

Atau dapat pula dituliskan dengan menggunakan notasi delta Kronecker , yaitu

Secara geometri :
A.B didefinisikan sebagai perkalian antara besarnya vektor-vektor AdanB dan
cosinus sudut θ antara keduanya.
A.B=‫׀‬A‫׀׀‬B‫ ׀‬cos θ
Coba Anda perhatikan gambar berikut!

Apa yang dapat Anda lihat dari gambar tersebut?


Gambar tersebut menunjukkan sebuah objek yang diberi gaya . Objek
tersebut bergerak lurus sejauhr dari titik A ke titik B . Usaha untuk gaya
konstan tersebut dirumuskan sebagai berikut.
W = (|Fcos θ|) (|r|)
W = Frcos θ
Dengan menggunakan definsi perkalian titik, maka diperoleh
W= F.r
Jadi, usaha merupakan hasil dari perkalian titik antara gaya dengan
perpindahan .
4
Perkalian Vektor-vektor Satuan
Dengan menggunakan definisi perkalian titik, didapatkan:

i.i = |i|.|i| cos 0o=1.1.1 = 1


j.j = |j|.|j| cos 0o =1.1.1 = 1
k.k = |k|.|k| cos 0o =1.1.1 = 1
i.j= |i|.|j| cos 90o =1.1.0 = 0
i.k= |i|.|k| cos 90o =1.1.0 = 0
j.k= |j|.|k| cos 90o =1.1.0 = 0
j.i= |j|.|i| cos 90o =1.1.0 = 0
k.i= |k|.|i| cos 90o =1.1.0 = 0
k.j= |k|.|j| cos 90o =1.1.0 = 0

Hasil perkalian titik dari vektor satuan-vektor satuan pada bidang dengan
menggunakan definisi di atas dapat disimpulkan dalam bentuk tabel di
bawah ini.
. I j K
i 1 0 0
j 0 1 0
k 0 0 1

Sifat-sifat Perkalian Titik Vektor


Berikut adalah sifat-sifat perkalian titik vektor :
Misalkan A,B, dan C adlah 3 buah vektor dan m adalah bilangan real, maka
berlaku :
o A.A = |A|2
o A.B = B.A
o A. (B + C) = A.B + A.C
o m (A.B) = (mA).B= A.(mB) = (A.B)m
o 0.A = 0
o Jika A.B=0 dimana A dan B adalah vektor tak nol, maka A tegak lurus B
o |A.B| ≤ |A||B|

Bukti :
o A.A= (A1i+A2j+A3k) . (A1i+A2j+A3k)
Berdasarkan definisi perkalian titik diperoleh
A.A= A12+A22
2
= √𝐴12 + 𝐴22
= |A|2
o A.B =(A1i+A2j+A3k) . (B1i+B2j+B3k)
Berdasarkan definisi perkalian titik diperoleh
5
A.B = A1B1+A2B2 +A3B3
Karena A1B1,A2B2, danA3B3 merupakan bilangan real, maka berlaku sifat
komutatif :
A1B1= B1A1,A2B2= B2A2, A3B3 = B3A3
sehingga
A.B = B1A1+ B2A2 + B3A3
= B.A

CONTOH SOAL

1. Jika A= A1i+ A2j+ A3k dan B = B1i+ B2j+ B3k, maka tunjukkan bahwa
A.B = A1 B1 +A2 B2 + A3 B3
Penyelesaian :
A.B =(A1i+ A2j+ A3k) . (B1i+ B2j+ B3k)
= A1i .(B1i+ B2j+ B3k) + A2j .(B1i+ B2j+ B3k) + A3k .(B1i+ B2j+ B3k)
= A1B1(i.i) + A1B2 (i.j) + A1B3 (i.k) + A2B1(j.i) + A2B2 (j.j) +A2B3 (j.k) +
A3B1(k.i) + A3B2 (k.j) + A3B3 (k.k)
Karena i.i = j.j = k.k = 1 dan semua hasil kali titik lainnya sama dengan 0, maka
A.B =A1B1+ 0 + 0 + 0 + A2B2 + 0 + 0 + 0 + A3B3
= A1B1+A2B2 +A3B3

2. Jika A= i + 2j dan B= 2i – 3j, tentukan :


a. A.B
b. Sudut yang dibentuk A dan B
Penyelesaian :
a. A. B = (i + 2j) . (2i – 3j) = (1)(2) + (2)(-3) = 2 – 6 = -4
b. Berdasarkan definisi A.B= ‫׀‬A‫׀׀‬B‫ ׀‬cos θ, dengan θ adalah sudut yang
dibentuk oleh A dan B, maka
𝐀. 𝐁 −4 −4 −4
𝐜𝐨𝐬 θ = = = = = −0,4961
‫√ ׀𝐁׀׀𝐀׀‬12 + 22 √22 + (−3)2 √5√13 √65

θ = arc cos(−0,4961) = 119,74


Latihan soal
1. Jika A = a1i + a2j + a3 k, perlihatkan bahwa :
A A.A  a12 a 22 a2 3
2. Carilah sudut antara 2 buah vektor : A = 2i + 2j –k dan B = 6i – 3j +2k
3. Tentukan harga a sehingga: A = 2i + aj + k dan B = 4i +2j +2k saling
tegaklurus.
4. Buktikanbahwavektor-vektor : A = 3i -2j +k ; B = i – 3j +
5k, dan: C = 2i + j –4k membentuk sebuah segitigasiku-siku
5. TentukanvectorsatuanyangtegaklurusA=3i-2j+k;B=i
– 3j + 5k
6. Tentukan vector satuan yang tegak lurus A = 3i + 2j -k ; B =3i
– 3j + 2k
7. Tentukan harga a sehingga: A = 2i + aj + k dan B = 4i – 2j - 2ksejajar.
8. Tentukan usaha/kerja yang dilakukan oleh sebuah gayaF= 2i - j- k untuk
menggerakkan obyek sepanjang vector lintasan : r = 3i + 2j -5k

6
Perkalian Silang
Secara geometri
Perkalian silang dari 2 vektor A dan B adalah sebuah vektor C = A x B, yang besarnya
adalah hasil kali antara besarnya A dan B dan sinus sudut antara keduanya:
A x B = ‫׀‬A‫׀׀‬B‫ ׀‬sinθu, 0 ≤ θ ≤ π
Dimana u adalah vektor satuan yang menunjukkan arah dari A x B
Secara analisis
Misalkan A= A1i+ A2j+ A3k dan B = B1i+ B2j+ B3k, maka perkalian silang dari 2 vektor A
dan B didefinisikan oleh :
𝑖 𝑗 𝑘
𝐴1 𝐴2 𝐴3 = (A2B3 – A3B2) i – (A1B3 – A3B1)j + (A1B2 - A2B1)k
𝐵1 𝐵2 𝐵3

Dengan menggunakan definisi perkalian silang, didapatkan:

ixi = |i||i| sin 0o u= (1)(1)(0) = 0


jxj = |j||j| sin 0o u=(1)(1)(0) = 0
kxk = |k|x|k| sin 0o u=(1)(1)(0) = 0
ixj= |i||j| sin 90o u = (1)(1)(1)(k)= k
ixk= |i||k| sin 90o u=(1)(1)(1)(-j) = -j
jxk= |j||k| sin 90o u=(1)(1)(1)(i) = i
jxi= |j||i| sin 90o u=(1)(1)(1)(-k) = -k
kxi= |k||i| sin 90o u=(1)(1)(1)(j) = j
kxj= |k||j| sin 90o u=(1)(1)(1)(-i) = -i

Hasil perkalian silang dari vektor satuan-vektor satuan pada bidang dengan
menggunakan definisi di atas dapat disimpulkan dalam bentuk tabel di bawah ini.
x I j K
i 0 k -j
j -k 0 I
k J -i 0

Sifat-sifat Perkalian Silang Vektor


Berikut sifat-sifat perkalian silang:
Misalkan A,B, dan C adlah 3 buah vektor dan m adalah bilangan real, maka berlaku :
o A x B = -BxA tidak berlaku hukum komutatif
o A x (B + C)= AxB + AxC hukum distributife
o m(AxB)=(mA) x B = A x (mB) = (AxB)m
o AxA=0
o Hasil dari |AxB| sama dengan luas jajaran genjang dengan sisi A dan B

7
o Jika AxB=0, dan A dan B bukan vektor 0, maka A sejajar B

Bukti:

Latihan soal
1. Buktikan bahwa : (A x B) = -(B xA)
2. JikaAxB=0danAsertaBbukannolvektor,buktikanbahwaA dan B sejajar.
3. Buktikan bahwa : [A x B]2 + [A.B]2 =[A]2[B]
4. Hitunglah A x B jika :
(a). A = 2i - j - k dan B = 3i + 2j - 5k
(b). A = 2i + 7j + k dan B = 4i – 2j -2k
5. Buktikan bahwa:

i j k
ABa1 a2 a3 jika :A = a1i + a2j +a3k dan B = b1i + b2j + b3k
b1 b2 b3
6. Jika : A = 2i + 7j + k dan B = 4i – 2j - 2k, carilah :
a. (Ax B)
b. B x A

8
c. (A + B ) x (A –B)
7. JikaA = 3i -2j+k ; B = i – 3j + 5k, dan C = 4i – 2j - 2k, carilah :
a. (A x B) x C
b. A x (B xC).
8. Tentukan besarnya momen darigayaF = 3i -2j+k terhadap sebuah titik P(2, 4,6).
9. Jika : A = -2i - 6j + k dan B = 3i – 2j - 3k, carilah :
a. (Ax B)
b. B x A
c. (A + B ) x (A –B)

Perkalian Rangkap Tiga


Perkalian titik dan perkalian silang pada tiga buah vektor dapat menghasilkan
hasil kali yang mempunyai arti dalam bentuk-bentuk berikut,yaitu (A.B)C, A(BxC),
dan Ax(BxC)

Berikut sifat-sifat perkalian tripel pada vektor.


Misalkan A,B, dan C adalah vektor-vektor, maka berlaku :
a. (A.B)C ≠ A(B.C)
b. Hasil dari A.(BxC) = B.(CxA)=C.(AxB) merupakan volume sebuah
paralelpipidum dengan A, B, dan C sebagai rusuk-rusuknya atau negatif dari
volume tersebut. Positif atau negatif dari volume tersebut sesuai dengan apakah
A, B,C membentuk aturan tangan kanan atau tidak
Jika A= A1i+ A2j+ A3k, B = B1i+ B2j+ B3k, dan C=C1i+C2j+ C3k, maka
𝐴1 𝐴2 𝐴3
𝐴. (𝐵𝑥𝐶) = [𝐵1 𝐵2 𝐵3 ]
𝐶1 𝐶2 𝐶3
c. .Ax(BxC) ≠(AxB) x C tidak berlaku hukum asosiatif
d. A x (BxC) = (A.C)B –(A.B)C
(AxB) xC = (A.C)B- (B.C)A

Hasil kali A .(BxC) sering disebut hasil kali tripel skalar dan dapat dinyatakan dengan
A.B x C atau [ABC]
Hasil kali A x (BxC) disebut hasil kali tripel vektor.

Latihan soal
1. Buktikan bahwa :

a1 a2 a3
b2 b3
A.( BC) b1 jika :A = a1i + a2j + a3k
c c
B = b1i + b2j + b3k dan C = 2c1i + c23j + c3k
2. Jika A = 3i -2j+k c; 1B = i – 3j + 5k, dan C = 4i – 2j - 2k, carilah :
a. (A x B) o C;
b. A o (B xC).
3. Jika A = 3i - 2j +k ; B = i – 3j + 5k, C = 4i – 2j - 2k, dan D=
2i + 5j - 3k, carilah :
a. (A x B) x (C x D)
9
b. (A x D) x (B xC)
c. (A x B) o (C x D
d. (A x D) x (B x C)

Persamaan Garis dan Bidang dalam Ruang


Persamaan parametrik dan simetrik
Pada bidang, gradien digunakan untuk menentukan persamaan suatu garis. Dalam ruang, akan
lebih mudah jika kita gunakan vektor untuk menentukan persamaan suatu garis

Pada gambar di atas, perhatikan garis L yang melalui titik P(x1, y1, z1) dan sejajar terhadap
vektor v = <a, b, c>. Vektor v adalah vektor arah untuk garis L, dan a, b,
dan c merupakan bilangan-bilangan arah. Kita dapat mendeskripsikan bahwa garis L adalah
himpunan semua titik Q(x, y, z) sedemikian sehingga vektor PQ sejajar dengan v. Ini berarti
bahwa PQ merupakan perkalian skalar v dan kita dapat menuliskan PQ = tv, dimana t adalah suatu
skalar (bilangan real).

dimana t adalah suatu skalar (bilangan real).

Dengan menyamakan komponen-komponen yang bersesuaian, kita mendapatkan persamaan-


persamaan parametris suatu garis dalam ruang.

Teorema 1 Persamaan-persamaan Parametris Suatu Garis dalam Ruang


Garis L yang sejajar dengan vektor v = <v1, v2, v3> dan melewati titik P(x1, y1, z1)
direpresentasikan dengan persamaan-persamaan parametris

Jika bilangan-bilangan arah a, b, dan c tidak nol, maka kita dapat mengeliminasi parameter t untuk
mendapatkan persamaan-persamaan simetris garis.

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1 𝑧 − 𝑧
= =
𝑎 𝑏 𝑐

Contoh 1: Menentukan Persamaan-persamaan Parametris dan Simetris


10
Tentukan persamaan-persamaan parametris dan simetris garis L yang melalui titik (1, –2, 4) dan
sejajar terhadap v = <2, 4, –4>, seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini.

Pembahasan Untuk menentukan persamaan-persamaan parametris garis tersebut, kita gunakan


koordinat-koordinat x1 = 1, y1 = –2, dan z1 = 4 dan arah a = 2, b = 4, dan c = –4.

Karena a, b, dan c semuanya tidak nol, persamaan simetris garis tersebut adalah

Persamaan-persamaan parametris atau simetris untuk garis yang diberikan tidaklah tunggal.
Sebagai contoh, dalam Contoh 1, dengan memisalkan t = 1 dalam persamaan-persamaan
parametris, kita akan mendapatkan titik (3, 2, 0). Dengan menggunakan titik ini dengan bilangan-
bilangan arah a = 2, b = 4, dan c = –4 kita akan menghasilkan himpunan persamaan-persamaan
parametris yang berbeda

Contoh 2: Persamaan-persamaan Parametris Suatu Garis yang Melalui Dua Titik


Tentukan persamaan-persamaan parametris suatu garis yang melalui titik-titik (–2, 1, 0) dan(1, 3,
5).

Pembahasan Pertama, kita gunakan titik-titik P(–2, 1, 0) dan Q(1, 3, 5) untuk menentukan vektor
arah garis yang melalui P dan Q.

Dengan menggunakan bilangan-bilangan arah a = 3, b = 2, dan c = 5 dengan titik P(–2, 1, 0), kita
dapat memperoleh persamaan-persamaan parametris

Catatan Karena t beragam untuk semua bilangan real, persamaan-persamaan parametris pada
Contoh 2 digunakan untuk menentukan titik-titik (x, y, z) yang terletak pada garis. Secara khusus,
untuk t = 0 dan t = 1 memberikan titik-titik awal yang diketahui, yaitu (–2, 1, 0) dan (1, 3, 5).

Persamaan Bidang dalam Ruang

Kita telah melihat bahwa persamaan suatu garis dalam ruang dapat diperoleh dari suatu titik pada
garis dan vektor yang sejajar dengan garis tersebut. Sekarang kita akan melihat bahwa persamaan

11
suatu bidang dalam ruang dapat diperoleh dari suatu titik pada bidang dan vektor normal (tegak
lurus) terhadap bidang tersebut.

Perhatikan bidang yang memuat titik P(x1, y1, z1) dan memiliki vektor normal tidak nol

seperti yang ditunjukkan gambar di atas. Bidang ini memuat semua titik Q(x, y, z) sedemikian
sehingga vektor PQ ortogonal terhadap n. Dengan menggunakan hasil kali titik, kita dapat
menuliskan persamaan berikut.

Persamaan ketiga di atas merupakan persamaan bidang dalam bentuk baku.

Teorema 2 Persamaan Baku Suatu Bidang dalam Ruang


Bidang yang memuat titik (x1, y1, z1) dan memiliki vektor normal

dapat direpresentasikan oleh suatu bidang yang memiliki persamaan dalam bentuk baku

Dengan mengelompokkan kembali suku-suku pada persamaan di atas, kita mendapatkan bentuk
umum persamaan suatu bidang dalam ruang.
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐𝑧 + 𝑑 = 0
Jika diberikan bentuk umum persamaan suatu bidang, dengan mudah kita dapat menentukan
vektor normal terhadap bidang tersebut. Kita gunakan koefisien x, y, dan z untuk menuliskan

Contoh 3: Menentukan Persamaan Bidang dalam Ruang


Tentukan persamaan umum bidang yang memuat titik-titik (2, 1, 1), (0, 4, 1) dan (–2, 1, 4).

12
Pembahasan Untuk menerapkan Teorema 2, kita membutuhkan suatu titik pada bidang dan
vektor yang normal terhadap bidang tersebut.Terdapat tiga pilihan untuk titik pada bidang, tetapi
tidak ada vektor normal yang diberikan. Untuk mendapatkan vektor normal, kita gunakan hasil
kali silang vektor-vektor u dan v yang membentang dari titik (2, 1, 1) ke titik-titik (0, 4, 1) dan (–
2, 1, 4), seperti yang ditunjukkan Gambar 4. Bentuk-bentuk komponen u dan v adalah

yang mengakibatkan

adalah normal terhadap bidang yang diberikan. Dengan menggunakan bilangan-bilangan arah
pada n dan titik (x1, y1, z1) = (2, 1, 1), kita dapat menentukan persamaan bidang tersebut adalah

Catatan Dalam Contoh 3, kita dapat menguji bahwa titik-titik yang diberikan, (2, 1, 1), (0, 4, 1)
dan (–2, 1, 4), memenuhi persamaan bidang yang kita peroleh.

13
Jarak Antara Titik, Bidang, dan Garis

Perhatikan dua jenis permasalahan yang mengenai jarak dalam ruang: (1) menentukan jarak antara
titik dan bidang, dan (2) menentukan jarak antara titik dan garis.Solusi dari permasalahan tersebut
mengilustrasikan betapa bergunanya vektor-vektor dalam koordinat geometri: permasalahan
pertama menggunakan hasil kali titik dua vektor, dan permasalahan kedua menggunakan hasil kali
silang.

Jarak D antara titik Q dan suatu bidang adalah panjang ruas garis terpendek yang
menghubungkan Q dengan bidang tersebut, seperti yang ditunjukkan gambar di atas.Untuk
sebarang titik P pada bidang, kita dapat menentukan jarak ini dengan memproyeksikan
vektor PQ pada vektor normal n. Panjang proyeksi ini merupakan jarak yang kita harapkan.
Teorema 3 Jarak Antara Titik dan Bidang
Jarak antara suatu bidang dan titik Q (tidak pada bidang) adalah

14
dimana P adalah titik pada bidang dan n normal terhadap
bidang.

Untuk menentukan titik pada bidang ax + by + cz + d = 0, dimana a ≠ 0, kita dapat memisalkan y =


0 dan z = 0. Kemudian, dari persamaan ax + d = 0, kita mendapatkan titik tersebut adalah

terletak pada bidang.

Contoh 5: Menentukan Jarak Antara Titik dan Bidang


Tentukan jarak antara titik Q(1, 5, –4) dan bidang 3x – y + 2z = 6.
Pembahasan Kita tahu bahwa n = <3, –1, 2> normal terhadap bidang. Untuk menemukan satu
titik pada bidang, kita misalkan y = 0 dan z = 0, dan kita dapatkan titik P(2, 0, 0). Vektor
dari P ke Q adalah

Berdasarkan Rumus Jarak yang diberikan Teorema 3, kita peroleh

Dari Teorema 3, kita dapat menentukan jarak antara titik Q(x0, y0, z0) dan
bidang ax + by + cz + d = 0 adalah

atau

|𝑎𝑥0 + 𝑏𝑦0 + 𝑐𝑧0 + 𝑑|


𝐷=
√𝑎2 + 𝑏 2 + 𝑐 2

dimana P(x1, y1, z1) adalah titik pada bidang dan d = –(ax1 + by1 + cz1).
Contoh 6: Menentukan Jarak Antara Dua Bidang Sejajar
Dua bidang yang sejajar, 3x – y + 2z – 6 = 0 dan 6x – 2y + 4z + 4, ditunjukkan Gambar 11. Untuk
menentukan jarak antara bidang tersebut, kita pilih satu titik pada bidang pertama, misalkan
(x0, y0, z0) = (2, 0, 0). Kemudian, dari bidang kedua, kita dapat menentukan bahwa a = 6, b = –
2, c = 4, dan d = 4, sehingga

15
Contoh 7: Menentukan Jarak Antara Bidang dan Garis
Tunjukkan bahwa bidang 2x – y – 3z = 4 sejajar dengan garis x = –2 + 2t, y = –1 + 4t, z = 4, dan
tentukan jarak antara bidang dan garis tersebut.

Rumus jarak antara titik dan garis serupa dengan jarak antara titik dan bidang—tetapi kita ganti
hasil kali titik dengan panjang hasil kali silang dan vektor normal n dengan vektor arah garis.

Teorema 4 Jarak Antara Titik dan Garis dalam Ruang


Jarak antara titik Q dan suatu garis dalam ruang adalah

dimana u adalah vektor arah garis dan P adalah titik pada garis.

16
Bukti Pada gambar di atas, misalkan D adalah jarak antara titik Q dan garis. Maka D = ||PQ|| sin θ,
dimana θ adalah sudut antara u dan PQ. Padahal kita tahu bahwa ||u||||PQ|| sin θ = ||u × PQ|| =
||PQ × u|| (sifat geometris hasil kali silang). Akibatnya,

Contoh 9: Menentukan Jarak Antara Titik dan Garis


Tentukan jarak antara titik Q(3, –1, 4) dan garis x = –2 + 3t, y = –2t, dan z = 1 + 4t.

Pembahasan Dengan menggunakan bilangan-bilangan arah 3, –2, dan 4, vektor arah garis
tersebut adalah u = <3, –2, 4>. Untuk menentukan titik pada garis, misalkan t = 0 dan kita
peroleh P = (–2, 0, 1). Sehingga,

dan kita dapat membentuk hasil kali silang

Terakhir, dengan menggunakan Teorema 4, kita dapat menentukan jaraknya adalah

Latihan soal

Tentukan persamaan vektor, parametrik dan simetrik dari:


1. Sebuah garis yang memuat titik (-1, 3, 0) dan sejajar vector L = 2i – 3j -k
2. Sebuah garis yangmemuattitik (2, -4, 1) dan sejajar dengan vektor L =
3i + j -k
3. Sebuah garis yang memuat titik P(4, -6, 5) dan Q(2, -3,0)
4. Diketahui persamaan simetrik sebuah garis l :
x 3 y 1
z 2
2
1
Tentukan sebuah vektor yang sejajar l, dan tentukan 2 buah titik pada garis l.
17
5. Tentukan persamaan simetrik dari garis l yang memuat titik(10,
-1, 1) dan sejajar dengan vector L = 2i – 3k
6. Tentukan jarak titik (2,1,-1) ke garis l dengan persamaan
parametric : x = 3t, y = 1 + 2t , z = -5 –t

SOAL-SOAL LATIHAN
Nomor 1 s.d. no.1, tentukan persamaan vector, parametric dan simetrik suatu garis yang
memuat titik dan sejajar dengan vector L sbb:
1. (-2, 1, 0) ;L = 3i – j + 5k
2. (0, 0, 0) ;L = 11i – 13j-15k
3. (3, 4, 5) ;L= (1/2)i – (1/3)j +(1/6)k
4. (-3, -6, 2) ;L = i – j
5. (2, 0, 5) ;L = 2j + 3k
6. (-7, -1, 2) ;L = k
7. (4, 2, -1) ;L = j
8. Tentukan persamaan parametrik sebuah garis yang memuat titik (3, -1, 2) dan sejajar
dengan garis dengan persamaansimetrik:
x 1 y 3
z
42
9. Tentukan persamaan garis ( vector, parametric dan simetrik) yang memuat titik ( -1, 1,
0) dan (-2, 5,7).
10. Tentukan persamaan( vector, parametric dan simetrik) garis yang memuat titik ( -1, 1,
0) dan (-1, 5,7).
11. Tentukan persamaan( vector, parametric dan simetrik) garis yang memuat titik ( -1, 1,
0) dan (-1, 1,7).
12. Buktikan bahwa garis yang memuat titik2 (1,7,5) dan (3,2,-1) sejajar dengan garis
yang memuat titik2 (2, -2, 5) dan (- 2,8,17).
13. Buktikan bahwa garis yang memuat titik2 (2,-1,3) dan (0, 7, 9) tegak lurus dengan
garis yang memuat titik2 (-1, 0, 4) dan (2, 3,4).
14. Buktikan bahwa garis yang memuat titik2 (5, 7, 9) dan (4, 11, 9) sejajar dengan
garis denganpersamaan simetrik:
𝑥−1 𝑦−3
= ,𝑧 = 5
−3 12
15. Buktikanbahwagarisyangmemuattitik2(0,0,5)dan (1,-
𝑥 𝑦−3 𝑧−9
1,4)tegaklurusdengangarisdenganpersamaansimetrik:7 = =
4 3
𝑦+2 𝑧+1
16. Tentukan jarakantaratitik (5,0,-4) dengan garis:x-1= −2 = 3
17. Tentukan jarak antara titik (2,1,0)dengan garis : x=-2, y+ 1 =z
18. Tentukan jarak antara titik asal ( 0, 0, 0) dengan garis yang memuat titik ( -3, -3, 3)
dan sejajar dengan vector L = 2i – 3j + 5k.

18
19. Tentukan dua buah titik yang berlainan pada bidang : 3x – 4y + 5z = -2
20. Tentukan sebuah titik pada bidang : -4y + 5z =-2
21. Tentukan persamaan sebuah bidang yang memuat tiga buahtitik
: (1,0, 2); ( -1, 3, 4) dan (3, 5, 7).
22. Tentukan jarak titik ( -1, 1, 2) ke bidang : 3x – 2y + z =1

Soal- soal Latihan


Nomor 1 s.d. 5, tentukan persamaan sebuah bidang yang memuat P0 dan memiliki normal N .
1. P0(-1, 2, 3) ; N = -4i + 15j – (1/2)k
2. P0( л, 0, -л) ; N = 2i + 3j –4k
3. P0(9, 17, -7) ; N = 2i -3j
4. P0(-1, -1, -1) ; N = i + j – k
5. P0( 2, 3, -5) ; N = j
6. Tentukan persamaan sebuah bidang yang memuat tiga buahtitik
: (2, -1, 4), ( 5, 3, 5) dan (2, 4, 3)
7. Tentukan persamaan sebuah bidang yang memuat sebuah titik P (1,-1,2) dan sebuah
garis dengan persamaan simetrik:
𝑧+5
𝑥+2=𝑦+1=
2

8. Tentukan persamaan sebuah bidang yang memuat 2buah garis sejajar :


𝑥−1 𝑦+2 𝑧−3 𝑥+3 𝑦−4 𝑧
= 2 = 4 dan 3 = 2 = 4
3

9. Tentukan persamaan sebuah garis yang memuat sebuah titik ( 2, -1, 0) dan tegak lurus
pada sebuah bidang dengan persamaan : 2x – 3y + 4z =5
10. Tentukan persamaan sebuah bidang yang memuat sebuah titik ( 2,1,1) dan sebuah
garis yang memiliki persamaan parametric: x = л+ 2t ; y = 2л + 5t ; z=9t.

11. Jika garis l adalah perpotongan dari dua buah bidang dengan persamaan : 2x – 3y + 4z
= 2 dan x – z = 1, maka tentukan : (a). persamaan vector garis l, (b). persamaan
sebuah bidang yang tegak lurus l yang memuat titik (-9, 12,14).
12. Tentukan jarak titik (3, -1, 4) ke sebuah bidang dengan persamaan : 2x –y + z =5.
13. Tunjukkan bahwa jarak antara titik asal ( 0, 0, 0) kesebuahbidang dengan persamaan :
ax + by + cz = d adalah√𝑎2 + 𝑏 2 + 𝑐 2
14. Buktikan bahwa : ax + by + cz = d tegak lurus bidang :ex+ fy + gz = h, jika : ae + bf +
cg = 0.
15. Tunjukkanbahwakeduabidang:2x–3y+4z=5dan4x– 6y + 8z = 1 sejajar dan tentukan
jarak antara kedua bidang tersebut.

19
DIFERENSIASI VEKTOR

20
21
22
23
24
25
26
27
Derivatif Parsial

Jika A adalah fbv yang bergantung pada lebih dari satu skalar , missal (x, y, z ) yang dapat
dituliskan sebagai : A = A(x, y, z ), maka derivative parsial dari A terhadap x, y, dan z
didefinisikan sebagai berikut :

28
Gradien, Divergen, Kurl
Operator Del
Operator del merupakan operator pada diferensial vector yang disimbolkan dengan 𝛁 (𝑛𝑎𝑏𝑙𝑎)
yang didefinisijan dalam bentuk turunan parsial, yaitu :
𝜕 𝜕 𝜕
𝛁= 𝑖+ 𝑗+ 𝑘
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
Operator del ini digunakan untuk mencari nilai gradient, divergen, dan curl.

Gradien
Misalkan 𝜙 (𝑥, 𝑦, 𝑧) terdefinisi dan terdiferensial pada setiap titik (x,y,z) dalam ruang R 3, maka
gradient 𝜙 atau grad 𝜙 atau 𝛁 𝜙 didefinisikan oleh :

Gradien mengubah fungsi skalar menjadi fungsi vector.


Sifat-sifat gradien :
Misalkan 𝜙 (𝑥, 𝑦, 𝑧) dan 𝜓 (𝑥, 𝑦, 𝑧) adalah fungsi-fungsi skalar yang terdiferensial pada setiap titik
(x,y,z) dan c adalah bilangan real, maka berlaku :
a. 𝛁(𝜙 + 𝜓) = 𝛁𝜙 + 𝛁 𝜓
b. 𝛁(c𝜙) = 𝑐(𝛁𝜙)
c. 𝛁(𝜙 𝜓) = 𝜙 𝛁𝜓 + 𝜓𝛁𝜙
Bukti :

29
Contoh :
Jika 𝜙 = 2𝑥𝑧 4 − 𝑥 2 𝑦, carilah 𝛁 𝜙 dan | 𝛁 𝜙| pada titik (2,-2,1)
Penyelesaian :
𝜕ϕ 𝜕ϕ 𝜕ϕ
𝛁ϕ = 𝑖+ 𝑗+ 𝑘
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕(2𝑥𝑧 4 − 𝑥 2 𝑦) 𝜕(2𝑥𝑧 4 − 𝑥 2 𝑦) 𝜕(2𝑥𝑧 4 − 𝑥 2 𝑦)
= 𝑖+ 𝑗+ 𝑘
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
= (2𝑧 4 − 2𝑥𝑦)𝑖 − 𝑥 2 𝑗 + 8𝑥𝑧 3 𝑘+
𝛁ϕ(2, −2,1) = 10i − 4j + 16k
| 𝛁 𝜙| = √102 + (−4)2 + 162 = 2√93

Divergen
Misalkan vektor 𝑉(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑉1 𝑖 + 𝑉2 𝑗 + 𝑉3 𝑘 terdefinisi dan terdiferensial pada setiap titik
(𝑥, 𝑦, 𝑧). Divergensi dari V atau div V atau 𝛁. 𝑽 didefinisikan oleh :
𝜕 𝜕 𝜕
𝛁. 𝐕 = ( 𝑖 + 𝑗 + 𝑘) . ( 𝑉1 𝑖 + 𝑉2 𝑗 + 𝑉3 𝑘)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝑉1 𝜕𝑉2 𝜕𝑉3
= 𝑖+ 𝑗+ 𝑘
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
Divergensi mengubah fungsi vektor menjadi fungsi skalar.
Sifat-sifat divergensi:
Misalkan F(x,y,z) dan G(x,y,z) adalah vektor-vektor yang kontinu dan terdiferensial terhadap x,y,
dan z, 𝜙 (𝑥, 𝑦, 𝑧) adalah fungsi skalar yang kontinu dan terdiferensial terhadap x,y, dan z, serta a
dan b adalah bilangan real, maka berlaku :
a. 𝛁. (𝑎𝐅 + 𝑏𝐆) = 𝑎𝛁. 𝐅 + 𝑏𝛁. 𝐆
b. 𝛁. (𝛟F)= 𝛟(𝛁. 𝐅) + (𝛁𝛟). 𝐅
c. 𝛁. (𝐅𝐱𝐆) = (𝛁𝐱𝐅). 𝐆 − 𝐅. (𝛁𝐱𝐆)
d. 𝛁. (𝛁𝐱𝐅) = 𝟎
Bukti :

30
Contoh :

31
Kurl
Misalkan vektor 𝑉(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑉1 𝑖 + 𝑉2 𝑗 + 𝑉3 𝑘 terdefinisi dan terdiferensial pada setiap titik
(𝑥, 𝑦, 𝑧), maka curl dari V atau rot V atau (𝛁𝐱𝐕) didefinisikan oleh :

Sifat-sifat Curl :
Misalkan F(x,y,z) dan G(x,y,z) adalah vektor-vektor yang kontinu dan terdiferensial terhadap x,y,
dan z, 𝜙 (𝑥, 𝑦, 𝑧) adalah fungsi skalar yang kontinu dan terdiferensial terhadap x,y, dan z, serta a
dan b adalah bilangan real, maka berlaku :
a. 𝛁𝐱(𝐅 + 𝐆) = (𝛁𝐱𝐅) + (𝛁𝐱𝐆)
b. 𝛁𝐱 𝑎𝐅 = 𝑎(𝛁𝐱𝐅)
c. 𝛁𝐱 𝛟𝐅 = (𝛁𝛟)𝐱𝐅 + 𝛟(𝛁𝐱𝐅)
d. 𝛁𝐱(𝛁𝐱𝐅) = 𝛁(𝛁. 𝐅) − 𝛁 𝟐 𝐅
e. 𝛁𝐱(𝛁𝛟) = 𝟎
f. 𝛁𝐱(𝐅𝐱𝐆) = (𝐆. 𝛁)𝐅 − 𝐆(𝛁. 𝐅) − (𝐅. 𝛁)𝐆 + 𝐅(𝛁. 𝐆)
Bukti :

32
Contoh :

33
Medan Vektor Konservatif :
Sebuah medan vektor yang dapat diturunkan dari sebuah medan skalar 𝜙 sehingga 𝐕 = ∇𝜙
disebut sebuah medan vektor konservatif dan 𝜙 disebut potensial skalar. Jika 𝐕 = ∇𝜙 , maka
∇x𝐕 = 0.
Contoh :
Buktikan medan vektor 𝐹 = 𝑥 2 𝑖 + 𝑦 2 𝑗 + 𝑧 2 𝑘 adalah medan vektor konservatif.
Penyelesaian :

34
Latihan Soal :
1. Jika ϕ(x, y, z) = 3x2y – y3z2, carilah gradient ϕ pada titik ( 1, -2,-1).
2. Jika 𝑨 = 𝑥 2 𝑧𝑖 − 2𝑦 3 𝑧 2 𝑗 + 𝑥𝑦 2 𝑧𝑘, maka carilah 𝜵. 𝑨 pada sebuah titik (1,-1,1).
3. Diketahui : 𝜙 = 2𝑥 3 𝑦 2 𝑧 4 , carilah:
a. ∇. ∇𝜙
b. tunjukkan bahwa ∇. ∇𝜙 = ∇2 𝜙
1
4. Buktikan bahwa : ∇2 (𝑟 ) = 0 dimana r = xi + yj + zk
5. Jika V (x, y, z) = xz3i – 2x2yzj + 2yz4k, tentukan curl/rotasi V,  V , pada sebuah titik
(1, -1, 1).
6. Jika V(x,y,z)=x2yi –2xyzj +2yzk tentukan  V 

35
INTEGRAL VEKTOR
Definisi integral biasa
Misalkan 𝑨(𝑡) = 𝐴1 (𝑡)𝑖 + 𝐴2 (𝑡)𝑗 + 𝐴3 (𝑡)𝑘, dimana A(t) sebuah vektor yang bergantung pada
variabel atau parameter t dan 𝐴1 (𝑡), 𝐴2 (𝑡), 𝐴3 (𝑡) kontinu pada selang tertentu. Maka integral tak
tentu dari A(t) didefinisikan sebagai berikut :

𝑑
Jika terdapat sebuah vektor B(t), sehingga 𝑨(𝑡) = 𝑑𝑡 (𝑨(𝑡)), maka :

Dimana C adalah vektor konstanta.


Sedangkan integral tentu dengan batas antara t=a dan t=b, dapat ditulis :

Jadi misalkan fungsi percepatan adalah 𝒂(𝑡) = 𝑎1 (𝑡)𝑖 + 𝑎2 (𝑡)𝑗 + 𝑎3 (𝑡)𝑘, yang dinyatakan dalam
parameter t (time). Maka, kecepatan v(t) adalah integral dari percepatan a(t) sebagai berikut :

Definisi integral garis:


Integral garis dari suatu fungsi vektor A(t) sepanjang kurva C yang terdefinisi pada selang 𝑎 ≤
𝑡 ≤ 𝑏, didefinisikan sebagai berikut :

Selanjutnya dari gambar di bawah ini terlihat bahwa objek bergerak sepanjang lintasan C yang
tidak tegak lurus yang berawal dari titik A dan berakhir pada titik B, dimana A=B. Jadi objek
tersebut bergerak sepanjang lintasan tertutup.

36
Jadi, usaha yang diperoleh dari lintasan di atas adalah:

Contoh :
Jika 𝑹(𝑢) = 𝑢2 𝑖 + (𝑢2 − 1)𝑗 + 5𝑘, carilah:
a. ∫ 𝑹(𝑢)𝑑𝑢
1
b. ∫0 𝑹(𝑢)𝑑𝑢
Penyelesaian :

Latihan soal :

1. Jika 𝑨 = (3𝑥 2 + 6𝑦)𝑖 − 14𝑦𝑧𝑗 + 20𝑥𝑧 2 𝑘, hitung ∫𝐶 𝑨. 𝑑𝑟 dari (0,0,0) ke (1,1,1) sepanjang
lintasan C sebagai berikut :
a. 𝑥 = 𝑡, 𝑦 = 𝑡 2 , 𝑧 = 𝑡 3
b. Garis-garis lurus dari (0,0,0) ke (1,1,1), kemudian ke (1,1,0), kemudian ke (1,1,1)
c. Garis lurus dari (0,0,0) ke (1,1,1)
2. Sebuah titik bergerak menurut lintasan spiral denganpersamaan parametrik:
𝒓(𝑡) = cos 𝑡 𝑖 + sin 𝑡 𝑗 + 𝑡𝑘, 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋 oleh sebuah gaya F(x, y, z) = -zyi + xzj +xyk.
Hitung usaha yang dilakukan oleh F.
3. Diketahui 𝑭 = 3𝑥𝑦𝑖 − 𝑦 2 𝑗, hitunglah ∫𝐶 𝑭. 𝑑𝑟 jika C adalah kurva bidang 𝑦 = 2𝑥 2 , dari (0,0)
ke (1,2).

37
4. Hitung usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya 𝑭 = 𝑥𝑦𝑧𝑖 + 𝑥 2 𝑦𝑗 + 𝑧 2 𝑘, , untuk
menggerakkan sebuah partikel sepanjang parabola dengan persamaan parametric : x = t, 𝑦 =
𝑡 2 , z =0 untuk t dari 0 s.d. 3.
5. Carilah usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya F untuk menggerakkan sebuah partikel yang 1
kali mengelilingi kurva C yang berupa lingkaran berjari-jari 3.
𝑭 = (2𝑥 − 𝑦 + 𝑧)𝑖 + (𝑥 + 𝑦 − 𝑧 2 )𝑗 + (3𝑥 − 2𝑦 + 4𝑧)𝑘

Untuk soal-soal No. 6 s.d.10, hitunglah ∫𝐶 𝑭. 𝑑𝑟 jika C adalah persamaan parametrik r(t) :
6. F (x,y,z) = zi – yj – xk, r(t) = 5i – sintj – costk, 0 < t < л/4
7. F(x,y,z) = yi + xj +𝑧 3 k, r(t) = (1-t)i + tj +лtk, 0 < t < 1
8. F(x,y,z) = zi – yj – xk, r(t) = costi + sintj – 2tk, 0 < t < л/2
9. F(x,y,z) = -zi + xk, r(t) = costi + sintj , 0 < t < л
10. F(x,y,z) = -zi + yj – xk, r(t) = 5i – sintj – costk, 0 < t < л/4

Integral Bebas Lintas

Integral garis dikatakan bebas lintas (tidak bergantung pada lintasan), jika :𝜵 𝒙 𝑭 = 0
Dengan C adalah lintasan tertutup (titik awal = titik akhir)

Latihan soal :
Tunjukkan bahwa integral berikut bebas lintas, kemudian hitung integralnya :

Integral Permukaan
Misalkan S adalah suatu permukaan 2 sisi yang mulus dan n adalah vektor normal satuan positif,
maka fluks (massa yang mengalir per satuan waktu) dari A(x,y,z) melalui permukaan S adalah :

yang disebut integral permukaan.

38
Untuk menghitung integral permukaan akan lebih sederhana dengan memproyeksikan S pada
salah satu bidang koordinat, kemudian menghitung integral lipat 2 dari proyeksinya. Misalkan
permukaan S memiliki proyeksi pada bidang xy, maka integral permukaannya adalah :

Sedangkan jika proyeksinya pada bidang xz, maka integral permukaannya adalah :

Dan apabila proyeksi pada bidang yz, maka integral permukaannya diberikan oleh :

Contoh :
Hitunglah ∬𝑆 𝑨 . 𝒏 𝑑𝑆 dimana A= 18zi – 12j+ 3yk, S adalah bagian dari bidang 2x+3y+6z=6
yang terletak pada oktan pertama dan n adalah normal satuan pada S.

Penyelesaian :
Suatu normal untuk S adalah ∇(2𝑥 + 3𝑦 + 6𝑧 − 12) = 2𝑖 + 3𝑗 + 6𝑘, sehingga :

maka

39
Permukaan S proyeksi R nya terhadap bidang xy, sehingga integral permukaan yang diinginkan
adalah :

Latihan soal :
1. Diketahui Σ adalah bagian dari paraboloid : z = 1 –(x2+y2) yang terletak diatas bidang
xy dengan normal (n) kearah sumbu z. Kecepatan fluida v dengan rapat massa = 1
adalah v = xi + yj + 2zk. Tentukan debit aliran yang melalui Σ.
Nomor 2 - 5 Hitung  F.ndS
40

2. F = yi – xj + 8k, Σ adalah bagian dari paraboloid : z = 9 – (x2 + y2) yang terletak di
atas bidang xy dengan orientasi n keatas ( sumbu z).

3. F = yi – xj + z2k ; Σ bagian dari kerucut z √𝑥 2 + 𝑦 2 di atas


bujur sangkar : (0,0,0)-(1,0,0)-(1,1,0)-(0,1,0), n keatas.
4. F = i + j + 2k ; Σ adalah bagian bola : x2 + y2 + z2 = 1 yang terletak diatas bidang
xy, n keatas.
5. F = xi + yj + zk ; Σ adalah bagian dari silinder y = 0, y = 1 yang terletak di oktan
I, orientasi n keatas.
6.
TEOREMA DIVERGENSI GAUSS, GREEN, DAN STOKES

Untuk memudahkan perhitungan seringkali dibutuhkan penyederhanaan bentuk integral yang


Berdasakan pada teorema tertentu. Ada 3 teorema fundamental berkaitan dengan operasi
diferensial dan integral, yaitu Teorema Gauss, Teorema Stokes, dan Teorema Green.

Teorema Gauss
Untuk menghitung volume air yang mengalir melewati pipa dapat menggunakan rumus
integral permukaan. Namun ada perhitungan yang lebih mudah untuk menghitung volume air
tersebut, yaitu dengan teorema Gauss.
Volume total per detik dari fluida yang keluar dari permukaan tertutup S adalah:

= ∬ 𝒗. 𝒏 𝑑𝑆
𝑆

𝛁. 𝒗 𝑑𝑉 merupakan volume per detik dari fluida yang keluar dari sebuah elemen volume dV.
Oleh karena itu, volume total per detik dari fluida yang keluar dari semua elemen volume
dalam permukaan tertutup S adalah

= ∭ 𝛁. 𝒗 𝑑𝑉
𝑉
Jadi,

∬𝑆 𝒗. 𝒏 𝑑𝑆 = = ∭𝑉 𝛁. 𝒗 𝑑𝑉

Definisi Teorema Gauss :


Jika V adalah volume yang dibatasi oleh suatu permukaan tertutup S dan A sebuah fungsi
vektor dengan turunan-turunan yang kontinu, maka :
∭𝑉 𝛁. 𝑨 𝑑𝑉 = ∬𝑆 𝑨. 𝒏 𝑑𝑆 = ∯𝑆 𝐴. 𝑑𝑆

Dari rumus tersebut, integral permukaan dari sebuah vektor A yang mengelilingi sebuah
permukaan tertutup sama dengan integral dari divergensi A dalam volume yang diselubungi
oleh permukaan di atas. Jadi, dalam mencari integral permukaan dapat juga menggunakan
Teorema Gauss.

Contoh :

41
Hitunglah ∬𝑆 𝑨. 𝒏 𝑑𝑆 di mana 𝑨 = (2𝑥 − 𝑧)𝑖 + 𝑥 2 𝑦𝑗 − 𝑥𝑧 2 𝑘 , dan S adalah permukaan
kubus yang dibatasi oleh x=0, x=1,y=0,y=1,z=0,z=1.

Penyelesaian :

Menurut Teorema Divergensi, ∬𝑆 𝑨. 𝒏 𝑑𝑆 =∭𝑉 𝛁. 𝑨 𝑑𝑉


Maka

Latihan soal:

1. Σ adalah bola :x2 + y2 + z2 = 4, F = 4xi + 4yj + 4 zk, hitung :


 F.ndS

2. Σ adalah setengah bola :x2 + y2 + z2 = 4 yang terletak diatas
bidang xy, F = x3i + y3j + z3k, hitung :  F.ndS

42
3. Σ adalah kubus yang dibatasi oleh bidang x=0, x=1, y=0, y = 1,
z =0, z =1 ; F = xi + yj + z2k, hitung :  F.ndS

4. Σ adalah parallel epipedum dgn titik-titik sudut :
(0,0,0),(1,0,0),(1,2,0), (0,2,0), (0,0,3), (1,0,3), (1,2,3) dan
(0,2,3); F = x2i + y2j + z2k, hitung :  F.ndS

5. Σ adalah volume di oktan I yang dibatasi oleh silinder :x2 + y2 =
1, bidang z = 0 dan z = 1; F = xi + yj + zk, hitung : ∬∑ 𝑭. 𝑛 𝑑𝑆
Teorema Green
Teorema Green berlaku pada daerah tertutup dalam bidang xy yang dibatasi oleh kurva
tertutup C. Teorema Green dalam bidang dapat digunakan untuk mencari besar usaha.
Definisi Teorema Green :
Jika R adalah suatu daerah tertutup dalam bidang xy yang dibatasi oleh sebuah kurva
tertutup sederhana C,M, dan N adalah fungsi-fungsi kontinu dari x dan y yang memiliki
turunan-turunan kontinu dalam R, maka :
𝜕𝑁 𝜕𝑀
∮ 𝑀𝑑𝑥 + 𝑁𝑑𝑦 = ∬ ( − )𝑑𝑥𝑑𝑦
𝐶 𝑅 𝜕𝑥 𝜕𝑦
Jika A menyatakan medan gaya yang bekerja pada sebuah partikel dimana A=Mi + Nj,
maka ∮𝐶 𝑨. 𝑑𝑟 adalah usaha yang dilakukan dalam menggerakkan partikel tersebut
mengelilingi suatu lintasan tertutup C, yaitu :

∮ 𝐴. 𝑑𝑟 = ∮ (𝑀𝑖 + 𝑁𝑗). (𝑑𝑥𝑖 + 𝑑𝑦𝑗 + 𝑑𝑧𝑘)


𝐶 𝐶

= ∮𝐶 𝑀𝑑𝑥 + 𝑁𝑑𝑦
Dengan menggunakan Teorema Green, maka usaha yang dilakukan adalah
𝜕𝑁 𝜕𝑀
=∬ ( − )𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑅 𝜕𝑥 𝜕𝑦
Jadi selain perhitungan dengan menggunakan integral garis, menentukan besar usaha yang
dilakukan juga dapat dihitung dengan menggunakan Teorema Green.

Contoh :
Periksa Teorema Green pada bidang untuk ∫𝐶 (2𝑥𝑦 − 𝑥 2 )𝑑𝑥 + (𝑥 + 𝑦 2 )𝑑𝑦 dimana C
adalah kurva tertutup dari daerah yang dibatasi oleh 𝑦 = 𝑥 2 dan 𝑦 2 = 𝑥
Penyelesaian :
Kurva-kurva bidang tersebut berpotongan di (0,0) dan (1,1). Arah positif dalam menjalani
C ditunjukkan pada gambar :

43
Sepanjang 𝑦 = 𝑥 2 , integral garisnya sama dengan

Sepanjang 𝑦 2 = 𝑥 integral garisnya sama dengan

7 17 1
Maka integral yang diinginkan =6 − 15 = 30

Dengan menggunakan Teorema Green :

Latihan soal :

Hitunglah ∫𝐶 𝑭. 𝑑𝑟 dengan menggunakan Teorema Green, jika :


1. F = yi + 3xj, C : x2 + y2 = 16
44
2. F = y4i + x3j; C adalah bujur sangkar dengan titik-titik sudut : (- 2, -2), (-2, 2), (2, -2)
dan (2,2).
3. F = ysinxi – cosxj; C adalah setengah lingkaran : x2 + y2 = 9 utk y>0, dan garis y =0
untuk : -3 < x < 3.
4. F = y( x2+y2)i – x(x2 + y2)j: C adalah lingkaran : x2 + y2 = 1

Teorema Stokes
Sebelumnya telah dipelajari bahwa untuk menghitung besar usaha dapat digunakan perkalian titik
atau integral garis tergantung pada bentuk lintasan. Namun ada kalanya kita akan kesulitan untuk
menghitung besar usaha, misalnya pada ruang 3. Perhitungan untuk mencari besar usaha akan
lebih mudah menggunakan Teorema Stokes.
Definisi Teorema Stokes
Misalkan S adalah permukaan berarah dalam ruang dengan batas-batasnya adalah kurva C yang
tertutup, dan misalkan F(x,y,z) adalah fungsi vektor kontinu yang mempunyai turunan parsial
pertama yang kontinu dalam domain yang memuat S, maka :

∮ 𝑭. 𝑑𝑟 = ∬ (𝛁𝑥𝑭). 𝒏𝑑𝑆 = ∬ (𝛁𝑥𝑭). 𝑑𝑆


𝐶 𝑆 𝑆
Dari rumus di atas dapat disimpulkan, integral garis dari sebuah vektor F yang mengelilingi
sebuah kurva tertutup sederhana C sama dengan integral permukaan dari curl F melalui sebarang
permukaan S dengan C sebagai batasnya.

Contoh :
Hitunglah ∬𝑆 (𝛁 𝒙 𝑨). 𝑑𝑆 dengan menggunakan Teorema Stokes jika diketahui 𝐴 = (2𝑥 − 𝑦)𝑖 −
𝑦𝑧 2 𝑗 − 𝑦 2 𝑧𝑘, dimana S adalah separuh dari permukaan bola 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 = 1 bagian atas dan C
batasnya.
Penyelesaian:

Batas C dari S adalah suatu lingkaran dengan persamaan 𝑥 2 + 𝑦 2 = 1, 𝑧 = 0 dan persamaan


parameternya adalah x=cos t, y=sin t, z=0, dimana 0 ≤ 𝑡 ≤ 2𝜋. Berdasarkan Teorema Stokes
∬𝑆 (𝛁𝑥𝑨). 𝒏𝑑𝑆 = ∮𝐶 𝑨. 𝑑𝑟

45
Latihan soal :
Nomor 1 sampai 5, hitunglah ∫𝐶 𝑭. 𝑑𝑟 menggunakan Teorema Stokes. C adalah kurva yang
membatasi Σ dengan orientasi tergantung pada Σ
1. F = zi + xj +yk, Σ adalah bagian dari paraboloid : z = 1 – (x2 + y2) yng terletak pada
oktan I, arah n keatas.
2. F = x2zi + xyzj +yk, Σ adalah bagian dari bidang : 2x +3y + z = 6 yang terletak pada
oktan I dengan arah n keatas.
3. Sama dengan soal no.2 tetapi orientasi n kekanan ( arah sumbu y positif).
4. F = 2yi + 3zj- 2xk, Σ adalah bagian dari bola : x2 + y2 + z2 = 1 yang terletak pada
oktan I, arah n keatas.
5. F = x2zi + xyzj +yk, Σ adalah bagian dari silinder : x2 + y2 = 9, z
= 1 , z = 6 yang terletak di oktan I, arah n kekanan ( sumbu y positif).

Nomor 6- 8, hitunglah
 F.dr dengan menggunakan teorema Stokes.
Pada setiap kasus, anggap bahwa C berorientasi berlawanan dengann arah jarum jam.
6. F = xzi + y2j +x2k, C adalah bagian bidang x + y + z = 5 yang terletak di kuadran I
7. F = 3yi + 2zj - xk, C adalah segitiga dengan titik-titik sudut : (1,0,0); (0, 1, 0) dan (0,
0, 1).
8. F = y(x2+ y2)i - x(x2+ y2)j , C adalah segi empat dengan titik- titik sudut : (0,0,0);
(1,0,0); (1,1,1) dan (0,1,1)

46
47

Anda mungkin juga menyukai