Anda di halaman 1dari 4

Name : Sigit Pamungkas

Student ID Number : 2110742020

Subject : English Language I

Cerita Asal Usul Muara merdeka


Alhamdulillah saya selalu bersyukur kepada Allah SWT yang mana Allah selalu memberikan
saya nikmat kehidupan sehingga saya bisa menjalankannya kehidupan di dunia ini. Pada
kesempatan kali ini saya akan membuat sebuah cerita rakyat yang mana cerita kali ini belum
pernah di publikasikan baik di media sosial maupun media elektronik lainnya. Sebelum saya
menulis cerita saya mengucapkan terima kasih kepada Kakek saya yang mau sedikit bercerita
dan mau saya wawancara mengenai cerita Asal mula nama muara merdeka.

Cerita ini saya dapatkan dari Kakek kandung saya sendiri yakni abak zarmalis, beliau
merupakan salah satu tokoh masyarakat yang tahu mengenai cerita Asal mula muara merdeka,
Kakek saya sebenarnya lahir dikampung yang bernama Padang Lasuang dan ketika beliau
berumur 10 tahun beliau menetap dan tinggal di pondok Sasak. Kakek saya dari dahulu sampai
sekarang bekerja sebagai nelayan, sekarang Kakek saya sudah berumur 69 Tahun, semoga
Kakek saya diberi umur yang panjang oleh Allah SWT dan bisa berbagi cerita yang tentunya
bermanfaat bagi kita yang membaca dan mendengarkannya.

Muara merdeka merupakan sebuah wilayah di kabupaten Pasaman barat, tepatnya di


kecamatan Sasak Ranah Pasisie, Kejorongan Pondok, muara adalah wilayah badan air tempat
masuknya satu atau lebih sungai ke laut, samudra, danau, bendungan, atau bahkan sungai lain
yang lebih besar. Muara merdeka terletak di ujung jalan pondok Sasak, konon pada zaman
dahulu setelah kemerdekaan negara republik Indonesia pada tahun 1945, muara merdeka
merupakan tempat bersemayamnya para penghuni jin air laut maupun air tawar, setiap tahun
muara merdeka pada zaman dahulu selalu memakan korban, korban yang di dapat yakni
mereka yang pergi main main ke muara

lalu mandi di muara merdeka tersebut, dua tahun setelah kemerdekaan datanglah seorang
Buya bersama rombangan yang hendak menyeberang ke wilayah yang dinamakan Mandiangin.
Ketika hendak menyeberang ke muara, buya dan para rombongan di ganggu oleh jin penghuni
muara,konon ceritanya Buya dan rombongannya tersebut memang sengaja ingin mengusir para
jin yang selalu meminta korban nyawa manusia. Atas izin Allah SWT Buya dan rombongannya
bisa mengalahkan jin penghuni muara, Buya tersebut sempat bertanya kepada pemimpin jin
muara, mengapa setiap tahun muara ini selalu meminta korban nyawa, pemimpin jin lalu
menjawab, saya dan para jin lainnya membunuh orang yang berbuat maksiat di sekitar muara,
mereka ketika mandi mandi tidak meminta izin terlebih dahulu bahkan mereka ada yang
berkata kotor. Mendengar penjelasan dari pemimpin bangsa jin muara sang Buya memaafkan
dan tidak mengusir para jin muara karena sudah menjadi tempat hidup bagi mereka, Buya juga
mengatakan kepada pemimpin jin agar tidak memakan korban lagi lalu pemimpin jin
menyetujui dengan syarat setiap tahun di korbankan

seekor kerbau atau sapi dan kepala kerbau di buang ke dalam muara. Sang Buya lalu
menyanggupi permintaan dari pemimpin jin muara. Setelah kejadian tersebut sang Buya lalu
memberi nama Muara tersebut dengan nama muara merdeka karena tidak akan memakan
korban manusia lagi,lalu sang Buya berpesan kepada masyarakat setempat agar setiap tahun
dikurbankan seekor sapi atau kerbau yang mana kepalanya di buang ke dalam muara. Sampai
saat ini masih ada ritual kurban di muara merdeka, dan Alhamdulillah sekarang tidak ada lagi
korban jiwa di muara merdeka.

The story of the origin of the free estuary


Alhamdulillah, I am always grateful to Allah SWT who always gives me the blessings of life
so that I can live life in this world. On this occasion I will make a folk tale which this time has
never been published either on social media or other electronic media. Before I write the story,
I would like to thank my grandfather who wanted to tell a little story and wanted to interview
me about the story of the origin of the name Muara Merdeka.

I got this story from my own biological grandfather, Abak Zarmalis, he is one of the
community leaders who knows about the story of the origin of Muara Merdeka, my grandfather
was actually born in a village called Padang Lasuang and when he was 10 years old he settled
and lived in a Pondok Sasak . My grandfather from the past until now worked as a fisherman,
now my grandfather is 69 years old, hopefully my grandfather is given a long life by Allah SWT
and can share stories that are certainly useful for those of us who read and listen to them.

Muara Merdeka is an area in the West Pasaman district, precisely in the Sasak Ranah
Pasisie sub-district, Kejorongan Pondok, the estuary is an area of a body of water where one or
more rivers enter the sea, ocean, lake, dam, or even another larger river. Muara Merdeka is
located at the end of the Sasak cottage road, it is said that in ancient times after the
independence of the Republic of Indonesia in 1945, Muara Merdeka was the dwelling place for
the inhabitants of the seawater and freshwater jinn. can be those who go to play to the estuary.
then bathed in the estuary of independence, two years after independence a Buya came
with a delegation who wanted to cross into an area called Mandiangin. When they were about
to cross to the estuary, Buya and his entourage were disturbed by the estuary's inhabitant
genies, it is said that the story of Buya and his entourage deliberately wanted to expel the
genies who always asked for human lives. With the permission of Allah SWT, Buya and his
entourage were able to defeat the jinn inhabiting the estuary, Buya had asked the leader of the
estuary jinn, why every year this estuary always asks for the victim's life, the leader of the jinn
then replied, I and the other jinn kill people who commit immorality around the estuary , when
they take a shower they don't ask permission first, some even say dirty. Hearing the
explanation from the leader of the estuary jinn, the Buya forgave and did not expel the estuary
jinn because it had become a place to live for them, Buya also told the leader of the jinn not to
take any more victims then the leader of the jinn agreed on the condition that they were
sacrificed every year

A buffalo or cow and the head of a buffalo is thrown into the estuary. Sang Buya then
agreed to the request of the leader of the estuary genie. After the incident, the Buya gave the
name of the estuary with the name estuary merdeka because it would not take any more
human victims, then the Buya advised the local community to sacrifice a cow or buffalo every
year whose head was thrown into the estuary. Until now there is still a ritual of sacrifice in the
estuary of independence, and Alhamdulillah now there are no more casualties in the estuary of
merdeka.

Anda mungkin juga menyukai