Anda di halaman 1dari 5

Penyimpulan Tidak Langsung (Induksi)

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Logika

Dosen Pengampu: Faiq Makhdum Noor, S.Pd.Si., M.Pd.

Oleh :

1. Muhamad Hilal Aidar (1710110151)

2. Muhammad Yahya (1710110152)

3. Novia Fahris Salimi (1710110153)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penalaran merupakan hal yang kita sering gunakan sehari-hari didalam


berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang terdekat baik keluarga maupun kerabt
ditempat kuliah atau di kantor. Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari
pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berrdasarkan
pengamtan sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebbelumnya tidak diketahui. Dalam penalaran proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis dan hasil kesimpulnanya disebut
dengan konklusi. Hubungan antara premis dengan konklusi disebut konsekuensi.

1. Pencarian pengetahunan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau


kaidah hukum yaitu berdasarkan logika sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut
dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan
ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran,
yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran induktif merupakan
prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam
hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan
demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah sebuah penalaran tersebut dapat
digunkaan secar bersam-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu
wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-
hukum logika.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian generalisasi?

2. Apa saja macam-macam generalisasi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian genralisasi

2. Untuk mengetahui macam-macam generalisasi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Generalisasi (penyimpulan tidak langsung)

Penyimpulan tidak langsug (mediate inference) adalah upaya menyi,pulkan


dengan pertimbangan dan analisis sebelum memutuskan subjek = predikat. S dan
P dari kesimpulan dipersatukan melalui atau dengan perantara term penengah
(M). hal ini dilakukan untuk mencari dasar-dasar atau alsan-alasan mengapa S
dan P tertentu kita satukan dalam sebuah putusan.

Induksi adalah cara berfikir untuk menarik keismpulan yang bersifat umum
dari kasus-kasus yang bersifat individual . penalaran ini dimulai dari kenyatan-
kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas, diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum.

Contoh:

Besi dipnaskan memuai

Seng dipanaskan memuai

Emas dipanaskan memuai

Timah dipanaskan memuai

Platina dipanaskan memuai

Jadi: semua jenis logam dipanaskan memuai.

Cara penalaran ini mempunyai sifat yang ekonomis. Meskipun eksperimen


yang dilakukan terbatas pada beberapa kasus individual, kita mendapatkan
pengetahuan yang lebih umum tidak sekedar kasus yang menjadi dasar pemikiran
kita. Untuk mendapatkan pengetahuan bahwa: semua logam bila dipanaskan akan
memuai kita tidka perlu membuat penyelidikan terhadap setiap logam tetapi,
cukup dari sebagian dari padanya.

Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menemukan umum.1

Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah


fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh
fenomena sejenis dengan fenomena individual. Dengan begitu hukum yang

1
Anisa Listiana, Logika, Kudus: Media Ilmu Press, 2017, hal 117-118.
disimpulkan dari yang fenomena yang diselidiki berlkau bagi fenomena
sejenis yang belum diselidiki.(mundiri 145)

B. Macam-macam Generalisasi

C. Pengujian Atas Generalisasi

D. Generalisasi Empirik dan Generalisasi Ilmiah

Generalisasi Empirik

Generalisasi empirik yaitu generalisasi yang tidak disertai dengan penjelasan


mengapanya atau generalisasi berdasarkan fenomenanya semata-mata.

Taruhlah kita mempercayai generalisasi Darwin ‘semua kucing berbulu putih


dan bermata biru adalah tuli’. pernyataan ini didasarkan atas generalisasi yang
benar dan terpercaya, sehingga kita semua mengakui kebenaran pernyataan in.
Tetapi sejauh itu pernyataan serupa ini hanya mendasarkan kepada fenomenanya,
maka merupakan generlaisasi empirik. Apabila kemudian kita dapat menjelaskan
mengapa kucing yang mempunyai ciri-ciri serupa itu adalah tuli, yakni
menghubungkan bahwa ketiadaan pigmen pada bulu kucing dan warna
matanyamengakibatkan organ pendengarnya tidak berfungsi maka generalisasi ini
disebut generalisasi dengan penjelasan (explained generaltion). Generalisasi in
mempunyai taraf kepercayaan hampir setingkat dengan generalisasi sempurna.

Kebanyakan generalisasi pada kehidupan kita adalh generalisasi empirik,


yang berjalan bertahun-tahun dan bahkan berabad-abad sampai akhirnya dapat
diternagkan.jadi benarlah bahwa semua hukum alam mula=mula dirumuskan
mulai generalisasi empirik kemudian setelah diketahi hubungan kausalnya
lahirlah generalisasu dengan penjelasan dan inilah yang melahirkan penjelasan
ilmiah. 2

Generaalisasi Ilmiah

Generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan generalisasi biasa, baik dalam bentuk
maupun permasalahannya. Perbedaan utama terletak pada metodenya, kualitas data
serta ketepatan dalam perumusannya. Generalisasi dikatakan sebagai penyimpulan
karena apa yang ditemui dalam observasi sebagai sesuatu yang benar, maka akan
benar pula sesuatu yang tidak di observasi. Pada masalah yang sejenis; atau apa yang
terjadi pada sejumlah kesempatan akan terjadi pula pada kesempatan yang lain bila
kondisinya yang sam terjadi.

Tanda-tanda penting dari generalisasi ilmiah adalah:

1. Datanya dikumpulkan dengan observasi yang cermat, dilaksanakan oleh tenaga


terdidik secara mengenal baik permasalahannya. Pencatatan hasil observasi dilakukan

2
Mundiri, Logika, Depok: Rajawali Press, 2012, hlm. 153.
denga tepat, menyeluruh dan teliti; pengamatan dan hasilnya dibuka kemungkinan
adanya cek oleh peneliti terdidik lainnya.

2. Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur serta mendapatkan ketepatan


serta menghindari kekeliruan sejauh mungkin.

3. Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta.

4. Pernytaan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh dinyatakan dengan term


yang padat dan matematik.

5. Observasi atas fakta-fakta eksprimental hasilnya dirumuskan dengan


memperhatikan kondisi yang bervariasi misalnya waktu tempat keadaan khusus
lainya.

6. Dipublikasikan untuk memungkinkan adanya pengujian kembali, kritik, dan


pengetesab atas generalisasi yang dibuat.

Ciri tersebut diatas tidak saja berlaku bagi generalisasi ilmiah, tetapi juga bagi
interpretasi ilmiah atas fakta-fakta. Biasanya kita tidak dapat melakukan pengetesan
atas generalisasi ilmiah tersebut. Kita hanya mengikuti bagaimnana penilaian para
ahli yang mempunyai otoritas pada bidang permasalahannya.3

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka

3
Ibid hlm 155-156.

Anda mungkin juga menyukai