Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Ilmu Alamiah Dasar


Penalaran dan pengetahuan pangkal kelahiran IPA

Rahma Asdaqul Asma ( 2110741001 )

Jessie Andresa ( 2110742029 )

Husna Fadilla Handesya ( 2110743010 )

Fajri Frayoga ( 2110742007 )

Aisah Sulia Fitri ( 2110743012 )

Dosen Pengampu

Nilla Kristina SP,M.Sc,

Yulmira Yanti Dr.SSI,MP

Sastra Minangkabau

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Andalas
Pendahuluan

ilmu alamiah dasar bertujuan sebagaimana ditetapkan oleh sub Direktorat kurikulum dan perlengkapan
pengajaran , direktorat jendral pendidikan tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1983
sebagai upaya untuk “mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran khusus berkenaan dengan
alam semesta . agar daya tangkap, persepsi dan penalaran berkenaan dengan lingkungan alam dapat
ditingkatkan.

Adapun secara khusus setelah mempelajari modul ini, diharapkan dapat menjelaskan tentang :

1. Penalaran deduktif ( rasionalisme )


2. Penalaran induktif ( empirisme )
3. Membedakan metode ilmiah dan non ilmiah
4. Memahami metode ilmiah sebagau ciri IPA
5. Sikap ilmiah
A. Penalaran Deduktif ( Rasionalisme )

penalaran deduktif atau deductive reasoning adalah sebuah proses menarik kesimpulan dari sebuah

premis umum untuk membuat sebuah kesimpulan khusus yang logis. Hal ini sering juga disebut sebagai

“top-down reasoning” dan tentunya sangat diperlukan di tempat kerja agar membantumu dalam membuat

keputusan yang tepat. penalaran deduktif atau deductive reasoning adalah sebuah proses menarik

kesimpulan dari sebuah premis umum untuk membuat sebuah kesimpulan khusus yang logis. Hal ini

sering juga disebut sebagai “top-down reasoning” dan tentunya sangat diperlukan di tempat kerja agar

membantumu dalam membuat keputusan yang tepat.

Manfaat Menggunakan Penalaran Deduktif

1. Problem-solving

Penalaran deduktif dipakai saat melakukan problem-solving dengan cara membuat

beberapa asumsi menjadi inti masalah yang harus diselesaikan. Setelah itu, kamu bisa mencari asumsi

mana yang paling dekat dan terkait dengan masalah dan mencari solusinya berdasarkan asumsi tersebut.

2. Meningkatkan kerja sama tim


 seorang leader atau team player, kamu bisa menggunakan penalaran deduktif untuk membuat
seluruh anggota tim bekerja dengan baik.

Cara Meningkatkan Kemampuan Penalaran Deduktif

1.  Memiliki rasa ingin tahu

Memiliki rasa ingin tahu yang kuat adalah salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan penalaran
deduktif. Rasa ingin tahu tersebut dapat membantu dalam mencari informasi penting dan tepat untuk
membuat sebuah asumsi yang akan menjadi pokok permasalahan.

2. Perbanyak pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, semakin mudah kamu dalam mendapatkan informasi
untuk melakukan penalaran deduktif.
Penalaran deduktif berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:

1. Penentuan pernyataan umum (premis major) yang menjadi basis penalaran.


2. Penerapan konsep umum ke dalam situasi khusus yang dihadapi (proses deduksi).
3. Penarikan kesimpulan secara logis yang berlaku untuk situasi khusus tersebut.

B. Penalaran Induktif
Penalaran Induktif Penalaran berdasarkan bukti-bukti khusus/spesifik ke umum untuk
membuat kesimpulan. Penalaran dari khusus ke umum untuk membuat kesimpulan. (Goldstein,
2011).

PENALARAN INDUKTIF

Membuat kesimpulan umum berdasarkan pengamatan, data, fakta yang spesifik/khusus dengan
tujuan untuk generalisasi.Penalaran secara induktif juga kita lakukan ketika kita membuat prediksi
tentang apa yang akan terjadi di masa depan berdasarkan hasil pengamatan kita di masa lalu. Contoh
penalaran induktif: Pengamatan : Di Puncak hawanya dingin, di daerah Batu hawanya dingin, di kawasan
Lembang hawanya juga dingin. Kesimpulan: Daerah yang letaknya tinggi (dataran tinggi), hawanya akan
dingin.

Kesimpulan atau argumen induktif tidak selalu atau pasti benar, namun ada probabilitas
(kemungkinan) akan benar. Contoh: Pengamatan: Dimana pun ketika kucing menyeberang jalan dan ada
kendaraan lewat, kucing terus maju atau berhenti. Kesimpulan : Kucing tidak bisa berjalan mundur.Oleh
karena itu untuk menentukan kebenaran dari argumen induktif, harus ada pengujian. Hipotesis / Argumen
Uji Eksperimen Tolak/Perbaiki Teori Pengamatan Proses pengujian Hukum/Teori argumen induktif

Bentuk-Bentuk Penalaran Induksi

1. Generalisasi

2. Analogi

3. Hubungan Kausal

1. Generalisasi Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena khusus menuju
kesimpulan umum. Generalisasi merupakan pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian
besar gejala yang diamati. Contoh: Buah mangga berwarna hijau dan rasanya manis. Buah Jambu biji
berwarna hijau dan rasanya manis.

Generalisasi: Semua buah berwarna hijau rasanya manis Pernyataan “Semua buah berwarna hijau rasanya
manis” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Contoh
kesalahan: Buah kedondong juga berwarna hijau, namun rasanya asam. Dari sejumlah fakta atau gejala
khusus yang diamati kemudian ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang
diamati itu. Generalisasi Fakta A Fakta B Fakta C Fakta D

2. Analogi

Metode menalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Kita dapat
menarik kesimpulan jika terdapat persamaan dalam berbagai bidang. Dengan kata lain, penalaran analogi
dapat diartikan sebagai proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan atau proses
membandingkan dari dua peristiwa (hal) yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian ditariklah
kesimpulan dari persamaannya tersebut.

Contoh: Klub Persija Jakarta mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka klub Persib
Bandung akan masuk babak final jika berlatih setiap hari. Hubungan kausal Proses penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

3.Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat. Contoh:

• Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor.

• Jika dipanaskan, tembaga memuai, Jika dipanaskan emas memuai

Sejumlah faktor yang dapat memperkuat argumen induktif:

• Seberapa sesuai/representatif pengamatan yang kita lakukan dengan pengamatan yang lain.

• Apakah pengamatan kita contoh yang benar tentang suatu kategori

• Seberapa kuat bukti yang kita tawarkan untuk mendukung argumentasi

• Berapa banyak pengamatan yang kita lakukan

• Apakah pengamatan kita sesuai dengan deskripsi ilmiah lain terkait fenomena atau kategori

Manfaat penalaran induktif:

• Meningkatkan sensitivitas terhadap variasi/keberagaman di lingkungan sekitar.

• Memprediksi event/kejadian di lingkungan sehingga dapat meminimalkan uncertainty


C. Membedakan Metode Ilmiah Dan Non Ilmiah

Pengertian Metode Ilmiah dan Non Ilmiah

1. Metode Ilmiah

Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur
dan terkontrol. Metode ilmiah merupakan rangkaian struktur kerja yang tidak dapat dipisahkan.

Metode Ilmiah adalah cara untuk menunjukkan dan memberikan bukti akan kebenaran suatu teori
dan atau pernyataan terkait dengan yang akan dikemukakan. Suatu Penelitian Ilmiah akan berhasil dengan
baik apabila dilakukan dengan struktur metode ilmiah. 

Seperti : Perumusan masalah, Penyusunan Kerangka Berpikir/ Dasar Teori, Penarikan Hipotesis,
Eksperimen/Percobaan, Analisis Data, Penarikan Kesimpulan.

2. Metode Non Ilmiah

Metode non ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah. Namun
dalam pemecahan masalah tersebut hanya berdasarkan pada  pendapat atau anggapan dari para ahli pikir
atau dari para penguasa yang dianggap benar. Padahal anggapan itu belum tentu dapat dibuktikan
kebenarannya.

Perbedaan Metode Ilmiah dan Non Ilmiah

1.      Metode Ilmiah

Suatu Penelitian Ilmiah akan berhasil dengan baik apabisa dilakukan dengan struktur metode ilmiah.
Struktur metode ilmiah memiliki beberapa langkah sebagai berikut:

a.      Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan
sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkannya.
Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai suatuobjek secara tertulis, sehingga dapat diketahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan objek tersbut. 

b.      Penyusunan Kerangka Berpikir/ Dasar Teori

Penyusunan Kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antara


berbagai faktor yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Keterangan keterangan
dalam menyusun suatu dasar teori dapat diperoleh dari buku-buku laporan hasil penelitian orang lain.
Wawancara dengan pakar, atau melalui pengamatan langsung (observasi) di lapangan. Dasar teori
berguna sebagai dasar menarik hipotesis.
c.       Penarikan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan terhadap permasalahan atau pertanyaan yang
diajukan berdasarkan kesimpulan kerangka berpikir/dasar teori. Dikatakan sebagai jawaban sementara
karena hipotesis ini baru mengandung kebenarannya yang bersifat logis dan teoritis. Kebenarannya belum
bersifat empiris, , karena belum terbukti melalui eksperimen.

d.      Eksperimen/Percobaan

Untuk menguji hipotesis dapat dilakukan dengan melakukan observasi dan percobaan atau
eksperimen. Dari eksperimen atau percobaan tersebut akan diperoleh data. Data inilah yang akan
dianalisa untuk memudahkan penarikan kesimpulan.

Dalam melakukan eksperimen diperlukan beberapa variabel penelitian. Variabel penelitian adalah
faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu eksperimen. Variabel penelitian tersebut ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari. Dengan adanya variabel penelitian akan diperoleh informasi mengenai faktor-
faktor yang berpengaruh dalam eksperimen sehingga lebih mudah untuk menarik kesimpulan. Jenis-jenis
penelitian sebagai berikut:

a. Variabel Bebas adalah variabel yang sengaja dibuat tidak sama dalam eksperimen.

b. Variabel Terikat adalah variabel yang muncul akibat perlakuan dari variabel bebas.

c. Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan     variabel
bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

e.       Analisis Data

Data diperoleh dari hasil eksperimen. data hasil eksperimen dapat dibedakan menjadi 2 jenis
sebagai berikut:

1. Data kualitatif yaitu data yang tidak disajikan dalam bentuk angka tetapi dalam bentuk deskripsi.
Contoh data ciri morfologi.

2. Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka. Contoh data hasil pengukuran tinggi
batang suatu tanaman. Data kuantitatif harus diolah dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram sehingga
mudah dipahami orang lain.

f.        Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan harus mengacu pada hasil eksperimen. Kesimpulan dari suatu penelitian
harus diambil berdasarkan semua data yang diperoleh. Penarikan kesimpulan bukan berdasarkan hasil
rekayasa atau kkeinginan peneliti. Bukan pula untuk menuruti kemauan pihak tertentu dengan cara
memanipulasi data. Kesimpulan harus memiliki hubungan yang jelas dengan permasalahna dan hipotesis.

Ada 2 kemungkinan yang ada dalam pengmbilan kesimpulan, yaitu hipotesis diterima dan
hipotesis ditolak.
Metode Non Ilmiah

Ada beberapa pendekatan metode non ilmiah yang banyak digunakan, yaitu; pendapat otoritas,
pengalaman, penemuan secara kebetulan dan coba-coba (Trial and Error), metode a priori dan sebagainya.

            

a.      Pendapat Otoritas

  Pendapat otoritas ilmiah berasal dari orang-orang yang biasanya telah menempuh pendidikan
formal tertinggi atau orang yang telah mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam suatu bidang/ilmu.
Pendapat-pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji; selalu dipandang benar.

Kadang-kadang ada pendapat yang tidak benar namun karena merupakan pendapat orang yang
mempunyai wewenang, orang awan menganggap pendapat itu suatau kebenaran. Sejarah membuktikan
bahwa sebelum diperkenalkan teori Copernicus, orang percaya bahwa matahari adalah satelit dari bumi.
Bumi adalah pusat dari alam semesta. Copernicus dan kawan-kawanya dengan gigih membuktikan teori
baru yang sekarang dipercaya kebenarannya bahwa sebenarnya bumi dan satelit-satelit yang lainya
berbutar mengelilingi matahari. Ini sekaligus mengakhiri teori salah yang telah sekian lama selalu
dianggap benar karena teori itu berasal dari orang yang memiliki wewenang.

b.      Pengalaman

Untuk memperoleh sesuatu yang mereka inginkan manusia seringkali menggunakan pengalaman-
pengalamannya. Contoh misalnya anak kecil kerapkali menggunakan pengalaman-pengalamannya untuk
mendapatkan sesuatu yang dikehendaki dari orang tuanya. Misalnya; anak kecil menggunakan
pengalamanya bahwa kalau ia selalu patuh terhadap orang tua dan berprestasi selalu mendapat ganjaran
dari orang tuanya. Sebaliknya, kalau ia tidak patuh dan tidak berprestasi ia kena marah. Dengan
pengalaman-pengalaman seperti itu, anak-anak cenderung patuh dan ingin mendapatkan prestasi yang
setinggi-tingginya agar memperoleh pujian dan ganjaran dari orang tuanya.

Pengalaman memang kadang-kadang banyak membantu. Tetapi jika tidak digunakan secara kritis
bisa merugikan. Anak kecil yang terbiasa rakus kalau di rumah ; Selalu memilih kue-kue yang besar
waktu ibunya membagi kue-kue kemungkinan anak itu akan memilih hadiah yang dibungkus dalam
bungkusan yang lebih besar meskipun mungkin isinya barang yang tak berharga.

c.       Penemuan Coba-coba ( Trial and Error )

 Penemuan secara kebetulan banyak terjadi dan banyak diantaranya sangat berguna, Misalnya,
Newton menemukan hukum grafitasi bumi waktu ia secara kebetulan melihat buah apel yang jatuh.
Archimedes, menemukan dalil Archimedes yang sangat terkenal  itu sewaktu ia mandi berendam dalam
suatu bak yang penuh air. Ada seorang penderita malaria yang secara kebetulan menemukan obat
penyakitnya pada waktu mandi dikolam yang berisi air pahit yang berasal dari kulit pohon kina yang
pohonya tumbang ke dalam parit. Penemuan-penemuan seperti itu di peroleh tanpa rencana, tidak pasti,
dan tidak melalui langkah-langkah yang sistimati dan terkendali.
Penemuan coba-coba ( trial and error ) di peroleh tanpa kepastian untuk memperoleh suatu
kondisi tertentu untuk pemecahan suatu masalah. Usaha seperti ini umumnya merupakan serangkaian
percobaan tanpa arah dan tanpa keyakinan yang pasti untuk suatu pemecahan masalah. Pemecahan terjadi
secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha coba-coba. Penemuan tersebut pada umumnya tidak
efisien dan tidak terkontrol.

d.      Metode A Priori

Metoda a priori juga disebut metoda intuisi. Dalam pendekatan ini orang menentukan pendapat
mengenai sesuatu berdasar atas pengetahuan yang langsung ( didapat dengan cepat tanpa proses dan
pemikiran yang matang). Dalil-dalil dan kesimpulan yang diterima menurut metode tersebut semata-mata
berdasar alasan yang tidak dipertimbangkan dengan pengalaman.

D. Memahami metode ilmiah sebagai ciri IPA

Manusia sebagai makhluk hidup diberi akal budi oleh Tuhan, dengan akal budi manusia
timbul rasa ingin tahu yang selalu berkembang dan tak pernah ada puasnya. Rasa ingin tahu yang
terus berkembang dan tanpa batas menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia.
Pengetahuan yang diperoleh akhirnya tidak terbatas pada obyek-obyek yang dapat diamati
dengan panca indera saja, tetapu juga masalah lain yang berhubungan dengan baik atau buruk,
indah atau tidaknya, dan sebagainya.
Manusia melalui panca indera yang manusia miliki dapat menerima rangsangan dan
memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan, termasuk gejala di alam semesta ini.
Tanggapan gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa alam merupakan suatu pengalaman.
Pengalaman tersebut dari zaman ke zaman akan terakumulasi, karena manisia mempunyai rasa
ingin tahuterhadap segalanya di alam semesta ini. Perkembangan pengetahuan lebih diperlancar
lagi dengan adanya tukar menukar informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman manusia
yang satu dengan yang lain sehingga akumulasi pengetahuan berlangsung cepat.

E. Sikap ilmiah

Orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah.
Ketujuh macam sikap ilmiah tersebut adalah sikap ingin tahu, kritis, terbuka, objektif, rela
menghargai karya orang lain, berani mempertahankan kebenaran dan menjangkau ke depan.

Pengejawantahan ketujuh sikap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sikap ingin tahu diwujudkan dengan selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal. Mengapa
demikian? Apa saja unsur-unsurnya? Bagaimana kalau diganti dengan komponen yang lain? Dan
seterusnya.
2. Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan
bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca
sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.
3. Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi
orang lain.
4. Sikap objektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya, tanpa dibarengi perasaan
pribadi.
5. Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima
kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik
pengarangnya.
6. Sikap berani mempertahankan kebenaran diwujudkan dengan membela fakta atas hasil
penelitiannya.
7. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan jauh,
mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu teori baru.

Demikianlah sikap-sikap yang perlu dipahami dan diwujudkan apabila kita ingin menjadi penulis
karangan ilmiah.
Penutup

Kesimpulan
Cara berfikir rasional dan berfikiri empiris membentuk dua kutub yang saling bertentangan.
Kedua belah pihak , masing masing mempunyai kelebihan dan kekuranganya. Manusia sebagai makhluk
hidup diberi akal budi oleh tuhan , dengan akal budi manusia timbul rasa yang selalu berkembang dan
tidak ada rasa puasnya . rasa ingin tahu yang terus berkiembang dan tanpa batas menimbulkan
perbendaharaan pengetahuan manusia .

Daftar pustaka
Abdul Aly, dkk. 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : PT Bumi Aksara. 
Ibnu Mas’ud, dkk. 1998. Ilmu Alamiah Dasar, Bandung : CV Pustaka Setia.
Jasin Maskoeri. 1987. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : PT Rajagrapindo Persada.
Mawardi, dkk. 2002. IAD, IBD, ISD, Bandung :  Pustaka Setia.
Hidayat Bambang. 1983. Pengantar Ruang Hidup IPA, Solo : UNS.
Tim UNS, 1988. Ilmu Alumni Dasar I-II-III, Solo : UNS.
MT Zen, 1983. Dampak Perkembangan IPA dan Tetnologi Terhadap
Kehidupan Manusia, Jakarta : PT Gramedia.
Margono, dkk. 1982. Ilmu Alamiah Dasar, Surakarta :  UNS.
Rosmin Mien, dkk. 1986. Ilmu Alamiah Dasar, Semarang : IKIP.
Darmodjo Hendro. 1986. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : Modul 1-3, Karunika.

Anda mungkin juga menyukai