Anda di halaman 1dari 16

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas dengan materi Business Plan.

Kami membuat makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Prof. Dr. I Made Wardana, SE., M.P. Selain itu, tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk mengetahui tentang Metodologi Penelitian. Kami mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dengan menyediakan dokumen atau sumber sumber
informasi, serta memberikan masukan pemikiran.

Kami menyadari, dalam tugas ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini
disebabkan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan tugas ini diwaktu yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Denpasar, 18 September 2020


2.1 Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan diambil dari kata science, yang berasal dari bahasa latin scienta
dari bentuk kata scire yang berarti mempelajariatau mengetahui. Ilmu adalah rangkaian
aktivitas manusia rasional dan konegtif dengan metode berupa prosedur dan tata langkah
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh
pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan.The Liang Gie (1987)
memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan
suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini
dalam berbagai seginya, dan seluruh pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai
gejala yang dimengerti manusia.
Ilmu pengetahuan selalu dicirikan sebagai suatu metode. Sebagai suatu metode, ilmu
pengetahuan haruslah memiliki serangaian proses cara kerja dan langkah-langkah tertentu
yang mewujudkan model penyelidikan ilmiah tertentu dan bersifat tetap. Rangkaian cara
kerja tersebut dalam prosedur keilmiahan disebut sebagai metode ilmiah (scientificmethod)
atau metodologi keilmuawan. Selain sebagai sebuah proses kerja, metode harus menjadi
semacam pola berfikir atau penunjuk jalan bagi seorang ilmuwan. Seorang ilmuwan akan
bekerja dengan hasil yang memuaskan dalam penelitiannya apabila telah menentukan dengan
tepat metode apa yang akan digunakannya. Sebagai contoh, seseorang sedang meneliti suatu
ritual yang dilakukan oleh masyarakat Tengger, maka ia harus menguasai metode dan teknik
wawancara secara mendalam (depthinterview) agar mendapatkan data lengkap terkait
penelitiannya.

2.1.1 Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang
fungsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode
ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah.
a. Pola Pikir Pendekatan Deduktif
Deduktif merupakan proses pengambilan kesimpulan sebagai akibat dari alasan-
alasan yang diajukan berdasarkan hasil analisis data. Jadi, Pengambilan kesimpulan dari
kasus yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Proses pengambilan
kesimpulan berdasarkan alasan yang valid atau menguji hipotesis dengan menggunakan data
empiris disebut proses deduksi (deduction process), metodenya disebut dengan metode
deduktif (deductive method), dan penelitiannya disebut dengan penelitian deduktif (deductive
research). Proses deduksi selalu digunakan pada penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif (scientific). Deduksi dikatakan tepat jika premis (alasan) dan konklusi benar dan
sahih, hal ini berarti:
1. Alasan (premis) yang diberikan untuk kesimpulan harus sesuai dengan kenyataan
(benar).
2. Kesimpulan harus diambil dari alasannya (sahih).

b. Pola Pikir Pendekatan Induktif


Induktif didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan
hipotesis) yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti. Jadi, pengambilan kesimpulan
dari yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus. Pendekatan induksi sangat
berbeda dengan deduksi. Tidak ada hubungan yang kuat antara alasan dan konklusi. Proses
pembentukan hipotesis dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diobservasi dan
dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi (induction process), metodenya disebut
metode induktif (inductive method), dan penelitiannya disebut penelitian induktif (inductive
research). Dengan demikian, pendekatan induksi mengumpulkan data terlebih dahulu lalu
hipotesis dibuat jika diinginkan atau konķlusi langsung diambil jika hipotesis tidak
digunakan.
Proses induksi selalu digunakan pada penelitian dengan pendekatan kualitatif
(naturalis). Penalaran induksi merupakan proses berpikir yang berdasarkan kesimpulan umum
pada kondisi khusus. Kesimpulan menjelaskan fakta. Adapun faktanya mendukung
kesimpulan. Misalnya, Alex seorang manajer pemasaran PT “X" di Kota Medan. Hasil
penjualan plastik di Medan paling rendah di antara kota yang lain, kita dapat menarik
kesimpulan sementara (hipotesis) bahwa masalahnya adalah Alex kurang aktif dalam
melakukan promosi. Tetapi kita dapat membuat kesimpulan yang lain (berbeda) atas dasar
bukti- bukti lain.

2.1.3 Penelitian non ilmiah

Penelitian non ilmiah adalah penelitian yang bercorak subyektif, yang mempunyai
ciri-ciri :
1. Dilakukan tidak sistematik.
2. Data yang dikumpulkan dan cara pengumpulan data tersebut bersifat subyektif, yang
sarat dengan muatan emosi dan perasaan dari si peneliti.

Perbedaan Antara Penelitian Ilmiah dan Penelitian Non Ilmiah. Terdapat beberapa hal yang
membedakan antara penelitian ilmiah dan penelitian non ilmiah, yaitu sebagai berikut :

Penelitian Ilmiah :

1. menggunakan kaidah-kaidah ilmiah, dengan mengemukakan pokok-pokok pikiran,


menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan
pembuktian ilmiah.
2. perumusan masalah jelas dan spesifik.
3. masalah dapat diamati dan diukur secara empiris.
4. jawaban masalah berdasarkan pada data.
5. keputusan berdasarkan logika yang benar.
6. kesimpulan yang dihasilkan terbuka untuk diuji oleh orang lain.

Penelitian Non Ilmiah :

1. tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah.


2. masalah tidak selalu dapat diukur secara empiris.
3. jawaban tidak berdasarkan atas data.
4. keputusan tidak berdasarkan logika yang benar.
5. kesimpulan yang dihasilkan tidak untuk diuji ulang oleh orang lain.

2.2 Cara Berpikir Ilmiah

Secara garis besar, berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berpikir alamiah dan
berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara
teratur dan cermat. Seorang dikatakan berpikir ilmiah jika orang tersebut dapat berpikir
secara logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara
mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, serta menggunakan akal
budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkannya. Berpikir ilmiah
digunakan sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.
Metode berpikir ilmiah adalah penggabungan antara cara berpikir deduktif (rasioal) dan
induktif (empiris) dalam membangun pengetahuan.
Secara rasional (deduktif) maka ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan
kumulatif, sedangkan secara empiris (induktif) ilmu memisahkan antara pengetahuan yang
sesuai dengan fakta dan yang tidak. Dengan demikian, bahwa semua teori ilmiah harus
memenuhi dua syarat utama, yakni (a) harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang
memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan; dan (b)
harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang sekiranya tidak didukung oleh
pengujian empiris (induktif) tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.

Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika induktif
dimana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem. Teori apapun
konsistennya juka tidak didukung pengujian empiris maka tidak dapat diterima kebenarannya
secara ilmiah. Begitupun sebaliknya, seberapapun faktualitasnya fakta-fakta yang ada, tanpa
didukung asumsi rasional maka ia hanya akan menjadi fakta yang mati yang tidak
memberikan pengetahuan kepada manusia. Oleh karena itu, sebelum teruji kebenarnya
secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat
sementara, yang biasanya disebut hipotesis. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara
terhadap permasalahan yang kita hadapi. Hipotesis berfungsi sebagai penunjuk jalan yang
memungkinkan kita untuk memperoleh jawaban. Hipotesis disusun berdasarkan cara kerja
deduktif, dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya. Penyusunan hipotesis berguna untuk menunjang terjadinya konsistensi
pengembangan ilmu secara keseluruhan dan menimbulkan efek kumulatif dalam kemajuan
ilmu. Hipotesis dapat menjadi jembatan pemanduan antara cara kerja deduksi dan induksi.

Langkah selanjutnya setelah penyusunan hipotesis adalah menguji hipotesis tersebut


dengan mengkonfrontasikannya, mengkomunikasikannya, dengan dunia fisik yang nyata,
dalam proses pengujian ini merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan. Fakta-fakta ini bersifat sederhana yang bisa langsung ditangkap oleh panca
indra ada juga yang harus menggunakan alat seperti teleskop dan mikroskop.

Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis, metode ilmiah sering dikenal
sebagai proses logico-hypofhefico-verifikafio (logic, hipotetik, sekaligus verifikatif).
Perkawinan kesinambungan antara deduksi dan induksi disebut prosedur berpikir ilmiah.
Alur berpkir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah
yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang
berintikan proses logico-hypofhefico-verifikafio ini pada dasarnya terdiri dari langkah-
langkah sebagai berikut.

1. perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas
batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai
faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka
berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji
kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan
permasalahan.
3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan.
4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang
mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuat hipotesis yang
diajukan tersebut ditolak atau diterima.

Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup dan mendukung
hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak
terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang
diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi
syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan
ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus
ditafsirkan secara pragmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang
menyatakan sebaliknya.

Keseluruhan langah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah.
Langkah-langkah di atas harus dianggap sebagai patokan utama dimana dalam penelitian
yang sesungguhnya mungkin saja berkembang berbagai variasi sesuai dengan bidang dan
permasalahan yang diteliti. Berdasarkan gambaran di atas, maka metode ilmiah merupakan
sutau rangkaian langkah yang tertib dan sistematik, namun demikian suatu metodologi dapat
dipahami ilmuwan dengan ragam pendapat seperti J. Eigelbener menyebutkan, ada lima
langkah dalam melakukan prosedur dan metode berpikir ilmiah, kelima langkah tersebut
adalah:

1. Adanya analisis terhadap masalah, analisis ini berguna untuk menetapkan apa yang
hendap dicari, memberi bentuk dan arah pada telaah penelitian.
2. Pengumpulan fakta-fakta.
3. Penggolongan dan pengaturan data agar dapat menentukan kesamaan-kesamaan,
urutan-urutan dan hubungan-hubungan yang ada dan bersifat simultan.
4. Perumusan kesimpulan dengan menggunakan proses penyimpulan dan penalaran.
5. Pengujian dan pemeriksaan kesimpulan-kesimpulan.

2.3 Definisi Riset

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Riset adalah penyelidikan


(penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau melakukan penafsiran yang
lebih baik. Berikut terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai definisi riset yaitu:

1. Kerlinger (1986)
Riset ilmiah adalah sistematik, terkontrol secara empiris dan investigasi kritis
terhadap dalil mengenai dugaan hubungan antar berbagai fenomena
2. Burns (1994)
Riset adalah investigasi sistematik untuk menemukan jawaban dari sebuah
permasalahan.
3. Hopkins WG (2002)
Riset adalah mengirimkan sebuah isu atau pertanyaan serta menjawab sebuah
pertanyaan atau memecahkan masalah.

Riset bisnis dapat digambarkan sebagai upaya sistematis dan terorganisir untuk
menyelidiki masalah spesifik yang dihadapi dalam lingkungan kerja, yang membutuhkan
solusi. Penelitian mencakup proses penyelidikan, penyelidikan, pemeriksaan, dan
eksperimen. Proses ini harus dilakukan secara sistematis, rajin, kritis, obyektif, dan secara
logis. Hasil akhir yang diharapkan adalah penemuan yang membantu peneliti untuk
menangani situasi masalah.
Mengidentifikasi masalah kritis, mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
data dengan cara yang membantu pengambilan keputusan membuat, dan menerapkan
tindakan yang benar, semuanya difasilitasi dengan memahami riset bisnis. Bagaimanapun,
pengambilan keputusan hanyalah proses memilih di antara solusi alternatif untuk
menyelesaikan masalah dan penelitian membantu menghasilkan alternatif yang layak untuk
pengambilan keputusan yang efektif.

2.4 Pentingnya Metodologi Penelitian

Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian
ada 3 macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan
berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang baru yang sebelumnya belum
pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh digunakan untuk membuktikan
adanya keraguan terhadap informasi. Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas
pengetahuan yang telah ada.
Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang telah
diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi
masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui
dan selanjutnya menjadi tahu. Memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan
masalah. Mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.

2.5 Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana pneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Perbedaan antara metode kualitatif dengan kuantitatif meliputi tiga hal, yaitu
perbedaan tentang aksioma, karakteristik penelitian itu sendiri, dan proses penelitian.
Perbedaan aksioma.
Aksioma merupakan pandangan dasar. Aksioma penelitian kuantitatif dan kualitatif
meliputi aksioma tentang realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel,
kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai.
Aksioma Dasar Metode Kuantitatif Metode Kualitatif
Sifat realistis Dapat diklasifikasikan, Ganda, holistic, dinamis,
konkrit, teramati dan hasil konstruksi dan
terukur. pemahaman
Hubungan peneliti Independen, supaya Interaktif dengan sumber
dengan yang terbangun objektivitas data supaya memperoleh
diteliti makna
Hubungan variabel Sebab-akibat (kasual) Timbal balik/interaktif
Kemungkinan Cenderung membuat Hanya mungkin dalam
generalisasi generalisasi ikatan konteks dan waktu
Peranan nilai Cenderung bebas nilai Terkait nilai-nilai yang
dibawa peneliti dan
sumber data

Karakteristik Penelitian.
Perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat pada Tabel dibawah berikut
ini:
Karakteristik Penelitian Metode Metode Kualitatif
Kuantitatif
Desain Spesifik, jelas, Umum
rinci Fleksibel
Ditentukan Berkembang dan
secara mantap muncul
sejak awal dalamproses
Menjadi penelitian
pegangan
langkah demi
langkah
Tujuan Menemukan Menemukan pola
hubungan antar hubungan yang
variabel bersifat interaktif
Menguji teori Menemukan teori
Mencari Menggambarkan
generalisasi relitas yang
yang komplek
mempunyai Memperoleh
nilai prediktif pemahaman
makna
Teknik pengumpulan data Kuisioner Participant
Observasi dan observation
wawancara In depth
terstruktur interview
Dokumentasi
Tringulasi
Instrumen penelitian Tes, angket, Peneliti sebagai
wawancara instrumen
terstruktur Buku catatan,
Instrumen tape recorder,
yang telah kamera, dll
terstandar
Data Kuantitatif Deskriptif
Hasil kualitatif
pengukuran Dokumen pribadi,
variabel yang catatan lapangan,
dioperasikan ucapan dan
dengan Tindakan
meggunakan responden, dll
instrumen
Sampel Besar Kecil
Representatif Tidak
Sedapat representatif
mungkin Purposive,
random snowball
Ditentukan Berkembang
sejak awal selama proses
penelitian
Analisis Setelah selesai Terus menerus
pengumpulan sejak awal sampai
data akhir penelitian
Deduktif Induktif
Menggunakan Mencari pola,
statistik untuk model, tema, teori
meguji
hipotesis
Hubungan dengan responden Dibuat Empati, akrab
berjarak, supaya
bahkan sering memperoleh
tanpa kontak pemahaman yang
supaya mendalam
obyektif Kedudukan sama
Kedudukan bahkan sebagai
peneliti lebih guru, konsultan
tinggi dari Jangka lama,
responden sampai datanya
Jangka pendek jenuh, dapat
sampai ditemukan
hipotesis dapat hipotesis atau
dibuktikan teori
Usulan desain Luas dan rinci Singkat, umum
Literatur yag bersifat sementara
berhubungan Literatur yang
dengan digunakan
masalah, dan bersifat
variabel yang sementara, tidak
diteliti menjadi pegangan
Prosedur yang utama
spesifik dan Prosedur bersifat
rinci langkah- umum seperti
langkahnya akan
Masalah merencanakan
dirumuskan tour/piknik
dengan Masalah bersifat
spesifik dan sementara dan
jelas akan ditemukan
Hipotesis setelah studi
dirumuskan pendahuluan
dengan jelas Tidak dirumuskan
Ditulis secara hipotesis, karena
rinci dan jelas justru akan
sebelum terjun menemukan
ke lapangan hipotesis
Fokus penelitian
ditetapkan setelah
diperoleh data
awal dari
lapangan
Kapan penelitian dianggap selesai? Setelah semua setelah tidak ada
kegiatan yang data yang
direncanakan dianggap
dapat baru/jenuh
diselesaikan
Kepercayaan terhadap hasil Pengujian Pengujian
penelitian validitas dan kredibilitas,
reliabilitas depenabilitas,
instrumen proses dan hasil
penelitian

Proses penelitiam
Perbedaan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif juga dapat dilihat dari proses
penelitian. Proses dalam metode penelitian kuantitatif besifat linier dan kualitatif bersfat
sirkuler.
Proses penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti untuk
mendapatkan yang betul-betul masalah. Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya
sementara maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan
berfikir. Menguji hipotesis dilakukan dengan peneliti memilih
metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Dalam penelitian kuantitatif
metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey, eksperimen, evaluasi, dan
tindakan. Setelah metode penelitian ditentukan maka peneliti dapat menyusun instrument
penelitian. Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan
masalah dan menguji hipotesis. Kesimpulan adalah langkah akhir dari suatu periode
penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah.
Penelitian kualitatif
Proses penelitian kualitatif terdiri dari tiga tahap yaitu: 1). Tahap deskripsi, memsuki konteks
social: ada tempat, actor dan aktivitas; 2). Tahap reduksi, menentukan focus: memilih
diantara yang telah dideskripsikan; 3). Tahap seleksi, mengurai fokus: menjadikan komponen
yang lebih rinci.

2.6 ETIKA DALAM PENELITIAN


Etika dalam penelitian mengacu pada kode etik atau norma perilaku masyarakat saat
melakukan penelitian. Etika penelitian adalah sudut pandang atau ketentuan baik, buruk,
benar atau salah dalam kegiatan penelitian. Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan
adalah melalui penelitian. Namun terkadang dalam pencarian dan pemanfaatan ilmu tersebut
melanggar dari aturan etika. Menurut Earl Babbie,1973 dalam pembahasannya mengenai
survei, bahwa ada beberapa aturan etika yang harus ditaati oleh peneliti dan berlaku bagi
semua metode penelitian. diantaranya adalah peneliti tidak dapat memaksa seseorang untuk
terlibat dalam penelitian. Seperti meminta kepala desa mengharuskan warganya berkumpul di
suatu tempat untuk diwawancarai. Contoh lain, meminta kepala perusahan mewajibkan
karyawannya untuk mengisi daftar pertanyaan. Hal ini melanggar etika karena
keikutan subyek dalam penelitian dilakukan secara terpaksa atau tidak secara sukarela. Earl
Babbie menyebutkan terdapat dua asas penting untuk melindungi identitas subyek. yaitu
asas anonimitas (anonimity) dan kerahasiaan (confidentiality). Dalam penelitian, subyek
penelitian adalah anonim (tidak dikenal) atau namanya tidak dicantum dalam daftar
pertanyaan. Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika peneliti memberikan kode atau tanda
rahasia pada daftar pertanyaan dengan maksud agar peneliti mengetahui identitas subyek
yang mengikuti survai. meskipun dengan metode pengamatan identitas subyek penelitian
dapat diketahui, namun peneliti terikat pada aturan mengenai kerahasiaan. maka tidak heran
jika ada peneliti yang tidak hanya merahasiakan nama subyek penelitian namun juga lokasi
penelitian.

Perilaku etis berlaku untuk organisasi dan anggota yang melakukan penelitian.
Kepatuhan etika dimulai dengan orang yang melembagakan penelitian, yang harus
melakukannya dengan itikad baik, memperhatikan hasil yang ditunjukkan, mengesampingkan
ego, dan juga mengejar kepentingan organisasi daripada kepentingan diri sendiri. Kode etik
juga harus tercermin dari perilaku peneliti yang melakukan investigasi, partisipan yang
menyediakan data, analis yang memberikan hasil, dan seluruh tim peneliti yang
mempresentasikan interpretasi hasil dan menyarankan solusi alternatif. Dengan demikian,
perilaku etis meliputi setiap langkah proses penelitian dan pengumpulan data, analisis data,
pelaporan, dan penyebaran informasi di Internet, jika kegiatan semacam itu dilakukan.
Bagaimana subjek diperlakukan dan bagaimana informasi rahasia dijaga semuanya dipandu
oleh etika bisnis.

Anda mungkin juga menyukai