Materi Kuliah
❑ Gerak Peluru
❑ Gerak Melingkar
Capaian Pembelajaran
❑ Mampu memahami konsep, kaidah dan prinsip gerak dua
dimensi serta mampu mengaplikasikan pada bidang rekayasa
perkapalan
I-1
Gerak Dua Dimensi
➢ Gerak dalam ruang dua dimensi dapat berupa gerak peluru, gerak
melingkar, gerak dalam lintasan elips, dan hiperbola.
➢ Namun, pembahasan ini akan dibatasi pada gerak peluru dan
gerak melingkar.
➢ Gambar 3.1 adalah contoh gerak dalam ruang dua dimensi. Ciri
gerak dalam ruang dua dimensi adalah lintasan benda selalu
berada pada sebuah bidang datar.
➢ Pada persoalan gerak dua dimensi, posisi benda terdefinisi secara
lengkap apabila digunakan dua buah koordinat posisi. Di sini
digunakan koordinat x dan y yang saling tegak lurus. Arah sumbu
x dan y dapat dipilih secara sembarang asal tegak lurus.
Pemilihan arah dilakukan untuk mempermudah menyelesaikan
persoalan.
I-2
Gambar 3.1 Contoh gerak dua dimensi. Lintasan benda membentuk
satu bidang datar, baik bidang vertikal, horisontal, atau miring.
I-3
❑ Gerak Peluru
➢ Disebut gerak peluru karena gerak ini yang akan ditempuh oleh
setiap peluru yang ditembakkan ke atas dengan membentuk
sudut tertentu terhadap arah horizontal (tidak vertikal ke atas)
atau yang ditembakkan dengan sudut sembarang dari ketinggian
tertentu.
➢ Walaupun namanya gerak peluru, namun gerak tersebut tidak
hanya digunakan untuk membahas peluru.
➢ Setiap benda yang dilempar ke atas dalam arah tidak vertikal atau
ditembakkan dengan sudut sembarang dari ketinggian tertentu
melakukan gerak peluru.
I-4
➢ Gambar 3.2 adalah contoh benda yang mengalami gerak peluru
yang pernah kita lihat atau kita tonton melalui televisi.
Gambar 3.2 Contoh gerak peluru: (a) peluru kendali yang ditembakkan (the-
tap.blogspot.com), (b) bola golf yang dipukul (e2marino.wordpress.com), dan
(c) roket yang diluncurkan (utexas.edu).
I-5
a) Gerak peluru kendali yang ditembakkan umumnya berbentuk
gerak peluru. Dengan memahami hukum-hukum gerak
peluru maka sudut penembakan dapat diatur sehingga
peluru mengenai sasaran.
b) Pemain golf dapat mengatur kekuatan pukulan serta sudut
pukulan sehingga bola jatuh tepat atau dekat lubang yang
dikehendaki.
c) Peluncuran roket yang membawa satelit menempuh lintasan
seperti lintasan peluru. Dengan demikian arah peluncuran
dapat ditentukan sehingga roket mencapai posisi yang
diinginkan untuk menempatkan satelit pada orbitnya.
I-6
▪ Peluru yang ditembakkan dengan kecepatan awal membentuk
sudut elevasi tertentu terhadap sumbu datar akan mengambil
lintasan seperti pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Bentuk umum lintasan peluru yang ditembakkan dengan sudut elevasi
terhadap sumbu datar. Ketinggian lintasan maupun jarak tempuh (jarak dalam arah
horisontal) sangat bergantung pada laju awal dan sudut tembakan.
I-7
▪ Pada saat ditembakkan, peluru memiliki dua komponen
kecepatan. Komponen kecepatan arah horisontal dan arah
vertikal adalah
𝑣0𝑥 = 𝑣0 𝑐𝑜𝑠 (3.1a)
𝑣0𝑦 = 𝑣0 𝑠𝑖𝑛 (3.1b)
(3.4)
I-12
▪ Dari persamaan komponen kecepatan maka dapat ditentukan sudut
yang dibentuk oleh vektor kecepatan terhadap arah horisontal.
Misalkan sudut tersebut adalah (Ganbar 3.6) maka
𝑣𝑦
𝑡𝑎𝑛 =
𝑣𝑥
𝑣0 𝑠𝑖𝑛 −𝑔𝑡
=
𝑣0 𝑐𝑜𝑠
𝑔𝑡
= 𝑡𝑎𝑛 − (3.5)
𝑣0 𝑐𝑜𝑠
I-13
▪ Dari persamaan (3.5) didapatkan sejumlah informasi. Pada puncak
lintasan peluru hanya memiliki kecepatan arah horisontal.
▪ Dengan demikian pada puncak lintasan berlaku = 0 atau tan = 0.
▪ Misalkan waktu yang diperlukan sejak peluru ditembakkan hingga
mencapai puncak lintasan adalah tm maka berlaku
▪ yang menghasilkan
(3.6)
I-14
▪ Gambar 3.7 Arah vektor kecepatan saat peluru ditembakkan dan saat kembali
ke tanah. Sudut yang dibentuk vektor kecepatan saat peluru ditembakkan dan
saat peluru mencapai tanah sama besar tetapi berlawanan tanda.
atau =
I-15
▪ Memperhatikan Gambar 3.7, pada saat peluru kembali menyentuh
tanah, sudut yang dibentuk oleh vektor kecepatan memenuhi = -.
Jika saat ini waktu tempuh adalah T maka persamaan (3.5) dapat ditulis
atau
(3.7)
(3.8)
(3.9)
I-17
Gambar 3.8 Ketinggian lintasan sama dengan jarak vertical dari puncak
lintasan ke dasar yang sejajar dengan titik penembakan. Jarak tempuh adalah
jarak mendatar dari titik penembakan ke titik jatuh peluru.
I-18
▪ Jarak dalam arah x tepat di bawah puncak lintasan adalah
(3.10)
(3.11)
I-19
▪ Kita definisikan jarak tempuh sebagai jarak horizontal dari titik
penembakan benda ke titik jatuh peluru di tanah (asumsi titik
penembakan dan titik jatuh berada pada bidang datar). Dengan
mengacu pada persamaan (3.11) maka jarak tempuh adalah
(3.12)
(3.13)
I-21
Sasaran dengan Jarak Bervariasi
▪ Dalam peperangan, senjata yang digunakan telah memiliki laju awal
tertentu. Namun, sasaran yang akan ditembak kadang jauh dan kadang
dekat. Agar peluru mengenai sasaran maka yang dapat dilakukan
adalah mengatur sudut tembak. Berapakah sudut tembak jika sasaran
berada dalam arah horisontal sejauh R? Jelas di sini bahwa R Rmaks.
▪ Persamaan jarak tembak diberikan oleh persamaan (3.12). Jika jarak
tembak R berbeda-beda maka besar sudut tembak memenuhi
𝑔𝑅
𝑠𝑖𝑛2 =
𝑣02
Solusinya adalah
𝑔𝑅
2 = 𝑎𝑟𝑐𝑠𝑖𝑛
𝑣02
atau
1 𝑔𝑅
= 𝑎𝑟𝑐𝑠𝑖𝑛 (3.14)
2 𝑣02
I-22
▪ Sebagai contoh, jika jarak sasaran adalah setengah dari jangkauan
maksimum peluru atau R Rmaks/2 atau
1 1
= 𝑎𝑟𝑐𝑠𝑖𝑛
2 2
Tetapi arcsin(1/2) memiliki dua solusi, yaitu 300 dan 1500. Dengan
demikian, ada dua sudut yang menghasilkan solusi yaitu:
300
= = 150
2
dan
1500
= = 750
2
▪ Dengan sudut penembakan 150 atau 750 maka peluru akan jatuh pada
titik yang sama. Namun ada yang berbeda, yaitu waktu tempuh. Dengan
mengguakan persamaan (3.7) maka peluru yang ditembakkan dengan
sudut kecil akan mencapai sasaran dalam waktu yang lebih pendek.
Jadi, jika kita ingin segera mengenai sasaran maka dari dua alternatif
sudut tersebut kita memilih sudut yang kecil.
I-23
▪ Gambar 3.9 adalah kurva sudut tembak sebagai fungsi jangkauan.
▪ Jangkauan dinyatakan dalam satuan jangkauan maksimum.
▪ Tampak bahwa untuk setiap jangkauan yang dikehendaki maka ada
dua sudut tempak yang dapat dilakukan, yaitu dengan sudut kecil
dan dengan sudut besar.
▪ Penembakan dengan sudut kecil menyebabkan peluru mencapai
sasaran lebih cepat.
▪ Namun, jika antara posisi penembakan dan sasaran terdapat
penghalang yang cukup tinggi seperti bangunan, pepohonan, atau
bukit kecil maka kita memilih sudut tembak yang besar.
I-24
Gambar 3.9 Sudut penembakan peluru sebagai fungsi jarak sasaran agar peluru
tepat mengenai sasaran.Tampak bahwa selalu ada dua sudut untuk mencapai jarak
yang sama, yang satu lebih besar dari 45o dan yang satu lebih kecil dari 45o.
Namun, jarak terjauh hanya dapat dicapai dengan satu sudut, yaitu 45o.
I-25
Menembak Sasaran yang Bergerak
▪ Misalkan sasaran yang akan kita tembak bergerak. Berapa sudut
tembak agar peluru mengenai sasaran yang bergerak tersebut?
▪ Agar lebih sederhana kita asumsikan bahwa sasaran bergerak dalam
arah sumbu x dengan laju vs. Misalkan jarak mula-mula sasaran dari
lokasi penembakan adalah Xs. Dengan demikian, posisi sasaran tiap
saat memenuhi
(3.15)
▪ Karena posisi penembakan dianggap berada pada pusat koordinat
maka posisi peluru tiap saat (kita gunakan 𝑟0 = 0 memenuhi
persamaan
(3.16)
I-26
▪ Peluru akan mengenai sasaran setelah selang waktu T yang
memenuhi
atau
(3.17)
(3.18a)
(3.18b)
I-27
▪ Dari persamaan (3.18b) kita dapatkan
(3.19)
atau
(3.20)
atau
(3.21)
I-28
▪ Jika kita definisikan untuk sementara sin = x dan 𝑐𝑜𝑠 = 1 − 𝑠𝑖𝑛2 =
1 − 𝑥 2 maka persamaan (3.21) dapat ditulis
atau
(3.19)
(3.23)
I-30
Sasaran Tidak pada Ketinggian yang Sama
▪ Bagaimana jika sasaran tidak berada pada ketinggian yang sama dengan
tempat peluru ditembakkan? Seperti diilustrasikan pada Gambar 3.11.
Kita pilih lokasi penembakan berada di koordinat sedangkan sasaran
berada pada posisi
(3.24)
▪ Jadi peluru mengenai sasaran saat vektor posisi peluru sama dengan
vektor posisi sasaran. Kita samakan suku yang mengandung verktor
satuan sejenis sehingga diperoleh
(3.26a)
(3.26b)
I-31
Gambar 3.11 Peluru menembak sasaran yang memiliki ketinggian yang
berbeda dengan lokasi penembakan
▪ Dari persamaan (3.26a) kita peroleh waktu yang diperlukan peluru
mengenai sasaran adalah
(3.27)
I-32
▪ Substitusi persamaan (3.27) ke dalam persamaan (3.26b) maka
diperoleh
(3.28)
I-33
▪ Dengan demikian persamaan (3.28) dapat ditulis menjadi
(3.29)
I-34
▪ Solusi untuk z adalah
(3.30)
▪ Ada dua solusi yang diberikan oleh persaman di atas. Tetapi mengingat
Z = sin2 maka nilai z hanya boleh berada antara 1 dan -1.
▪ Dari dua solusi di atas, jika dua nilai z berada antara -1 sampai 1 maka
kedua solusi benar.
▪ Ini berarti ada dua sudut penembakan agar mengenai sasaran. Namun,
jika salah satu nilai z tidak berada antara -1 sampai 1 maka hanya solusi
antara -1 sampai 1 yang digunakan.
▪ Ini artinya, hanya satu kemungkina sudut tembakan yang dapat
mengenai sasaran. Setelah kita peroleh z maka sudut dapat dihitung
dengan mudah.
I-35
Contoh 3.1
Sasaran yang akan ditembak berada pada posisi 𝑟𝑠 = 400𝑖Ƹ + 00𝐽መ .
Berapa sudut tembak agar peluru yang memiliki laju awal 100 m/s
mengenai sasaran?
Jawab
Dengan menggunakan g = 9,8 m/s2 maka kita dapatkan z1 =
0.000931183 dan z2 = 31.05174208. Nilai z2 tidak dipakai karena lebih
besar daripada 1. Jadi solusi untuk z hanyalah z1 = 0.000931183.
Dengan demikian sin 21 = 0,00093. Solusi yang memenuhi adalah
2 = 177o atau = 88,5o.
I-36