Anda di halaman 1dari 4

Nama : Loren Vinoltia

NIM : 2110741014
Prodi : Sastra Minangkabau
Matkul : Pendidikan Pancasila 32

A. Sumber- Sumber Kenapa Pancasila Diperlukan


Pancasila sebagai dasar negara digunakan untuk mengatur segala tatanan kehidupan bangsa
Indonesia dan mengatur penyelenggaraan negara. Pancasila diciptakan dengan 5 prinsip dasar yaitu
ketahanan ateisme, kemanusiaan atau humanisme kebangsaan atau nasionalisme, kerakyatan atau
demokrasi dan keadilan atau sosialisme.
Pertama menetapkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah Tap MPRS Nomor
XX/ MPRS/1996, dan disempurnakan dengan Tap MPR Nomor III/MPR/2000 tentang sumber
hukum dan tata urutan perundang-undangan. Pancasila disebutkan sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara juga terdapat pada pasal 2 UU PPPU. Pancasila juga sejalan dengan
pembukaan undang-undang Dasar 1945 karena Pancasila terdapat dalam Pembukaan alinea ke-4.
Terdapat berbagai sumber Pancasila, yaitu sumber historis sosiologis politis tentang bagaimana
Pancasila menjadi ideologi negara.
Sumber Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara
a. Pancasila sebagai ideologi negara masa pemerintahan Presiden Ir.Soekarno
Pancasila ditujukan sebagai pemersatu bangsa. Penegasan ini disebutkan oleh Soekarno dalam
pidato- pidato politiknya dalam (1945-1960).
b. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto
Pancasila sebagai asas tunggal bagi Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan. Diawali
keluarnya TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila yang menjadi
landasan dilaksanakannya penataran P-4 bagi semua lapisan masyarakat. Akibat cara-cara rezim
dalam memasyarakatkan Pancasila memberi kesan bahwa tafsir ideologi Pancasila adalah produk
rezim Orde Baru yang berkuasa.
c. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Habibie
Pemerintahan Habibie lebih disibukkan masalah politis. Di samping itu, lembaga yang
bertanggungjawab terhadap sosialisasi nilai-nilai Pancasila dibubarkan berdasarkan Keppres No. 27
tahun 1999 tentang pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979 tentang Badan Pembinaan Pendidikan
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7).
d. Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Gusdur
Masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul wacana tentang penghapusan TAP
NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI dan penyebarluasan ajaran komunisme. Di masa ini,
yang lebih dominan adalah kebebasan berpendapat sehingga perhatian terhadap ideologi Pancasila
cenderung melemah.

e. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres. Megawati


Pada masa pemerintahannya Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya dengan
disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang tidak mencantumkan pendidikan
Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.

f. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY)
Pada masa ini belum adanya upaya untuk membentuk suatu lembaga yang berwenang untuk menjaga
dan mengawal Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara sebagaimana diamanatkan oleh
Keppres No. 27 tahun 1999.Presiden SBY menandatangani Undang-Undang RI No. 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi yang mencantumkan mata kuliah Pancasila sebagai mata kuliah wajib
pada pasal 35 ayat (3).

2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara


Unsur-unsur sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama masyarakat
Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling menghargai dan
menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.
c. Sila Persatuan Indonesia yang dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan, rasa
cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
dapat ditemukan dalam bentuk menghargai pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam
mengambil keputusan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka menolong,
menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.

3. Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara


Unsur-unsur politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi antarumat
beragama.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan penghargaan terhadap pelaksanaan Hak
Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah daripada voting.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk tidak
menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk memperkaya diri atau kelompok karena
penyalahgunaan kekuasaan itulah yang menjadi faktor pemicu terjadinya korupsi.

Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan


Pada era globalisasi saat ini, begitu banyak perkembangan teknologi hal tersebut dapat berpengaruh
pada penurunan intensitas pembelajaran Pancasila karena oleh teknologi. Sehingga itu menjadi
tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai Pancasila dalam kehidupan bangsa. Dikarenakan
canggihnya teknologi bangsa Indonesia dengan maraknya dapat mengetahui mengenai paham-paham
lainnya seperti radikalisme ekstrimisme yang dapat merusak nilai-nilai dan moral Pancasila pada
bangsa Indonesia. Apabila kita semua tidak menjaga dan saling bertanggung jawab dalam
penanaman nilai-nilai Pancasila pada generasi berikutnya dan generasi sekarang ini, maka akan
memudahkan bahkan menghilangkan nilai Pancasila pada jiwa bangsa yang mana hal itu dapat
mengancam keutuhan NKRI dan ideologi Pancasila itu sendiri.
Dinamika Pendidikan Pancasila Sebagaimana diketahui, pendidikan Pancasila mengalami pasang
surut dalam pengimplementasiannya. Apabila ditelusuri secara historis, upaya pembudayaan atau
pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut telah secara konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaan
sampai dengan sekarang. Namun, bentuk dan intensitasnya berbeda dari zaman ke zaman. Pada
masa awal kemerdekaan, pembudayaan nilai-nilai tersebut dilakukan dalam bentuk pidato-pidato
para tokoh bangsa dalam rapat-rapat akbar yang disiarkan melalui radio dan surat kabar. Kemudian,
pada 1 Juli 1947, diterbitkan sebuah buku yang berisi Pidato Bung Karno tentang Lahirnya
Pancasila. Buku tersebut disertai kata pengantar dari Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat yang
sebagaimana diketahui sebelumnya, beliau menjadi Kaitjoo (Ketua) Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan). Perubahan yang signifikan dalam metode
pembudayaan/pendidikan
Pancasila adalah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada 1960, diterbitkan buku oleh Departemen
P dan K, dengan judul Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia (Civics). Buku tersebut diterbitkan
dengan maksud membentuk manusia Indonesia baru yang patriotik melalui pendidikan. Selain itu,
terbit pula buku yang berjudul Penetapan Tudjuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi, pada tahun
1961, dengan penerbit CV Dua-R, yang dibubuhi kata pengantar dari Presiden Republik Indonesia.
Buku tersebut nampaknya lebih ditujukan untuk masyarakat umum dan aparatur negara.
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) atau Ekaprasetia
Pancakarsa, P-4 tersebut kemudian menjadi salah satu sumber pokok materi Pendidikan Pancasila.
Selanjutnya diperkuat dengan Tap MPR RI Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN yang
mencantumkan bahwa “Pendidikan Pancasila” termasuk Pendidikan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila.
Tantangan Pendidikan Pancasila
Abdulgani menyatakan bahwa Pancasila adalah leitmotive dan leitstar, dorongan pokok dan bintang
penunjuk jalan. Tanpa adanya leitmotive dan leitstar Pancasila ini, kekuasaan negara akan
menyeleweng. Oleh karena itu, segala bentuk penyelewengan itu harus dicegah dengan cara
mendahulukan Pancasila dasar filsafat dan dasar moral (1979:14). Agar Pancasila menjadi
dorongan pokok dan bintang penunjuk jalan bagi generasi penerus pemegang estafet kepemimpinan
nasional, maka nilai-nilai Pancasila harus dididikkan kepada para mahasiswa melalui mata kuliah
pendidikan Pancasila.

Tantangannya ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah pendidikan Pancasila dapat
diselenggarakan di berbagai program studi dengan menarik dan efektif. Tantangan ini dapat berasal
dari internal perguruan tinggi, misalnya faktor ketersediaan sumber daya, dan spesialisasi

program studi yang makin tajam (yang menyebabkan kekurangtertarikan sebagian mahasiswa
terhadap pendidikan Pancasila). Adapun tantangan yang bersifat eksternal, antara lain adalah krisis
keteladanan dari para elite politik dan maraknya gaya hidup hedonistik di dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai