UTK MHS-Budaya Bahari Dan Kepribadian Masyarakat Maritim
UTK MHS-Budaya Bahari Dan Kepribadian Masyarakat Maritim
DAN KEPRIBADIAN
MASYARAKAT
MARITIM
Fpsikologi UHT
Drs.Tri Budi Marwanto, M.M; Psikolog
Laksamana Pertama TNI (Purn)
Dekan Fakultas Psikologi
Pustaka :
1. Malcolm MacLachlan (ed), 1917, Maritime Psychology : Research in
Organizational & Health behavior at Sea, Pringer.
2. Djoko Pramono, 2005, Budaya Bahari, Gramedia Pustaka, Jakarta.
PENGANTAR
ISTILAH PENGERTIAN
BUDAYA cara hidup yang terdapat dalam sekelompok individu yang diturunkan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya
KEBAHARIAN orang-orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan laut, dan kelautan.
Orang yang bekerja di laut atau pelayaran, disebut pelaut, dengan obyeknya
adalah laut.
MARITIM sesuatu yang berkenaan dengan laut yang berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan laut
KEMARITIMAN bagian dari kegiatan di laut yang mengacu pada pelayaran/ pengangkutan laut,
perdagangan (sea-borne trade), navigasi, keselamatan pelayaran, kapal,
pengawakan, pencemaran laut, wisata laut, kepelabuhanan baik nasional
maupun internasional, industri dan jasa-jasa maritim.
ISTILAH PENGERTIAN
KELAUTAN hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan di wilayah laut yang meliputi
permukaan laut, kolom air, dasar laut dan tanah di bawahnya, landas kontinen
termasuk sumber kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, pesisir, pantai,
pulau kecil, serta ruang udara di atasnya.
BUDAYA Nilai-nilai kearifan tentang jiwa, semangat atau tradisi kejuangan kebaharian
BAHARI pada sekelompok orang sebagai hasil dari warisan yang diturunkan dari
generasi ke generasi selanjutnya
MASYARAKAT Kelompok masyarakat yang menggantungkan kehidupannya dari sumber daya
MARITIM alam laut dan pantai, seperti nelayan, masyarakat pesisir dan sebagainya.
BUDAYA BAHARI
*
https://historia.id/kuno/articles/berlayar-sampai-madagaskar-vJqBD/page/3
Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, para pelaut kita mampu membangun
kapal layar yang kokoh dan kuat. Semangat yang menggelora membuat mereka
mampu melawan ganasnya ombak dan bertahan dalam pelayaran yang
membutuhkan waktu sangat panjang.
Pelayaran itu menunjukkan bahwa nenek moyang kita merupakan pelaut yang
handal, memiliki naluri dan jiwa bahari yang kuat serta tidak mengenal takut
atau menyerah dalam mengarung samudera.
2. KERAJAAN SRIWIJAYA (683 – 1030)
Sriwijaya dianggap sebagai
kerajaan yang memiliki
kekuatan maritim yang kuat
di Asia Tenggara. Dengan
kekuatan maritimnya,
Sriwijaya mampu menguasai
jalur-jalur pelayaran maupun
perniagaan diseputar
kerajaan sriwijaya,
khususnya semenanjung
Malaka.
1. CINTA BAHARI
Cinta bahari adalah nilai paling utama dalam sejarah maritim di Indonesia.
Keberhasilan kerajaan-kerajaan dahulu dalam penyatuan Negara atau pulau-
pulau menjadi kesatuan, hanya bisa dilakukan melalui laut. Oleh karena itu,
mereka harus benar-benar mengenal laut dengan segala karakteristiknya. Oleh
karena itu, sejak kecil telah ditanamkan rasa cinta terhadap laut, rasa memiliki
terhadap potensi yang ada di laut. Mereka telah terbiasa melakukan perjalanan
laut (pelayaran), sehingga tidak mustahil mereka mampu melakukan pelayaran
jangka panjang, baik dalam rangka keperluan perniagaan maupun keperluan
lain, seperti upaya menaklukkan Negara atau pulau lain.
2. SEMANGAT JUANG, PANTANG MENYERAH
Pantang menyerah adalah sikap yang tidak mudah patah arang dalam
menghadapi permasalahan, selalu berusaha untuk menghadapi permasalahan
demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Semangat pantang menyerah ini
juga ditunjukkan oleh pelaut-pelaut kita jaman dahulu dalam setiap perniagaan
atau dalam peperangan atas air. Pada setiap pertempuran laut, para pelaut kita
mampu menampilkan perlawanan yang heroik sehingga kekuatan maritim kita
dijaman itu disegani dan ditakuti oleh lawan.
Semangat juang ini juga dibarengi dengan jiwa petualang yang dimiliki insan
bahari kita jaman dahulu. Mereka selalu tertantang untuk mencari pengalaman
baru, terutama dalam mencari dan menempukan pulau-pulau baru yang belum
pernah dijumpai.
3. PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN NAVIGASI
Kepribadian merupakan sesuatu yang unik atau khas, sehingga antara satu individu dengan
individu lainnya terdapat perbedaan (individual differences). Meskiun demikian, secara
umum kita dapat mengetahui karakteristik atau kepribadian pada sekelompok masyarakat
berdasarkan wilayahnya, misalnya kelompok masyarakat perkotaan, pedesaan, pesisir dan
sebagainya. Karakteristik atau ciri kepribadian ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau
wilayahnya.
Masyarakat maritim umumnya menggantungkan hidupnya dari laut, seperti nelayan yang
menggantungkan hidupnya dari tangkapan ikan, budidaya rumput laut, lobster dan
sebagainya. Namu hal itu sangat dipengaruhi oleh kondisi alam, seperti cuaca.
Faktor cuaca di laut yang serba tidak menentu, mengajarkan masyarakat maritim untuk
menyesuaikannya. Mereka akan memberikan respon tertentu terhadap kondisi lingkungan.
Kondisi yang telah berlangsung lama ini akan membentuk karakter atau kepribadian
masyarakat maritim, sebagaimana yang dapat kita lihat selama ini. Di samping faktor alam,
aspek karakter atau kepribadian ini juga dipengaruhi oleh faktor non alam, misalnya sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya.
Dengan adanya pengaruh dari faktor-faktor tersebut, secara umum kita dapat mengetahui
karakter atau kepribadian dari masyarakat maritim sebagai berikut :
1. Aspek intelektual.
Secara umum, aspek intelektual masyarakat pesisir tidak terlalu menonjol. Hal ini
disebabkan, dalam menghadapi lingkungannya, mereka tidak terlalu membutuhkan
kemampuan konseptual dan kemampuan alanalitis, namun lebih banyak menggunakan
kemampuan yang sifatnya praktis dan mekanis. Akan tetapi, bukan berarti bahwa
masyarakat pesisir kemampuan intelektualnya rendah. Mereka masih mampu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang menuntut kemampuan penalarannya.
2. Aspek kinerja.
Kondisi laut yang serba tidak menentu, menyebabkan masyarakat maritim harus selalu
antisipatif terhadap kondisi tersebut. Oleh karena itu, umumnya masyarakat pesisir
merupakan seorang pekerja keras, ulet, cekatan dan tidak mudah putus asa. Mereka juga
memiliki daya tahan kerja, dalam arti mampu bekerja dengan baik meskipun berada dalam
situasi yang penuh tekanan.
3. Aspek emosi.
Secara umum, masyarakat maritim umumnya adalah masyarakat yang keras secara
emosional, tegas bahkan cenderung temperamental. Mereka umumnya cenderung tertutup,
sehingga tidak mudah untuk menerima perubahan. Namun, di balik itu, mereka memiliki
hubungan kekerabatan yang sangat baik, solid dan mudah memberikan bantuan kepada
sesama.
BAGAIMANA MENUMBUHKEMBANGKAN BUDAYA
BAHARI PADA GENERASI MUDA ?
Visi pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia harus didukung
oleh pembangunan karakter bahari, khususnya pada pemuda-pemudi yang disiapkan untuk
mewarisi Indonesia. Pemerintah perlu membekali dan membangkitkan budaya bahari masa
lalu dan membangunnya menjadi budaya bahari masa kini atau budaya bahari modern yang
sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan budaya bahari ini merupakan
syarat mutlak untuk menjadi Negara maritim.
Upaya-upaya yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan meningkatkan budaya
bahari, khususnya kepada generasi muda :
Pendidikan dan pelatihan ini juga dimaksudkan untuk menyiapkan generasi muda,
terutama di daerah pesisir, untuk siap pakai di bidang usaha, sehingga tidak tertinggal
oleh masyarakat di daerah lain.
3. Memberikan kesempatan pada generasi muda untuk terlibat secara penuh dalam
kegiatan atau event kemaritiman.
Pelibatan generasi muda pada kegiatan atau event kemaritiman merupakan langkah
tepat untuk mendukung terbentunya budaya bahari. Selama ini generasi muda lebih
banyak dilibatkan sebagai peserta atau pendukung kegiatan. Namun dengan melibatkan
generasi muda secara penuh dalam kegiatan tersebut (mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan pengakhiran), maka memudahkan generasi dalam meresapi
nilai-nilai budaya bahari dalam kegiatan tersebut. Beberapa kegiatan tersebut antara lain
peringatan Hari Maritim Nasional, peringatan Hari Nusantara, peringatan Hari Terumbu
Karang, dan peringatan Hari Laut.
Salah satu alasan untuk melibatkan generasi muda secara penuh adalah kenyataan
bahwa saat ini generasi muda atau milenial sangat minim kepeduliannya pada ekosistem
laut (misalnya terumbu karang). Padahal 18% terumbu karang dunia berada di perairan
laut Indonesia.
4. Memberikan kesempatan pada generasi muda untuk menjadi prajurit Angkatan
Laut.
Menjadi prajurit TNI AL merupakan dambaan bagi sebagian besar generasi muda,
khususnya di daerah pesisir. Dengan menjadi prajurit TNI AL, mereka disiapkan
menjadi insan bahari yang professional dan mewarisi nilai-nilai kejuangan pelaut-pelaut
kita jaman dahulu. Oleh karena itu, menjadi prajurit TNI AL jelas akan mendukung
terciptanya budaya bahari bagi generasi muda.
KESIMPULAN