Anda di halaman 1dari 3

Nama : Apriliana Dian Fadillah

NIM : 1709622056
Prodi : Pendidikan Administrasi Perkantoran
Matkul : Landasan dan Penalaran Ilmiah

Resume Materi 4 : Pengklasifikasian dan Pengkategorian Menggunakan Penalaran Induktif

Pada materi kali ini akan dipelajari mengenai Penalaran Induktif dan kaitannya dalam proses
klasifikasi dan kategorisasi dalam pengambilan keputusan. Penalaran (reasoning) adalah
rangkaian aktivitas berkapasitas yang secara sadar menerapkan logika untuk mencapai suatu
kesimpulan (pendapat baru) dari satu atau lebih sebuah keputusan atau pendapat yang telah
diketahui (premis) sehingga dapat mengambil keputusan.

Konsep dasar penalaran induktif

Penalaran merupakan proses berpikir secara rasional untuk menarik kesimpulan yang
valid. Penalaran atau logika memiliki dua bentuk, yaitu penalaran induktif dan penalaran
deduktif. Kedua bentuk penalaran ini bekerja dengan sangat berbeda. Logika deduktif pemikiran
berdasarkan dari ide-ide umum ke kejadian-kejadian khusus, sedangkan logika induktif bernalar
dari kejadian khusus ke kesimpulan umum. Logika deduktif lebih melihat pada penyebab atau
kondisi dan menentukan apa efek atau konsekuensinya, sedangkan logika induktif mengamati
efek dan mencari penyebabnya.

Dalam penelitian, penalaran induktif menyinggung proses logis dimana kita menganalisis
sebuah kasus untuk menentukan prinsip-prinsip umum. Dalam hal ini, proporsi ganda dapat
memberikan bukti yang kuat untuk kebenaran sebuah kesimpulan. Hal ini digunakan untuk
mengembangkan pemahaman dengan mengamati keteraturan untuk memastikan bagaimana
sesuatu dapat bekerja. Penalaran induktif juga merupakan argumen yang tidak pasti yang
menggambarkan sejauh mana kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan premis dapat
dipercaya. Dalam penalaran induktif, ada kemungkinan kesimpulan yang ditarik salah walau
asumsinya benar. Penalaran induktif didasarkan pada pengalaman dan pengamatan yang
mendukung kebenaran kesimpulan yang tampak. Jika dikaji lebih jauh lagi, argumennya bisa
bertambah kuat atau lemah, karena hanya menggambarkan kemungkinan inferensi itu benar.
Penalaran induktif biasa digunakan untuk membuat prediksi atau perkiraan. Berbeda dengan
penalaran deduktif, dalam hal kesimpulan dari inferensi deduktif bersifat pasti, sedangkan
kesimpulan dari inferensi induktif hanya bersifat mungkin, dimana tingkat kepastian dilihat dari
kekuatan bukti.

Penalaran induktif adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan dari pengamatan
terhadap hal yang bersifat partikular ke dalam gejala umum atau universal, sehingga penalaran
ini bertolak dari kenyataan yang bersifat terbatas dan khusus lalu diakhiri dengan statemen yang
bersifat kompleks dan umum. Penalaran induktif memiliki dua keuntungan, yaitu :
1. Ekonomis karena dengan penalaran induktif kehidupan yang beragam dapat direduksi atau
dikurangi menjadi beberapa pernyataan.

2. Dengan penalaran induktif kita dapat melakukan penalaran lanjutan. Secara induktif, dari
berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih
umum lagi.

Salah satu contoh penalaran induktif yaitu semua binatang memiliki mata, dan semua
manusia juga memiliki mata. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk hidup
memiliki mata. Penalaran seperti ini memungkinkan proses penyusunan pengetahuan secara
sistematis yang mengarah pada pernyataan-pernyataan yang makin bersifat funmental.

Ilmu-ilmu yang menggunakan cara berpikir induktif adalah ilmu-ilmu yang


mengandalkan observasi sebagai metode keilmuannya. Ilmu-ilmu induktif ini antara lain adalah
ilmu-ilmu empiris seperti palaetiologi (ilmu yang bertugas merekonstruksi masa lalu berdasarkan
bukti-bukti masa sekarang, termasuk di dalamnya geologi dan filologi perbandingan), demikian
pula dengan ilmu fisika dan astronomi.

Klasifikasi dan kategorisasi

Klasifikasi merupakan penyusunan bersistem dalam kelompok tertentu berdasarkan


kaidah yang ditetapkan. Mengklasifikasi berarti mengelompokkan berdasarkan persamaan ciri.
Sedangkan kategorisasi sendiri memiliki makna sebagai proses menyusun dan menggolongkan.
Dalam penalaran induktif, penggunaan kategorisasi dalam berpikir dikenal dengan istilah
category-based induction. Sebagian besar penlaran yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
menggunakan penalaran induktif. Contohnya adalah memprediksi apakah besok akan turun
hujan, kemudian bagaimana reaksi pasangan kita terhadap sekotak coklat yang kita berikan
sebagai hadiah, atau apakah harga saham akan naik 6 bulan ke depan, semua contoh tersebut
merupakan bentuk induksi.

Lebih umum, induksi terlibat dalam berbagai kegiatan kognitif seperti kategorisasi,
penilaian probabilitas, penalaran analogis, inferensi ilmiah, dan pengambilan keputusan.
Tinjauan dimulai dengan ringkasan beberapa fenomena empiris utama yang diidentifikasi dalam
penelitian tentang category-based induction yaitu dengan menguraikan dan mengevaluasi
sejumlah teori yang bertujuan untuk menjelaskan mekanisme kognitif yang mendorong
penalaran yang bersifat induktif.

Penarikan kesimpulan menggunakan penalaran induktif

Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada suatu dilema tersendiri,
yaitu banyaknya kasus yang harus diamati sampai mengerucut pada suatu kesimpulan yang
general. Induksi sering pula diartikan dengan istilah logika mayor, karena membahas
pensesuaian pemikiran dengan dunia empiris, ia menguji hasil usaha logika formal (deduktif),
dengan membandingkannya dengan kenyataan empiris. Sehingga penganut paham empirme yang
lebih sering mengembangkan pengetahuan bertolak dari pengalaman konkrit. Yang akhirnya
mereka beranggapan satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang diperoleh langsung dari
pengalaman nyata. Dengan demikian secara tidak langsung penggiat aliran inilah yang sering
menggunakan penalaran induktif. Karena Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi
indrawi atau empiris. Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan
dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

Pengambilan kesimpulan secara induktif juga tidak luput dari kesalahan, kita tidak bisa
menghindari adanya ketidak telitian dalam pengamatan. Faktor yang mempengaruhi tentunya
banyak, seperti alat panca indra yang tidak sempurna. Kemudian ada kelemahan dari proses ini,
seperti tidak memberikan jaminan bagi kebenaran pada kesimpulan yang dihasilkan. Sehingga
kesimpulan penalaran induktif tidak 100% pasti.

Anda mungkin juga menyukai