Anda di halaman 1dari 6

BAB 4 Pancasila Sebagai Dasar Negara

A. Konsep Negara, tujuan negara dan urgensi negara.


1. Konsep Negara
Menurut Diponolo (1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang
berdaulat yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu umat di suatu
daerah tertentu. Sejalan dengan pengertian negara tersebut, Diponolo menyimpulkan 3
(tiga)unsur yang menjadi syarat mutlak bagi adanya negara yaitu:
1. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir
2. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
3. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan
Ketiga unsur tersebut lazim dinyatakan sebagai unsur konstitutif. Selain unsur
konstitutif ada juga unsur lain, yaitu unsur deklaratif, dalam hal ini pengakuan dari negara lain.
Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan negara seperti apa yang ingin diwujudkan,
serta bagaimana jalan/cara mewujudkan tujuan negara tersebut, akan ditentukan oleh dasar
negara yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, dasar negara akan
menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan, dan tujuan negara yang ingin
dicapai, serta jalan apa yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan suatu negara.

2. Tujuan Negara
Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat,terdapat 4 poin
tujuan Negara Indonesia yaitu sebagai berikut :
1. Melindungi setiap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
Hal-hal yang termasuk untuk wajib dilindungi adalah semua komponen yang
membentuk bangsa Indonesia, mulai dari rakyat, kekayaan alam, serta nilai-nilai bangsa yang
patut dipertahankan.
2. Memajukan kesejahteraan umum
Kesejahteraan umum tidak hanya mencakup tentang kesejahteraan ekonomi dan materi,
namun kesejahteraan lahir dan batin. Terciptanya rasa aman, gotong royong, saling
menghormati dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing individu, masyarakat yang
makmur dan adil sederajat.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
Merupakan tugas negara, pemerintah, dan masing-masing individu untuk berusaha
meraih jenjang pendidikan yang terbaik. Karena dengan adanya masyarakat yang cerdas,
pembangunan dan kemajuan negara akan semakin mudah dicapai.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar
Perdamaian abadi dan keadilan sosial Perdamaian yang tercipta di masing-masing
negara di dunia akan melahirkan politik luar negeri yang bebas dan aktif

3. Urgensi Negara
Seiring dengan arus globalisasi yang sangat cepat, perubahaan struktur sosial suatu
negara juga berubah. Globalisasi menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dan bangsa lain
untuk mempertahankan kebudayaan dan tatanan sosialnya. Globalisasi merupakan era dimana
masyarakat di dunia saling terbuka, tidak ada sekat yang membatasi. Hal tersebut kemudian
menciptakan kebudayaann global yang terbentuk dari beberapa beragam kepetingan yang
mendekatkan perbedaan kebudayaan di dunia. Disamping globalisasi, terdapat faktor internal
yang menjadi alasan pentingnya menjadikan Pancasila sebagai ideologi yaitu menjaga
eksistensi nilai-nilai luhur bangsa yang telah ada sejak dulu.
a) Masalah Kesadaran Perpajakan
b) Masalah Korupsi
c) Masalah Disintegrasi Bangsa
d) Masalah Dekadensi Moral
e) Masalah Narkoba
f) Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan

B. Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis Pancasila Sebagai Dasar Negara
a. Sumber Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara
• Pancasila sebagai ideologi negara masa pemerintahan Pres. Soekarno
Pada masa pemerintahan ini, Pancasila ditegaskan sebagai pemersatu bangsa. Penegasan ini
dikumandangkan oleh Soekarno dalam berbagai pidato politiknya dalam kurun waktu 1945-
1960. Namun seiring dengan perjalanan waktu, kurun waktu 1960-1965, Soekarno lebih
mementingkan konsep Nasakom (Nasionalisme, agama, Komunisme) sebagai landasan politik
bangsa Indonesia.
• Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres. Soeharto
Pancasila dijadikan sebagai asas tunggal bagi Organisasi Politik dan Organisasi
kemasyarakatan. Diawali dengan keluarnya TAP MPR No. II/1978 tentang
pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila yang menjadi landasan bagi
dilaksanakannya penataran P-4 bagi semua lapisan masyarakat. Akibat dari cara-cara
rezim dalam memasyarakatkan Pancasila memberi kesan bahwa tafsir ideologi
Pancasila adalah produk rezim Orde Baru yang berkuasa pada waktu itu.
• Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres. Habibie
Presiden Habibie menggantikan Presiden Soeharto yang mundur pada 21 Mei
1998, atas desakan berbagai pihak Habibie menghapus penataran P-4.
Pemerintahan Habibie lebih disibukkan masalah politis, baik dalam negeri maupun
luar negeri. Di samping itu, lembaga yang bertanggungjawab terhadap sosialisasi nilai-
nilai Pancasila dibubarkan berdasarkan Keppres No. 27 tahun 1999 tentang
pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979 tentang Badan Pembinaan Pendidikan
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7). Sebenarnya,
dalam Keppres tersebut dinyatakan akan dibentuk lembaga serupa, tetapi lembaga
khusus yang mengkaji, mengembangkan, dan mengawal Pancasila hingga saat ini
belum ada.
• Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Pres. Gusdur
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul wacana
tentang penghapusan TAP NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI
dan penyebarluasan ajaran komunisme. Di masa ini, yang lebih dominan
adalah kebebasan berpendapat sehingga perhatian terhadap ideologi Pancasila
cenderung melemah.
• Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Pres. Megawati
Pada masa ini, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya
dengan disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang
tidak mencantumkan pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari
tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.
• Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY)
Pemerintahan SBY dapat dikatakan juga tidak terlalu memperhatikan pentingnya
pancasila sebagai ideologi negara. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya upaya untuk
membentuk suatu lembaga yang berwenang untuk menjaga dan mengawal pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi negara sebagaimana diamanatkan oleh keppres No.
27 tahun 1999. Suasana politik lebih banyak ditandai dengan pertarungan politik untuk
memperebutkan kekuasaan atau meraih suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu.
Mendekati akhir masa jabatannya, Presiden SBY menandatangani Undang-Undang RI
No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mencantumkan mata kuliah
Pancasila sebagai mata kuliah wajib pada pasal 35 ayat (3).

b) Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam kehidupan masyarakat.
Unsur-unsur sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama masyarakat
Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling menghargai dan
menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.
3. Sila Persatuan Indonesia yang dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan,
rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai pendapat orang lain,
semangat musyawarah dalam mengambil keputusan.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka menolong,
menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.

c) Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara


Unsur-unsur politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal
Sebagai berikut.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi antarumat
beragama.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan penghargaan terhadap pelaksanaan
Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
3. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan keputusan
berdasarkan musyawarah daripada voting.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk tidak
menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk memperkaya diri atau kelompok
karena penyalahgunaan kekuasaan itulah yang menjadi faktor pemicu terjadinya korupsi.

C. Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai dasar negara


➢ Dinamika : mengalami pasang surut sesuai orde pemerintah yang ada
Adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila :
• Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno
bercampurnya dengan ideologi komunisme dalam konsep Nasakom.
• Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto diletakkan pada
kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang pemasayarakatan P-4.
• Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan organisasi
masyarakat (Ormas).
• Pada masa era reformasi, enggannya para penyelenggara negara mewacanakan tentang
Pancasila, bahkan berujung pada hilangnya pancasila dari kurikulum nasional, meskipun pada
akhirnya timbul kesadaran penyelenggara negara tentang pentingnya pendidikan pancasila di
perguruan tinggi.
➢ Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara
Unsur-unsur yang memengaruhi tantangan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara meliputi
faktor eksternal dan internal.
Adapun faktor eksternal meliputi hal-hal berikut:
1. Pertarungan ideologis antara negara-negara super power antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara Soviet
sehingga Amerika menjadi satu-satunya negara super power.
2. Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai ideologi
asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan informasi.
3. Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan kemajuan
teknologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara masif.
Dampak konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan.
Adapun faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi pada
kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila sering terabaikan.
2. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercayaan terhadap ideologi
menurun drastis.

Widya Astuti, S.Pd.,M.Pd.(2018). Pendidikan Pancasila. E-Learaning Universitas Esa


Unggul.
Nazratul Hasanah. Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Ideologi Negara. STIE AKBP KBP
Padang

Kesimpulan:
Dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti bahwa
Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan
perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis. Pancasila dapat dijadikan wadah untuk mempersatukan segala kebudayaan, suku,
ras, Bahasa, dan agama yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadikan
Pancasila sebagai norma dasar dalam mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai dasar negara
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur segala kegiatan kehidupan bangsa dan
negara yaitu untuk mewujudkan kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai agar tercipta negara
yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Di dalam
Pancasila terkandung lima nilai yang menjadi pedoman kehidupan bagi rakyat Indonesia.
Sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” Sila ini mengandung arti bahwa
pengakuan atas keberadaannya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. Di negara
Indonesia terdapat perbedaan kepercayaan, tetapi semua kepercayaan tersebut mengakui
bahwa Tuhan sebagai pencipta alam beserta isinya. Sila pertama ini sangat diamalkan di
Indonesia seperti toleransi beragama yang sangat erat di Indonesia.
Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” Sila ini mengandung arti bahwa
setiap manusia adalah makhluk yang sama. Masyarakat Indonesia memiliki hak dan kewajiban
yang sama sebagai warga negara.
Sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia” Sila ini mengandung arti bahwa kita sebagai warga
negara Indonesia harus Bersatu dan mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan
perseorangan.
Sila keempat berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan” Sila ini mengandung arti bahwa segala perbedaan pendapat
dapat diselesaikan dengan kepala dingin secara musyawarah. Musyawarah merupakan suatu
system pengambilan keputusan yang melibatkan banyak orang dengan mengakomodasi semua
kepentingan sehingga tercipta satu keputusan yang disepakati Bersama.
Sila kelima berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” Sila ini mengandung
arti bahwa keadilan yang didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia seacara adil tidak
dibeda-bedakan. Jika seseorang melanggar peraturan akan diberikan sanksi yang adil sesuai
dengan apa yang telah diperbuatnya. Dengan adanya keadilan ini masyarakat akan merasakan
kesetaraan dan tidak ada yang merasa dirugikan.
Dengan demikian, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang memegang peranan
penting dalam negara kita. Kita sebagai warga negara harus mengamalkan sila-sila Pancasila
dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya masyarakat yang adil,
makmur dan berdaulat.

Anda mungkin juga menyukai