Dari gambar terlihat bahwa vektor w1 searah dengan vektor 𝑢⃗ dan panjangnya
2 kali vektor 𝑢⃗. Vektor w1= 2𝑢⃗. Begitupula dengan vektor w2 dan w3.
Sementara untuk vektor w4 arahnya berlawanan dengan arah vektor 𝑢⃗ dan
panjangnya 2 kali vektor 𝑢⃗ sehingga vektor w4 = -2𝑢⃗.
2. Penjumlahan Vektor
Untuk melakukan operasi penjumlahan vektor, bisa menggunakan salah satu
dari dua cara. Yaitu penjumlahan vektor dengan metode segitiga dan penjumlahan
vektor dengan metode jajargenjang. Agar lebih jelas, perhatikan infografis berikut
ini:
3. Pengurangan Vektor
Pada dasarnya, operasi pengurangan vektor matematika sama dengan operasi
penjumlahan vektor. Namun, perbedaannya ada pada arah vektor secara geometri.
Dalam pengurangan vektor secara geometri, salah satu vektor memiliki arah yang
berlawanan. Sehingga, vektor tersebut memiliki nilai negatif. Secara aljabar,
operasi pengurangan vektor dilakukan dengan mengurangi titik-titik pada
koordinat vektornya.
4. Perkalian Vektor
5. Perkalian Dua Vektor
Panjang vektor tersebut dapat dikaitkan dengan sudut yang dibentuk oleh vektor
dan sumbu x. positif.
2. Perkalian vektor di R^2 dengan skalar
Suatu vektor dapat dikalikan dengan suatu skalar (bilangan real) dan akan
menghasilkan suatu vektor baru. Jika adalah vektor dan k adalah skalar. Maka
perkalian vektor:
C. Vektor dalam Ruang (Dimensi Tiga)
Vektor yang berada pada ruang tiga dimensi (x, y, z).jarak antara dua titik
vektor dalam dapat diketahui dengan pengembangan rumus phytagoras. Jika
titik dan titik maka jarak AB adalah:
1. Diberikan vektor A = (4, -2) dan vektor B = (1, 3). Hitunglah hasil kali skalar
dari kedua vektor tersebut.
Kunci Jawaban:
Hasil kali skalar A dan B: A • B = (4 * 1) + (-2 * 3) = 4 - 6 = -2.
2. Diberikan dua vektor A = (3, 5) dan B = (-2, 7). Tentukan hasil penjumlahan
vektor A dan B serta hasil perkaliannya dengan skalar 2.
Kunci Jawaban:
Penjumlahan vektor A dan B: A + B = (3 + (-2), 5 + 7) = (1, 12).
Perkalian vektor A dengan skalar 2: 2A = 2(3, 5) = (6, 10).
3. Dua buah vektor masing masing F1 = 15 satuan dan F2 = 10 satuan. Mengapit
sudut sebesar 60°. Tentukan besaran resultan vektor!
Pembahasan contoh soal vektor
Diketahui:
F1 = 15
F2 = 10
α = 60°
R = ….?
Sehingga
R = √15² + 10² + 2 . 15 . 10 . (0,5)
= √225 + 100 + 150
= √475 = √ 25.19
= 5 √19 satuan
4. Dua buah vektor gaya masing-masing 8N dan 4N saling mengapit sudut 120°.
Berapakah resultan kedua vektor tersebut?
Pembahasan
Diketahui :
F1 = 8N
F2 = 4N
α = 120°
R = …. ?
Sehingga
R = √8² + 4² + 2 . 8 . 4 . cos 120°
= √8² + 4² + 2 . 8 . 4 . (-0,5)
= √64 + 16 - 32
= √48 = √16.3
= 4 √3 Newton
7. Misalkan D adalah titik berat segitiga ABC dimana A(2,3,-2), B(-4,1,2) dan
C(8,5,-3). Panjang vektor posisi d sama dengan:
A. 3
B. 5
C. √5
D. √14
E. √13
Agar dapat menjawab soal ini, hal pertama yang harus kamu lakukan ialah
mencari titik D terlebih dahulu. Titik D merupakan titik berat segitiga dalam soal
tersebut. Maka, D= 1/3 (A + B + C).
Dari temuan rumus itu, kamu tinggal memasukkan nilai dari masing-masing titik
A, B, dan C. Berikut cara menghitungnya:
D = 1/3 (2,3,-2) + (-4,1,2) + (8,5,-3)
D = 1/3 (6,9,-3) = (2,3,-1)
Setelah menemukan titik D, hitungan yang harus kamu lakukan selanjutnya ialah
panjang proyeksi titik D.
Dari pilihan jawaban yang ada maka jawaban yang tepat untuk soal tersebut
ialah D.
10. Ditentukan A(4 , 7 , 0) , B(6 , 10 , –6) dan C(1 , 9 , 0). AB dan AC wakil-
wakil dari vektor u dan v. Besar sudut antara u dan v adalah:
A. Π
B. 0
C. 1/4 π
D. 1/2 π
E. 3/4 π
Agar dapat menjawab soal tersebut, hal pertama yang harus Quipperian lakukan
ialah tentukan vektor u dan v terlebih dahulu dengan rumus berikut:
u = AB = B − A = (6 , 10 , –6) − (4 , 7 , 0) = (2, 3, −6) → u = 2i + 3j − 6k
v = AC = C − A = (1 , 9 , 0) − (4 , 7 , 0) = (− 3, 2, 0) → v = − 3i + 2j
Setelah itu, barulah mencari besar sudut u dan v dengan menggunakan rumus
berikut:
cos α= u.v|u||v|
cos α= (2i + 3j – 6k)(- 3i + 2j) 22+ 32+(– 62)(-3)2+22+02
cos α= -6+6+049 12 = 0712=0
Dari hasil hitungan tersebut, sudut dengan nilai cosinus nol adalah 900 atau sama
dengan 1/2 π. Jadi, jawaban yang tepat untuk soal tersebut ialah D.
BAB IV TRIGONOMETRI
A. Pengukuran Sudut
Trigonometri adalah cabang ilmu dalam Matematika yang mempelajari
hubungan antara sisi dan sudut pada segitiga. Hubungan itu biasanya dinyatakan
sebagai perbandingan sinus, kosinus, dan tangen. Sinus atau bisa disingkat sin
adalah perbandingan antara panjang sisi di depan sudut dan panjang sisi miring.
Kosinus atau biasa disebut cos adalah perbandingan antara panjang sisi di
samping sudut dan panjang sisi miring. Tangen atau biasa disebut tan adalah
perbandingan antara panjang sisi di depan sudut dan panjang sisi di samping
sudut. kali putaran, maka sudutnya dikatakan mempunyai ukuran satu derajat. Ini
dilambangkan sebagai 1°.. Jadi, jika putaran dari sisi awal ke sisi terminal adalah
(derajat1360
Kita mengukur waktu dalam jam, menit, dan detik, dimana 1 jam = 60 menit dan
1 menit = 60 detik. Demikian pula saat mengukur sudut,
1 derajat = 60 menit dilambangkan dengan 1° = 60′
1 menit = 60 detik dilambangkan dengan 1′ = 60″
Berikut beberapa contoh tambahan sudut beserta ukurannya:
2. Ukuran Radian
B. Perbandingan Trigonometri
Perbandingan trigonometri adalah perbandingan panjang sisi-sisi pada segitiga
siku-siku. Segitiga ini memiliki tiga sisi, yaitu hipotenusa (sisi miring), sisi tegak
(vertikal), dan sisi mendatar (horizontal). Letak sisi tegak dan sisi mendatarnya
saling tegak lurus, sehingga sudut yang dibentuk oleh keduanya tepat 90o. Itulah
mengapa, sudut ini disebut sebagai sudut siku-siku. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar berikut.
Dari gambar di atas, sudut siku-siku dibentuk oleh perpotongan antara sisi AB dan
BC. Sisi AB disebut juga sisi tegak, sisi BC disebut sisi mendatar, dan tepat di
depan sudut siku-siku terdapat sisi miring (BC). Sisi miring selalu lebih panjang
dari kedua sisi lainnya.
Agar sudut α = 0, langkah yang harus dilakukan adalah menggeser sisi miring
segitiga ke bawah sedemikian sehingga panjang sisi tegak (AB) semakin kecil.
Langkah itu bisa kamu lanjutkan sampai sisi AC berimpit dengan sisi BC seperti
berikut.
C. Identitas Trigonometri
Identitas trigonometri adalah kesamaan yang memuat perbandingan
trigonometri dari suatu sudut. Pada identitas trigonometri dikenal istilah sinus,
cosinus, dan tangen. Nah, ketiganya ini akan menjadi dasar dalam beberapa rumus
matematika. Sebuah identitas trigonometri dapat ditunjukkan kebenarannya
dengan tiga cara. Cara pertama, dimulai dengan menyederhanakan ruas kiri
menggunakan identitas sebelumnya sampai menjadi bentuk yang sama dengan
ruas kanan. Cara kedua, mengubah dan menyederhanakan ruas kanan sampai
menjadi bentuk yang sama dengan ruas kiri. Cara ketiga, mengubah baik ruas kiri
maupun ruas kanan ke dalam bentuk yang sama.
sin2α + cos2α = 1
tan2α + 1 = sec2α
cot2α + 1 = csc2α
Identitas jumlah dua sudut yang berbeda bisa dinyatakan sebagai berikut
D. Rumus Pada Segitiga
1. Aturan kosinus
2. Aturan Sinus
atau
3. Luas SEGITIGA
Rumus Heron
, dimana
3.
4.
5. Dari ΔABC diketahui sudut A = 120°, sudut B = 30° dan AC = 5 cm. Maka
panjang sisi BC = ….
A. 2 ½ cm B. 5√2 cm
C. 5/2√2 cm D. 5√2 cm E. 5√3 cm
Jawaban: E
Pembahasan: Diketahui, sudut A = 120°, sudut B = 30°, panjang AC = 5 cm
Ditanyakan, panjang BC?
BC/sinA = AC/sinB BC/sin120° = 5/sin30° BC/ ½ √3 = 5/ ½ ½
BC = 5/2 √3 BC = 5√3
6. Andika menaiki tangga yang bersandar pada tembok. Panjang tangga tersebut
adalah 6 m dan sudut tangga di lantai 60°. Maka tinggi ujung tangga dari
permukaan lantai adalah ….
A. 2 m B. 3 m C. 3√3 m D. 2√3 m E. 4 m
Jawaban: C
Pembahasan: AC/sinB = BC/sinA 6/sin90° = BC/sin60° 6/1 = BC / ½ √3 BC =
3√3 m
b) tan β
Pembahasan
sin β =2/3artinya perbandingan panjang sisi depan dengan sisi miringnya adalah 2 :
3
Gunakan phytagoras untuk menghitung panjang sisi yang ketiga (sisi samping):
10. Segitiga PQR dengan sisi-sisinya adalah p, q dan r. Jika p = 16 cm, r = 8√2 cm
dan ∠ R = 30° tentukan besar ∠ P !
Pembahasan
Segitiga PQR
Keterangan:
1. Metode Eliminasi
Metode Eliminasi Metode eliminasi artinya salah satu variabel harus
dihilangkan. Misalnya diketahui ada tiga variabel dalam suatu persamaan yaitu
x, y dan z. Contohnya:
x + y + z= 3
2x + y – 5z= -8
3x – 2y + z= 5
_____________ –
Pembahasan: Langkah pertama, eliminasi y dengan memilih 2 persamaan
berikut:
x + y + z= 3
2x + y – 5z= -8
_____________–
-x + 6z = 11
Untuk bisa mencari nilai x dan z, Anda membutuhkan persamaan lainnya
yang memiliki variabel x dan z juga. Caranya ambil persamaan pertama dari
ketiga dari soal di atas. Agar bisa mengetahui nilai y, semua unsur dari
persamaan 1 bisa dikali 2 dan persamaan 2 kalikan 1.
Hasilnya akan diperoleh seperti ini:
x + y + z= 3 (x2)
3x - 2y +2= 5 (x1)
_____________ –
2x + 2y + 2z= 6
3x - 2y +z= 5
____________–
5x + 3z = 11
Sekarang Anda sudah memiliki 2 persamaan. Balik lagi ke sistem
persamaan linear 2 variabel, berikut cara mengerjakannya:
-x + 6z= 11 (x1)
5x +3z= 11 (x2)
_____________ –
-x + 6z= 11
10x +6z= 22
__________ –
-11x= -11
x= 1
Untuk mencari nilai y dan z lanjutkan dengan cara metode substitusi berikut.
2. Metode Substitusi
Dari contoh soal persamaan linear tiga variabel di atas, Anda sudah
mendapatkan nilai x. Selanjutnya nilai y dan z bisa ditemukan dengan cara
substitusikan nilai x ke bentuk persamaan lain.
5x + 3z= 11
5(1) + 3z= 11
3z= 6
z= 2
x+y+z=3
1 + y + 2= 3
y=0
Dari soal contoh soal tersebut, nilai x, y dan z sudah diketahui. Jadi himpunan
penyelesaiannya yaitu: HP= (1,0,2)
Dengan:
a = koefisien x;
b = koefisien y; dan
c = konstanta.
Lakukan uji titik untuk mendapatkan daerah penyelesaiannya. Kita ambil titik
yang berada di dalam garis (kiri garis).
Kira-kira benar gak kalau 8 lebih besar sama dengan 12? Salah ya, berarti daerah
penyelesaiannya ada di kanan garis atau di luar garis.
Dari situ sudah paham ya, kalau hasil uji titiknya salah, berarti daerahnya ada di
luar garis (kanan), sedangkan hasil uji titiknya benar, maka daerahnya ada di
dalam garis (kiri).
Lalu, apa sih perbedaan antara notasi ≥ dan > atau ≤ dan <?
Letak perbedaannya ada pada garis. Untuk notasi yang ada sama dengannya (=)
misal lebih besar sama dengan (≥) dan kurang dari sama dengan (≤), maka
garisnya nyambung, tidak terputus seperti pada contoh penyelesaian daerah di
atas. Sedangkan, untuk notasi lebih dari (>) dan kurang dari (<), garisnya putus-
putus seperti ini.
x – 3y ≤ 3
x+y≤3
Pembahasan:
Titik potong x – 3y ≤ 3
X y Koordinat
0 -1 (0, -1)
3 0 (3, 0)
Titik potong x + y ≤ 3
X y Koordinat
0 3 (0, 3)
3 0 (3, 0)
Garis x – 3y = 3
Garis x + y = 3
Langkah kedua, yaitu melakukan pengujian salah satu titik di luar garis. Untuk
memudahkanmu, ambillah titik (0, 0), sehingga diperoleh:
Daerah penyelesaian x – 3y ≤ 3
Daerah penyelesaian x + y ≤ 3
Jika kedua garis digabung, akan diperoleh daerah penyelesaian tunggal seperti
berikut. Jadi, daerah penyelesaiannya di bawah garis x – 3y = 3 dan di atas
garis x + y = 3.
Contoh Soal dan Pembahasan:
1. Manakah di antara 3, 4, dan 5 yang merupakan penyelesaian persamaan berikut
ini? 2x – 3 = 7
x + 2 = 10 – x
Jawaban:
2x – 3 = 7
2x = 7 + 3
2x = 10
x=5 Sehingga, penyelesaian persamaan linear 2x – 3 = 7 adalah 5.
9. Heru memiliki 100 butir kelereng dan Roni memiliki 150 butir kelereng. Oleh
dengan jumlah yang sama. Jika sisa kelereng yang dimiliki Roni sekurang-
kurangnya dua kali sisa kelereng Heru, berapakah total kelereng maksimal yang
diterima Kiki?
Pembahasan:
linear satu variabel. Misal, jumlah kelereng yang diberikan pada Kiki = x,
sehingga:
150 – x ≤ 2 (100 – x)
150 – x ≤ 200 – 2x
–x + 2x ≤ 200 – 150
x ≤ 50
Artinya, jumlah kelereng maksimal yang diberikan Heru dan Roni pada Kiki
adalah 50.
10. Tentukan daerah penyelesaian dari pertidaksamaan linear dua variabel ini
5x + 6y > 30
Jawaban:
1. Mencari nilai x
= Jika y = 0, 5 x = 30
= x = 30/5
=x=6
2. Mencari nilai y
= Jika x = 0, 6y = 30
= y = 30/6
=y=5
3. Gambarlah grafik dengan titik x = 6 dan y = 5 atau (6, 5)
2. Menentukan Diskriminan
- Diskriminan (D) dapat dihitung menggunakan rumus (b^2 - 4ac).
- Diskriminan membantu menentukan jenis akar fungsi kuadrat:
- Jika (D > 0), maka fungsi kuadrat memiliki dua akar nyata berbeda.
- Jika (D = 0), maka fungsi kuadrat memiliki dua akar nyata sama.
- Jika (Delta < 0), maka fungsi kuadrat memiliki akar imajiner.
Contoh:
Misalkan (f(x) = x^2 - 3x + 2):
1. Koefisien (a = 1), (b = -3), dan (c = 2).
2. Hitung diskriminan: D = (-3)^2 - 4(1)(2) = 1).
3. Titik puncak: x = -(-3)/2(1) = 3/2
4. Tanda fungsi: (a > 0), sehingga parabola membuka ke atas.
5. Gambar grafik menggunakan informasi ini.
Ingat:
f ′(x) = ax2 + bx + c
a > 0 dan D < 0 maka
f ′(x) definit positif atau f ′(x) > 0
3. Melengkapi Kuadrat:
- Jika fungsi kuadrat tidak dalam bentuk kuadrat sempurna, kita bisa melengkapi
kuadrat untuk membentuk seluruh kuadrat dari suatu bentuk binomial.
- Contohnya, (x^2 - 4x) dapat dilengkapi menjadi (x - 2)^2 - 4).
4. Menyederhanakan Ekspresi Aljabar
-Melakukan operasi penyederhanaan aljabar untuk mereduksi atau
menggabungkan suku-suku yang serupa.
-Misalnya, bisa menyederhanakan ekspresi seperti (2x^2 + 3x^2) menjadi
(5x^2).
6. Pertukaran Suku-Suku
- Mentransposisi atau menukar suku-suku pada persamaan untuk memudahkan
manipulasi.
- Misalnya, (ax^2 + bx + c = c + bx + ax^2) bisa menjadi lebih mudah untuk
disederhanakan atau difaktorkan.
Jadi
y = 2(x — 3)(x — 7)
y = 2(x2 — 10x + 21)
y = 2x2 — 20x + 42
Apabila dalam suatu masalah terdapat kata-kata seperti di atas, maka hal ini
merupakan petunjuk bahwa masalah tersebut dapat diselesaikan dengan
menggunakan model matematika yang berbentuk fungsi kuadrat. Setelah
diketahui bahwa karakteristik masalahnya berkaitan dengan model matematika
yang berbentuk fungsi kuadrat, langkah-langkah pemecahan masalahnya
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1) Nyatakan besaran yang ada dalam masalah sebagai variabel (dilambangkan
dengan huruf-huruf) untuk mendapatkan hubungan atau ekspresi matematikanya.
2) Rumuskan fungsi kuadrat yang merupakan model matematika dari masalah.
3) Tentukan penyelesaian dari model matematika fungsi kuadrat yang diperoleh
pada langkah 2.
4) Tafsirkan hasil-hasil yang diperoleh pada langkah 3 terhadap masalah semula.
Pada materi ini akan mempelajari sampai dengan langkah 2, selanjutnya langkah 3
dan langkah 4 akan Anda pelajari pada kegiatan 3 bagian 2.
Agar lebih memahami dan terampil menyusun model matematika dari suatu
masalah yang berkaitan dengan fungsi kuadrat, perhatikan beberapa contoh di
bawah ini.
Contoh 1:
Jumlah dua buah bilangan adalah 10.
Jika hasil kali kedua bilangan itu maksimum, tentukan model matematika dari
permasalahan tersebut!
Jawab:
Langkah 1:
Misalkan dua buah bilangan itu masing-masing adalah x dan y, maka x + y =10.
Langkah 2:
•) Hasil kali kedua bilangan itu = x.y
•) rancang x sebagai variabel bebas permasalahan tersebut, maka variabel y dapat
diubah menjadi y = 10 – x.
•) Selanjutnya, hasil kali kedua bilangan itu dan nyatakan sebagai fungsi H, maka:
H=x.y
•) Subtitusikan y = 10 – x ke persamaan H = x.y, maka diperoleh:
H = x(10 – x)
H = 10 x – x
H dapat dinyatakan sebagai fungsi kuadrat dalam x, dan ditulis menjadi H(x) =
10x – x.
Jadi model matematika dari permasalahan di atas adalah H(x) = 10x – x.
Jawaban:
Diketahui nilai a = 4, b = 3, c = 8
= a + 2b + 3c
= 4 + 2(3) + 3(8)
= 4 + 6 + 24
= 34
9. Menentukan titik ekstrim dan juga titik potong dengan sumbu X untuk fungsi
kuadrat
f(x) = x2 – 20x + 75.
Jawab:
10. Jika gambar di bawah ini adalah grafik fungsi kuadrat f dengan titik puncak (-
2,0) dan melalui titik (0,-4) maka nilai f(-5) adalah …
Jawab:
Melansir laporan dari surat kabar New York Times (2012), Ternyata, selain
menciptakan diagram lingkaran, William Playfair ternyata juga menciptakan
diagram batang. Diagram ini mirip-mirip fungsinya dengan diagram lingkaran.
Tapi punya kelebihan, yaitu bisa menunjukan tren naik turunnya sebuah
kelompok data dari waktu ke waktu. Selain bisa digunakan untuk menunjukkan
satu kategori data, diagram batang juga bisa digunakan untuk membandingkan
lebih dari satu kategori data sekaligus seperti di bawah ini.
5, 4, 6, 7, 8, 8, 6, 4, 8, 6, 4, 6, 6, 7, 5, 5, 3, 4, 6, 6 8, 7, 8, 7, 5,
4 , 9, 10, 5, 6, 7, 6, 4, 5, 7, 7, 4, 8, 7, 6
66 75 74 72 79 78 75 75 79 71
75 76 74 73 71 72 74 74 71 70 74 77 73 73 70 74 72 72
80 70 73 67 72 72 75 74 74 68 69 80
B. Membuat turus (tally), untuk menentukan sebuah nilai termasuk ke dalam kelas
yang mana.
A. Interval Kelas
Tiap-tiap kelompok disebut interval kelas atau sering disebut interval atau kelas
saja. Dalam contoh sebelumnya memuat enam interval ini.
65 – 67 → Interval kelas pertama
68 – 70 → Interval kelas kedua
71 – 73 → Interval kelas ketiga
74 – 76 → Interval kelas keempat
77 – 79 → Interval kelas kelima
80 – 82 → Interval kelas keenam
B. Batas Kelas
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, angka 65, 68, 71, 74, 77, dan 80
merupakan batas bawah dari tiap-tiap kelas, sedangkan angka 67, 70, 73, 76, 79,
dan 82 merupakan batas atas dari tiap -tiap kelas.
D. Lebar kelas
e. Titik Tengah
2. Histogram
Dari suatu data yang diperoleh dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan
disajikan dalam bentuk diagram yang disebut histogram. Jika pada diagram
batang, gambar batang-batangnya terpisah maka pada histogram gambar batang-
batangnya berimpit. Histogram dapat disajikan dari distribusi frekuensi tunggal
maupun distribusi frekuensi bergolong. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
berikut ini. Data banyaknya siswa kelas XI IPA yang tidak masuk sekolah dalam
8 hari berturut-turut sebagai berikut.
Selain dalam bentuk diagram, penyajian data juga dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi. Berikut ini akan dipelajari lebih jelas mengenai tabel
distribusi frekuensi tersebut.
Kuartil merupakan ukuran letak yang membagi data yang sudah diurutkan
menjadi empat bagian sama banyak, masing-masing bagian mempunyai 25%
data. Kelompok data memiliki 3 kuartil yakni kuartil bawah (Q1), kuartil tengah
atau median (Q2), kuartil atas (Q3). Perhatikan gambar berikut:
Rumus mencari nilai kuartil untuk data tunggal dibedakan menjadi dua kasus,
yaitu untuk jumah data ganjil dan jumlah data genap.
Langkah-langkah mencari tiga nilai kuartil data tunggal untuk jumlah data genap
adalah sebagai berikut.
Keterangan:
n = banyak data
Keterangan:
i = bilangan bulat kurang dari 100 (1, 2, 3, …, 99)
n = banyak data
Keterangan:
i = 1 untuk kuartil bawah
i = 2 untuk kuartil tengah
i = 3 untuk kuartil atas
Tb = tepi bawah kelas kuartil
n = jumlah seluruh frekuensi
= jumlah frekuensi sebelum kelas kuartil
= frekuensi kelas kuartil
p = panjang interval kelas
2. Desil untuk data berkelompok
Keterangan:
i = bilangan bulat kurang dari 10 (1, 2, 3, … ,9)
5 9 7 8 6 5
6 8 9 5 7 8
7 9 8 6 6 5
8 8 6 5 7 5
7 8 6 5 5 7
Angka 5,6,7,8,9 dari data di atas disebut datum atau bisa dibilang masing-masing
angka yang ada pada suatu data.
Rumus Mencari Rata-Rata (Mean)
Untuk memperoleh nilai rata-rata, kita bisa membagi jumlah semua nilai atau
datum-nya dengan banyaknya data. Nah, ini dia rumus mencari mean-nya:
Nah, untuk macam ukuran pemusatan data yang ketiga ini, pasti udah nggak asing
lagi, kan? Yap, modus adalah nilai yang paling sering muncul. Jadi, dalam
kelompok data, jika ada angka yang paling banyak ada (paling sering muncul), itu
lah yang dinamakan modus. Biasanya, modus dilambangkan dengan Mo.
Kalau data yang kamu peroleh merupakan data tunggal berkelompok atau data
yang dikelompokkan ke dalam tabel, maka kamu bisa langsung lihat datum atau
nilai dengan frekuensi paling tinggi. Tapi, kalo data tunggal biasa, kamu bisa
gunakan tabel turus/ tally. Biar kamu paham kita ke contoh.
Contoh Soal Mencari Modus
Modus dari data berikut adalah:
Nah, karena data di atas merupakan data tunggal biasa, agar lebih mudah, buat
dalam bentuk tabel turus seperti ini:
Kemudian, kalau kita lihat, data yang paling sering muncul adalah 106 karena
nilai frekuensinya paling tinggi, yaitu 11. Jadi, modus dari data itu adalah 106.
2. Deviasi Rata-Rata
Deviasi rata-rata adalah rata-rata hitung dari nilai mutlak deviasi antara nilai data
pengamatan dengan rata-rata hitungnya. Deviasi rata-rata melibatkan data
observasi dalam penghitungannya (Kustituanto & Badrudin, 1994:96). Dalam
mencari deviasi rata-rata dapat dibedakan antara data tunggal dan data
berkelompok. a. Deviasi rata-rata data tunggal Untuk data tunggal, deviasi rata-
ratanya (MD) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑀𝐷 = 1/ 𝑛 ∑|𝑋 − 𝑋̅| = ∑|𝑋 − 𝑋̅| / 𝑛
3. Varians
Varians adalah Rata-rata hitung dari deviasi kuadrat setiap data terhadap rata-rata
hitungnya. Varians adalah alat ukut variabilitas serangkaian data yang dihitung
dengan mencari rata-rata selisih/beda kuadrat antara data observasi dengan pusat
datanya (Kustituanto & Badrudin, 1994:104). Varians untuk data populasi
disimbolkan 𝜎 2 dan untuk data sampel disimbolkan dengan 𝑠 2
a. Varians data tunggal Rumus untuk varians data tunggal adalah:
1) Untuk populasi (n>30) 𝜎^2 = ∑(𝑋 − 𝜇) 2 / 𝑛
2) Untuk sampel (n ≤ 30) 𝑠^2 = ∑(𝑋 − 𝑋̅ ) 2 / 𝑛 – 1
1. Diketahui, siswa kelas 1 SDN 2 Bulo sedang mendata tinggi badan siswa.
Sehingga, didapatkan data sebagai berikut
125, 150, 132, 124, 140, 120, 140, 130
Tentukan mean, modus, dan median dari data di atas!
Pembahasan:
Urutan data yang sesuai: 120, 124, 125, 130, 132, 140, 140, 150
Mean = (120 + 124 + 125 + 130 + 132 + 140 + 140 + 150) : 8 = 132, 625
Modusnya adalah 140, sebab data tersebut paling banyak muncul, yaitu 2 kali.
Median = 130 + 132 / 2 = 131
3. Diketahui data nomor sepatu sebuah klub sepak bola adalah sebagai berikut:
39, 39, 40, 40, 41, 42, 42, 42,42, 42, 43, 43, 44, 44, 44
Tentukan rata-rata nomor sepatu dari pemain sepak bola tersebut!
Pembahasan:
Rata-rata = (39+ 39+ 40+ 40+ 41+ 42+ 42+ 42+42+ 42+ 43+ 43+ 44+ 44+ 44) :
15 = 41, 8
Tb = 36 – 0,5 = 35,5
fD6 = 10
Frekuensi kumulatif kurang dari kelas letak nilai desil ke-6 (fkkD6) adalah 19
Dengan begitu, maka nilai desil ke-6 dari tabel data kelompok tersebut adalah:
D6 = Tb + (6/10n - fkkD6: fD6) x k
D6 = 35,5 + 2,5 = 38
Jadi, nilai desil ke-6 dari data pada tabel distribusi frekuensi tersebut adalah 38,0
20-24 2 2
25-29 5 7
30-34 7 14
35-39 10 24
40-44 9 33
45-49 7 40
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa - adalah 1 dan n = 40, maka 5/10 x 40
= 20
Tb = a - 05 = 35 = 0,5 = 34,5
P = (b-a) + 1 = (39-35) + 1 = 1
D5 = 34,5 + 5 (6 :10)
D5 = 34,5 + (30/10)
D5 = 34,5 + 3 = 37,5
6. Jika datanya berjumlah ganjil dengan n+1 yang habis dibagi 4, contohnya
sebagai berikut:
4, 4, 5, 7, 8, 8, 8, 9, 10, 11, 11
Dari contoh data di atas, kita akan coba cari Q1, Q2, dan Q3.
Tabel Berat Badan Siswa di Kelas VII. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom
Untuk mencari Q1, maka kita cari kuartil 1 berada di interval mana. Cara dengan
membagi jumlah frekuensi dengan 4. Maka 50/4 = 12,5. Jadi letak Q1 berada di
interval 41-45.
L1 = 41-0,5 = 40,5
f1 = 9
10. Jangkauan antar kuartil dari 16, 16, 18, 15, 19, 16, 17, 15, 15, adalah…
Jawaban:
15 - 15 - 15 - 16 - 16 - 16 - 17 - 18 - 19
Berdasarkan urutan tersebut maka kita peroleh: Q1 = 15 + 15/2 = 15 Q3 = 17 +
18/2
= 17,2 Q3 - Q1 = 17,5 - 15 = 2,5
BAB VIII PELUANG
A. Percobaan, Ruang Sampel, dan Kejadian
1. Percobaan adalah suatu proses dengan hasil dari suatu kejadian bergantung
pada kesempatan.
Contoh:
1. Melempar sebuah koin.
2. Melempar sebuah dadu.
3. Melempar sebuah koin dan sebuah dadu sekaligus.
4. Melempar dua buah koin sekaligus.
5. Melempar dua dadu sekaligus.
C. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan adalah harapan banyaknya suatu kejadian yang terjadi dari
banyaknya jumlah percobaan yang dilakukan.
Adapun cara menghitung frekuensi harapan yakni dilakukan dengan rumus:
Fh = peluang x banyaknya percobaan
Fh = P(A) x N
Keterangan:
Fℎ = Frekuensi harapan
P(A) = Peluang suatu kejadian
N = Banyaknya percobaan
D. Peluang Kejadian Majemuk
Sesuai namanya, peluang kejadian majemuk adalah cara yang digunakan untuk
menghitung peluang yang terjadi jika ada dua atau lebih kejadian.
Misalnya, kamu mau mencari tahu peluang dari munculnya angka 4 dan 9 pada
dadu. Artinya, ada dua kejadian yang ingin kamu cari tahu. Pertama, kejadian
munculnya dadu berjumlah 4. Dan yang kedua, kejadian munculnya dadu
berjumlah 9.
Jenis-jenis Peluang Kejadian Majemuk
Secara matematika, peluang kejadian majemuk terbagi menjadi 4 jenis. Yaitu
peluang saling lepas, tidak saling lepas, saling bebas, dan tidak saling bebas.
Contoh sederhana dari peluang kejadian majemuk saling lepas adalah munculnya
angka genap atau angka ganjil pada pelemparan dadu. Jika dituliskan
menggunakan rumus matematika, maka bentuknya akan seperti ini:
Semesta (S) = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Ganjil (A) = {1, 3, 5}
Genap (B) = {2, 4, 6}
Maka, untuk mengetahui banyaknya kejadian masing-masing, dapat ditulis
sebagai berikut:
n(S) = 6
n(A) = 3
n(B) = 3
Kemudian, untuk menghitung peluang kejadian majemuk munculnya angka
genap, kamu tinggal membagi jumlah anggota (A) dengan (S). Dari keterangan di
atas, diketahui kalau n(A) = 3 dan n(S) = 6. Sehingga, peluang munculnya angka
ganjil adalah n(A) / n(S) = 3/6 atau 1/2. Karena jumlah n(A) dan n(B) sama, maka
peluang munculnya angka genap juga 1/2.
Lalu, berapa peluang kejadian majemuk saling lepasnya? Untuk menghitung
peluang kejadian saling lepas, kamu tinggal menjumlahkan peluang dari setiap
kejadian yang terjadi. Dalam matematika, aturan peluang kejadian majemuk
saling lepas dapat dituliskan sebagai berikut:
P(A◡B) = P(A)+P(B)
Masukkan nilai peluang (A) dan peluang (B), sesuai dengan rumus di atas:
P(A◡B)=P(A)+P(B)
P(A◡B)=1/2+1/2
P(A◡B)=1
Sehingga, peluang gabungan A dan B adalah 1.
1. Sebuah dadu lalu dilempar satu kali, berapa peluang munculnya mata dadu 5?
Pembahasan
Banyaknya titik sampel n(S) = 6
Titik sampel dadu bernilai 5 n(A) = 1
P(A) = n(A)/n(S) = 1/6
Jadi, peluang munculnya mata dadu 5 adalah 1/6
2. Rudi memiliki dua buah koin 1000 rupiah, lalu melempar kedua koin tersebut
bersamaan. Berapa peluang muncul gambar pada kedua koin?
Pembahasan
Misal A = Angka dan G= Gambar, maka
Ruang sampelnya adalah = { (A,G), (A,A), (G,A), (G,G)}
n (S) = 4
banyaknya titik sampel muncul gambar di kedua koin (G,G) adalah n (A) = 1
P(A) = n(A)/n(S) = 1/4
Jadi, peluang muncul keduanya gambar adalah 1/4
3. Sebuah tas berisi 12 kelereng yang terdiri dari 5 kelereng biru, 3 kelereng
merah, dan 4 kelereng kuning. Dari tas tersebut akan diambil satu kelereng.
Berapa peluang terambilnya kelereng berwarna merah?
Pembahasan
Banyaknya titik sampel n(S) = 5 + 3 + 4 = 12
Titik sampel kelereng merah n(A) = 3
P(A) = n(A)/n(S) = 3/12 = 1/4
Jadi, peluang terambilnya kelereng warna merah adalah 1/4
5. Satu set kartu lengkap akan dikocok dan diambil secara acak. Hitunglah
peluang yang terambil adalah kartu As atau kartu merah!
Jawaban:
Untuk menjawab soal diatas, kamu bisa menggunakan cara seperti di bawah ini.
Diketahui:
n(S) = 52
6. Sebuah dadu dilempar 36 kali. Frekuensi harapan muncul mata dadu bilangan
prima adalah .... kali.
Jawaban :
Untuk menjawab soal di atas, kamu bisa menggunakan cara seperti di bawah ini.
P(A) = 3/6
Fh = 3/6 x 36 = 18
7. Sebuah dadu dilempar sekali. Peluang muncul mata faktor dari 6 adalah ....
Jawaban:
Untuk menjawab soal di atas, kamu bisa menggunakan cara seperti di bawah ini.
= (1,2,3,6)
8. Banyaknya anggota ruang sampel pada pelemparan sekeping uang logam dan
sebuah dadu yang dilakukan secara bersamaan adalah .... titik sampel.
Jawaban :
Untuk menjawab soal di atas, kamu bisa menggunakan cara seperti di bawah ini.
Ruang sampel =
{(A,1),(A,2),(A,3),(A,4),(A,5),(A,6),(G,1),(G,2),(G,3),(G,4),(G,5),(G,6)}
Titik sampel =
{(A,1),(A,2),(A,3),(A,4),(A,5),(A,6),(G,1),(G,2),(G,3),(G,4),(G,5),(G,6)}
= 12
9. Sebuah dadu dilempar 100 kali. dari hasil pelemparan tersebut muncul mata
dadu bernomor 3 sebanyak 17 kali dan mata dadu bernomor 5 sebanyak 18 kali.
Peluang muncul mata dadu bernomor 3 dan 5 adalah ....
Jawaban:
Untuk menjawab soal di atas, kamu bisa menggunakan cara seperti di bawah ini.
P(A) = 17/100
P(B) = 18/100
= 17/100 x 18/100
= 35/100
= 7/20
10. Sebuah dadu dilempar sebanyak 20 kali. Ternyata muncul muka dadu
bernomor 3 sebanyak 3 kali. Frekuensi relatif munculnya angka tiga adalah ....
Jawaban :
Untuk menjawab soal di atas, kamu bisa menggunakan cara seperti di bawah ini.
Frekuensi relatif = banyaknya kejadian yang muncul/banyaknya percobaan yang
dilakukan
= 3/20