Anda di halaman 1dari 54

TOPIK 12

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

Presented by:
Mukti Ali, S.Sos., M.PSDM.
1. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat


atau Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari negara, ideologi
negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu-
dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan
lain perkataan Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur
penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara terutama segala peraturan perundang-undangan
termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini, dijabarkan dan
diderivasikan dari nilai-nilai Pancasila. Maka Pancasila merupakan Sumber
dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan sumber kaidah hukum
negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia
beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta pemerintahan
negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan
suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara,
dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar
maupun yang tidak tertulis atau convensi. Dalam kedudukannya sebagai
dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib
hukum Indonesia maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu
Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut
dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD
1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dalam pasal-
pasal UUD 1945, serta hukum positif lainnya.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
a) Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian
Pancasila merupakan asas kerokhanian tertib hukum Indonesia yang
dalam Pembukaan UUD 1945 dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat
pokok pikiran.
b) Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-
Undang Dasar 1945.
c) Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum da-
sar tertulis maupun tidak tertulis).
d) Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
penyelenggara negara (termasuk para penyelenggara partai dan
golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pikiran ke 4 yg berbunyi
sbb.:
“ …………. Negara berdasar atas Ketuhanan Yg Maha Esa,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.”
e) Merupakan sumber semangat bagi UUD ’45, bagi penyelenggara
Negara, para pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara partai
dan golongan fungsional). Hal ini dapat dipahami karena semangat
adalah penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara,
karena masyarakat dan Negara Indonesia senantiasa tumbuh dan
berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika
masyarakat. Dengan semangat yang bersumber pada asas
kerokhanian Negara sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika
masyarakat dan Negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas
kerohanian Negara.
Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara NKRI tersimpul
dalam Pembukaan UUD ’45 alinea IV yg berbunyi sbb.: “……..maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar
kepada……..”.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui Sidang Istimewa tahun
1998, mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia yang tertuang dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh
karena itn segala agenda dalam proses reformasi, yang meliputi berbagai
bidang selain mendasarkan pada kenyataan aspirasi rakyat (Sila IV) juga
harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai Ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan serta keadilan, bahkan harus bersumber
kepadanya.
2. Pancasila sebagai Ideologi Nasional

Pengertian Ideologi
Idea : gagasan, konsep, pengertiandasar, cita-cita
Logos : ilmu

Secara harfiah, ideologi berarti ilmu mengenaipengertian


dasar, ide.

Definisi ideologi berkembang menjadi suatu


pahammengenai se perangkat nilai atau pemikiran yang
dipegang oleh seorang atau sekelompok orang
untuk menjadi pegangan hidup.
Pengertian Ideologi

• Menurut Gunawan Setiardja


Ideologi adalah : seperangkat ide asasi tentang
manusiadan seluruh realitas yang dijadikan pedoman
dancita-cita hidup

• Menurut Soejono Soemargono


Ideologi adalah kumpulan gagasan, ide,
keyakinan,kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis,
yangmenyangkut bidang: politik, sosial, kebudayaan,
danagama
Fungsi Ideologi
1.Sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai
bersama dalam kehidupan bermasyarakat.
2.Sebagai pemersatu masyarakat dan juga menjadi
prosedur penyelesaian konflik yang terjadi di dalam
masyarakat.
3.Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi
kehidupan manusia secara individual.
(Cahyono, 1986)
4. Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan
dari generasitua (founding fathers) ke generasi muda.
(Setiardja, 2001)
5. Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat danm
otivasi individu, masyarakat, dan bangsa untuk
menjalanikehidupan dalam mencapai tujuan.
(Hidayat, 2001)
Macam-Macam Ideologi di Dunia

1.Liberalisme

2.Fasisme

3.Sosialisme

4.Komunisme
Liberalisme

Inti pemikiran :
Kebebasan Individual
Latar belakang :
Sebagai respons terhadap kekuasaan negara yangabsolut
dan otoriter yang membatasi kebebasan dan hak-hak
warganegaranya.
Landasan :
Manusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudi,
tanpaharus diterapkannya aturan-aturan ketat yang
bersifat mengekang.
Ciri-ciri :
- Kebebasan sebesar-besarnya bagi setiap individu
- Penolakan terhadap pembatasan, terutama dari
pemerintah dan agama.
- Ekonomi pasar relatif bebas
FASISME

Inti pemikiran :
Crediere, Obediere, Combattere
(Yakinlah, tunduklah, berjuanglah.)
Latar belakang:
Perkembangan dari paham yang dipraktikkan di Italia padatahun 1922-
1943, yaitu pada saat Benito Mussolini menjabat sebagai
PerdanaMenteri Fasis di Italia. Dilakukan awalnya untuk melawan
anarkisme dankomunisme.
Landasan :
Negara dan pemerintah harus bertindak keras agar
“ditakuti” oleh rakyat, intinya negara diperlukan untuk mengatur
masyarakat.
Ciri-ciri :
 Kekuasaan dipegang oleh pemerintah yang dapat berupa koalisi sipil,
militer, atau partai yang berkuasa saat itu.
 Rakyat diperintah dengan intimidasi agar patuh terhadap negara.
 Pemerintah mengatur segala yang boleh maupun tidak boleh
dilakukan olehrakyatnya.
SOSIALISME

Inti pemikiran:
Kolektivitas (Kebersamaan, Gotong Royong)
Latar belakang :
Menentang adanya kepemilikan pribadi yang timbulakibat
kapitalisme yang eksploitatif dan menyokong pemakaian
milik pribadi tersebut untuk kesejahteraan umum.
Landasan :
Masyarakat dan juga negara adalah suatu pola
kehidupan bersama. Manusia tidak bisa hidup sendiri-
sendiri, dan manusia akanlebih baik serta layak kehidupannya jika
ada kerja sama melalui fungsiyang dilaksakan oleh negara
Ciri-ciri:
Kesamaan kesempatan bagi semua orang
Penghapusan sebagian besar hak-hak milik pribadi dan negara.
Negara tanpa strata
KOMUNISME

Inti pemikiran :
Perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas
dimasyarakat,sehingga negara hanya sasaran antara.
Latar belakang :
Manifest der Kommunistischen
yang ditulis oleh Karl Marx danFriedrich Engels, sebuah
manuskrip politik yang pertama kali diterbitkan pada21
Februari 1848.
Landasan :
Penolakan kondisi masa lampau, analisa yang cenderung
negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada, resep perbaikan
untuk masa depan,dan rencana tindakan jangka pendek yang
memungkinkan tercapainya tujuanyang berbeda-beda.
Ciri-ciri :
- Kesamaan kesempatan bagi semua orang
- Penghapusan seluruh besar hak-hak milik pribadi dan negara.
- Negara tanpa strata (tanpa kelas)
- Pemerintahan otoriter
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka


Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu
hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok
orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun
Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan bidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara. Dengan lain perkataan unsur-unsur
yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain
diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia
sendiri. sehingga bangsa ini merupakan Kausa materialis
(asal Bahan) Pancasila
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan
dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila
berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa
dan negara Indonesia, Dengan demikian Pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada
pandangan hidup dan budaya bangsa dan bukannya
mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain.
Selain itu Pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide
atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya
memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu,
melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh
bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh
lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif.
Oleb karena ciri khas Pancasila ini maka memiliki
kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
a. Ideologi

Istilah ideologi berasal dan kata 'idea' yang berarti 'gagasan,


konsep, pengertian dasar, cita-cita' dan 'logos' yang berarti 'ilmu'.
Kata ‘idea’ berasal dari kata bahasa Yunani 'eidos' yang artinya
'bentuk'. Di samping itu ada kata 'idein’ yang artinya 'melihat'.
Maka secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-
pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari, 'idea'
disamakan artinya dengan 'cita-cita'. Cita-cita yang dimaksud
adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai. sehingga
cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar,
pandangan atau faham. Memang pada hakikatnya, antara dasar
dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu kesatuan.
Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas atau dasar
yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup
pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan
cita-cita.
Apabila ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali
dipakai dan dikemukakan oleh seorang perancis, Destutt de
Tracy, pada tahun 1796. Seperti halnya Leibniz, de Tracy
mempunyai cita-cita untuk membangun suatu sistem
pengetahuan. Apabila Leibniz menyebutkan impiannya sebagai
"one great system of truth ", di mana tergabung segala cabang
ilmu dan segala kebenaran ilmiah, maka de Tracy menyebutkan
'Ideologic', yaitu 'science of ideas', suatu program yang
diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam
masyarakat Perancis.
Namun Napoleon mencemoohkannya sebagai suatu khayalan
belaka, yang tidak mempunyai arti praktis. Hal semacam itu
hanya impian belaka yang tidak akan menemukan kenyataan.
Perhatian kepada konsep ideologi menjadi berkembang lagi
antara lain karena pengarub Kari Marx. Ideologi menjadi
vokabuler penting di dalam pemikiran politik maupun ekonomi.
Karl Marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas
sosial tertentu dalam bidang politik atau social ekonomi.
Dalam artian ini ideologi menjadi bagian dari apa yang
disebutnya Uberbau atau suprastruktur (bangunan atas) yang
didirikan diatas kekuatan-kekuatan yang memiliki factor-faktor
produksi yang menentukan coraknya, dan karena itu
kebenarannya relarif, dan semata-mata hanya benar untuk
golongan tertentu. Dengan demikian maka ideologi lalu
merupakan keseluruhan ide yang relatif, karena justru
mencerminkan kekuatan lapisan.
Seperti halnya filsafat, ideologi pun memiliki pengertian yang
berbeda-beda. Begitu pula dapat ditemukan berbagai definisi,
batasan pengertian tentang ideologi. Hal ini antara lain
disebabkan juga oleh dasar filsafat apa yang dianut, karena
sesungguhnya ideologi itu bersumber kepada suatu ilsafat.
Pengertian "ideologi" secara umum dapat dikatakan
sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-
keyakinan, kepercayaan-kepercayaan, yang menyeluruh
dan sistematis, yang menyangkut:
a. Bidang politik (termasuk di dalamnya bidang
pertahanan dan kemanan)
b. Bidang sosial
c. Bidang kebudayaan
d. Bidang keagamaan
Maka ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-
cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem
kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian
yang antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai derajad yang tertinggi sebagar nilai hidup
kebangsaan dan kenegaraan.
b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerokhanian,
pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dilestarikan kepada
generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan
dengan kesediaan berkorban.
b. Ideologi Terbuka dan ideologi Tertutup

Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of thought), maka ideologi


terbuka itu merupakan suatu sistem pemikian terbuka. Sedangkan ideologi
tertutup itu merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Suatu ideologi
tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri khas. Ideologi itu bukan cita-cita
yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan merupakan cita-cita satu
kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan
membaharui masyarakat . Dengan demikian adalah menjadi ciri ideologi
tertutup bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan
yang dibebankan kepada masyarakat. Demi ideologi masyarakat harus
berkorban, dan kesediaan untuk menilai kepercayaan ideologis para warga
masyarakat serta kesetiaannya masing-masing sebagai warga masyarakat.
Tanda pengenalan lain mengenai ideologi tertutup adalah bahwa isinya
bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan intinya
terdiri dan tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang dia-
jukan dengan mutlak. Jadi ciri khas ideologi tertutup adalah bahwa
betapapun besarnya perbedaan antara tuntutan berbagai ideologi yang
memungkinkan hidup dalam masyarakat itu, akan selalu ada tuntutan
mutlak babwa orang harus taat kepada ideologi tersebut. Hal itu juga berarti
orang harus taat kepada elite yang mengembannya, taat terhadap tuntutan
ideologis dan tuntutan ketaatan itu mutlak dari nuraninya, tanggung
jawabnya atas hak-hak asasinya. Kekusaannya selalu condong ke arah
total, Jadi bersifat totaliter dan akan menyangkut segala segi kehidupan.
Yang berlaku bagi ideologi tertutup, tidak berlaku bagi ideologi terbuka. Ciri
khas ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakat ita sendiri. Dasarnya bukan
keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan
konsensus dari masyarakat tersebut. Ideologi terbuka tidak diciptakan oleh
negara melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat, dan masyarakat
dalam menemukan 'dirinya', 'kepribadiannya' di dalam ideologi tersebut.
Ideologi terbuka tidak hanya dapat dibenarkan, melainkan dibutuhkan.
Kiranya dalam semua sistem politik yang tidak ideologis dalam artian
merupakan ideologi tertutup, kita akan menemukan bahwa
penyelenggaraan negara berdasarkan pandangan-pandangan dan nilai-
nilai dasar tertentu kadang-kadang dasar normatif itu tidak dirumuskan
secara eksplisit. Akan tetapi dalam kebanyakan negara, undang-undang
dasar (konstitusi) memuat bagian yang merumuskan dasar normatif itu.
Dasar normatif itu dapat pula disebut dasar filsafat negara. Dan ini
merupakan kesepakatan bersama yang berlandaskan kepada nilai-nilai
dasar dan cita-cita masyarakat
Dengan demikian maka merupakan ciri ideologi terbuka yakni bahwa isinya
tidak operasional. Ia baru menjadi operasional apabila sudah dijabarkan ke
dalam perangkat yang berupa konstitusi atau peraturan perundangan
lainnya. Oleh karena itu setiap generasi baru dapat menggali kembali
dasar filsafat negara itu untuk menentukan apa implikasinya bagi situaasi
atau zaman itu masing-masing. Oleh karena itu ideologi terbuka
sebagaimana yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia senantiasa
terbuka untuk proses reformasi dalam bidang kenegaraan, karena ideologi
tebuka berasal dari masyarakat yang sifatnya dinamis. Selajutnya ideologi
terbuka juga senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan
aspirasi, pemikiran serta akselerasi dari masyarakat dalam mewujudkan
cita-citanya untuk hidup berbangsa dalam mencapai harkat dan martabat
kemanusiaan.
c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif

Pada awal berkembangnya wacana ideologi, Marx mengecam berbagai


macam bentuk ideologi, bahkan ideologi menurut Marx merupakan
gagasan-gagasan kaum borjuis untuk mempertahankan Status-quo.
Anehnya jikalau Marx pada awalnya mengecam semua bentuk ideologi
ternyata justru Marx pada pertengahan abad ke-19 menerbitkan bukunya
yang berjudul The German Ideology. Dalam masalah inilah nampak bahwa
Marx yang mula-mula menolak semua bentuk ideologi pada akhirnya justru
mengokohkan pendiriannya sebagai suatu ideologi untuk membela kelas-
kelas sosial ekonomi tertentu dalam suatu masyarakat yang menjadi
pendukungnya.
Dari segi sosiologis pengetahuan mengenai ideologi dikembangkan oleh
Karl Mannheim yang beraliran Marx. Manheim membedakan dua macam
kategori ideologi secara sosiologis, yaitu ideologi yang bersifat partikular
dan ideologi yang bersifat komprehensif.

Kategori pertama diartikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang


tersusun secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu
kelas sosial tertentu dalam masyarakat. Berdasarkan tipologi ideologi
menurut Manheim inilah maka ideologi komunis yang membela kelas
proletar dan ideologi liberalis yang memperjuangkan hanya kebebasan
individu saja termasuk tipe ideologi partikular.
Kategori kedua diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh
mengenai semua aspek kehidupan sosial. Ideologi dalam kategori kedua
ini bercita-cita melakukan transformasi sosial secara besar-besaran
menuju bentuk tertentu. Menurut Manheim ideologi kategori kedua ini tetap
berada dalam batasan-batasan yang realistis dan berbeda dengan
ideologi ”utopia" yang hanya berisi gagasan-gagasan besar namun hampir
tidak mungkin dapat ditransformasikan dalam kehidupan praksis.

Berdasarkan konstalasi Manheim sebagaimana disitir oleh Yusril Ihza


Mahendra, maka ideologi Pancasila memiliki ciri menyeluruh, yaitu tidak
berpihak pada golongan tertentu bahkan ideologi pancasila yang dikem-
bangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas bangsa Indonesia itu
mampu mengakomodasikan berbagai idealisme yang berkembang dalam
masyarakat yang sifatnya majemuk tersebut.
d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi

Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan


sistem nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah
diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia
dalam memandang realitas alam semesta, manusiam
masyarakat, bangsa dan negara tentang makna hidup serta
berbagai dasar dan pedoman bagi manusia dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Filsafat
dalam pengertian yang demikian ini telah menjadi suatu sistem
cita-cita atau keyakinan-keyakinan {belief-system) yang telah
menyangkut praksis karena dijadikan landasan bagi cara hidup
manusia atau suatu kelompok masyarakat dalam berbagai
bidang kehidupannya. Hal itu berarti bahwa filsafat telah beralih
dan menjelma menjadi ideology.
Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita
yang mendasar dan menyeluruh yang jalin-menjalin
menjadi satu sistem pemikiran (System of thought) yang
logis, adalah bersumber kepada filsafat. Dengan lain kata,
ideologi sebagai suatu system of thought mencari nilai,
norma dan, cita-cita yang bersumber kepada filsafat, yang
bersifat mendasar dan nyata untuk diaktualisasikan
artinya secara potensi mempunyai kemungkinan
pelaksanaan yang tinggi, sehingga dapat memberi
pengaruh positif, karena mampu membangkitkan dinamika
masyarakat tersebut secara nyata ke arah kemajuan.
Ideologi dapat dikatakan pula sebagai konsep operasionalisasi
dari suatu pandangan atau filsafat hidup dan merupakan
norma ideal yang melandasi ideologi, karena norma itu akan
dituangkan dalam perilaku, juga dalam kelembagaan sosial,
politik, ekonomi, pertahanan keamanan dan sebagainya. Jadi
filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ideologi
yang juga menyangkut strategi dan doktrin, dalam menghadapi
permasalahan yang timbul di dalam kehidupan bangsa dan
negara. termasuk di dalamnya menentukan sudut pandang
dan sikap dalam menghadapi berbagai aliran atau sistem
filsafat yang lain.
Dari uraian di atas, maka permasalahan ideologi
merupakan permasalahan yang di samping berkadar
kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan normatif dan
sekaligus praksis karena menyangkut operasionalisasi,
strategi dan doktrin. Sebab ideologi juga menyangkut hal-
hal yang mendasarkan satu ajaran yang menyeluruh
tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara
konkrit bagaimana manusia harus bersikap dan bertindak.
Ideologi itu tidak hanya menuntut misalnya agar stiap warga
negara bertindak adil saling tolong menolong, saling
menghormati antar sesama manusia, lebih mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan dan sebagainya, melainkan juga
ideologi akan menuntut ketaatan konkrit, harus
melaksanakan ini atau itu, dan bahkan seringkali menuntut
dengan mutlak orang harus bersikap dan bertindak tertentu.
Dari tradisi sejarah filsafat Barat dapat dibuktikan bahwa
tumbuhnya ideologi seperti liberalisme, kapitalisme,
marxisme leninisme, maupun naziisme dan fascisme,
adalah bersumber kepada aliran-aliran filsafat yang
berkembang di sana. Persepsi mengenai kebebasan yang
tumbuh pada zaman Renaisance dan Aufklarung
mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya ideologi liberal
dan kapitalis di Barat. Demikian pula dengan pemikiran Karl
Mark dan Engels yang historis materialistik dan dialektis
telah menumbuh suburkan ideologi marxisme/ leninnisme/
komunisme di negara sosialis komunis.
Begitu pula dengan pemikiran Nietzche tentang
Ubermensch (superman) dan Wille zur Macht (kehendak
untuk berkuasa) telah mendorong Hittler untuk
mengembangkan Naziisme yang militeristik. Namun harus
di kemukakan pula bahwa ada aliran-aliran filsafat yang
timbul di Barat yang tidak berfungsi sebagai ideologi dalam
suatu negara. Begitu pula, babwa ada juga Negara-negara
yang tidak menganut pada ideologi tertentu. Hanya unsur-
unsur aliran filsafat yang dikembangkan secara aktif,
sistematik dan dilaksanakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang menjelma
menjadi ideologi. Demikianlah sifat-sifat ideologi yang
sebenarnya memiliki ciri khas dan implementasinya masing-
masing tergantung pada proses terbentuknya ideology
tersebut.
Makna Ideologi bagi Bangsa dan Negara

Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan


harkat dan martabainya, dalam kenyataannya senantiasa
membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia
membutuhkan suatu lembaga bersama untuk melindungi
haknya, dan dalam pengertian inilah manusia membentuk
suatu negara. Negara sebagai lembaga kemasyarakatan,
sebagai otganisasi hidup manusia senantiasa memiliki cita-
cita harapan, ide-ide seita pemikiran-pemikiran yang secara
bersama merupakan suatu orientasi yang bersifat dasariah
bagi semua tindakan dalam hidup kenegaraan.
'
'
Kompleks pengetahuan yang berupa ide-ide, pemikiran-
pemikiran, gagasan-gagasan, harapan serta cita-cita tersebut
merupakan suatu nilai yang benar dan memiliki derajad yang
tertinggi dalam negara. Hal ini merupakan suatu landasan
bagi seluruh warga negara untuk me nahami alam serta
menentukan suatu sikap dasar untuk bertindak dalam
bidupnya. Pada hakikatnya ideologi adalah merupakan hasil
refleksi manusia berkkat kemampuannya mengadakan
distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat suatu
yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarakat
negara. Di satu pihak membuat ideologi semakin realistis dan
dipihak lain mendorong masyarakat makin mendekati bentuk
yang ideal. Ideologi mencerminkan
Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa
maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju
cita-citanya (Poespowardojo, 1991).
Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksistensi
suatu bangsa dan negara. Ideologi membimbing bangsa dan
negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi
pembangunan. Hal ini disebabkan dalam ideologi
Selain sebagai sumber motivasi ideologi juga merupakan sumber
semangat dalam berbagai kedidupan negara. Ideologi akan menjadi
realistis manakala terjadi orientasi yang bersifat dinamis antara masyarakat
bangsa dengan ideologi, karena dengan demikian ideologi akan bersifat
ferbuka dan antisipatif babkan bersifat reformatif dalam arti senantiasa
mampu mengadaptasi perubahan-perubahan sesuai dengan aspirasi
bangsanya. Namun jikalau perlakuan terhadap ideologi diletakkan sebajgai
nilai yang sakral babkan diletakkan sebagai alat Jegitimasi kekuasaan
maka dapat dipastikan ideologi akan menjadi tertutup, kaku, beku,
dogmatis dan menguasai kehidupan bangsanya. Oleh karena itu agar
benar-benar ideologi mampu menampung aspirasi para pendukungnya
untuk mencapai tujuan dalam. bermasyarakat berbangsa dan benegara
maka ideologi tersebut haruslah bersifat dinamis, terbuka, antisipatif yang
senantiasa mampu mengadaptasikan dirinya dengan perkembangaa
zaman. Inilah peran lan penting ideologi bagi bangsa dan negara agar
bangsa dapat mempertahankan eksistensinya.
PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN PAHAM
IDEOLOGI BESAR LAINNYA DI DUNIA

1. Ideologi Pancasila

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai


makhluk individu dan makhluk sosial. Ideologi Pancasila mengakui kebebasan dan
kemerdekaan individu yang berarti tetap mengakui dan menghargai kebebasan
individu lain.

2. Negara Pancasila

Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka
bangsa Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas
tertentu yang karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka
bangsa ini mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu
Negara Persatuan, Negara Kebangsaan serta Negara yang bersifat Integralistik.
a. Paham Negara Persatuan

Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa rakyat, wilayah,


dan kedaulatan pemerintah.

Bhineka Tunggal Ika

Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa
meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku
bangsa yang memiliki adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda,
memiliki agama yang berbeda dan terdiri dari beribu kepulauan wilayah
nusantara Indonesia, namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan yaitu
persatuan bangsa dan negara Indonesia.
b. Paham Negara Kebangsaan

Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, dan bangsa
yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka
pengertian ini disebut sebagai negara.

Hakikat Bangsa

Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah
suatu totalitas kelompok masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu
sebagaimana terjadi pada bangsa sosialis komunis.

Teori Kebangsaan

Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :

1. Teori Hans Kohn

“Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah,


negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir
serta akar yang terbentuk melalui suatu proses sejarah.”
2. Teori Kebangsaan Ernest Renan

Pokok pikiran bangsa adalah sebagai berikut :


• Bangsa adalah suatu jiwa, asas kerohanian.
• Bangsa adalah solidaritas besar, hasil sejarah.
• Bangsa bukan sesuatu yang abadi.
• Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.

3. Teori Geopolitik Frederich Ratzel

“Negara merupakan suatu organisme yang hidup yang memiliki hubungan


wilayah geografis dengan bangsa.”

4. Negara Kebangsaan Pancasila

Pancasila bersifat mejemuk tunggal. Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme


Indonesia adalah sebagai berikut :
• Kesatuan Sejarah
• Kesatuan Nasib
• Kesatuan Kebudayaan
• Kesatuan Wilayah
• Kesatuan Asas Kerohanian
c. Paham Negara Integralistik

Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam
pengertian ini, Indonesia dengan keanekaragamannya membentuk suatu kesatuan
integral sebagai suatu bangsa yang merdeka.

Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangannya


adalah sebagai berikut :
 Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
 Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan
lainnya.
 Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat
yang organis.
 Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa
seluruhnya.
 Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan, tidak menganggap
kepentingan seseorang sebagai pusat.
 Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau golongannya saja
namun menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan
integral.
 Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya.
d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan
Yang Maha Esa

Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan.
Maka, bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan,
demiian pula setiap warganya juga berKetuhanan Yang Maha Esa.

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna
terdapat kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan
negara yang merupakan dasar untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk
menyelenggarakan yang baikbagi masyarakat dan penyelenggara negara.
Hubungan Negara dan Agama

Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai


penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Oleh karena itu sifat dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar
negara, sehingga negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara horizontal
dalam hubungan dengan manusia lain untuk mencapai tujua bersama. Oleh
karena itu, negara memiliki sebab akibat langsung dengan manusia karena
manusia adalah sebgaai pendiri negara. Hubungan ini sangat ditentukan oleh
dasar ontologis setiap individu.
i. Hubungan Negara dan Agama Menurut Pancasila

Hubungan menurut Pancasila adalah sebagai berikut :


 Negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa
 Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan
konsekuensi setiap warga memiliki hak untuk memeluk dan menjalankan ibadah
sesuai agama masing-masing.
 Tidak mengakui atheisme dan sekularisme.
 Tidak mengizinkan pertentangan agama, golongan agama, inter serta antar
pemeluk agama tertentu.
 Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama tertentu.
 Memberikan toleransi terhadap pemeluk agama lain yang menjalankan ibadah.
 Segala peraturan harus sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Negara merupakan berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
ii. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Theokrasi

Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-


firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara
didasarkan atas firman Tuhan.

Negara Theokrasi Langsung

Doktrin dan ajaran yang berkembang dalam negara Theokrasi langsung


sebagai upaya memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan
dalam negara.

Negara Theokrasi Tidak Langsung

Bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan Kepala


Negara atau Raja yang memerintah negara atas kehendak Tuhan.
iii. Hubungan Negara dan Agama Menurut Sekularisme

Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara.


Bentuk, sistem segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya dengan
agama. Sekularisme bepandanagn bahwa masalah keduniawian berhubungan
dengan manusia saja tanpa Tuhan.

e. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil


dan Beradab

Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil


dan Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat
kodrat manusia. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang
berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan yang Chauvimisme.
f. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan

Pokok-pokok yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan


negara dapat dirinci sebagai berikut :

 Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai


kedudukan dan hak yang sama.
 Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan
mempertimbangkan kepentingan negara dan masyarakat.
 Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka
pada dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.
 Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu dimusyawarahkan.
 Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat disertai semangat kebersamaan.
g. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan sosial

Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia
harus mengakui dan melindungi hak asasi manusia. Dalam hidup bersama baik
dalam masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud suatu keadilan (Keadilan
Sosial) yang meliputi 3 hal :
Keadilan Distributif
Keadilan Legal
Keadilan Komutatif

3. Ideologi Liberal

Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama


yang disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan
merupakan unsur fundamental.

Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan
sumber perbedaan konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan
bahwa rakyat adalah sebagai suatu kesatuan integral dari elemen-elemen yang
menyusun negara, bahkan komunisme menekankan bahwa rakyat adalah suatu
totalitas di atas eksistensi individu.
4. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Liberalisme

Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara,


keputusan dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan
sangat ditentukan oleh kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya.

5. Ideologi Sosialis Komunis

Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara sebagai manifestasi dari


manusia sebagai makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner
harus berakhir dengan kemenangan pada pihak kelas proletar. Hak asasi
manusia hanya berpusat pada hak kolektif, sehingga hak individual pada
hakikatnya tidak ada.

6. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Komunisme

Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat


antitheis, melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam
negara adalah materi sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi.
The End
Thank You....!

Anda mungkin juga menyukai